Anda di halaman 1dari 16

Health Information : Jurnal Penelitian

Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

GANGGUAN DEPRESI MAYOR (MAYOR DEPRESSIVE DISORDER)


MINI REVIEW

Indriono Hadi1, Fitriwijayati2, Reni Devianty3, Lilin Rosyanti4


1,2,3,4
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

ABSTRACT
Depresi adalah suatu kondisi seseorang merasa sedih, kecewa saat mengalami suatu perubahan,
kehilangan, kegagalan dan menjadi patologis ketika tidak mampu beradaptasi. Depresi merupakan
suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang secara afektif, fisiologis, kognitif dan perilaku sehingga
mengubah pola dan respon yang biasa dilakukan. Major Depressive Disorder merupakan penyakit
heterogen ditandai dengan perasaan depresi, anhedonia, perubahan fungsi kognitif, perubahan tidur,
perubahan nafsu makan, rasa bersalah yang terjadi selama dua minggu, digambarkan dengan
hilangnya ketertarikan atau kesenangan akan aktivitas yang biasa dilakukan dan merupakan penyakit
dengan konsekuensi neurobiologis yang melibatkan perubahan struktural, fungsional dan molekuler di
beberapa daerah otak. Maladaptif respon saraf, penolakan sosial, psikologis, dan tingkat fisiologis
berinteraksi satu sama lain dengan faktor kerentanan lainnya, seperti riwayat depresi, tingkat stres
kehidupan, faktor genetik, akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap depresi.

Keywords: Depresi, MDD, predisposisi, presipitasi, model.


PENDAHULUAN utama penyakit secara global (Walker et al,
Depresi dan gangguan suasana hati 2015;. Whiteford et al, 2013.)
berhubungan dengan masalah kesehatan Lebih dari 350 juta penduduk di seluruh
terbesar di dunia. Banyaknya tekanan dunia mengalami gangguan depresi (WHO,
kehidupan, stres interpersonal dan penolakan 2012). Satu dari empat wanita dan satu dari dari
sosial, menjadi faktor risiko terbesar mengalami enam pria mengalami depresi selama hidup
depresi (Slavich & Irwin, 2014). Depresi adalah mereka, 65% memiliki episode berulang dari
suatu kondisi seseorang merasa sedih, kecewa gangguan tersebut (Eaton et al., 2008), sehingga
saat mengalami suatu perubahan, kehilangan, depresi menjadi penyebab utama penyakit
kegagalan dan menjadi patologis ketika tidak secara global (Walker, McGee, & Druss, 2015).
mampu beradaptasi (A. K. Townsend et al., Major Depressive Disorder (MDD)
2009) Depresi merupakan suatu keadaan yang merupakan penyakit heterogen ditandai dengan
mempengaruhi seseorang secara afektif, perasaan depresi, anhedonia, perubahan fungsi
fisiologis, kognitif dan perilaku sehingga kognitif, perubahan tidur, perubahan nafsu
mengubah pola dan respon yang biasa makan, rasa bersalah yang terjadi selama dua
dilakukan (Montgomery, 2011; Thompson & minggu, digambarkan dengan hilangnya
Binder-Macleod, 2006). ketertarikan atau kesenangan akan aktivitas
Meskipun banyak pengobatan dan yang biasa dilakukan. (Kendler, Gatz, Gardner,
perawatan yang efektif terhadap depresi, tetapi & Pedersen, 2006; Krishnan & Nestler, 2011)
hanya sebagian yang menderita depresi Diagnosis MDD memiliki lima gejala
mendapat pengobatan dan tindakan pendekatan yang dialami selama 2 minggu yaitu hilangnya
psikoterapi (Trivedi & Daly, 2008). Depresi minat, perasaan depresi, gangguan nafsu
merupakan penyebab utama keempat beban
makan, gangguan berat badan, gangguan tidur,
penyakit di seluruh dunia (Ayuso Mateos,
perubahan psikomotor, kehilangan energi, tidak
Chatterji, Mathers, & Murray, 2004). Lebih
dari 350 juta penduduk di seluruh dunia berharga, rasa bersalah, gangguan konsentrasi,
mengalami gangguan depresi (WHO, 2012). keraguan dan pikiran tentang kematian atau
Satu dari empat wanita dan satu dari dari enam bunuh diri. Perubahan Suasana hati disertai
pria mengalami depresi selama hidup mereka, kehilangan minat serta perasaan tidak berharga
dan 65% memiliki episode berulang dari atau bersalah, menjadi syarat untuk
gangguan tersebut (Eaton et al, 2008, Kessler et mendignosis MDD (Maletic et al., 2007)
al, 2010, Monroe & Harkness, 2011,Yiend et al, Secara global MDD menjadi penyakit
2009) sehingga depresi menjadi penyebab tertinggi kesehatan mental pada pasien jiwa
rawat inap dan rawat jalan (Ferrari et al.,
2013). Prevalensi MDD sekitar 7% dari

25
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

populasi, Mendapat berbagai terapi, obat terjadi pada kasus depresi. Dalam polanya yang
antidepresan, psikoterapi dan perawatan fisik, khas, seseorang bangun sangat awal dan tidak
tetapi hanya 30% - 40% pasien yang merespon bisa kembali tidur. Insomnia mempengaruhi
tindakan tersebut dan sebagian besar pasien 80% dari kasus depresi, hipersomnia, atau tidur
mengalami kegagalan, 1/3 dari pasien yang berlebihan, juga dapat terjadi.
menjalani pengobatan, tetap mengalami Beberapa antidepresan juga dapat
gangguan fungsional, menimbulkan masalah menyebabkan insomnia karena efek
kualitas hidup, penderitaan, risiko kekambuhan merangsang mereka. Seseorang yang depresi
dan bunuh diri. (Rosenblat, McIntyre, Alves, dapat melaporkan beberapa gejala fisik seperti
Fountoulakis, & Carvalho, 2015; Torres- kelelahan, sakit kepala, atau masalah
Sanchez, Perez-Caballero, & Berrocoso, 2017) pencernaan, keluhan fisik adalah masalah yang
diajukan paling umum di negara-negara
berkembang, menurut WHO, kriteria umum
KAJIAN TEORI
depresi terjadi penurunan berat badan, perilaku
Konsep Depresi
selalu adalah gelisah atau lesu. Seorang yang
Depresi merupakan suatu kondisi dimana
depresi dengan usia yang lebih tua memiliki
seseorang merasa sedih, kecewa saat
gejala kognitif seperti lupa, dan perlambatan
mengalami suatu perubahan, kehilangan
gerakan. Depresi sering berdampingan dengan
maupun kegagalan dan menjadi patologis ketika
gangguan fisik umum di kalangan orang tua,
tidak mampu beradaptasi (A. K. Townsend et
seperti stroke, penyakit kardiovaskular,
al., 2009). Depresi merupakan suatu kedaan
penyakit Parkinson, dan penyakit paru
yang mempengaruhi seseorang secara afektif,
obstruktif kronik .
fisiologis, kognitif dan perilaku sehingga
mengubah pola dan respon yang biasa
dilakukan (Montgomery, 2011). Depresi Karakteristik depresi
merupakan suatu keadaan abnormal yang Menurut American Psychiatric
menimpa seseorang yang diakibatkan Association/APA (A. K. Townsend et al., 2009;
ketidakmampuan beradaptasi dengan suatu M. C. Townsend, 2013), gangguan depresi
kondisi atau peristiwa yang terjadi sehingga merupakan salah satu gangguan suasana hati
(mood) yang diklasifikasikan kedalam dua
mempengaruhi kehidupan fisik, psikis maupun
kategori, yakni:
sosial seseorang.
Gangguan depresif mayor
Gejala dan Tanda Depresi
Gangguan depresif mayor digambarkan
Depresi berat secara signifikan dengan hilangnya ketertarikan atau kesenangan
mempengaruhi keluarga seseorang dan akan aktivitas yang biasa dilakukan. Gejala
hubungan pribadi, pekerjaan atau kehidupan yang tampak berupa: gangguan fungsi sosial
social, tidur, kebiasaan makan, dan kesehatan dan aktivitas yang terjadi selama kurang lebih
umum. Seseorang yang memiliki episode
dua minggu, tanpa adanya riwayat perilaku
depresi utama biasanya menunjukkan suasana manik. Gangguan depresi mayor di diagnosis
hati yang sangat rendah, yang melingkupi berdasarkan pada munculnya satu atau lebih
semua aspek kehidupan, dan ketidakmampuan episode depresi mayor tanpa adanya riwayat
untuk mengalami kesenangan dalam kegiatan episode manic (berhubungan dengan maniak,
yang sebelumnya dinikmati. Orang yang
seperti dalam fase manic dari gangguan bipolar)
depresi sibuk dengan pikiran dan perasaan atau hypomanic (mengacu pada keadaan
tidak berharga, rasa bersalah atau penyesalan maniak yang lebih ringan atau kegirangan).
yang terus menerus merasa tidak pantas, tidak Dalam episode depresi mayor, orang tersebut
berdaya, putus asa, dan membenci diri sendiri. mengalami salah satu di antara mood depresi
Dalam kasus yang parah, depresi
(merasa sedih, putus asa, atau terpuruk) atau
memiliki gejala psikosis. Gejala ini termasuk kehilangan minat/rasa senang dalam semua atau
khayalan biasanya tidak menyenangkan atau berbagai aktivitas untuk periode waktu paling
halusinasi. Gejala lain depresi termasuk sedikit 2 minggu.
konsentrasi yang buruk dan memori (terutama Orang dengan gangguan depresi mayor
pada mereka dengan melankolis atau psikotik
juga memiliki selera makan yang buruk,
fitur), penarikan dari kegiatan sosial, kehilangan atau bertambah berat badan secara
penurunan gairah seks, dan pikiran tentang mencolok, memiliki masalah tidur atau tidur
kematian atau bunuh diri. Insomnia sering

26
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

terlalu banyak, dan menjadi gelisah secara fisik, yang mengalami apa yang disebut depresi
atau yang pada situasi ekstrem lainnya subklinis, juga mengalami kesulitan dalam
menunjukkan melambatnya aktivitas motorik keberfungsian psikososial sama besar dengan
mereka. Orang dengan depresi mayor dapat para individu yang memenuhi persyaratan
kehilangan minat pada hampir semua aktivitas formal bagi diagnosis depresi. Simptom-
rutin dan kegiatan senggang mereka, memiliki simptom tersebut harus menyebabkan baik
kesulitan dalam berkonsentrasi dan membuat tingkat distress yang signifikan secara klinis
keputusan, memiliki pikiran yang menekan ataupun paling tidak dalam satu area penting
akan kematian, dan mencoba bunuh diri. dari fungsi, seperti fungsi sosial atau pekerjaan,
Gangguan depresi mayor adalah tipe dan harus bukan merupakan akibat langsung
paling umum dari gangguan mood yang dapat dari penggunaan obat-obatan atau medikasi,
di diagnosis, dengan perkiraan prevalensi dari suatu kondisi medis, atau dari gangguan
semasa hidup berkisar antara 10% hingga 25% psikologis lain. Episode tersebut tidak boleh
untuk wanita dan 5% hingga 12% untuk pria mewakili suatu reaksi berduka yang normal
(Health, 2010). Depresi mayor, khususnya pada terhadap kematian seseorang yang dicintai,
episode yang lebih berat atau parah, dapat yaitu berkabung (bereavement).
disertai dengan cirri psikosis, seperti delusi Mood yang depresi, sedih dan tertekan
bahwa tubuhnya digerogoti penyakit (Coryell hampir sepanjang hari, dan hampir setiap hari.
dkk., 1996). Orang dengan depresi berat juga Dapat berupa mood yang mudah tersinggung
dapat mengalami halusinasi, seperti pada anak-anak atau remaja. Penurunan
³mendengar´ suara-suara orang lain, atau iblis, kesenangan atau minat secara drastis dalam
yang mengutuk mereka atas kesalahan yang semua atau hampir semua aktivitas, hamper
dipersepsikan. setiap hari, hamper sepanjang hari. Suatu
Episode-episode depresi mayor dapat kehilangan atau pertambahan berat badan yang
berlangsung dalam jangka bulanan atau satu signifikan (5% lebih dari berat tubuh dalam
tahun atau bahkan lebih (Health, 2010). Rata- sebulan), tanpa upaya apa pun untuk berdiet,
rata orang dengan depresi mayor dapat atau suatu peningkatan atau penurunan dalam
diperkirakan mengalami empat episode selama selera makan. Setiap hari (atau hampir setiap
hidupnya (Judd, 1997). Orang yang terus hari) mengalami insomnia atau hipersomnia
memiliki simptom-simptom yang terus (tidur berlebuhan). Agitasi yang berlebihan atau
bertahan, banyak ahli memandang depresi melambatnya respons gerakan hampir setiap
mayor sebagai suatu gangguan kronis, bahkan hari. Perasaan lelah atau kehilangan energi
sepanjang hidup. Dari sisi positifnya, semakin hampir setiap hari. Perasaan tidak berharga atau
panjang periode kesembuhan depresi mayor, salah tempat ataupun rasa bersalah yang
semakin rendah risiko untuk kambuh di berlebihan atu tidak tepat hampir tiap hari.
kemudian hari (Solomon dkk., 2000). Berkurangnya kemampuan untuk
berkonsentrasi atau berpikir jernih atau untuk
Ciri-ciri Diagnostik dari suatu Episode membuat keputusan hampir setiap hari. Pikiran
Depresi Mayor. yang muncul berulang tentang kematian atau
Suatu episode depresi mayor ditandai bunuh diri tanpa suatu rencana yang spesifik,
dengan munculnya lima atau lebih ciri-ciri atau atau munculnya suatu percobaan bunuh diri,
simptom-simptom selama suatu periode 2 atau rencana yang spesifik untuk melakukan
minggu, yang mencerminkan suatu perubahan bunuh diri. (APA, 2000)
dari fungsi sebelumnya. Paling tidak satu dari
ciri-ciri tersebut harus melibatkan (1) mood
Faktor-faktor Risiko dalam Depresi Mayor.
yang depresi, atau (2) kehilangan minat atau
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko
kesenangan dalam beraktivitas. Selain itu,
penegakkan diagnosis memerlukan hadirnya seseorang untuk mengembangkan depresi
empat simptom tambahan, seperti gangguan mayor meliputi usia (onset awal lebih umum
tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, terjadi pada dewasa muda daripada dewasa
perasaan tidak berarti, pikiran untuk bunuh diri, yang lebih tua); status sosioekonomi (orang
dan sulit berkonsentrasi. dengan taraf sosio ekonomi yang lebih rendah
Gotlib, Lewinsohn, dan Seeley (1995) memiliki risiko yang lebih besar dibanding
menemukan bahwa para individu yang mereka dengan taraf yang lebih baik); dan
mengalami kurang dari lima simptom, yaitu status pernikahan (orang yang berpisah atau
bercerai memiliki risiko yang lebih tinggi
27
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

daripada orang yang menikah atau tidakpernah menyatakan bahwa seseorang yang mengalami
menikah). gangguan distimik selalu merasa kurang
Wanita memiliki kecenderungan hampir bersemangat dan tertekan serta depresi yang
dua kali lipat lebih besar daripada pria untuk dialami bersifat ringan tetapi mengganggu dan
mengalami depresi mayor. Meski perbedaan cenderung bertahan dalam jangka waktu
hormonal atau perbedaan biologis lainnya yang tahunan. Berdasarkan klasifikasi karakteristik
terkait dengan gender kemungkinan depresi diatas, dapat disimpulkan bahwa
berpengaruh, namun sebuah diskusi panel yang caregiver pasien penyakit jantung mengalami
diselenggarakan oleh American Psychological gangguan distimik.
Association (APA) menyatakan bahwa
perbedaan gender sebagian besar disebabkan
oleh lebih banyaknya jumlah stress yang Rentang Depresi
dihadapi wanita dalam kehidupan kontemporer. Townsend (2009) menggambarkan gejala
Diskusi panel tersebut menyimpulkan bahwa depresi dalam suatu rentang depresi berikut ini,
wanita lebih cenderung daripada pria untuk berdasarkan pada berat ringannya gejala yang
menghadapi faktor-faktor kehidupan yang dimulai dari depresi tidak menetap hingga
penuh tekanan seperti penganiayaan fisik dans depresi berat. Rentang depresi dimulai dari
eksual, kemiskinan, orang tua tunggal, dan depresi tidak menetap hingga depresi berat.
diskriminasi gender. Pria dan wanita dengan Pada depresi tidak menetap, digambarkan
gangguan tersebut tidak berbeda secara dengan mengalami kekecewaan dalam hidup
signifikan dalam hal kecenderungan untuk sehari-hari seperti kehilangan orang yang
kambuh kembali, frekuensi kambuh, disayangi atau kekalahan dalam suatu
keparahan/durasi kambuh, atu jarak waktu pertandingan. Pada depresi ringan, digambarkan
untuk kambuh yang pertama kalinya. dengan respon berduka normal seperti proses
Perbedaan dalam gaya coping juga dapat berduka yang dipicu oleh kehilangan orang
membantu menjelaskan mengenai lebuh yang disayangi atau berarti, serta dapat juga
besarnya kerentanan wanita untuk terkena berupa obyek seperti barang ataupun hewan
depresi. Respon coping seseorang dapat kesayangan. Pada depresi sedang,
menambah atau mengurangi keparahan dan dideskripsikan sebagai gangguan distimik
durasi dari episode depresi. Depresi mayor dimana seseorang mengalami proses berduka
umumnya berkembang pada masa dewasa yang memanjang dan berlebihan, misalnya pada
muda, dengan usia rata-rata onsetnya adalah gangguan distimik. Pada depresi berat,
pertengahan 20 (Health, 2010). digambarkan dengan intensitas gejala depresi
meningkat dari depresi sedang. Seseorang
Gangguan Distimik (Dysthymic dengan depresi berat menunjukkan kehilangan
Disorder) kontak dengan realita yang diakibatkan oleh
Karakteristik dari gangguan distimik kurangnya kesenangan dalam melakukan semua
mirip dengan gangguan depresif mayor, hanya aktivitas harian secara kompleks dan khayalan
bersifat lebih ringan. Gangguan distimik ini untuk bunuh diri biasa ditemukan.
digambarkan dengan suasana hati merasa sedih
atau ³terpuruk dalam tekanan perasaDQ´ Pada
gangguan distimik tidak ditemukan gejala Manifestasi Klinik
Townsend (2009) menampilkan
psikotik, melainkan hanya perasaan tertekan
manifestasi depresi dalam bentuk kontinum
yang kronik selama sepanjang hari, atau lebih
yang terdiri atas: (1) depresi tidak menetap,
dari sehari yang berlangsung selama kurang
dengan gejala merasa sedih, patah semangat,
lebih dua tahun. Gangguan ini juga
kecewa, menangis, dan merasa lelah serta tak
diklasifikasikan sebagai: (1) kejadian dini, yang
peduli; (2) depresi ringan, gejalanya bertambah
terjadi sebelum usia 21 tahun; (2) kejadian
menjadi menolak perasaan, marah, cemas,
lambat, yang ditemukan pada usia 21 tahun
merasa bersalah, putus asa, tidak berdaya,
keatas.
regresi, agitasi, menarik diri, menyalahkan diri
Karakteristik depresi yang telah
dipaparkan diatas meyakini bahwa kondisi atau orang lain, mengalami gangguan tidur, dan
depresi dinyatakan berdasarkan gejala yang makan; (3) depresi sedang, gejala yang
ditampilkan. Klein, Schwartz et al., (2000, ditampilkan berupa: merasa pesimis, harga diri
dalam Nevid, Rathus, & Greene, 2008) rendah, perilaku menyakiti diri, tidak mampu
merawat diri, sulit berkonsentrasi dan nyeri
abdominal; dan (4) depresi berat, gejalanya
28
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

bertambah dengan merasa putus asa total, tidak Greene, 2008). Berdasarkan hal tersebut,
berguna, afek datar, pergerakan tidak terarah, tampak bahwa faktor genetik memberi
bingung, gangguan isi pikir, halusinasi, dan pengaruh terhadap kejadian depresi, terutama
berpikir untuk bunuh diri. Menurut Elvira dan pada manusia kembar.
Hadisukanto (2010), tanda dan gejala depresi
berupa: (1) merasa sedih dan kesepian; (2) Teori Kehilangan Objek
kehilangan minat dan berkurangnya energi; (3) Mengacu pada adanya peristiwa
gangguan tidur; (4) nafsu makan berkurang; (5) traumatik berupa perpisahan dengan orang yang
kecemasan; dan (6) gangguan endokrin. dianggap berarti. Dua hal penting dari teori ini
Manifestasi depresi tersebut diatas bergantung berupa: (1) kehilangan pada masa kanak-kanak
pada jenis depresi yang dialami, dan mengarah merupakan faktor predisposisi terjadinya
pada terjadinya gangguan secara psikologis depresi pada masa dewasa; (2) perpisahan yang
maupun fisiologis dialami pada masa dewasa merupakan faktor
Tarrier (2006) juga menyatakan bahwa presipitasi terjadinya depresi. Perspektif lain
tanda dan gejala depresi meliputi; gangguan dari teori ini berfokus pada dampak negatif dari
tidur, agitasi, retardasi, hilangnya libido, dan depresi maternal terhadap bayi dan anak-anak
gangguan makan yang diduga berasal dari (Swartz,et al. 2005; Weissman,et al.2006;
pengaruh isi pikiran negatif terkait diri sendiri, dalam Stuart, 2009). Hal yang sama
dunia dan masa depan. Studi yang dilakukan diungkapkan oleh Townsend (2009) yang
oleh Yamada, Hagihara, dan Nobutomo, (2008) menyatakan bahwa kemurungan hati terjadi saat
menemukan bahwa caregiver yang mengalami seseorang mengalami kehilangan obyek yang
depresi dan stress berat sering mengkritik diri dicintai, yang terpisah karena kematian,
sendiri, menghindar dan menarik diri. ataupun penolakan dan depresi merupakan
Disamping itu, caregiver juga mengalami dampak dari perpisahan dengan orang yang
gangguan tidur, kualitas hidup yang rendah dan berarti pada enam bulan pertama. Beberapa
harus menyiapkan diri terhadap kemungkinan studi telah membuktikan bahwa kehilangan
kematian pasien secara mendadak (Rodrigue, orang yang berarti (significant others)
Widows, &Baz, 2006). Tanda dan gejala berhubungan dengan perkembangan depresi
depresi pada caregiver pasien penyakit jantung (Kendler et al., 2002; Kendler, Hettema et al.,
bervariasi dari gangguan secara fisik hingga 2003; dalam Nevid, Rathus& Greene, 2008).
psikis yang bersumber dari kondisi yang Depresi yang dialami oleh caregiver pasien
dialami oleh pasien. penyakit jantung mengacu pada kondisi
kehilangan yang bersifat abstrak, dalam hal ini
Faktor Predisposisi kehilangan waktu bersama saat pasien belum
Stuart (2009)menyatakan bahwa faktor menderita penyakit.
predisposisi adalah faktor risiko yang
mempengaruhi jenis dan jumlah sumber- Teori Pengorganisasian Kepribadian
sumber yang dapat digunakan individu untuk Tiga bentuk pengorganisasian
mengatasi stress dan berupa faktor biologis, kepribadian yang mengarah pada kejadian
psikologi dan sosiokultural. Berikut ini depresi menurut Arieti dan Bemporad (1980,
merupakan faktor predisposisi terjadinya dalam Stuart, 2009) yaitu: (1) dominasi orang
depresi, yaitu: lain, dimana seseorang bergantung pada orang
Genetik lain untuk memenuhi kepuasan diri dan harga
Kembar identik dengan gangguan afektif
diri dengan karakteristik berupa sikap pasif,
lebih berisiko 2-4 kali dibanding kembar
manipulatif, menghindari konflik, dan penurut;
fraternal. Sadock dan Sadock (2007, dalam
(2) seseorang menyadari bahwa keinginannya
Townsend, 2009) menambahkan bahwa
tidak akan pernah tercapai dengan ciri-ciri yang
kejadian depresi lebih banyak ditemukan pada
tampak berupa sikap tertutup, arogan, sering
kembar monozigot dibanding dizigot. Studi
terobsesi, dan menghabiskan waktu dengan
yang dilakukan di Finlandia menemukan bahwa
berandai-andai; (3) sistem keyakinan seseorang
angka kejadian depresi tujuh kali lebih besar
terkait pengalaman yang dirasakan berupa
pada kembar monozigot dibanding dizigot
penolakan terhadap setiap bentuk pemuasan
dengan persentase sebesar 43% pada kembar
kesukaan karena menganggapnya sebagai hal
monozigot dan 6% pada kembar dizigot
yang tabu dimana seseorang dengan tipe ini
(Kieseppä et al., 2004,dalam Nevid, Rathus &
mengalami kekosongan, bersikap picik dalam
29
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

hubungan interpersonal dan mengkritik keras Kondisi penyakit jantung yang membutuhkan
diri sendiri maupun orang lain. Berdasarkan perawatan yang lama menjadi pemicu
teori ini, dapat dikatakan bahwa caregiver di munculnya keyakinan negatif terhadap kondisi
dominasi oleh pasien penyakit jantung yang lingkungan. Ketidakberdayaan dan bahkan
bergantung kepadanya terkait pemenuhan keputusasaan merupakan manifestasi dari
kebutuhan selama kondisi sakit. Lamanya pandangan negatif terhadap masa depan
perawatan dapat mencetuskan suatu keadaan mengingat penyakit jantung yang tidak akan
merasa terbebani dan tertekan yang berujung pernah bisa disembuhkan (incurable).
pada munculnya gejala depresi.
Model Keputusasaan-Ketidakberdayaan
Model Kognitif Seligman (1975, dalam Stuart, 2009)
Depresi dianggap sebagai masalah menyatakan bahwa ketidakberdayaan
kognitif yang didominasi oleh suatu evaluasi merupakan suatu keyakinan bahwa ³tak ada
negatif seseorang terhadap diri, dunia dan masa seorang pun yang akan membantX´ sedangkan
depan. Becket al, menyatakan bahwa depresi keputusasaan merupakan suatu keyakinan
dialami oleh orang-orang yang terganggu bahwa ³tak ada seorang pun yang mampu
pikirannya. Orang-orang yang mengalami melakukan sesuatu´ 7Hori ini menunjukkan
depresi dikuasai oleh rasa pesimis karena bahwa bukan hanya rasa trauma yang
menganggap masa depan sebagai perpanjangan mencetuskan kejadian depresi, melainkan
dari masa kini, merasa kegagalan mereka akan keyakinan bahwa seseorang tidak memiliki
berlanjut secara menetap yang pada akhirnya kontrol atas hal-hal penting dalam hidup dan
rasa pesimis itu akan mendominasi aktivitas, karenanya menahan diri terhadap respon
keinginan dan harapan mereka. Townsend adaptif. Townsend (2009) menambahkan bahwa
(2009) juga menambahkan bahwa depresi ketidakberdayaan merupakan hal yang
merupakan gambaran akan adanya gangguan dipelajari terkait dengan seringnya seseorang
pada kognitif seseorang, ditandai dengan mengalami kegagalan, sehingga depresi terjadi
munculnya perasaan tidak berarti terhadap diri karena mereka belajar bahwa apapun yang
sendiri, lingkungan ataupun masa depan. dilakukan pasti gagal. Berdasarkan hal tersebut,
Tampak bahwa adanya gangguan kognitif tampak bahwa seseorang dengan depresi
merupakan faktor yang mendukung terhadap cenderung merasa tidak berdaya dan putus asa.
kejadian depresi, yang berasal dari terjadinya Lewinsohn (1974, dalam Nevid, Rathus
penilaian yang negatif terhadap diri, lingkungan & Greene, 2008) menyatakan bahwa depresi
dan masa depan.(Montgomery, 2011) merupakan hasil dari adanya
Beck et al. (1979, dalam Nevid, Rathus ketidakseimbangan antara perilaku dan
& Greene, 2008) menyatakan bahwa terdapat penguatan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
tiga model kognitif pada depresi (The Cognitive kurangnya penguatan dapat melemahkan
Triad of Depression) yaitu: (1) adanya motivasi yang mencetuskan terjadinya depresi.
keyakinan negatif terhadap diri sendiri, seperti Caregiver pasien penyakit jantung yang
merasa tidak berguna, dan tidak memiliki mengalami depresi, merasa tidak berdaya akibat
kemampuan untuk mencapai kebahagiaan; (2) adanya perbedaan yang mencolok antara
adanya keyakinan negatif terhadap lingkungan, kemampuan mereka untuk merawat dengan
seperti terpapar terus menerus terhadap kurangnya bala bantuan ataupun penguatan
kegagalan dan kehilangan serta tuntutan dari yang diharapkan untuk tetap menjaga motivasi
lingkungan yang tidak mungkin untuk dicapai; mereka dalam merawat.
dan (3) adanya keyakinan negatif terhadap masa
depan, seperti merasa tidak berdaya dan yakin Model Perilaku
bahwa tak ada seorangpun yang mampu Lewinsohnet al. menyatakan bahwa
mengubah keadaan menjadi lebih baik. model perilaku menganggap manusia memiliki
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat kemampuan untuk melatih kontrol atas perilaku
disimpulkan bahwa caregiver pasien penyakit mereka sendiri. Manusia tidak hanya bereaksi
jantung mengalami ketiga hal ini saat menderita terhadap pengaruh eksternal, melainkan mereka
memilih, mengatur, dan mengubah stimulus
depresi akibat merawat. Perasaan tidak berguna
yang datang sehingga mereka tidak dianggap
yang muncul pada caregiver pasien penyakit
sebagai objek lemah yang dikontrol oleh
jantung berasal dari ketidakmampuan memberi lingkungan. Interaksi antara manusia dan
perawatan yang sesuai dengan yang diharapkan.
30
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

lingkungan dengan hasil positif memberi memainkan peran dalam depresi pada tahun
penguatan yang positif. Beberapa interaksi 1950-an. Penemuan yang dilaporkan pada
menguatkan perilaku seseorang, sehingga masa itu pasien hipertensi yang meminum
asumsi kunci dari model ini ialah bahwa obat reserpine sering menjadi depresi.
rendahnya penguatan positif dari lingkungan Reserpine menurunkan suplai dari berbagai
merupakan awal dari perilaku depresif. Dua neurotransmitter di dalam otak, termasuk
elemen penting dari model ini yakni: (1) norepinephrine dan serotonin. Penemuan obat-
seseorang mungkin gagal untuk berespon sesuai obatan yang menaikkan tingkat
sehingga menghabiskan penguatan positif; (2) neurotransmitter seperti norepinephrine dan
lingkungan mungkin gagal memberi penguatan serotonin di otak dapat mengurangi depresi.
sehingga memperburuk kondisi depresi yang Obat-obatan ini, disebut antidepresan,termasuk
dialami. Hal tersebut menunjukkan bahwa tricyclis, imipramine (nama dagang Tofranil)
penyimpangan perilaku pada kondisi depresi dan amitriptyline (nama dagang Elavil);
merupakan hasil dari rendahnya penguatan monoamineoxidase (MAO) inhibitors, seperti
yang diterima dari lingkungan. phenelzine (nama dagang Nardil); dan selective
serotonin-reuptake inhibitors (SSRIs), seperti
Model Biologis: Faktor Genetis. fluoxetine (nama dagang Prozac) dan sertraline
Suatu bidang pengetahuan yang semakin (nama dagang Zoloft).
berkembang mengimplikasikan faktor-faktor Pandangan yang lebih kompleks
genetis pada gangguan mood. Gangguan mood mengenai peran neurotransmitter dalam depresi
termasuk depresi mayor dan terutama gangguan sedang berkembang (Cravchik & Goldman,
bipolar cenderung menurun dalam keluarga. 2000). Suatu pandangan yang dipegang secara
Bukti yang mengacu pada suatu dasar genetis luas saat ini adalah bahwa depresi melibatkan
untuk gangguan mood berasal dari penelitian- ketidakteraturan dalam (1) jumlah reseptor pada
penelitian yang menunjukkan bahwa semakin neuron penerima, tempat di mana
dekat hubungan genetis yang dibagi seseorang neurotransmitter berkumpul, (memiliki terlalu
dengan orang lain yang menderita suatu banyak atau terlalu sedikit); atau (2) dalam
gangguan mood mayor (depresi mayor atau sensitivitas reseptor bagi neurotransmitter
gangguan bipolar), semakin besar tertentu (Yatham dkk., 2000). Antidepresan
kecenderungan bahwa orang tersebut juga akan dapat bekerja dengan cara mempengaruhi
menderita suatu gangguan mood mayor. jumlah atau sensitivitas dari reseptor.
Para peneliti percaya bahwa keturunan Defisiensi pada neurotransmitter tertentu
memainkan peranan penting dalam depresi juga memainkan suatu peranan (Lambert dkk.,
mayor. Namun, genetis bukanlah satu-satunya 2000). Masalah-masalah lebih lanjut yang rumit
determinan dari depresi mayor, juga bukan adalah terdapatnya sejumlah tipe reseptor yang
determinan yang paling penting. Faktor-faktor berbeda untuk setiap neurotransmitter.
lingkungan, seperti pemaparan terhadap Kemungkinan juga ada banyak subtype untuk
peristiwa hidup yang penuh tekanan, setiap tipe. Fungsi dari antidepresan tertentu
tampaknya memainkan peranan yang paling dapat spesifik pada tipe atau subtipe tertentu
tidak sama besarnya dibandingkan genetis. dari reseptor.Metode lain dari penelitian
Tampaknya depresi mayor adalah suatu berfokus pada abnormalitas dalam korteks
gangguan yang kompleks yang disebabkan oleh prefrontal (prefrontal cortex), area dari lobus
suatu kombinasi dari factor-faktor genetis dari frontal yang terletak di depan area motorik.
lingkungan. Faktor-faktor genetis dapat Peneliti menemukan bukti dari aktivitas
memainkan peranan yang lebih besar dalam metabolism yang lebih rendah dan ukuran
menjelaskan gangguan bipolar daripada depresi korteks prefrontal yang lebih kecil pada diri
unipolar (gangguan depresi mayor) (Krehbiel, orang yang secara klinis mengidap depresi bila
2000). dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
sehat. Korteks prefrontal terlibat dalam
Model Biologis : Faktor-faktor Biokimia dan pengaturan neurotransmitter yang terlibat dalam
Abnormalitas Otak dalam Depresi. gangguan mood, termasuk serotonin dan
Penelitian awal mengenai dasar penyebab norepinephrine, sehingga tidak mengagetkan
biologis dari depresi berfokus pada bila bukti menunjukkan ketidakteraturan pada
berkurangnya tingkat neurotransmitter dalam bagian otak ini.
otak. Neurotransmiter pertama kali dicurigai

31
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

Model biologis: Sistem Neuroendokrin kondisi depresif, meliputi: gangguan elektrolit,


terutama sodium dan potasium; perubahan
Aksishipotalamik-pituitari-adrenokortikal neurofisiologis; disfungsi dan kesalahan
juga dapat berperan dalam depresi. Bagian engaturan dari aktivitas sistem saraf otonom;
limbic pada otak sangat terkait dengan emosi perubahan hormon adrenokortikal, tiroid, dan
dan juga memengaruhi hipotalamus. gonad; dan perubahan neurokimiawi dalam
Hipotalamus kemudian mengatur berbagai neurotransmitter, terutama dalam amina
kelenjar endokrin dan sekaligus kadar hormone biogenik yang berperan sebagai
yang dihasilkan berbagai kelenjar tersebut. neurotransmitter sistem saraf pusat dan
Hormon-hormon yang dihasilkan oleh periferal. Townsend (2009) menambahkan
hipotalamus juga memengaruhi kelenjar bahwa depresi dapat disebabakan oleh adanya
pituitari dan hormone-hormon yang (1) pengaruh biokimiawi, seperti defisiensi
dihasilkannya. Karena relevansinya dengan apa norepinefrin, dopamin, dan serotonin; (2)
yang disebut simptom-simptom vegetatif pada gangguan neuroendokrin, seperti kegagalan
depresi, seperti gangguan nafsu makan dan sistem hormonal; dan (3) pengaruh fisiologis,
tidur, diperkirakan aksis hipotalamik-pituitari- seperti efek samping obat, gangguan neurologi,
adrenokortikal bekerja terlalu aktif dalam defisiensi nutrisi, gangguan elektrolit, dan
kondisi depresi. gangguan fisik lainnya. Tampak bahwa gejala
Kadar kortisol (suatu hormone depresi belum diketahui apakah sebagai
adrenokortikal) yang tinggi pada para pasien penyebab atau akibat dari suatu kondisi.
depresi, kemungkinan terjadi karena sekresi Nevid, Rathus, dan Greene (2008)
yang berlebihan pada hormone yang menyatakan bahwa beberapa studi telah
melepaskan thyrotropin oleh hipotalamus. membuktikan bahwa kondisi depresi dapat
Sekresi kortisol yang berlebihan pada orang- dicetuskan oleh adanya penyimpangan atau
orang yang depresi juga menyebabkan abnormalitas aktivitas neurotransmitter di otak.
pembesaran kelenjar adrenalin. Sekresi kortisol Tampak bahwa penyimpangan neurotransmitter
yang terus-menerus berlebihan dikaitkan tersebut menjadi penyebab dari terjadinya
dengan kerusakan hipokampus, dan berbagai gejala depresi. Berdasarkan teori ini, dapat
studi menemukan bahwa beberapa pasien yang dikatakan bahwa depresi yang dialami oleh
menderita depresi menunjukkan abnormalitas caregiver pasien penyakit jantung boleh jadi
hipokampus. Kadar kortisol yang tinggi disebabkan oleh adanya pengaruh faktor
tersebut bahkan mendorong pengembangan biologis atau mungkin faktor biologis tersebut
suatu tes biologis untuk depresi, yaitu tes terjadi karena kondisi depresi.
supresi deksametason (DST). Deksametason
menekan sekresi kortisol. Ketika diberi Model Transaksi
deksametason dalam tes yang berlangsung Townsend (2009) menambahkan bahwa
selama satu malam, beberapa pasien depresi, model transaksi meyakini bahwa efek gabungan
terutama yang mengalami depresi delusional, dari genetik, biokimiawi, dan pengaruh
tidak mengalami supresi kortisol. psikososial seperti gangguan kognitif,
Interpretasinya adalah kegagalan deksametason kehilangan obyek, dan teori belajarmembuat
untuk menekan kortisol mencerminkan aktivitas seseorang menjadi mudah terpengaruh untuk
yang berlebihan dalam aksis hipotalamik- terkena depresi. Penyebab depresi belum
pituitari-adrenokortikal pada pasien yang diketahui secara pasti apakah disebabkan oleh
menderita depresi. Kegagalan supresi satu teori tunggal atau tidak. Model ini
dinormalisasi ketika episode depresif berakhir, mencoba menjelaskan bahwa depresi juga
yang mengindikasikan bahwa hal itu dapat bersifat dinamis, sehingga dapat disimpulkan
merupakan respons yang tidak spesifik terhadap bahwa caregiver pasien penyakit jantung yang
stress. mengalami depresi mungkin telah membawa
(Montgomery, 2011) menyatakan bahwa faktor predisposisi lainnya yang ikut memberi
model ini menyelidiki perubahan kimiawi kontribusi terhadap munculnya gejala depresi
dalam tubuh selama kondisi depresif. Apakah saat merawat.
perubahan kimiawi ini menyebabkan depresi
atau merupakan hasil dari depresi yang belum Implikasi Perkembangan
dipahami. Abnormalitas yang signifikan dapat Townsend (2009) menyatakan bahwa
dilihat pada beberapa sistem tubuh selama faktor prediposisi terakhir dari kejadian depresi
32
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

merupakan dampak dari adanya penyimpangan tercetusnya depresi; (2) kehilangan dan
pada masa perkembangan. Implikasi gangguan perpisahan tidak selalu hadir dalam semua
perkembangan ini terbagi atas: (1) masa kanak- kondisi depresi; (3) tidak semua orang yang
kanak, mengalami masalah makan, mengalami kehilangan dan perpisahan akan
tempertantrum, kurang bermain, dan depresi; (4) kehilangan dan perpisahan bukan
kekecewaan; (2) masa remaja, mengalami merupakan hal yang spesifik pada depresi tetapi
konflik kemandirian terkait proses maturasi; (3) mungkin berperan sebagai kejadian pencetus
masa tua, menghadapi banyak stressor seiring untuk beragam penyakit medis dan psikiatri;
dengan usia yang menua, seperti: masalah dan (5) kehilangan dan perpisahan mungkin
keuangan, penyakit fisik, perubahan fungsi merupakan akibat dari depresi. Tampak bahwa
tubuh, dan menjelang kematian; dan (4) kehilangan menjadi salah satu faktor pencetus
postpartum, dikaitkan dengan perubahan kejadian depresi.
hormonal, kurang dukungan suami, atau Studi yang dilakukan oleh Rodrigue,
pernikahan yang tidak bahagia. Berdasarkan hal Widows, dan Baz (2006) menyatakan bahwa
tersebut, tampak bahwa depresi yang dialami caregiver harus menyiapkan diri terhadap
juga dapat berasal dari adanya penyimpangan kemungkinan kematian pasien secara
pada masa tumbuh kembang terkait tugas mendadak. Pada kondisi depresi yang dialami
perkembangan. Stress dan depresi saat merawat oleh caregiver, dapat dikatakan bahwa
dapat bersifat sebagai faktor pencetus dari kehilangan orang yang berarti dapat
kondisi depresi yang telah lama terjadi. mencetuskan depresi. Kehilangan dalam hal ini
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka masih bersifat imajinasi yang berarti bahwa
dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa caregiver pasien penyakit jantung harus
faktor predisposisi yang berkontribusi terhadap mempersiapkan diri terhadap kemungkinan
kejadian depresi. Teori dan hasil penelitian terburuk yang akan terjadi pada pasien yang
membuktikan bahwa faktor predisposisi dirawat.
kejadian depresi, meliputi: (1) riwayat Peristiwa Kehidupan
keturunan kembar monozigot; (2) riwayat Peristiwa-peristiwa dalam hidup yang
mengalami perpisahan ataupun kehilangan dapat menyebabkan terjadinya depresi seperti,
dengan orang yang berarti; (3) adanya dominasi kehilangan harga diri; masalah interpersonal;
orang lain terhadap kehidupan diri; (4) adanya kejadian sosial yang tidak diharapkan dan
penyimpangan kognitif; (5) rasa tidak berdaya perpecahan besar dalam kehidupan. Pattonet al
dan putus asa yang diyakini; (6) penyimpangan (2003, dalam Stuart, 2009) menyatakan bahwa
perilaku akibat rendahnya dukungan dari peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan
lingkungan; (7) gangguan fisiologis; (8) menjadi faktor presipitasi yang paling sering
gabungan dari genetik, biokimiawi, dan terhadap kejadian depresi. Depresi juga
gangguan psikososial; dan (9) adanya dikaitkan dengan adanya perpecahan dalam
penyimpangan pada perkembangan. Caregiver perkawinan atau keluarga, penyakit fisik pada
pasien penyakit jantung yang mengalami orang tua, dan ketergantungan sosial.Semua
depresi dipengaruhi oleh faktor predisposisi orang mengalami kejadian hidup yang penuh
tersebut. dengan tekanan, tetapi tidak semua orang
mengalami depresi. Hal ini menunjukkan
Faktor Presipitasi bahwa hanya kejadian spesifik yang berperan
Menurut Stuart (2009) faktor presipitasi dalam perkembangan kejadian depresi.
merupakan stimulus yang menantang, Kendler dan Prescott (1999, dalam
mengancam atau menuntut individu. Berikut ini Nevid, Rathus & Greene, 2008) menyatakan
beberapa faktor yang mencetuskan terjadinya bahwa faktor lingkungan, seperti terpapar
depresi terhadap kejadian hidup penuh stress menjadi
Kehilangan Ikatan faktor utama dalam kejadian depresi. Merawat
Depresi dapat dicetuskan oleh kehilangan
pasien penyakit jantung merupakan peristiwa
pada masa dewasa, yang mungkin bersifat nyata
yang sangat tidak diharapkan oleh caregiver.
atau hanya imajinasi yang meliputi: kehilangan
Lamanya perawatan dan kondisi penyakit
cinta; seseorang; fungsi fisik; status atau harga
jantung yang tidak dapat disembuhkan dapat
diri. Kaitan antara kehilangan dan depresi
menjadi faktor pencetus terjadinya depresi pada
bersifat kompleks, yakni: (1) peristiwa
caregiver.
kehilangan dan perpisahan memungkinkan

33
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

Ketegangan Peran juga ikut berperan dalam terjadinya depresi.


Stuart (2009) menyatakan bahwa dalam Caregiver pasien penyakit jantung yang
menganalisis stressor peran sosial, banyak merawat dalam jangka waktu lama, dapat
literatur yang berfokus pada wanita. Peran yang membuat terjadinya perubahan fisiologis
ada terkait faktor risiko bagi wanita yang seperti: gangguan pola tidur, maupun gangguan
terpapar dengan stressor jangka panjang, pola makan yang diyakini akan berdampak pada
misalnya peran sebagai caregiver yang tercetusnya depresi.
menghadirkan tantangan biologis dan
psikososial. Berikut beberapa peran wanita Penilaian terhadap Stressor
sebagai caregiver: (1) saat hamil dan Penilaian terhadap stressor merupakan
melahirkan; dan (2) saat merawat pasangan atau cara individu dalam menentukan makna dan
orang tua dengan penyakit kronik. Beberapa pemahaman akan dampak dari situasi penuh
studi terdahulu menemukan bahwa depresi stress. Individu berespon dan menilai depresi
cenderung terjadi pada wanita dibanding pada yang dialami secara kognitif, afektif, fisiologis,
pria.Berdasarkan hal tersebut, maka dapat perilaku dan sosial (Stuart, 2009).Berikut ini
disimpulkan bahwa caregivercenderung adalah bentuk-bentuk penilaian stress pada
berjenis kelamin wanita, sehingga wanita depresi:
memang berisiko tinggi untuk mengalami Respon Kognitif
depresi terkait kompleksitas peran yang dimiliki Penilaian kognitif memungkinkan
dan perubahan kebiasaan yang terjadi. individu untuk mengevaluasi dan memahami
Conway et al. (2006, dalam Nevid, depresi yang dialami dengan menggunakan
Rathus & Greene, 2008) menyatakan bahwa sumber-sumber yang dimiliki agar mampu
depresi lebih sering ditemukan pada wanita menetralisir atau mentoleransi tekanan yang
dibanding pria. Braverman dan dirasakan. Mekanisme yang digunakan
Braverman(2004) menyatakan bahwa penyakit biasanya berupa perasaan putus asa sebagai
jantung seperti hipertensi cenderung terjadi akibat dari pikiran negatif. Varcarolis dan
pada pria dibanding wanita. Ferrario, et al., Halter (2010) menyatakan bahwa respon
(2003) menyatakan bahwa ketika merawat kognitif pasien depresi yang meliputi:
pasien dengan penyakit kronik seperti penyakit kemampuan berpikir jernih dan memecahkan
jantung, caregiver akan menunjukkan masalah terpengaruh secara negatif. Lebih
perubahan kebiasaan, emosi dan peran yang lanjut dijelaskan bahwa pasien mengatakan
menyebabkan terjadinya ketegangan dalam tidak mampu berpikir cepat, kurang mampu
merawat. Peran wanita yang begitu kompleks, berkonsentrasi dan memori terbatas, serta tidak
baik sebagai caregiver bagi anak-anaknya, mampu mengambil keputusan.
pasangannya, maupun orang tuanya membuat Beck et al (1979, dalam Nevid, Rathus &
seorang wanita cenderung untuk mengalami Greene, 2008) menyatakan bahwa respon
ketegangan peran saat dihadapkan pada situasi kognitif yang ditampilkan berupa adanya
yang penuh tekanan. keyakinan yang negatif baik terhadap diri
sendiri, lingkungan, maupun masa depan.
Perubahan Fisiologis Perasaan akan ketidakmampuan diri dalam
Stuart (2009) menyatakan bahwa memberi perawatan yang diharapkan, perasaan
keadaan suasana hati (mood) dipengaruhi oleh akan tuntutan dari kondisi penyakit pasien yang
beragam penyakit fisik dan pengobatan. Depresi tidak mampu diubah, serta perasaan bahwa
dapat timbul setelah seseorang diketahui segala sesuatu tidak akan pernah membaik yang
menderita penyakit fisik, seperti: infeksi virus; berujung pada kondisi tidak berdaya dan putus
gangguan endokrin; anemia; dan gangguan asa. Perawatan pasien penyakit jantung yang
sistem saraf pusat. Kebanyakan penyakit menyita waktu yang disertai dengan ketakutan
kronik, apakah fisik atau psikis disertai dengan akan kematian mendadak membuat caregiver
depresi. Penyakit fisik yang disertai depresi, mengalami kelemahan psikologis yang
seperti: penyakit jantung; stroke, dan gagal berdampak pada terjadinya distorsi kognitif.
ginjal. Sementara itu, obat-obatan yang dapat
merangsang terjadinya depresi seperti: obat Respon Afektif
antihipertensi; dan amfetamin, serta barbiturat Respon afektif diekspresikan dalam
pada penyalahgunaan zat. Berdasarkan hal bentuk emosi yang berupa: perasaan sedih,
tersebut, tampak bahwa perubahan fisiologis marah, cemas, harga diri rendah, tidak berdaya,

34
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

apatis, merasa bersalah dan tidak berguna serta caregiver pasien penyakit kronik seperti
emosi digambarkan berdasarkan tipe, durasi dan penyakit jantung.
intensitas. Varcarolis dan Halter (2010)
menyatakan bahwa afek merupakan sikap yang Respon Perilaku
ditampilkan sebagai cerminan dari kondisi Respon perilaku merupakan hasil dari
internal seseorang dan bersifat objektif dengan respon fisiologis dan emosional. Caplan (1981,
refleksi yang tampak berupa: perasaan putus asa dalam Stuart, 2009) menggambarkan empat
dan kecewa; ekspresi wajah sedih; postur fase dari respon perilaku individu terhadap
lemah, monoton; dan respon terbatas. stress, yaitu: (1) perilaku mengubah lingkungan
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan penuh stress sehingga individu dapat terbebas
bahwa respon afektif pada depresi berupa emosi darinya; (2) perilaku yang dapat membuat
yang dituangkan dalam berbagai jenis, yang individu mengubah lingkungan eksternal; (3)
bersifat negatif. perilaku intrapsikis yang membuat individu
Kettunen et al (1999,dalam Kärner, mampu bertahan melawan lonjakan emosi yang
Dahlgren & Bergdahl, 2004) menyatakan tidak menyenangkan; dan (4) perilaku
bahwa caregiver pasien penyakit infark miokard intrapsikis yang membantu individu
mengalami ketakutan akan aktivitas di waktu menyesuaikan diri kembali secara internal.
luang pasien dan serangan berulang infark Perilaku pada depresi ditampilkan dalam
miokard. Gaugler et al. (2005; Kozachik et al., berbagai respon sebagai hasil dari
2001; dalam Sherwood et al., 2006) penggabungan antara fisiologis dan emosional.
menyatakan bahwa caregiver yang merawat Individu dengan depresi biasanya
pasien dengan penyakit kronik sering menampilkan perilaku agresif, agitasi,
menampakkan respon emosional negatif, perubahan tingkat aktivitas, intoleransi, kurang
seperti: merasa terbebani, depresi, dan cemas. spontan, sangat ketergantungan, defisit
Leventhal, Leventhal, dan Van Nguyen (1985; perawatan diri, isolasi sosial, sering menangis,
Michela, 1987; Skelton & Dominian, 1973; dan menarik diri. Menurut Varcarolis dan
dalam Sarafino, 1998) menyatakan bahwa Halter (2010) menyatakan bahwa perilaku fisik
caregiver yang merawat pasien penyakit yang tampak pada pasien depresi, meliputi:
jantung terutama dengan serangan mendadak penurunan aktivitas motorik; ketidakmampuan
mengalami stress dan ketakutan yang bersifat merawat diri; perubahan pola tidur dan pola
jangka panjang terhadap penyakit yang makan; perubahan pola eliminasi; dan
dihadapi oleh anggota keluarga mereka. penurunan libido.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan
bahwa caregiver pasien penyakit jantung PEMBAHASAN
menunjukkan respon afektif seperti: perasaan Depresi adalah gangguan yang kompleks
cemas, takut, terbebani, sedih, tidak berdaya, dan heterogen. Stres kehidupan merupakan
tidak berguna, dan bahkan marah. faktor utama dalam kerentanan terhadap
depresi. Kompleksitas dan heterogenitas depresi
Respon Fisiologis dan banyaknya gejala depresi, menjadikan
Mencerminkan interaksi beberapa aksis identifikasi dan etiologinya sangat sulit.
neuroendokrin yang melibatkan hormon- Pengembangan paradigma stres kronis
hormon dan neurotransmitter lain didalam otak. dikombinasikan dengan anhedonia, kerentanan
Secara fisiologis, individu dengan depresi stres pada hewan percobaan, telah membantu
biasanya mengeluhkan rasa nyeri didaerah memperjelas sirkuit saraf dan neuroadaptations
abdomen, anoreksia, nyeri punggung, nyeri yang mendasari aspek gangguan depresi.
dada, konstipasi, pusing, fatigue, sakit kepala, Paparan stres kronis menyebabkan perubahan
insomnia, perubahan menstruasi, mual, frigid, fungsional dan transkripsi di beberapa daerah
makan berlebih, impoten, dan kelelahan. limbik yang terlibat dalam mengatur stres dan
Menurut Gaugler et al. (2005; Kozachik et al., tanggapan reward. (Cisler et al., 2013; Robison
2001; dalam Sherwood et al., 2006) Nevid, & Nestler, 2011).
Rathus, dan Greene (2008) menemukan bahwa Depresi berat merupakan gangguan
letargi juga dapat ditemukan pada penderita berulang dengan menurunnya peran fungsi dan
depresi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas hidup, morbiditas medis, dan kematian.
fatigue, letargi dan perubahan fisiologis lain WHO, menyatakan penyakit depresi sebagai
menjadi hal yang umum ditemukan pada penyebab utama keempat kecacatan di seluruh

35
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

dunia, data yang tersedia menunjukkan perubahan struktural, fungsional dan molekuler
variabilitas yang luas di tingkat prevalensi. (J. di beberapa daerah otak (Maletic et al., 2007).
Spijker et al., 2004). Jenis kelamin, usia dan Penelitian epidemiologis menunjukkan MDD
status perkawinan berhubungan dengan depresi. adalah gangguan jiwa seumur hidup. Dalam
Perempuan memiliki risiko dua kali lipat Replikasi Survey Nasional, berdasarkan kriteria
peningkatan MDD dibandingkan dengan laki- DSM-IV pasien depresi, tingkat prevalensi
laki, orang-orang yang berpisah atau bercerai seumur hidup adalah 16,2%, dengan perkiraan
memiliki tingkat depresi lebih tinggi 12 bulan 6,6%. Presentasi MDD sangat
dibandingkan saat menikah dan tingkat depresi heterogen sehubungan dengan masalah dan
umumnya turun dengan usia. (J. Spijker et al., gejala. (DSM-IV) Diagnostik dan Statistik
2004). Manual of Mental Disorders Fourth Edition,
Penyebab yang mendasari depresi sulit diagnosis MDD membutuhkan episode depresi
dijelaskan karena sifat heterogen dan utama dari lima dari gejala berikut minimal 2
multifaktorial dari penyakit yang berdasarkan minggu: hilangnya minat, perasaan depresi,
pada kelompok gejala dari etiologi yang gangguan nafsu makan, gangguan berat badan,
berbeda termasuk genetika, lingkungan, gangguan tidur, perubahan psikomotor,
psikologis, dan faktor biologis. Beberapa kehilangan energi, tidak berharga/bersalah,
mekanisme molekuler berperan dalam gangguan konsentrasi / keraguan dan pikiran
patogenesis depresi. tentang kematian / bunuh diri. Suasana hati atau
Selama stres, otak, sistem endokrin, dan kehilangan minat menjadi syarat salah satu
sistem imunitas membentuk sirkuit, gejala, termasuk tidak berharga atau bersalah.
berkomunikasi melalui sistem neurotransmiter, (Maletic et al., 2007)
neuropeptida, hormon, limfoid, faktor MDD adalah gangguan mental yang
pertumbuhan jaringan, sitokin, dan eikosanoid. sangat umum, ditandai dengan perasaan depresi
Reaksi yang kompleks, melibatkan berbagai dan kehilangan minat atau kesenangan dalam
jaringan dan respons sistem tubuh. Organ target aktivitas sehari-hari, dengan tingkat bunuh diri
stres adalah otak, dan aktivitas jaringan lain yang tinggi. Hampir 40% dari pasien tidak
oleh hormon dan reseptor imun pada jalur merespon antidepresan yang direkomendasikan
fungsi otak yang mengatur respon stres. awal pertama pengobatan dan sekitar 40%
Perubahan fisiologis yang disebabkan stres mencapai remisi penuh (Ventura-Junca et al.,
dengan komponen utamanya adalah faktor 2014).
corticotropin-releasing dan coeruleus lokus MDD merupakan gangguan berat, yang
otak. Sistem imunitas sangat sensitif terhadap melemahkan dan mempengaruhi wanita dua
perubahan dan rangsangan dalam tubuh yang kali lebih banyak dibandingkan dengan laki-
terkena. Fungsi kekebalan sering berkurang laki. (Ferrari et al., 2013). Pengalaman stres
oleh stres psikologis, tetapi meningkat akibat psikologis, stres sosial seperti penilaian atau
dari peristiwa penting dan positif. (De la Roca- penolakan sosial, sangat berhubungan dengan
Chiapas et al., 2016; Segerstrom & Miller, perkembangan depresi. Seseorang yang
2004). mengalami penolakan sosial 22 kali akan
Gejala utama depresi adalah kurangnya mengembangkan depresi lebih cepat dari orang
antusiasme, kesedihan, perasaan bersalah, tidak mengalami stres tersebut. Peristiwa
rendah diri, dan gangguan tidur, yang kehidupan yang penuh stres, seperti kematian
mempngaruhi kehidupan sehari-hari melalui pasangan atau kehilangan pekerjaan, akan
fungsi kognitif, emosional, dan perilaku fisik. menyebabkan depresi, banyak literatur yang
Meskipun depresi adalah gangguan mental yang menjelaskan hubungan antara peristiwa
umum, etiologi gangguan tersebut belum jelas. kehidupan yang berat dan timbulnya depresi
Penelitian pada Hewan dan manusia mayor (Kendler et al., 2003; Slavich et al.,
menunjukkan peradangan kronis sering 2009).
berhubungan dengan perkembangan depresi. Maladaptif respon saraf, penolakan
Misalnya, pasien dengan gangguan inflamasi sosial, psikologis, dan tingkat fisiologis
sering mengungkapkan gejala depresi adanya berinteraksi satu sama lain dengan faktor
Hubungan dua arah (Ceretta et al., 2012; kerentanan lainnya, seperti riwayat depresi,
Dowlati et al., 2010; Miller et al., 2009). tingkat stres kehidupan, faktor genetik, akan
MDD adalah penyakit dengan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap
konsekuensi neurobiologis yang melibatkan depresi (Slavich et al., 2010). Khususnya,
36
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

pengalaman stres psikologis berulang


merupakan aspek penting dari kerentanan atau
ketahanan seseorang untuk MDD. Namun,
mekanisme saraf proses tersebut tetap tidak
jelas. Timbulnya episode pertama depresi
berhubungan dengan pengalaman hidup yang
penuh dengan stress, episode berikutnya dapat
dipicu dengan stres yang lebih ringan. Masalah
utama adalah interpersonal. Adanya episode
depresi baru meningkatkan risiko untuk
mengalami episode selanjutnya. Oleh karena
itu, pentingnya riwayat depresi untuk
mekanisme yang mendasari hubungan antara
pengalaman berulang, evaluasi sosial,
penolakan dan risiko berikutnya untuk depresi.
(Koppers, Peen, Niekerken, Van, & Dekker,
2011; Slavich, Monroe, & Gotlib, 2011; Stroud,
Davila, Hammen, & Vrshek-Schallhorn, 2011)
MDD merupakan gangguan interaksi
antara faktor biologis, genetik dan lingkungan, Gambar 1 : Neurobiologi depresi: (Maletic et
dan melibatkan perubahan patogenesis dalam al., 2007)
sistem biologis. Sejumlah besar penelitian telah Ket, gambar: Sebagai sistem sirkuit
difokuskan pada pemahaman mekanisme yang terpadu, korteks prefrontal, cingulate, amigdala,
mendasari MDD. Bukti menunjukkan sistem dan hippocampus berfungsi tidak hanya
saraf pusat (SSP) dan perifer, Misalnya, darah peraturan mood, tetapi juga proses belajar dan
dan air liur, dapat digunakan untuk proses memori kontekstual. Dalam korteks
menganalisis beberapa biomarker, seperti prefrontal, vmPFC berfungsi mengatur rasa
protein dan metabolit, menggunakan sakit, agresi, fungsi seksual dan perilaku makan
pendekatan teknik kuantitatif, kelainan sedangkan lateral orbital prefrontal cortex
hormonal dan imunologi, peningkatan kadar (LOPFC) menilai risiko dan memodulasi
sitokin pro-inflamasi, perubahan hipotalamus- maladaptif dan perseverative afektif (perilaku).
hipofisis-adrenal (HPA) axis, perubahan Kedua daerah memiliki pola timbal balik
neuroplastisitas, dan perubahan oksidatif dan aktivitas dengan dorsolateral prefrontal cortex
jalur stres nitrosative, semuanya sebagai (DLFPC), yang mempertahankan fungsi
indikasi dari sifat neuroprogressive dari MDD eksekutif, perhatian dan proses memori.
(Hepgul, Cattaneo, Zunszain, & Pariante, 2013; Bagian dari anterior cingulated cortex (ACC)
Maes et al., 2011; Moylan, Maes, Wray, & mengasumsikan peran, dengan daerah belakang
Berk, 2013). ACC menjadi bagian dari fungsi kognitif dan
MDD mempengaruhi konektivitas ACC ventral terlibat dalam menilai informasi
dinamis antara struktur neuroanatomi yang emosional dan motivasi. ACC juga memantau
terlibat dalam regulasi suasana hati dan respon hasil dari perilaku dan kognisi dan penyesuaian
stres. Struktur limbik (amigdala, hipokampus berdasarkan perubahan kontinjensi. (Maletic et
dan nukleus accumbens) memiliki hubungan al., 2007; McCormick et al., 2006).
timbal balik dengan daerah limbik, daerah
kortikal, subgenual anterior cingluate dan KESIMPULAN DAN SARAN
korteks prefrontal ventromedial (ventromedial
prefrontal cortex : vmPFC). Adanya gangguan Kesimpulan; Kajian depresi sangat terbatas,
'konektivitas' antara daerah sekitar limbik, sehingga perlunya sebuah kajian yang
limbik dan rostral formasi prefrontal integratif, dilakukan berdasarkan hasil telah beberapa
dalam sistem umpan balik, Akibatnya, daerah jurnal, artikel, buku, dari sumber ilmiah yang
cognitif mengalami hypoactive, sementara bereputasi sehingga diharapkan kajian tersebut
daerah limbik hiper aktif terus merangsang dapat menambah wawasan yang lebih baru
hipotalamus yang mengarah ke neuroendokrin terhadap kasus depresi dan depresi mayor.
disregulasi dan hiperaktif simpatik. (Maletic et
al., 2007) Saran; kajian diatas masih belum sempurna,
masih banyak ilmu yang terus berkembang dan
37
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

pencarian akar dari ilmu-ilmu tersebut adanya when the immune system subjugates the
keinginan untuk terus mencari, membaca dan brain. Nat Rev Neurosci, 9(1), 46-56. doi:
menuliskan, sehingga dapat di gunakan oleh 10.1038/nrn2297
semua elemen praktisi kesehatan, masyarakat, De la Roca-Chiapas, J. M., Barbosa-Sabanero,
sehngga tulisan diatas dapat diakses dan G., Martinez-Garcia, J. A., Martinez-Soto,
digunakan oleh siapapun, dapat digunakan J., Ramos-Frausto, V. M., Gonzalez-
untuk membangun paradigma baru dalam Ramirez, L. P., & Nowack, K. (2016).
kajian gangguan depresi dan yang utama ada Impact of stress and levels of corticosterone
langkah-langkah baru untuk mendapatkan on the development of breast cancer in rats.
Psychol Res Behav Manag, 9, 1-6. doi:
tehnik pencegahan dan pengobatan, perawatan
10.2147/prbm.s94177
bagi mereka yang telah terdiagnosa gangguan
Demir, S., Atli, A., Bulut, M., Ibiloglu, A. O.,
depresi mayor. Gunes, M., Kaya, M. C., . . . Sir, A. (2015).
DAFTAR PUSTAKA Neutrophil-lymphocyte ratio in patients with
Baune, B. (2009). Conceptual challenges of a major depressive disorder undergoing no
tentative model of stress-induced depresi. pharmacological therapy. Neuropsychiatr
PLoS One, 4(1), e4266. doi: Dis Treat, 11, 2253-2258. doi:
10.1371/journal.pone.0004266 10.2147/ndt.s89470
Becking, K., Spijker, A. T., Hoencamp, E., Ferrari, A. J., Charlson, F. J., Norman, R. E.,
Penninx, B. W., Schoevers, R. A., & Patten, S. B., Freedman, G., Murray, C.
Boschloo, L. (2015). Disturbances in J., . . . Whiteford, H. A. (2013). Burden of
Hypothalamic-Pituitary-Adrenal Axis and depressive disorders by country, sex, age,
Immunological Activity Differentiating and year: findings from the global burden of
between Unipolar and Bipolar Depressive disease study 2010. PLoS Med, 10(11),
Episodes. PLoS One, 10(7), e0133898. doi: e1001547. doi:
10.1371/journal.pone.0133898 10.1371/journal.pmed.1001547
Caballero-Martinez, F., Leon-Vazquez, F., Hayley, S., Poulter, M. O., Merali, Z., &
Paya-Pardo, A., & Diaz-Holgado, A. (2014). Anisman, H. (2005). The pathogenesis of
Use of health care resources and loss of cltersebutcal depresi: stressor- and cytokine-
productivity in patients with depressive induced alterations of neuroplasticity.
disorders seen in Primary Care: INTERDEP Neuroscience, 135(3), 659-678. doi:
Study. Actas Esp Psiquiatr, 42(6), 281-291. 10.1016/j.neuroscience.2005.03.051
Ceretta, L. B., Reus, G. Z., Abelaira, H. M., Health, N. C. C. f. M. (2010). Depression: the
Jornada, L. K., Schwalm, M. T., Hoepers, N. treatment and management of depression in
J., . . . Quevedo, J. (2012). Increased adults (updated edition).
prevalence of mood disorders and suicidal Hepgul, N., Cattaneo, A., Zunszain, P. A., &
ideation in type 2 diabetic patients. Acta Pariante, C. M. (2013). Depresi pathogenesis
Diabetol, 49 Suppl 1, S227-234. doi: and treatment: what can we learn from blood
10.1007/s00592-012-0435-9 mRNA expression? BMC Med, 11, 28. doi:
Cisler, J. M., James, G. A., Tripathi, S., 10.1186/1741-7015-11-28
Mletzko, T., Heim, C., Hu, X. P., . . . Kilts, Keller, M. C., Neale, M. C., & Kendler, K. S.
C. D. (2013). Differential functional (2007). Association of different adverse life
connectivity within an emotion regulation events with distinct patterns of depressive
symptoms. Am J Psychiatry, 164(10), 1521-
neural network among individuals resilient
1529; quiz 1622. doi:
and susceptible to the depressogenic effects
10.1176/appi.ajp.2007.06091564
of early life stress. Psychol Med, 43(3), 507-
Kendler, K. S., Hettema, J. M., Butera, F.,
518. doi: 10.1017/s0033291712001390
Gardner, C. O., & Prescott, C. A. (2003).
Colman, I., Naicker, K., Zeng, Y., Ataullahjan,
Life event dimensions of loss, humiliation,
A., Senthilselvan, A., & Patten, S. B. (2011).
entrapment, and danger in the prediction of
Predictors of long-term prognosis of depresi.
onsets of major depresi and generalized
Cmaj, 183(17), 1969-1976. doi:
anxiety. Arch Gen Psychiatry, 60(8), 789-
10.1503/cmaj.110676
796. doi: 10.1001/archpsyc.60.8.789
Dantzer, R., O'Connor, J. C., Freund, G. G.,
Koppers, D., Peen, J., Niekerken, S., Van, R., &
Johnson, R. W., & Kelley, K. W. (2008).
Dekker, J. (2011). Prevalence and risk
From inflammation to sickness and depresi:

38
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

factors for recurrence of depresi five years impairment in cognitive healthy older
after short term psychodynamic therapy. J women. Am J Geriatr Psychiatry, 18(3),
Affect Disord, 134(1-3), 468-472. doi: 204-211. doi:
10.1016/j.jad.2011.05.027 10.1097/JGP.0b013e3181c53487
Krishnan, V., & Nestler, E. J. (2011). Animal Seraftersebut, G. (2012). Neuroplasticity and
models of depresi: molecular perspectives. major depresi, the role of modern
Curr Top Behav Neurosci, 7, 121-147. doi: antidepressant drugs. World J Psychiatry,
10.1007/7854_2010_108 2(3), 49-57. doi: 10.5498/wjp.v2.i3.49
Kupferberg, A., Bicks, L., & Hasler, G. (2016). Silvia, P. J., & Kwapil, T. R. (2011). Aberrant
Social functioning in major depressive asociality: how individual differences in
disorder. Neurosci Biobehav Rev, 69, 313- social anhedonia illuminate the need to
332. doi: 10.1016/j.neubiorev.2016.07.002 belong. J Pers, 79(6), 1315-1332. doi:
Maletic, V., Robinson, M., Oakes, T., Iyengar, 10.1111/j.1467-6494.2010.00702.x
S., Ball, S. G., & Russell, J. (2007). Slavich, G. M., & Cole, S. W. (2013). The
Neurobiology of depresi: an integrated view Emerging Field of Human Social Genomics.
of key findings. Int J Clin Pract, 61(12), Clin Psychol Sci, 1(3), 331-348.
2030-2040. doi: 10.1111/j.1742- Slavich, G. M., Monroe, S. M., & Gotlib, I. H.
1241.2007.01602.x (2011). Early parental loss and depresi
Montgomery, S. A. (2011). Handbook of history: associations with recent life stress in
generalised anxiety disorder: Springer major depressive disorder. J Psychiatr Res,
Science & Business Media. 45(9), 1146-1152. doi:
Moylan, S., Maes, M., Wray, N. R., & Berk, M. 10.1016/j.jpsychires.2011.03.004
(2013). The neuroprogressive nature of Slavich, G. M., O'Donovan, A., Epel, E. S., &
major depressive disorder: pathways to Kemeny, M. E. (2010). Black sheep get the
disease evolution and resistance, and blues: a psychobiological model of social
therapeutic implications. Mol Psychiatry, rejection and depresi. Neurosci Biobehav
18(5), 595-606. doi: 10.1038/mp.2012.33 Rev, 35(1), 39-45. doi:
Neumeister, A., Wood, S., Bonne, O., Nugent, 10.1016/j.neubiorev.2010.01.003
A. C., Luckenbaugh, D. A., Young, T., . . . Stroud, C. B., Davila, J., Hammen, C., &
Drevets, W. C. (2005). Reduced Vrshek-Schallhorn, S. (2011). Severe and
hippocampal volume in unmedicated, nonsevere events in first onsets versus
remitted patients with major depresi versus recurrences of depresi: evidence for stress
control subjects. Biol Psychiatry, 57(8), 935- sensitization. J Abnorm Psychol, 120(1),
937. doi: 10.1016/j.biopsych.2005.01.016 142-154. doi: 10.1037/a0021659
Regier, D. A., Kuhl, E. A., & Kupfer, D. J. Schmidt, H. D., Shelton, R. C., & Duman, R. S.
(2013). The DSM-5: Classification and (2011). Functional biomarkers of depresi:
criteria changes. World Psychiatry, 12(2), diagnosis, treatment, and pathophysiology.
92-98. doi: 10.1002/wps.20050 Neuropsychopharmacology, 36(12), 2375-
Rhebergen, D., Beekman, A. T., de Graaf, R., 2394. doi: 10.1038/npp.2011.151
Nolen, W. A., Spijker, J., Hoogendijk, W. J., Spijker, A. T., & van Rossum, E. F. (2012).
& Penninx, B. W. (2010). Trajectories of Glucocorticoid sensitivity in mood
recovery of social and physical functioning disorders. Neuroendocrinology, 95(3), 179-
in major depresi, dysthymic disorder and 186. doi: 10.1159/000329846
double depresi: a 3-year follow-up. J Affect Spijker, J., Graaf, R., Bijl, R. V., Beekman, A.
Disord, 124(1-2), 148-156. doi: T., Ormel, J., & Nolen, W. A. (2004).
10.1016/j.jad.2009.10.029 Functional disability and depresi in the
Rizvi, S. J., Cyriac, A., Grima, E., Tan, M., Lin, general population. Results from the
P., Gallaugher, L. A., . . . Kennedy, S. H. Netherlands Mental Health Survey and
(2015). Depresi and employment status in Incidence Study (NEMESIS). Acta Psychiatr
primary and tertiary care settings. Can J Scand, 110(3), 208-214. doi:
Psychiatry, 60(1), 14-22. doi: 10.1111/j.1600-0447.2004.00335.x
10.1177/070674371506000105 Thompson, W. R., & Binder-Macleod, S. A.
Rosenberg, P. B., Mielke, M. M., Xue, Q. L., & (2006). Association of genetic factors with
Carlson, M. C. (2010). Depressive selected measures of physical performance.
symptoms predict incident cognitive Physical therapy, 86(4), 585-591. Retrieved

39
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 9 no 1 Juni 2017 p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905

fromhttps://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ Reichenberg, A., Barak, O., Avitsur, R., . . .


16579674https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc Pollmacher, T. (2000). Illness, cytokines,
/articles/PMC4090215/ and depression. Ann N Y Acad Sci, 917,
Townsend, A. K., Clark, A. B., McGowan, K. 478-487.
J., Buckles, E. L., Miller, A. D., & Lovette, Zhu, C. B., Lindler, K. M., Owens, A. W.,
I. J. (2009). Disease-mediated inbreeding Daws, L. C., Blakely, R. D., & Hewlett, W.
depression in a large, open population of A. (2010). Interleukin-1 receptor activation
cooperative crows. Proceedings of the Royal by systemic lipopolysaccharide induces
Society B: Biological Sciences, 276(1664), behavioral despair linked to MAPK
2057-2064. regulation of CNS serotonin transporters.
Townsend, M. C. (2013). Essentials of Neuropsychopharmacology, 35(13), 2510-
psychiatric mental health nursing: Concepts 2520. doi: 10.1038/npp.2010.116
of care in evidence-based practice: FA Davis Zobel, A., Wellmer, J., Schulze-Rauschenbach,
Walker, E. R., McGee, R. E., & Druss, B. G. S., Pfeiffer, U., Schnell, S., Elger, C., &
(2015). Mortality in mental disorders and Maier, W. (2004). Impairment of inhibitory
global disease burden implications: a control of the hypothalamic pituitary
systematic review and meta-analysis. JAMA adrenocortical system in epilepsy. Eur Arch
Psychiatry, 72(4), 334-341. doi: Psychiatry Clin Neurosci, 254(5), 303-311.
10.1001/jamapsychiatry.2014.2502
doi: 10.1007/s00406-004-0499-9
Walter, J., Honsek, S. D., Illes, S., Wellen, J.
Walter, J., Honsek, S. D., Illes, S., Wellen, J.
M., Hartung, H. P., Rose, C. R., & Dihne,
M., Hartung, H. P., Rose, C. R., & Dihne,
M. (2011). A new role for interferon gamma
M. (2011). A new role for interferon gamma
in neural stem/precursor cell dysregulation.
in neural stem/precursor cell dysregulation.
Mol Neurodegener, 6, 18. doi:
Mol Neurodegener, 6, 18. doi:
10.1186/1750-1326-6-18
10.1186/1750-1326-6-18
Warner-Schmidt, J. L., Vanover, K. E., Chen,
Warner-Schmidt, J. L., Vanover, K. E., Chen,
E. Y., Marshall, J. J., & Greengard, P.
E. Y., Marshall, J. J., & Greengard, P.
(2011). Antidepressant effects of selective
(2011). Antidepressant effects of selective
serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) are
serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) are
attenuated by antiinflammatory drugs in
attenuated by antiinflammatory drugs in
mice and humans. Proc Natl Acad Sci U S
mice and humans. Proc Natl Acad Sci U S
A, 108(22), 9262-9267. doi:
A, 108(22), 9262-9267. doi:
10.1073/pnas.1104836108
10.1073/pnas.1104836108
Wieseler-Frank, J., Maier, S. F., & Watkins, L.
Whittle, S., Allen, N. B., Lubman, D. I., &
R. (2005). Immune-to-brain communication
Yucel, M. (2006). The neurobiological basis
dynamically modulates pain: physiological of temperament: towards a better
and pathological consequences. Brain Behav understanding of psychopathology. Neurosci
Immun, 19(2), 104-111. doi: Biobehav Rev, 30(4), 511-525. doi:
10.1016/j.bbi.2004.08.004 10.1016/j.neubiorev.2005.09.003
Yirmiya, R., & Goshen, I. (2011). Immune Wieseler-Frank, J., Maier, S. F., & Watkins, L.
modulation of learning, memory, neural R. (2005). Immune-to-brain communication
plasticity and neurogenesis. Brain Behav dynamically modulates pain: physiological
Immun, 25(2), 181-213. doi: and pathological consequences. Brain Behav
10.1016/j.bbi.2010.10.015 Immun, 19(2), 104-111. doi:
Yirmiya, R., Pollak, Y., Morag, M., 10.1016/j.bbi.2004.08.004

40

Anda mungkin juga menyukai