Di Susun Oleh :
Sabina Aulia
P10120201
Kelas : C
Faktor Lingkungan
1. Pendidikan
perubahan status kesehatan dapat ditentukan atau dijelaskan oleh tingkat pendidikan,
pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, dan perilaku hidup sehat secara bersamasama.
Seseorang yang berpendidikan dan memiliki pengetahuan mengenai faktor resiko penyebab
Penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) akan beresiko rendah untuk terpapar penyakit
tsb karena seseorang yang memiliki pengetahuan akan terus menghindari apa saja faktor
resiko penyakit sehingga akan menuntut seseorang tsb berperilaku hidup sehat.
Kecenderungan lambatnya odapus mengobati dan memeriksakan penyakitnya adalah karena
kurang nya pengetahuan tentang penyakit ini yang disebabkan gejala yang timbul masih
terlalu umum bahkan merujuk pada penyakit lain.oleh karena nya deteksi dini dan
kewaspadaaan sangat penting dilakukan oleh orang yang memiliki faktor resiko penyakit
lupus.
Sinar UV merupakan faktor lingkungan yang paling sering menyebabkan eksaserbasi SLE.
Sinar UV akan menstimulasi keratinosit sehingga menyebabkan stimulasi sel B dan produksi
antibodi. Sinar UV mengarah pada selfimmunity dan hilangnya toleransi karena
menyebabkan apoptosis keratinosit. Selain itu sinar UV menyebabkan pelepasan mediator
imun pada penderita lupus, dan memegang peranan dalam fase induksi yanng secara
langsung mengubah sel DNA, serta mempengaruhi sel imunoregulator yang bila normal
membantu menekan terjadinya kelainan pada inflamasi kulit.
Obat tertentu yang digunakan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan drug-induced
lupus. Banyak obat yang secara potensial dapat memicu lupus, sebagai contoh antara lain
adalah antipsychotic chlorpromazine; obat tekanan darah tinggi, seperti hydralazine; obat
tuberculosis isonoazid dan obat jantung procainamide. Biasanya membutuhkan jangka waktu
penggunaan dalam beberapa bulan sebelum gejala timbul. Orang yang mengalami lupus
akibat mengonsumsi obat biasanya dapat membaik setelah mereka berhenti minum obat
tersebut.
Merokok dan menghirup silika memicu respon inflamasi di sel epitel dan mononuklear di
paru. Kondisi ini menyebabkan modifikasi protein atau memicu proses inflamasi nonspesifik.
mereka yang bekerja dan rentan terekspos merkuri dan silica memiliki peningkatan risiko
lupus. Merokok juga dapat meningkatkan risiko mengalami lupus.
Faktor Biologis
1. Faktor Genetik : Tidak diketahui gen atau gen – gen apa yang menjadi penyebab
penyakit tersebut, 10% dalam keluarga Lupus mempunyai keluarga dekat orang tua
atau kaka adik) yang juga menderita lupus, 5% bayi yang dilahirkan dari penderita
lupus terkena lupus juga, bila kembar identik, kemungkinan yang terkena Lupus
hanya salah satu dari kembar tersebut.
3. Faktor hormon, dapat menjelaskan mengapa kaum perempuan lebih sering terkena
penyakit lupus dibandingkan dengan laki-laki. Meningkatnya angka pertumbuhan
penyakit Lupus sebelum periode menstruasi atau selama masa kehamilan mendukung
keyakinan bahwa hormon, khususnya estrogen menjadi penyebab pencetus penyakit
Lupus. Akan tetapi hingga kini belum diketahui jenis hormon apa yang menjadi
penyebab besarnya prevalensi lupus pada perempuan pada periode tertentu yang
menyebabkan meningkatnya gejala Lupus masih belum diketahui.
Ras
Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) lebih sering ditemukan
pada ras tertentu seperti ras kulit hitam, Cina, dan Filipina. Bangsa Asia dan Afrika
lebih rentan terkena penyakit in dibandingkan dengan kulit putih. Data di Amerika
menunjukkan angka kejadian penyakit Lupus Ras Asia lebih tinggi dibandingkan
ras Kaukasia.
Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko lain yang dapat memicu timbulnya gejala SLE yaitu:
KESIMPULAN
Cara pencegahan penyakit lupus ini adalah dengan mengikuti gaya hidup sehat,
mengkonsumsi makanan yang cukup gizi dan berolahraga dengan kata lain menghindari
faktor resiko penyebab SLE.. Pun pada penderita SLE yang berada pada tahap belum parah,
dengan menghindari faktor pencetus dan bergaya hidup sehat, dapat mengurangi frekuensi
kambuhnya penyakit ini dan mengurangi tingkat keparahannya. Penyakit lupus tidak
menular, jadi kita tidak perlu kuatir bila harus berhubungan dengan penderita penyakit Lupus.
Sebaliknya, kita dapat membantunya dengan memberi dukungan dan support pada mereka
sehingga tidak stres.
Tentu saja, sekali terserang lupus, penyakit ini akan terus ada. Hanya saja penderita
yang berhasil membuat penyakit lupus ‘tertidur’, dapat hidup selayaknya orang normal yang
menjalani aktivitas tanpa gangguan yang menyakitkan. Namun, penyakit ini akan kembali
datang jika si penderita mulai melonggarkan disiplin yang harus dijalani dalam jangka waktu
yang panjang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA