Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Diabetes Melitus.

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya terus mengalami
peningkatan di dunia, baik pada negara maju ataupun negara berkembang, sehingga dikatakan
bahwa diabetes melitus sudah menjadi masalah kesehatan global di masyarakat (Suiraoka, 2012).
Jumlah penderita diabetes telah meningkat dari 108 juta pada tahun 1980 menjadi 422 juta pada
tahun 2014, prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di negaraberpenghasilan menengah dan
rendah. Pada tahun 2015, diperkirakan 1,6 juta kematian secara langsung disebabkan oleh
diabetes. Hampir setengah dari semua kematian akibat glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia
70 tahun. WHO memproyeksikan diabetes akan menjadi penyebab kematian ke tujuh di tahun
2030 (WHO, 2017).

Gejalah Penyakit Diabete Melitus.

Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan beberapa hari
saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak menyadari bahwa mereka
telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, karena gejalanya cenderung tidak spesifik.
Beberapa ciri-ciri diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:

 Sering merasa haus.


 Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
 Sering merasa sangat lapar.
 Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
 Berkurangnya massa otot.
 Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot dan lemak
akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energi.
 Lemas.
 Pandangan kabur.
 Luka yang sulit sembuh.
 Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih.

Kelompok Usia Rentan Terkena Penyakit.

 Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun, walaupun
diabetes tipe 1 dapat muncul pada usia berapapun.
 Usia. Risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Isu Psikologis Terhadap Penyakit Diabetes Melitus Besar Pengaruh Psikologis Terhadap
Penyakit Diabetes Melitus.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh DeGroot, Golden & Wagner (2016) terhadap kondisi
psikologis pada penderita Diabetes Mellitus menunjukkan bahwa para penderita diabetes, baik
DM-I dan DM-II, sebagian besar mengalami masalah dalam hal kesehatan mentalnya.
Permasalahan terkait kesehatan mental yang dihadapi penderita diabetes meliputi depresi,
gangguan kecemasan, gangguan makan, dan gangguan kesehatan mental yang akut (Severe
Mental Illness/ SMI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi meningkatnya gejala-
gejala depresi adalah sebesar 24% - 38% untuk penderita diabetes DM-I dan sebesar 27% pada
penderita diabetes DM-II. Prevalensi meningkatnya gangguan kecemasan pada penderita
diabetes adalah 20% dibandingkan dengan non-penderita diabetes. Prevalensi meningkatnya
gangguan makan pada penderita 2 diabetes mencapai 51,8% pada sampel penderita diabetes
dibandingkan dengan 48,8% pada sampel non penderita diabetes. Berdasarkan laporan hasil
penelitian, disebutkan bahwa munculnya gejala-gejala depresi, gangguan kecemasan, dan
gangguan makan, berkaitan dengan menurunnya perilaku rawat diri diabetes pada penderita
tersebut.

Pendekatan Psikologis Untuk Mengurangi Faktor Resiko Penyakit Diabetes Melitus.

Dalam melakukan coping, penderita diabetes dapat melakukan banyak cara agar mampu
menangani stres akibat penyakit diabetesnya dengan efektif. Lazarus (dalam Santrock, 1996)
membagi strategi coping menjadi dua bentuk: a). Perilaku coping yang berorientasi pada masalah
(Problem Focused Coping-PFC): adalah strategi kognitif dalam penanganan stres atau coping 5
yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya. b).
Perilaku coping yang berorientasi pada emosi (Emotion Focused Coping-EFC): adalah strategi
penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan lebih
mengedepankan pendekatan emosional.

Selain strategi coping, peran self monitoring juga tidak kalah penting terhadap penatalaksanaan
penyakit diabetes. Self monitoring terkait dengan cara individu mengontrol dan memantau
keadaan penyakit diabetesnya. Self monitoring merupakan konsep kepribadian yang
diperkenalkan oleh Snyder (dalam Snyder dan Gangestad, 1986). Menurutnya, Self monitoring
dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan kontrol dalam memahami pola,
kesan dan citra yang dibentuk orang lain. Adapun pengontrol itu dikaitkan terhadap perilaku,
interaksi sosial serta perasaan. Self monitoring dalam penelitian ini difokuskan pada pemantauan
individu terhadap penyakit diabetes melitus. Self monitoring diabetes ini meliputi pemantauan
terhadap kadar glukosa darah, diet, insulin dan latihan fisik atau olah raga.

Anda mungkin juga menyukai