Anda di halaman 1dari 4

Perawatan psikologis penderita diabetes

Jika mood jelek merupakan flu


jiwa,maka flu tersebut bagi pasien
diabetes mungkin bisa menjadi pukulan
yang fatal. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa perubahan susana
hati bisa menyebabkan fluktuasi
gangguan metabolisme yang lebih besar,
terutama pada pasien diabetes,
perubahan suasana hati yang
berkepanjangan mempengaruhi
pengontrolan kadar gula darah, sehingga
membuat pengobatan diabetes menjadi
terhambat. Jadi, mengatasi emosi dan
pemikiran yang tidak baik sangatlah
penting.
Terjadinya diabetes memiliki hubungan yang erat dengan genetik, lingkungan, imunitas
dan faktor lainnya. Yang paling sering diabaikan oleh manusia adalah pengaruh yang
disebabkan oleh faktor psikologis terhadap diabetes, terlalu memendam emosi atau
terlalu mudah marah bisa meningkatkan induksi terjadinya diabetes.
Emosi jelek menghambat sekresi hormon insulin
Emosi manusia diatur oleh sistem limbik otak, yang sekaligus mengatur sistem endokrin
dan fungsi sistem saraf otonom, suasana hati marah, depresi bisa melalui sitem limbik
dan sitem saraf otonom mempengaruhi sekresi hormone insulin. Ketika seseorang berada
pada situasi gugup, gelisah, takut dan stress, sarap simpatik terangsang, dan
menghambat sekresi hormone insulin.Sementara itu, sarap simpatik juga bekerja
mempengruhi medulla adrenal yang membuat sekresi adrenalin bertambah, dan secara
tidak langsung menghambat sekresi dan pelepasan hormone insulin, mudah menghidap
diabetes.
Dalam klinis, sebanyak 30-50% pasien diabetes menderita gangguan mental. Pasien yang
depresi,mudah marah pengontrolan kadar gulanya buruk selain itu komplikasi kronis pun
mulai bermunculan. Sebenarnya emosi negatif susah untuk dihindari, sedih, marah,
kecewa merupakan sifat asli dari manusia. Kita tidak mungkin hanya bisa merasakan
kesenangan dan tidak mengetahui kesedihan. Namun emosi negatif yang
berkepanjangan, depresi, cemas, mudah terserang penyakit, dan jika menderita penyakit
itu susah untuk diobati bahkan bisa bertambah parah.
Kondisi psikologis bisa memperparah diabetes
Diabetes adalah gangguan psikosomatik seumur hidup, faktor psikologis berperan
penting terhadap terjadinya, perkembangan, khasiat dan prognosis penyakit. Suasana
hati seperti cemas, frustrasi, depresi, mudah marah bisa memperburuk diabet es sehingga
menyebabkan berbagai komplikasi. Dan diabetes juga dapat memperparah gangguan
psikologis, interaksi antara keduanya, membentuk sirkulasi buruk. Bagi pasien diabetes,
suasana hati yang baik bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula, dan jangan
mengabaikan kemanjuran tertawa.
Suasana hati seseorang bisa langsung mempengaruhi kesehatannya. Karena itu, bagi
orang yang belum bisa mengendalikan emosi seharusnya belajar menjadi pengedali
emosi, berusaha menghindari tekanan yang muncul dari sosial maupu n lingkungan
sekitar, melakukan self-control untuk memperbaiki suasana hati agar kembali normal.
Atau mencurahkan emosi yang tidak baik, melepaskan stress, kekesalan dan kemarahan
melalui olahraga.
Bagi pasien diabetes jangan lupa untuk menerima psikoterapi
Ahli diabetes menunjukan bahwa ada beberapa jenis psikoterapi, antara lain
1.Metode mengalihkan perhatian.
Ada beberap pasien yang setelah didiagnosis menderita diabetes, menjadi stress, takut
penyakit memburuk, takut tidak bisa disembuhkan, setiap hari terus memikirkan
penyakitnya, dan terperangkap dalam penderitaan dan kesedihan. Terutama ketika
diketahui ada penderita diabetes lain yang mengalami gangrene diabetes atau
pendarahan retina, mereka menjadi lebih cemas. Ada pasien diabetes yang menderi ta
neuropati diabetik, tubuh kebas-kebas, rasa nyeri, takkut akan diamputasi, seharian
hanya fokus pada hal ini saja. Sangat sensitive terhadap yang dirasakan tubuh, bahkan
mempengaruhi kehidpuan sehari-hari. Pada situasi ini dapat digunakan metode induksi
verbal dengan mebujuk atau mempengaruhi untuk mengalihkan perhatian mereka, ini
dapat mencapai hasil pengobatan yang melebihi hasil pengobatan umumnya.
2.Metode imajinasi
Ini adalah satu metode psikoterapi melalui induksi verbal dengan tujuan untuk
membangkitkan semangat pasien, membuat suasana hati riang, membangun
kepercayaan diri untuk melawan penyakit. Hanya dengan tertawa senang, suasana riang,
emosi puas, disertai dengan konsumsi obat,untuk memperoleh hasil pengobatan yang
baik. Jika suasana hati tidak baik, depresi, mengkonsumsi obat sebanyak apapun tidak
ada hasilnya.
Dapat dilihat pengaruh psikologis dan emosi pasien diabetes memiliki dampak yang
sangat besar, pasien diabetes sebaiknya mempelajari cara pengendalian emosi demi
memperoleh hasil pengobatan yang lebih efektif.
*Informasi kasus pasien hanya untuk referensi, setiap kondisi pasien masing -masing
berbeda dan hasil pengobatanpun tidak akan sama. Kalau Anda ingin mengetahui lebih
banyak informasi mengenai stem sel,silahkan menghubungi dokter ahli kami.
Diabetes mempengaruhi jutaan orang dan tetap menjadi salah satu penyebab utama
kematian. Penyakit ini berhubungan dengan segudang komplikasi dan kondisi mematikan,
tapi masalah kesehatan mentalnya sering kali diabaikan. Diabetes distress atau stress
diabetes adalah istilah yang relatif baru yang menggambarkan manifestasi psikologis dari
diabetes.

Bagaimana diabetes mempengaruhi


kesehatan mental?
Sebuah laporan terbaru dalam Journal of American Medical Association mengklaim bahwa
pasien dengan diabetes dan masalah kesehatan mental tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.

Kegagalan untuk mengenali kondisi psikologis yang terkait dengan penyakit kronis ini
mengarah pada hasil kesehatan yang buruk. Menurut laporan tersebut, penyakit depresi,
kecemasan, dan gangguan makan sering terjadi di antara penderita diabetes, lebih sering
daripada orang-orang non-diabetes. Kondisi ini mengakibatkan komplikasi termasuk
kebutaan, amputasi, stroke, penurunan kognitif, penurunan kualitas hidup, dan kematian
dini.

Apa hubungan antara diabetes dan


kesehatan mental?
Hubungan antara kesehatan mental dan diabetes telah menjadi topik dari banyak penelitian
dalam beberapa dekade terakhir, dan meski kita masih tidak tahu mekanisme yang tepat
dalam menghubungkan dua kondisi tersebut, kita memahami bahwa hubungannya adalah
dua arah. Artinya, mengalami masalah kesehatan mental meningkatkan risiko diabetes, dan
risiko diabetes meningkatkan risiko masalah kesehatan mental. Diabetes terkait dengan
berbagai jenis defisit kognitif dan psikologis.

Bahkan hingga hari ini, pasien sering tidak menerima perawatan secara menyeluruh.
Penyakit diperlakukan berdasarkan protokol dan prosedur, lalu perawatannya diresepkan
berdasarkan hasil tes. Tentu saja, hasil yang terukur sesuai, akan tetapi ada banyak hal
yang menyangkut pasien diabetes dibandingkan sekadar kadar glukosa darah. Para dokter
gagal mengenali masalah kesehatan mental pada pasien diabetes, dan dengan demikian,
kondisi tersebut tetap tidak tertangani.

Salah satu faktor yang mempersulit masalah ini adalah bahwa banyak gejala kondisi
kesehatan mental tumpang tindih dengan tanda fisik dari diabetes. Misalnya, gejala
kecemasan mirip dengan gejala gula darah rendah, yang dapat membingungkan pasien dan
dokter. Gangguan makan muncul pada sebanyak 40% dari wanita dengan diabetes tipe 1,
kemungkinan berasal dari kontrol perilaku makan yang dibutuhkan untuk mengelola penyakit
ini.

Tantangan manajemen diri diabetes memang diakui oleh banyak dokter, tetapi tahapan
psikologis yang dilalui akibat tantangan tersebut sering tidak diakui. Diabetes distress adalah
kondisi yang berbeda dari gangguan depresi mayor, tapi menggambarkan bahwa beban
emosional juga ikut terlibat dalam manajemen penyakit.
Pasien dengan diabetes harus menerima pemeriksaan rutin untuk masalah kesehatan
mental. Pemeriksaan dasar tersebut sangat penting bagi pasien dengan risiko tertinggi
komplikasi yang berkaitan dengan diabetes, yaitu: pasien dengan akses terbatas untuk
kesehatan, pasien dengan sumber daya dan pendidikan terbatas, pasien dengan dukungan
sosial atau keluarga terbatas, dan pasien dengan beberapa kondisi stress.

Dapatkah komplikasi mental diobati?


Kabar baiknya adalah bahwa kondisi kesehatan mental dapat diobati setelah didiagnosis.
Pengobatan antidepresan cukup efektif pada pasien penderita diabetes dan tidak
mempengaruhi kadar glukosa darah. Selanjutnya, peningkatkan sinyal insulin dengan
pengobatan antidiabetes menyebabkan fungsi kognitif yang lebih baik dalam kondisi
kejiwaan.

Pada diabetes, sebagaimana pada hampir semua penyakit kronis, perawat kesehatan yang
baik akan memperlakukan pasien secara keseluruhan. Dengan memonitor kesehatan
mental pasien diabetes, kesehatan fisik pasien akan membaik.

Anda mungkin juga menyukai