Kecemasan adalah salah satu penyakit yang banyak tersebar diantara manusia. Dalam bahasa
Arab dikatakan bahwa bila sesuatu cemas, maka ia akan bergerak dari tempatnya. Hingga bisa dikatakan
bahwa bentuk kecemasan adalah adanya perubahan atau goncangan yang berseberangan dengan
ketenangan yang Allah gambarkan dalam firman-Nya dalam surah al-Fajr ayat 27-30, “Hai jiwa yang
tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam
jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surge-Ku.”
Kecemasan lahir dari adanya ketakutan akan masa depan atau akan terjadi sesuatu yang tidak
diharapkan ataupun adanya pertentangan dalam diri. Bisa dibilang kecemasan lebih parah dari
ketakutan biasa. Ketakutan umumnya akan hilang dengan hilangnya penyebab yang memunculkannya.
Namun, kecemasan yang sudah muncul seolah akan tetap menjadi lingkaran setan dalam dirinya.
Apabila salah satu penyebab kemudian hilang, maka akan timbul sebab lainnya yang datang dari bisikan
setan.
Kecemasan bisa jadi datang dengan tiba-tiba dan hanya sementara sebagaimana yang dikenal
pada saat ini dalam kehidupan manusia. Dan, terkadang pula menimpa manusia beberapa waktu,
beberapa hari. Terkadang dalam jangka waktu yang lama, terkadang sebentar tergantung keadaan yang
ada.
Penyebab Kecemasan
a) Rumah yang penuh pertengkaran ataupun salah pengertian atau penuh dengan kesalahpahaman
serta adanya ketidakpedulian orang tua terhadap anak-anaknya.
b) Lingkungan yang memfokuskan pada persaingan memperebutkan materi ataupun pertengkaran
demi mempertahankan hidup dan juga yang menumbuhkan ambisi manusia hingga mampu
mengalahkan akhlak dan hati nuraninya.
c) Menurut Adil Fathi (2004) salah satu penyebab kecemasan yang dialami oleh kebanyakan orang
adalah rasa jengkel pada diri mereka dengan tingkah laku dan perbuatan orang lain atau mereka merasa
diabaikan oleh orang lain, sehingga ia merasa rendah diri. Berawal dari hal itulah, ia mulai merasa
rendah diri dan tidak dihormati oleh orang lain. Akibatnya, ia sering merasa sedih karena ia telah
berbuat baik kepada mereka, namun mereka tidak membalasnya dengan kebaikan bahkan mereka
membalasnya dengan penolakan.
Dalam Islam, kekecewaan karena pengabaian tidak akan terjadi karena dasar atau niat dari
melakukan setiap kebaikan adalah karena Allah Swt. Jadi apakah akan mendapat balasan atas kebaikan
atau tidak, seseorang tak akan mengkhawatirkannya karena keyakinan bahwa setiap balasan sudah
diatur oleh Maha Pemberi Balasan.
Agama Islam yang suci telah mengajarkan kita kaidah yang luhur berkaitan dengan hal ini. Kaidah
ini terungkap dalam sabda Rasulullah saw., “Yang dimaksud dengan waasil (penyambung silaturrahmi),
bukanlah mukaafi (orang yang membalas dengan balasan setara), akan tetapi yang dimaksud dengan
waasil (penyambung silaturrahmi) adalah orang yang apabila ia telah diputus hubungan silaturahminya
ia berusaha menyambungnya lagi.” (HR Bukhari dan yang lainnya)
Demi Allah, itu adalah kaidah yang sangat berharga agar terbebas dari rasa cemas yang timbul
karena tidak adanya keseimbangan dalam suatu hubungan.
Deskripsi Kecemasan
Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan akan apa
yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh.
Emosi seperti sedih dan sakit umumnya akan hilang dengan hilangnya penyebab kemunculannya,
namun tidak dengan kecemasan. Kecemasan umumnya bersifat akut dan inilah permasalahan yang
sedang banyak dihadapi pada masa ini.
Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “perasaan tertekan dan tidak tenang serta berpikiran
kacau dengan disertai banyak penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh dirasa menggigil,
menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa lemas,
kemampuan berproduktivitas berkurang hingga banyak manusia yang melarikan diri kea lam imajinasi
sebagai bentuk terapi sementara.
Kecemasan ini pada awalnya hanyalah bisikan akan kekhawatiran. Apabila kecemasan ini makin
lama makin menguat, maka akan menimbulkan banyak penyakit kejiwaan dan juga penyakit tubuh,
seperti halnya iritasi lambung, turunnya tekanan darah, kencing manis, alergi kulit dan penyakit asma.
Kecemasan seringkali merampas kenikmatan dan kenyamanan hidupnya, serta membuat mereka
selalu gelisah dan tidak bisa tidur lelapsepanjang malam. Ada beberapa hal yang selalu menyebabkan
situasi tersebut terjadi di antaranya :
Terlalu sering memikirkan kejayaan masa depannya dan apa yang akan terjadi kelak dengan pola pikir
dan cara pandang yang negative terhadap dunia dan seisinya.
Selalu tergantung pada diri sendiri dan sesama manusia lain dalam urusan di dunia, sehingga lupa
menggantungkan hidupnya kepada Allah Swt.
Mudah dipengaruhi oleh hawa nafsu ketamakan, keserakahan, ambisi, keegoisan yang berlebihan.
Meyakini bahwa keberhasilan berada di tangan manusia sendiri atau ditentukan oleh usahanya sendiri.
Akan tetapi, sesungguhnya manusia tidak dilahirkan dengan penuh ketakutan ataupun
kecemasan. Pada dasarnya ketakutan dan kecemasan hadir karena adanya luapan emosi yang
berlebihan. Selain itu, keduanya hadir karena adanya faktor lingkungan yang menyertainya, misalnya
sekolah, keluarga, dan sosial (pekerjaan dan budaya masyarakat).
Kecemasan hingga General Anxiety Disorder dan Post Traumatic Syndrome Disorder
Kecemasan ini pada awalnya hanyalah bisikan akan kekhawatiran. Kemudian seseorang terlalu
mendengar dan fokus pada bisikan-bisikan ini tanpa diiringi dengan tawakal kepada Allah Swt. Sehingga
makin lama kecemasan makin melingkupi jiwa seseorang sampai bersifat mengganggu dan patologis.
Kita mengenal GAD atau General Anxiety Disorder dimana penderita terus menerus mengkhawatirkan
segala macam hal yang belum tentu terjadi dan belum tentu ada. Berdasarkan penjelasan sebelumnya
diatas, kecemasan yang patologis ini terjadi karena jiwa otonom yang mendominasi fungsi psikis
seseorang sehingga jiwa sadarnya sulit untuk mengordinasi impuls-impuls dan dorongan-dorongan. Jiwa
otonom ini muncul karena adanya stressor yang membangkitkan mekanisme pertahanan mental
sehingga jiwa sadar yang mendominasi berubah menjadi jiwa otonom yang isinya berupa ‘peringatan-
peringatan’ supaya jiwanya tetap waspada dan supaya jiwa sadarnya percaya bahwa ancaman (stressor)
masih tetap ada, dan mengganggu keseimbangan psikis secara umum.
Apabila karena sesuatu stressor yang dianggap berat oleh individu itu maka jiwa otonom muncul
berlebihan, sehingga jiwa sadar tidak mampu mengontrol keseluruhan jiwa otonom, maka aka nada jiwa
otonom yang muncul ke permukaan keasadaran menguasai sebagian kehidupan jiwanya sehingga
dirasakan sebagai suatu keadaan yang tidak nyaman. ‘Jiwa otonom’ ini merupakan unsur jiwa yang ada
pada setiap orang, dalam keadaan sehat ‘jiwa otonom’ biasanya muncul hanya dalam situasi darurat
bersama-sama ‘mekanisme pertahanan mental’, pada orang sehat jiwa otonom tidak dominan karena
jiwanya didominasi oleh jiwa sadar.
Apabila semua kegiatan yang baik dimulai karena niat yang ikhlas karena Allah, dilaksanakan
dengan benar, tekun, disertai perasaan hati yang senang serta tawakal menerima nasib takdir ketentuan
Allah, maka insya Allah keseimbangan psikis tidak terganggu kesehatan jiwa pun akan terpelihara.
Kunci supaya setelah mendapatkan stressor, jiwa bisa kembali kepada keseimbangan psikis
yang nyaman adalah dengan ikhlas menerima takdir, sabar, tawakal, dan mensyukuri nikmat yang
dikaruniakan Allah kepadanya apa adanya.
Begitu pula dengan keadaan traumatis seseorang dimana seseorang mengalami ketakutan
ekstrem, horor, atau rasa tidak berdaya. Biasanya terjadi setelah seseorang mengalami kejadian hebat
yang menakutkan bagi dirinya, sehingga setelah kejadian tersebut berlalu, perasaan dan bayangan-
bayangan akan ketakutan dan peristiwa traumatis itu selalu muncul, baik melalui mimpi ataupun
perasaan yang mencemaskan sehingga menyebabkan maladaptif pada diri seseorang, dalam dunia
psikologi gangguan ini dinamakan Gangguan Stress Pascatrauma (posttraumatic Stress Disorder-PTSD).
Adapun Simtom/ciri ASD dan PTSD adalah:
Mengalami kembali kejadian yang traumatis à kerap teringat kembali kejadian tersebut dan mengalami
mimpi buruk
Penghindaran stimuli yang diasosiasikan dengan kejadian terkait atau mati rasa à mati rasa adalah
menurunnya ketertarikan pada orang lain, suatu perasaan keterpisahan, dan ketidakmampuan untuk
merasakan berbagai emosi positif
Simtom-simtom peningkatan ketegangan à mencakup sulit tidur, sulit konsentrasi, waspada berlebihan,
dan respon terkejut yang berlebihan
Jika diteliti akar penyebab munculnya gejala-gejala tersebut adalah kurangnya keberserahan
kepada Sang Pemilik Takdir dan kurang berbaik sangka kepadaNya. Karena dengan keimanan yang kuat,
seseorang akan menerima segala ketentuan baik musibah atau anugerah yang terjadi adalah
berdasarkan kehendakNya dan ia tidak akan pernah mengecewakan hambaNya. Seperti yang telah
dijelaskan pada mekanisme terjadinya gangguan jiwa, gangguan dapat terjadi jika seseorang berkeluh
kesah dan tidak memasrahkan segala yang terjadi kepadaNya. Iblis dapat dengan mudahnya
menjerumuskan manusia ke lembah keputus asaan sehingga manusia selalu berada dalam ketakutan
dan kecemasan yang amat, hingga akhirnya sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan dan dirinya
sendiri karena selalu terkungkung dalam ketakutan. Inilah yang dalam psikologi disebut sebagai Post
Traumatic Stress Disorder.
Ulama Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah menjelaskan makna ayat tersebut. Melihat redaksi
awal “siapa yang menyerahkan wajahnya..” Wajah adalah bagian termulia dari jasmani manusia. Pada
wajah terdapat mata, hidung, dan mulut atau lidah. Kegembiraan dan kesedihan, amarah, rasa takut,
dan sedih, bahkan semua emosi manusia tampak pada wajah. Wajah adalah gambaran identitas
manusia, sekaligus menjadi lambing seluruh totalitasnya. Ayat ini jelas mengandung unsur psikologi
mengenai bagaimana manusia menyerahkan seluruh “emosinya” kepada Allah Swt.
Wajah adalah bagian termulia dari tubuh manusia yang tampak. Kalau yang termulia telah
tunduk, maka yang lain pasti telah serta merta tunduk pula. Siapa yang menyerahkan wajahnya dengan
tulus kepada Allah, dalam arti ikhlas beramal dan itu adalah amal baik, maka baginya ganjaran di sisi
Tuhan-nya. Amal di sini bukan sembarang amal, tetapi amal yang menjadikan ia wajar dinamai dalam
ukuran Allah sebagai seorang muhsin yang lebih banyak kebaikannya dari keburukannya. Ganjaran
mereka adalah masuk surga, bahkan mungkin lebih dari surga, yakni ridha-Nya, dan kenikmatan
memandang wajahNya. Hal ini diistilahkan al-Quran dengan “Tiada rasa takut menimpa mereka, tidak
juga mereka bersedih hati”.
Penulis memahami makna ayat diatas adalah, dengan menyerahkan “wajah” kepada Allah, yang
berarti adalah segala emosi takut, sedih, marah, khawatir dan sebagainya maka seseorang akan merasa
tentram dan tidak akan merasa takut atas apa yang akan terjadi di kemudian hari. Tidak ada yang perlu
dicemaskan atau ditakutkan, karena keyakinan terhadap ketetapan Tuhan dan penyerahan diri
kepadaNya.
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang
dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si
penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Baqarah: 262)
“Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja
(diantara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah. Hari kemudian dan beramal saleh, maka
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
Cemas atau anxiety adalah salah satu gejala gangguan jiwa yang paling banyak, biasanya cemas
berdampingan dengan depresi, sering ditandai dengan kata-kata klasik yang menunjukkan
ketidakpastian; kalau, seandainya, apabila, jikalau, merasa khawatir akan terulang kejadian yang
mengerikan, takut sakit jantung, takut sakit kanker. Seterusnya diikuti dengan angan-angan akan terjadi
kejadian buruk menimpa dirinya.
Cemas tentunya perlu ada untuk kehidupan manusia karena fungsinya sebagai rambu agar
manusia dapat berhati-hati dan melakukan persiapan, namun jika cemas tersebut sudah diluar batasnya
hingga mengganggu adaptasi internal maupun eksternal manusia, ini sudah merupakan cemas yang
mejadi bagian dari gangguan jiwa.
Mengutip dari Prof. Dale Carnagie (Prof. Yale Univ) dalam blog Van Paase; 23 Februari 2013,
dengan sudut pandang selama 7 tahun membaca buku2 tentang kecemasan manusia, semakin banyak
orang mencemaskan sesuatu yang belum terjadi, yang bila ditelaah lebih lanjut, kecemasan tersebut
terlalu berlebihan dan tidak masuk akal. Sebagai contoh, seorang pedagang yang harus menyebrang
jembatan untuk mencapai tempat kerjanya dan merasa cemas bila jembatan yang akan dilalui akan
jatuh dan mencelakainya. Kemungkinan hal itu akan terjadi adalah sangat kecil, sehingga kecemasan
yang dirasakan sangat berlebihan. Kecemasan yang berlebihan inilah yang membuat seseorang tidak
dapat berfikir dengan jernih.
Orang yang sering memikirkan hal yang belum tentu terjadi pasti akan mengalami kecemasan
yang bisa jadi sampai mengganggu ketentraman dirinya dengan kata lain adaptasi internal dan
eksternalnya terganggu. Orang seperti ini seringkali membayangkan hal apa yang akan terjadi di
kemudian hari, padahal siapa yang tahu tentang hari esok? Dinding yang tebalnya 30 cm saja seseorang
tidak tahu apa yang ada di baliknya, apalagi masa depan yang entah akan didapatkan atau tidak.
Mengenai mencemaskan hari esok, sayyidina Umar bin Khathab pernah berkata bahwa “Jika engkau
berada di pagi hari jangan memikirkan sore hari”. Sabda sayyidina Umar tersebut mengandung makna
untuk fokus pada perbuatan saat ini bukan mencemaskan apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Obsesi adalah munculnya pikiran yang tidak diinginkan secara berulang-ulang pada suatu obyek,
ide atau keinginan yang tidak bisa dilawan, khayalan atau situasi yang susah untuk dihilangkan dan
mengganggu konsentrasi. Kalau pikiran obsesi dilawan akan muncul perasaan gelisah, berdebar-debar,
lesu, ketakutan bahkan keringat dingin. Sedangkan obsesif kompulsif selain adanya pikiran berulang-
ulang, disertai dengan keinginan untuk bertindak yang berulang-ulang pada suatu perbuatan, dikerjakan
secara berulang-ulang sehingga mengalami kelelahan; di masyarakat umum, obsesi kompulsif ini
popular disebut dengan istilah was-was.
Was-was (obsesif kompulsif) yang sering ditemukan adalah tentang kebersihan dan dosa; seperti
mencuci najis yang seakan-akan tak mau bersih, bersuci (mandi atau wudhu berulang-ulang) bisa sampai
berjam-jam di kamar mandi sampai menghabiskan satu batang sabun mandi, obsesif kompulsif yang lain
adalah: bolak-balik mengontrol kunci pintu, melihat-lihat berulang-ulang takut ada yang tersembunyi,
dalam beribadah misalnya, orang yang selalu mengulang wudhunya sampai berkali-kali karena merasa
wudhu tersebut belum sah, atau orang yang mengulang-ulang takbir ketika sholat akan dimulai karena
merasa takbir yang ia ucapkan kurang afdhal hingga ia kelelahan dan jenuh.
Adapun bentuk OCD yang paling sering dimiliki oleh ummat Muslim adalah:
Mengulang shalat
Menghabiskan banyak waktu untuk membersihkan/mencuci. misalnya mencuci tangan setelah makan
Ada yang menarik mengenai obsesif kompulsif yang sering ditemukan adalah tentang kebersihan
dan dosa, apakah ini ada hubungannya dengan perasaan bersalah yang amat dalam atas dosa yang telah
diperbuat dan merasa harus menyucikan diri terus menerus dan mengulang-ulang beribadah agar dapat
sah?
Ada suatu kasus yang disampaikan oleh salah satu dosen mata kuliah abnormal seorang laki-laki
yang mengalami obsesif kompulsif, ia terus mencuci tangannya hingga lecet, ternyata setelah ditelusuri
hal tersebut terjadi karena perasaan bersalahnya telah “selingkuh dengan wanita lain”. Ia merasa sangat
bersalah kepada istrinya sehingga wujud dari perasaan menyesal dan ketidak tenangan itu adalah terus-
terusan mencuci tangannya untuk memastikan bahwa tangannya benar-benar “bersih”.
Kasus lain mengenai kebersihan dan najis: seorang mahasiswa tingkat akhir, skripsinya yang
seharusnya sudah selesai tetapi tidak dikerjakan dengan alasan yang tidak jelas, orang tuanya dari
kampung datang menjenguknya, mahasiswa tersebut tidak mau menyalami orang tuanya. Orang tuanya
melihat anak tersebut kurus kering, buku-buku anaknya seperti terkena air, waktu ditanyakan kepada
teman kostnya, penderita sering mencuci bukunya bahan pernah mencuci semua buku-bukunya di
kolam di dekat teman kostnya, serta akhir-akhir ini tidak pernah makah bersama kawan-kawannya.
Mendengar cerita kawannya tersebut, orang tuanya langsung membawanya berobat, setelah diberi
psikofarma di rumah sakit hampir satu bulan serta dilakukan Psikoterapi Holistik Islam beberapa kali,
ahamdulillah peserta sembuh serta bisa menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Dalam pemeriksaan
terdapat bahwa dalam benak (jiwa)-nya dia merasa bahwa kebanyakan makanan pernah dimakan oleh
orang yang suka daging babi yang najis, buku-bukunya juga dibeli dari orang yang suka makan daging
babi, jadi buku tersebut pernah dipegang oleh orang yang makan babi, berarti buku-bukunya tercemar
najis babi dan baru bisa bebas dari najis kalau dicuci.
Kasus diatas sepertinya cukup menggambarkan alasan mengapa obsesif kompulsif seringkali
ditemukan tentang kebersihan dan dosa.
Psikologi modern belum mampu menemukan penyebab pasti mengenai masalah OCD ini. ada
pendapat yang mengatakan bahwa seseorang dapat mengenali pikiran obsesi itu berasal dari dirinya
atau luar dirinya, tapi pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana seseorang bisa menciptakan pikiran-
pikiran yang bahkan tidak pernah terlintas dalam bayangannya untuk memikirkan hal tersebut?
Dari perspektif Islam, pikiran-pikiran yang tidak diinginkan disebut was-was, yakni sesuatu yang
dibisikkan syaitan ke dalam hati dan pikiran manusia. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “..dan tidak ada
yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku,
kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga". (QS. Al-Israa: 64-65)
Bisikan syaitan ini berperan penting dalam berkembangnya penyakit mental atau gangguan
psikologis, dan kita sebagai manusia diperintahkan untuk memohon perlindungan kepada Allah dari
musuh yang tidak terlihat ini: “Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan
menguasai) manusia. raja manusia. sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa
bersembunyi,yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,dari (golongan) jin dan manusia.”
(QS. An-Nas: 1-6)
Di sini nampak bahwa kita memang memiliki pikiran-pikiran tersebut, akan tetapi sebenarnya
syaitan lah yang membisikkan pikiran itu kepada kita dan menipu kita seakan itu adalah pikiran yang
muncul dalam diri kita sendiri.
Menurut terapi kognitif-behavior, kebanyakan orang punya pikiran yang menganggu dan tak
diinginkan, sama seperti yang dimiliki oleh orang dengan OCD. Tapi, mengapa sebagian orang
mengembangkan OCD dan lainnya tidak? Jawabannya, kebanyakan orang tidak menghiraukan pikiran
tersebut, sementara orang dengan OCD tidak mampu melakukannya.
Sebagian orang memang sangat sulit untuk menolak bisikan-bisikan syaitan itu, karena mereka
sendiri bingung dari mana asalnya. Mereka jadi mencampuradukkan gangguan syaitan itu dari diri
seseorang (pikirannya), dan dari bagian yang lebih dalam lagi yakni ruh. -
Yang lainnya malah sama sekali tidak mengindahkan kerasnya bisikan syaitan itu (was-was), dan
setiap pikiran yang muncul dengan tingkat kekuatan tertentu, dianggapnya bersumber dari dirinya. Dan,
ada yang benar-benar tidak percaya pada bisikan syaitan.
Jadi, karena satu dan lain hal, saat seseorang mulai mempercayai bisikan syaitan itu, ia akan
mengembangkan gangguan dalam dirinya. Sebaliknya, siapa yang telah mengalahkan bisikan itu, tidak
akan mengembangkan gangguan tersebut. Dan Karena musuh kita ini tak terlihat, maka ada cara yang
spesifik untuk melawannya. Ini dia:
- Kita harus sadar akan taktik syaitan, termasuk kekurangan dan keterbatasan mereka
- Kita harus mengetahui kekuatan diri kita sendiri serta keterbatasan kita.
Teori kognitif juga menyebutkan bahwa selama seseorang mengartikan pikiran yang menganggu
sebagai suatu “bencana”, maka selama itu pula ia tetap mempercayai bahwa pikiran itu benar adanya.
kemudian mereka akan menjadi stres dan melakukan tindakan menghindar atau ritual-ritual.
Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah swt memaafkan umatku terhadap
pembicaraan didalam jiwanya selama mereka belum mengatakan atau mengamalkannya.”(HR. Bukhari)
Ini karena saat kita melawannya, jangan membicarakan hal tersebut atau melakukannya,
sehingga, mereka tidak dapat membahayakan kita atas ijin Allah. Was-was, seperti yang disebutkan di
atas, adalah suatu fenomena yang terjadi pada kita semua, tapi sebagian memeliharanya dengan
frekuensi dan tindakan yang membuat seseorang menjadi budaknya. Tapi, ada solusi pada setiap
penyakit: Allah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya, diketahui oleh yang mengetahui
dan tidak akan diketahui oleh orang yang tidak mengerti. (HR. Bukhari dan Muslim)
KESIMPULAN
Sebenarnya segala penyakit dan gangguan yang terjadi pada jiwa manusia adalah karena
kurangnya keyakinan (keimanan) kepada Sang Pemilik Hidup. Karena dengan iman yang kuat dan
kedekatan kepada Allah Swt, hati akan senantiasa dibimbing dan dijaga agar tetap berada dalam cahaya.
Geliat hati bermacam-macam dan akan senantiasa berbolak-balik sehingga muncul berbagai perasaan
baik positif maupun negatif. Tugas kita sebagai manusia adalah untuk beradaptasi dengan geliat hati ini
dengan berbagai cara yang telah dianjurkanNya. Allah Swt Mahatahu bahwa manusia akan mengalami
berbagai kecemasan dan ketakutan karena banyaknya tekanan (stressor) dan bisikan-bisikan setan yang
selalu menjerumuskannya. Oleh karena itu, Ia pun mempersiapkan berbagai obat untuk mencegah
berbagai kecemasan dan ketakutan agar tidak sampai menjadi suatu gangguan jiwa yang akut.
Umat Islam telah mengetahui mengenai obat penyembuh berbagai penyakit jiwa ini. Yaitu: Sholat
malam, Berdzikir malam, berkumpul dengan orang sholeh dalam artian orang sholeh disini adalah orang
yang memiliki energi positif, karena energi akan menular makanya Ia memerintahkan kita untuk
senantiasa berdekatan dengan orang yang berenergi positif (sholeh). Perbanyak membaca al-Quran,
bukan hanya membaca tetapi juga merenungi makna dan mengamalkan ajarannya. Perbanyak
berpuasa. Sekarang ini sudah banyak orang yang menerapkan cara berpuasa bahkan mereka yang bukan
dari kalangan Islam, karena tahu dan sudah mendapatkan manfaat dari berpuasa ini. Bukan hanya Islam
yang mengajarkan berpuasa, berbagai agama pun berisi anjuran mengenai puasa dengan cara yang
berbeda tetapi bertujuan sama untu mendekatkan diri kepada Tuhan.
Berbagai pendekatan psikologi pun kita temukan berbagai terapi untuk menyembuhkan
gangguan-gangguan jiwa diantaranya adalah: Berpikir positif atau dalam Islam dikenal dengan Husnu
Dzan agar terhindar dari ketakutan dan kecemasan. Kemudian penerimaan positif terhadap diri atau
dalam Islam yang dinamakan Qona’ah. Dalam Psikologi Transpersonal ada istilah Letting Go untuk
melepas semua beban yang ada dan dalam Islam dikenal dengan istilah pasha (Ikhlas) dengan segala
ketentuanNya. Semua konsep tersebut baik dalam Islam maupun Psikologi adalah agar manusia dapat
mengobati berbagai kecemasan dan ketakutan.
Tuhan tahu bahwa manusia akan banyak berprasangka buruk atau paranoid, maka Ia siapkan terapi
Husnu Dzan
Tuhan tahu bahwa manusia akan mengalami kecemasan yang amat, maka Ia siapkan obat Berserah diri
(Tawakal)
Tuhan tahu bahwa manusia akan akan berputus asa, maka Ia anugerahkan Rahmat yang tiada putus-
putusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Adil Fathi. 2004. Membangun Positive Thinking Secara Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
Al-Jauziyyah, Ibnul Qayyim. 2002. Membersihkan Hati dari Gangguan Setan. Jakarta: Gema Insani
Press
Said Az-Zahrani, Musfir. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Press.
Shihab, M. Quraisy. 2002. TAFSIR AL-MISBAH Pesan, Kesan dan Keserasian al- Quran. Jakarta:
Lentera Hati.
http://denyaks.blogspot.com/2013/02/menyikapi-kecemasan-dalam-islam.html
http://muslimzuhdi.wordpress.com/2011/08/02/penyakit-cemas-dan-gelisah/
http://islamandpsychology.blogspot.com/2013/03/solusi-islam-untuk-ocd-was-was-review.html
64814 dibaca
Dipakai Bersama28
Komentar
Foto ucu
SUBHANALLOH..SYUKRON
Subhanalloh..syukron
balas
Foto kopihitam
postingannya sangat bermanfaat, tapi mohon maaf, kurang cocok dimasukan kedalam genre sastra,
mungkin bisa diposting di situs kesehatan, atau psikologi islam...
balas
Foto ucu
SubhanAllah menarik sekali artikel ini, semoga Allah Swt membalas kebaikan saudara.benar2 dapat
membantu jiwa yang sedang bimbang dan ragu ini. JazakAllah khairan katsiran.BarakAllahu feekum
balas
Foto ucu
balas
Foto ucu
Alhamdulillah...
aamiin ya rob
balas
Foto ucu
Subhannallah...
bermanfaat sekali buat saya yg sekarang sedang mengalami rasa kecemasan dn ketakutan yg teramat
sangat.
Terima Kasih buat artikel ini... Semoga Allah membalas kebaikan anda.
balas
Foto ucu
balas
Foto ucu
Terimakasih dan sangat bermanfaat. Alhamdulillah, dgn tulisan yg Anda posting semoga dapat
bermanfaat bagi diri saya, juga untuk org lain. Materinya sangat bagus, dan mengintegrasikan
epistemologi umum dgn Islam. Sungguh, Islam pun sdh jauh-jauh hari memberikan kita "obat" dlm tiap
penyakit hidup ini. Sekali lagi terimakasih dan sangat bermanfaat.
balas
Foto ucu
balas
Foto ucu
subhanallah maha suci allah, saia sangat bersyukur, semoga diberikan pahala yang tiada henti-hentinya
dari allah SWT. SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA, sangat bermanfaat skali buat saia dan
mudah-mudahan memberi manfaat buat kita semua, siapapun itu yang membaca artikel ini. AMIN
balas
balas
Foto ucu
Terima kasih banyak membantu sekali dalam jiwa saya , yg saat ini sedang parah,
balas
Foto ucu
Subhanallah ad artikel ini sangat membantu sya yg sdang pnya penyakit kecemasan dan ketakutan
balas
Foto ucu
Terima kasih ..dmn saya berkonsultasi secara lngsung untuk mnyembuhkan jiwa saya ini..saya setiap hari
seperti berperang melawan bisikan itu..
balas
Foto ucu
SUBHANALLAH SANGAT SANGAT BERMANFAAT
saya sampai merenung beberapa menit.. Ternyata setelah dipikir2 saya memang jauh dalam beribadah
dan kurang bersyukur..
Semoga dengan melakukan apa yg di katakan di artikel ini kecemasan saya berkurang.amin
balas
Foto ucu
SUBHANALLAH.... TERIMAKASIH
Subhanallah.... terimakasih banyak atas artikelnya, gelisah saya hilang alhamdulillah... semoga Allah
membalas kebaikan saudara/i aamiin Ya Rabbal aalamiin...
balas
Foto ucu
Bolehkah saya share artikel ini dgn menyertakan nama web anda?
balas
Foto ucu
balas
Foto ucu
ALHAMDULLILLAH TERIMAKASIH
alhamdullillah terimakasih banyak telah men share ilmu yang bermanfaat semoga Allah senantiasa
merahmati hidup kita semua Aamiin :)
balas
Foto ucu
Alhamdulilah ya allohh.. Juga makasih buat yang membuat artikel ini. Mudah"an di bales kebaikan nya
sama alloh SWT. Yang lebih besar dan d lebih mangpaat bagi nya! Amiiinnn
balas
Nama Anda: *
email: *
Laman:
Subjek:
Komentar: *
MASUK
Nama pengguna: *
Kata sandi: *
INFORMASI PENULIS
Athena
Foto Athena
Kontribusi Penulis
KARYA SASTRA
MATERI LAINNYA
REKOMENDASI BACAAN
Baca juga:
PENULIS TERPOPULER
Terpopuler
Hari Ini
SIHALOHOLISTICK
edi sst
Aku Terlempar
ombi
Beni Guntarman
Mardiana Kappara
PENULIS TERAKTIF
Teraktif
Sebulan Terakhir
WT
SIHALOHOLISTICK
cankcukleiss
Terima Kasihku
L VEREN
kakak
HAMPA
KOMENTAR TERBARU
alhamdullillah terimakasih
Kaki Waktu
Subhanallah.... terimakasih
lanjut
PENULIS BARU
Daftar penulis
ANGGOTA BARU
Daftar anggota
LABEL
apresiasi sastra artikel Artikel Drama Artikel Teater Chairil Anwar Dasar-dasar Teater ensiklopedia bebas
ESSAY fahmi n mustaqim Indonesia Kesusastraan Kritik Kritik Sastra Mitos novel Sastra Sastra Indonesia
sastra sufi Tokoh wikipedia bahasa Indonesia
Label lainnya
ARSIP BULANAN
1 of 10 ››
SINDIKASI