Anda di halaman 1dari 4

Efektifitas Terapi Sabar dalam menurunkan Kecemasan

Terhadap Korban Perundungan di SMA X Kota Padang

1. Latar Belakang Masalah


Akhir-akhir ini ketua komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI) Bpk.
Susanto mengatakan bahwa kasus perundungan di dunia pendidikan masih sangat
tinggi khususnya pada dalam situasi pandemi covid 19. Melalui survei nasional kali
ini mendapatkan berbagai kekerasan fisik maupun verbal. Berdasarkan hasil survei
tersebut, Susanto memaparkan bahwa anak mengalami korban perundungan berupa
kekerasan fisik seperti ditendang berjumlah 6 persen, dipukul berjumlah 10 persen,
dicubit berjumlah 23 persen, ditampar berjumlah 25 persen, serta caci maki berjumlah
28 persen.
Selain perundungan fisik, dampak dari perundungan terhadap korban
perundungan tersebut menyebabkan gangguan psikis semakin meningkat, gangguan
psikis pada korban perundungan yaitu, seperti korban menjadi cemas, korban senang
menyendiri serta kesehatan korban perundungan menjadi menurun. Tentu apabila
gangguan psikis terhadap korban perundungan tidak secepatnya ditangani oleh para
ahli psikologi, maka gangguan pada korban akan semakin parah, pada ujungnya
korban bisa bunuh diri, ini disebabkan karena korban merasa sudah tidak
mendapatkan suatu ras kenyamanan selama hidup.
Perundungan atau bisa disebut perundungan sendiri pada dasarnya
mempunyai makna suatu perilaku yang terjadi oleh seseorang dengan tujuannya untuk
melukai serta menyakiti seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang. Menurut
Siswati dan Widayati perilaku perundungan merupakan perilaku agresif seperti
ejekan, hinaan, dan ancaman. Olweus juga mengatakan bahwa perundungan
merupakan perilaku yang sangat negatif yang mengakibatkan seseorang menjadi
cemas serta hidupnya serasa tidak nyaman, dan biasanya ini terjadi secara berulang-
ulang dengan ditandai ketidak seimbangan antara pelaku dan korban yang akhirnya
memnyebabkan terjadinya tindakan perundungan terhadap seseorang. Yang akhirnya
menyebabkan munculnya tingkat kecemasan yang tinggi terhadap seseorang.
Menurut Stuart kecemasan merupakan suatu keadaan dengan perasaan
keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi
ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal. Secara umum kecemasan
adalah suatu keadaan atau reaksi emosi yang tidak menyenangkan serta dapat
mengancam dan ditandai dengan kekhawatiran, terkejut, keprihatinan, serta rasa takut
seseorang ketika berhadapan dengan pengalaman yang masa lalu sulit untuk
dilupakan, serta pengalaman yang tidak menyenangkan ini ditandai dengan jantung
berdebar-debar, bernafas lebih cepat dan berkeringat.
Pada dasarnya sikap perundungan sebenarnya adalah tindakan yang tidak
dibenarkan, baik dari sisi agama, psikologi, kedokteran atau beberapa perspektif ilmu
lainnya. Dalam Al-Qur’an surah Al-Hujarat ayat 11: di jelaskan Artinya: Hai orang-
orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan
yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan
itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orangorang yang zalim.
Dari arti di atas dapat simpulkan bahwa Alloh memaparkan dengan tegas
melarang manusia untuk mengejek, mengolok, memberi julukan yang jelek, menekan,
bahkan menindas dan lain sebagainya. Karena apa ini akan menyebabkan
terganggunya psikis seseorang, korban merasa takut untuk melakukan sesuatu karena
factor trauma tersebut. Mereka yang mengalami kejadian tersebut akan sangat sulit
untuk melupakan kejadian tersebut, pada akhirnya menyebabkan munculnya trauma
selama masa hidupnya yang disebabkan karena sering mendapat perundungan dari
teman-temannya. Sudah semestinya seseorang yang menjadi korban perundungan
seharusnya membela diri dan melawan.
Namun realita di lapangan tidak semua orang mampu melakukan ini.
Meskipun terkadang sudah melawan dan membela diri, ternyata perilaku perundungan
masih dilakukan secara berulang-ulang yang akhirnya menyebakan trauma. Oleh
karena itu untuk mengatasi masalah ini diperlukan motivasi bagi diri-sendiri serta
perilaku yang positif, untuk melakukan pengendalian diri yang positif dibutuhkan
menanamkan sebuah sifat sabar terhadap korban perundungan. Menurut Imam
Ghozali berpendapat bahwa marah yakni pengaruh paling besar dari suatu kemarahan
yaitu adanya perubahan warna pada wajah dan getaran suatu diujungnya. Pengaruh
tersebut muncul secara beraturan disertai penyimpangan gerakan serta ucapan diluar
kebiasaan normalnya. Pengaruh marah pada ucapan muncul berupa cacian, ucapan
yang buruk serta celaan, semua itu disebabkan karena amarah, oleh sebab itu perlunya
ditanamkan sifat sabar pada korban perundungan untuk mengendalikan dirinya.
Sebagaimana Alloh menuturkan dalam QS. Al-Anfal ayat 46 Artinya : Dan
taatlah kepada Alloh dan rosulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Alloh bersama orang-orang yang sabar. Berdasarkan firman Alloh di
atas dapat diambil kesimpulan bahwa Alloh SWT memerintahkan agar kita dapat
bersabar ketika ingin marah. Karena Alloh bersama orang yang sabar. Untuk
menumbuhkan sifat sabar diperlukan proses latihan secara konsisten dan dilakukan
secara rutin agar menjadi sebuah kebiasaan sehingga pada akhirnya menjadi tertanam
pada diri manusia. Adapun sesuai dengan fungsinya seseorang orang yang merasa
tenang, aman serta tentram dalam hatinya maka orang itu adalah orang yang sakit
rohaninya atau mentalnya.
Sebaliknya orang yang merasa tenang, aman serta tentram hatinya ketika
mendapatkan cobaan maka orang itu adalah orang yang sehat rohaninya dan sehat
mentalnya. Banyak seseorang yang tak mampu menahan ujian dari Aloh SWT, serta
tak mampu menahan nafsunya untuk memenuhi kebutuhan batinnnya.Yang akhirnya
menyebabkan timbunya konflik batin, pertentangan ini memunculkan
ketidakseimbangan dalam kehidupan rohani, yang akhirnya menjadikan tidak sehat
mental. Dalam kesehatan mental ini bisa disebut kekusutan rohani atau biasa disebut
kekusutan fungsional. Usaha untuk mengatasi kekusutan rohani atau mental, yaitu
dengan cara pengendalian nafsu dan penyesuaian diri dengan masalah tersebut, serta
selalu menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan usaha
tersebut kondisi batin akan selalu dalam keadaan tenang,aman dan tentram
menjadikan mental menjadi sehat.
Oleh karena itu menjadi salah satu cara yang tepat untuk membicarakan serta
memecahkan masalah ini. Untuk mengatasi masalah ini sangat diperlukan terapi sabar
sebagai solusi terapi fisik bagi pasien yang mengalami truma yang disebabkan karena
menjadi korban Perundungan. Terapi sabar ini mempunyai peranan yang sangat
signifikan dalam penyembuhan bagi seorang yang memiliki masalah lahiriyah
maupun masalah batiniyah. Berhasil atau tidaknya terapi ini sangatlah ditentukan oleh
kinerja serta kerjasama antara seorang terapis dan klien. Oleh karena itu seorang
menerapi mempunyai posisi yang tepat dalam membantu, mengarahkan dan
membimbing. Serta seorang menerapi dituntut untuk menganalisis masalah serta
efektif dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Berdasarkan dari latar belakang diatas. Maka peneliti ingin mengambil judul
penelitian“EFEKTIFITAS TERAPI SABAR DALAM MENURUNKAN
KECEMASAN KORBAN PERUNDUNGAN DI SMA X Kota Padang”. Hasil dari
penelitian ini nantinya diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran dalam
upaya mengembalikan fungsi asal sekolah sebagai wadah untuk mencetak generasi
yang berakhlaq mulia dan berwawasan luas.

2. Tujuan Penelitian
Dengan melihat permasalahan di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini
adalah sebagi berikut: Untuk mengetahui bagaimana efektifitas terapi sabar sebagai
upaya menurunkan kecemasan pada korban perundungan di SMA X di Kota Padang

Anda mungkin juga menyukai