KELOMPOK 11
DIANA FEBIYOLA
MUTIARA AINI AFNA
WIDYA HENITA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala hidayah-Nya sehingga
dapat menyelesaikan makalah berjudul Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan SLE.
(Sistemic Lupus Erythematosus). Guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2. Dalam proses penyusunan makalah, banyak menemui
hambatan dan kesulitan.Penulisan makalah ini dapat diselesaikan karena dukungan dari
berbagai pihak tanpa melampaui batas waktu yang ditentukan.Penulis meminta pembaca
untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun,untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi SLE
B. Anatomi SLE
C. Etiologi SLE
D. Klasifikasi SLE
F. Komplikasi SLE
H. Pemeriksaan penunjang
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
A. Defi
nisi
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah radang kronis yang disebabkan oleh penyakit
autoimun (kekebalan tubuh) di mana sistem pertahanan tubuh yang tidak normal melawan
jaringan tubuh sendiri. Antara jaringan tubuh dan organ yang dapat terkena adalah seperti
kulit, jantung, paru-paru, ginjal, sendi, dan sistem saraf.
Lupus eritematosus sistemik (SLE) merupakan suatu penyakit atuoimun yang kronik dan
menyerang berbagai system dalam tubuh. ( Silvia & Lorraine, 2006 )
Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak
sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya
antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri
Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun multisystem dengan
manifestasi dan sifat yang sangat berubah – ubah, penuakit ini terutama menyerang kulitr,
ginjal, membrane serosa, sendi, dan jantung.(Robins, 2007).
B. Anatomi fisiologi SLE
Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia
sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme,
termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem imun terdiri dari ratusan mekanisme
dan proses yang berbeda yang semuanya siap bertindak begitu tubuh kita diserang oleh
berbagai bibit penyakit seperti virus, bakteri, mikroba, parasit dan polutan. Sebagai contoh
adalah cytokines yang mengarahkan sel-sel imun ke tempat infeksi, untuk melakukan
proses penyembuhan. Organ –Organ dalam Sistem Imun (Organ Limfoid) :
Berdasarkan fungsinya : a) Organ Limfoid Primer : organ yang terlibat dalam sintesis/
produksi sel imun, yaitu kelenjar timus dan susmsum tulang.
C. Etilogi
Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) prevalensinya dalam populasi
tertentu kira – kira satu kasus per 2500 orang, penyakit ini cenderung terjadi pada
perempuan (kira – kira 9:1), yang menyerang satu diantara 700 perempuan usia subur.
systemic lupus erythematosus (SLE) lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti ras
kulit hitam, Cina, dan Filipina. Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda dengan
puncak kejadian pada usia 15-40 tahun (selama masa reproduktif) dengan perbandingan
wanita dan laki-laki 5:1)
Di Indonesia, data unutk kasus SLE masih belum ada yang mencakup semua
wilayah Indonesia. Data tahun 2002, berdasarkan data pasien yang datang ke poliklinik
Reumatologi Penyakit Dalam di RSUP Cipto Mangunkosumo Jakarta, terdapat 1,4%
kasusu dari total seluruh kunjungan pasien. Sedangkan unutuk RS Hasan Sadikin
Bandung, terdapat 10,5% (291pasien) dari total pasien yang berkunjung ke poliklinik
reumatologi pada tahun 2010.
a. Penyebab/factor predisposisi
Factor genetic
Factor Humoral
Factor lingkungan
Infeksi virus/bakteri
Penghentian lehamilan
Trauma psikis
b. Patogenesis
Lupus ditandai oleh peradangan kronis atau berulang mempengaruhi satu atau lebih
jaringan dalam hubungan dengan beberapa autoantibodi. Beberapa, seperti anti - sel merah
dan antibodi antiplatelet, jelas patogen, sedangkan yang lain mungkin hanya penanda
kerusakan toleransi. Etiologi tetap misteri, tetapi seperti dalam banyak penyakit kronis,
tampaknya mungkin bahwa penyakit ini dipicu oleh agen lingkungan dalam kecenderungan
tiap individu (Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).
Faktor Endogen
Bahkan sedikit yang diketahui tentang pemicu yang bertanggung jawab untuk sebagian
besar bentuk lupus. Obat seperti antikonvulsan dan antibiotik (khususnya minocycline) dapat
menyebabkan lupus. Sinar matahari dapat memicu kedua manifestasi kulit dan sistemik
lupus (dan neonatal lupus).
Menelan jumlah yang sangat besar kecambah alfalfa juga dapat menyebabkan lupus,
pemicu aktif muncul menjadi L-canvanine. Peran, jika ada, dari virus dan bakteri dalam
memicu lupus tetap jelas meskipun perlu penelitian yang cukup besar. Tidak ada bukti yang
meyakinkan bahwa infeksi tertentu adalah penting dalam menyebabkan lupus.
Menariknya, ada peningkatan penyakit rematik pada orang dengan infeksi HIV, dan
penyakit autoimun termasuk lupus tampaknya menjadi lebih umum ketika ada restorasi
kompetensi kekebalan dengan penggunaan obat anti retro virus yang sangat aktif
(Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).
D. Klasifikasi
:a.Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit
Lupus yang menyerang kulit. b.Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang
kebanyakan system di dalam tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak,
dan sistem saraf. Selanjutnya kita singkat dengan SLE (Systemics Lupus
Erythematosus). c.Drug-Induced (Lupus obat) ,penyakit Lupus yang timbul setelah
penggunaan obat tertentu. Gejala-gejalanya biasanya menghilang setelah pemakaian obat
dihentikan
E. Manifestasi klinis
Manifestasi Klinis Pada awal penyakit, lupus hanya menyerang satu organ, tetapi di
kemudian hari akan melibatkan organ lainnya.
2. Sistem IntegumenLesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk
kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi
atau palatum durum.
5. Sistem Vaskuler Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan
bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
7. Sistem Saraf Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup
seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.Tapi secara
umum,tanda gejala lupus antara lain
:a.Lelahb.Demamc.Hilang bb atau meningkat bbd.Ruam yang berbentuksepertikupu-kupu
yang menutupi wajah dan hidunge.Radang pada mulutf.Rambut rontok
Lupus mungkin terlihat sebagai penyakit yang biasa terjadi pada kulit. Namun
jika tidak segera ditangani, lupus bisa menjadi momok bagi kehidupan Anda.
Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang bisa terjadi jika penyakit lupus tidak ditangani
dengan cepat dan tepat:
1. Penyakit ginjalJika terjadi pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki
setelah Anda divonis mengidap lupus, maka itu adalah tanda bahwa eksresi cairan pada
tubuh Anda sudah tidak normal. Ada yang salah pada ginjal Anda. Pada kasus yang lebih
parah, gejalanya sampai urin bercampur darah hingga pasien mengalami gagal ginjal.
2. Penyakit jantungKomplikasi jantung yang paling umum terjadi pada
penderita lupus adalah terjadinya infeksi pada selaput pembungkus jantung, penebalan
pembuluh darah, dan melemahnya otot-otot jantung.
3. Penyakit paru-paru1 dari 3 orang penderita lupus akan mengalamiinfeksi
pada selaput pembungkus paru-paru. Jika ini terjadi maka pasien akan merasakan sakit saat
bernapas hingga batuk berdarah
4. Gangguan peredaran darah darahUntuk penyakit yang satu ini pada
penderita lupus, biasanya tidak ditemukan gejala yang dapat dideteksi secara langsung.
Gangguannya antara lain seperti terganggunya distribusi oksigen dalam darah atau
berkurangnya produksi sel darah putih, dan anemia.
5. Gangguan saraf dan mentaBanyak dari penderita lupus yang mengalami
susah konsentrasi, cepat lupa, sakit kepala yang sangat parah, khawatir berlebihan, dan
selalu gelisah. Hal ini dikarenakan penyakit lupus lama-kelamaan akan melemahkan kerja
saraf dan menyebabkan stres pada pasien
1. Penatalaksanaan keperawatana
Pemantauan aktivitas penyakit dilakukan dengan menggunakan instrument yang valid, seperti
hitung nyeri tekan dan bengkak sendi (Thompson & Kirwan, 1995) dan kuesioner
pengkajian kesehatan (Fries et al, 1980). Hal ini member indikasi yang berguna mengenai
pemburukan
atau kekambuhan gejala. Edukasi sangat penting pada semua penyakit jangka panjang. Pasien
yang menyadari hubungan antara stres dan serangan aktivitaspenyakit akan mampu
mengoptimalkan prospek kesehatan mereka. Advice tentang keseimbangan antara
aktivitas dan periode istirahat, pentingnya latihan, dan mengetahui tanda
peringatan serangan, seperti peningkatan keletihan, nyeri, ruam, demam, sakit kepala,atau
pusing, penting dalam membantu pasien mengembangkan strategi koping dan menjamin
masalah diperhatikan dengan baik.c)Dukungan psikologis merupakan kebutuhan utama
bagi pasien SLE. Perawat dapat memberi dukungan dan dorongan serta, setelah pelatihan,
dapat menggunakan ketrampilan konseling ahli. Pemberdayaan pasien, keluarga, dan
pemberi asuhan memungkinkan kepatuhan dan kendali personal yang lebih baik terhadap
gaya hidup dan penatalaksanaan regimen bagi mereka (Anisa Tri U., 2012).
2. Penatalaksanaan medis
Terapi dengan obat bagi penderita SLE mencakup pemberian obat-obat:
1)Antiradang nonstreroid (AINS)
AINS dipakai untuk mengatasi arthritis dan artralgia. Aspirin saat ini lebih jarang
dipakai karena memiliki insiden hepatotoksik tertinggi, dan sebagian penderita
SLE juga mengalami gangguan pada hati. Penderita LES juga memiliki risiko tinggi
terhadap efek samping obat-obatan AINS pada kulit, hati, dan ginjal sehingga pemberian
harus dipantau secara seksama.
2)Kortikosteroid
3)Antimalaria
Pemberian antimalaria kadang-kadang dapat efektif apabila AINS tidak dapat
mengendalikan gejala-gejala LES. Biasanya antimalaria mula-mula diberikan dengan
dosis tinggi untuk memperoleh keadaan remisi. Bersihnya lesi kulit merupakan
parameter untuk memantaupemakaian dosis.
4)Imunosupresif
Pemberian imunosupresif (siklofosfamid atau azatioprin) dapat dilakukan untuk
menekan aktivitas autoimun LES. Obat-obatan ini biasanya dipakai ketika:a)Diagnosis
pasti sudah ditegakkan, b). Adanya gejala-gejala berat yang mengancam jiwa,
c)Kegagalan tindakan-tidakan pengobatan lainnya, misalnya bila pemberian steroid tidak
memberikan respon atau bila dosis steroid harus diturunkan karena adanya efek
samping, d)Tidak adanya infeksi, kehamilan dan neoplasma (Sylvia dan Lorraine,
1995).
I. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium dapat memberikan
a. Penegakkan atau menyingkirkan suatu diagnosis;
b. Untuk mengikuti perkembangan penyakit, terutama untuk menandai terjadinya
suatu serangan atau sedang berkembang pada suatu organ;
c. Untuk mengidentifikasi efek samping dari suatu pengobatan
J. ASKEP
a. Pengkajian
1. Identitas
a. Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik bisa terjadi pada wanita maupun pria, namun
penyakit ini sering diderita oleh wanita, dengan perbandingan wanita dan pria 8 : 1.
b. Biasa ditemukan pada ras-ras tertentu seperti Negro, Cina, dan Filiphina.
c. Lebih sering pada usia 20-40 tahun, yaitu pada usia produktif.
d. Faktor ekonomi dan geografis tidak mempengaruhi distribusi penyakit ini.
Keluhan Utama: pada umumnya pasien mengeluh mudah lelah, lemah, nyeri, kaku,
demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
4. Riwayat Pengobatan
Kaji apakah pasien mendapat terapi dengan Klorpromazin, metildopa, hidralasin,
prokainamid, dan isoniazid, dilantin, penisilamin, dan kuinidin.
Ukur suhu dan dokumentasikan adanya demam. Observasi kulit untuk ruam malar (ruam
yang berbentuk seperti kupu-kupu di pipi); lesi diskoid pada wajah, kulit kepala atau leher;
perubahan pada pigmentasi kulit; atau jaringan parut, Dokumentasikan alopesia. Inspeksi
rongga mulut terhadap ulkus / ulserasi yang tidak terasa nyeri dan sendi untuk edema. Ukur
tekanan darah, karena hipertensi dapat terjadi akibat terpengaruhnya ginjal. Auskultasi paru;
suara nafas tambahan dapat ditemukan jika sistem pulmonal terpengaruh. Palpasi sendi,
observasi area nyeri tekan (pada SLE, gangguan abdomen lebih
umum ditemukan pada anak daripada orang dewasa).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit.
b. Nyeri berhubungan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada penampilan fisik.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit, leukopenia, penurunan hemoglobin
e. Intoleransi aktivitas fisik berhubungan dengan kelemahan atau keletihan akibat anemia.
KASUS SLE
Seorang perempuan berusia 38 tahun berobat ke poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan
bercak-bercak kemerahan hampir diseluruh tubuh disertai lemas. sejak 1 tahun yang lalu
pasien mengeluhkan bercak-bercak berwarna ungu kehitaman muncul dibadannya tanpa rasa
gatal maupun nyeri. Bercak semakin lama semakin bertambah banyak dan menyebar di
badan. Pasien mengatakan keluhan membaik tetapi kemudian muncul kembali. Kurang lebih
5 bulan SMRS pasien sering mengeluhkan badannya lemas dan sering di obati sendiri dengan
minum tablet deksametason 0,5 mg sekali sehari dan tablet narium diklofenak 50 mg
diminum sekali sehari. Keluhan membaik akan tetapi muncul kembali. 3 bulan SMRS
berobat ke klinik dan diberikan obat minum dan salep racikan, keluhan di kulit membaik.
1 bulan SMRS pasien mengeluhkan bercak-bercak ungu kehitaman berubah menjadi
kemerahan dan bersisik menyebar ke wajah, lengan, dan tungkai. Kulit menjadi merah saat
terkena sinar matahari. Pasien juga mengatakan rambutnya rontok dan demam. Tekanan
darah 100/70 mmHg, frekuensi napas 20x/menit, frekuensi nadi 100x/menit, suhu 38°C.
Status dermatologis daerah wajah terutama malar, tampak plak eritema sebagian
hipopigmentasi, bentuk ireguler, batas tegas, disertai skuama putih tipis diatasnya, multiple
dan tersebar. Hasil pemeriksaan urine: proteinuria +2, hematuria, leukosit +2, nitrit +2, dan
bakteri 15.657,1. Hasil pemeriksaan EKG: Sinus takikardia dengan HR 100kali/menit. Pasien
mendapatkan terapi metilprednisolon 48 mg/hari dan klorokuin 250 mg/hari, cetirizine tablet
1x1 dan obat topical oleum cocos 2 kali sehari serta salep gentamisin kali sehari di daerah
erosi.
BAB IV
MCP KASUS
3.1 MCP Kasus
ND: Gangguan Integritas Kulit b.d. MD: Systemic Lupus Erythematosus (SLE) ND: Gangguan Citra Tubuh b.d.
perubahan pigmentasi KA: perubahan struktur tubuh
DS: - Butterfly rash DS:
1. Pasien mengeluh bercak-bercak - Fotosensitivitas 1. Pasien mengeluh bercak-bercak
ungu kehitaman berubah menjadi - Ulkus oral kemerahan hamper di seluruh
kemerahan dan bersisik menyebar - Vaskulitis Kutaneus tubuh disertai lemas
ke wajah, lengan, dan tungkai - Trombositopenia, leukopenia, anemia 2. Pasien mengeluhkan bercak-
2. Kulit menjadi merah saat terkena - Antinuclearantibody diatas nilai normal (+) bercak berwarna ungu kehitaman
sinar matahari - Tes komplemen C3 dan C4 hasilnya muncul di badannya
3. Pasien mengatakan rambut rontok menurun DO:
dan demam - Hasil rontgen thorax ditemukan adanya: 1. Status dermatologis daerah wajah
DO: Pleuritis dan perikarditis terutama malar, tampak plak
1. Status dermatologis daerah wajah eritema, sebagian
terutama malar, tampak plak hipopigmentasi, bentuk ireguler,
eritema, sebagian hipopigmentasi, batas tegas, disertai skuama putih
bentuk ireguler, batas tegas, disertai tipis diatasnya, multiple tersebar
skuama putih tipis diatasnya, Terapi:
multiple tersebar
2. Pada badan dan ekstremitas tampak
papula plak erimatosa sebagian
hipopigmentasi, bentuk ireguler,
batas tegas, skuama putih, multiple
dan tersebar
Terapi: klorokuin 250 mg/hari,
cetirizine tablet 1x1 obat topical oleum
cocos 2x1, salep gentamisisn 2x1
3.2 Rencana Intervensi dan Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama:
Kulit b.d. perubahan keperawatan selama 1x24 Perawatan Integritas Kulit
pigmentasi jam diharapkan integritas Tindakan:
kulit meningkat dengan Observasi:
kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab
1. Kerusakan lapisan kulit gangguan integritas
menurun kulit
2. Kemerahan menurun Terapeutik:
3. Pigmentasi abnormal 1. Gunakan produk
menurun berbahan petroleum
4. Suhu kulit membaik atau minyak pada kulit
5. Pertumbuhan rambut kering
membaik 2. Gunakan produk
berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada
kulit sensitive
3. Hindari produk
berbahan dasar alcohol
pada kulit kering
Edukasi:
1. Anjurkan
menggunakan
pelembab (lotion)
2. Anjurkan minum air
yang cukup
3. Anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
4. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
2. Gangguan Citra Tubuh Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama: Promosi
b.d. perubahan struktur keperawatan selama 1x24 Citra Tubuh
tubuh jam diharapkan citra tubuh Tindakan:
meningkat dengan kriteria Observasi:
hasil: 1. Identifikasi harapan
1. Verbalisasi perasaan citra tubuh
negative tentang berdasarkan tahap
perubahan tubuh perkembangan
menurun 2. Monitor frekuensi
2. Respon nonverbal pada pernyataan kritik
perubahan tubuh terhadap diri sendiri
membaik Terapeutik:
1. Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
2. Diskusikan perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
3. Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan
citra tubuh
Edukasi:
1. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan perubahan
citra tubuh
2. Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra tubuh
3. Latih peningkatan
penampilan diri
BAB IV
ANALISIS JURNAL
F. Simpulan
Definisi Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah radang kronis yang disebabkan oleh
penyakit autoimun (kekebalan tubuh) di mana sistem pertahanan tubuh yang tidak normal
melawan jaringan tubuh sendiri. Antara jaringan tubuh dan organ yang dapat terkena adalah
seperti kulit, jantung, paru- paru, ginjal, sendi, dan sistem saraf. Lupus eritematosus
sistemik (SLE) merupakan suatu penyakit atuoimun yang kronik dan menyerang berbagai
system dalam tubuh. ( Silvia & Lorraine, 2006 ) Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah
penyakit radang yang menyerang banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit
bisa akut atau kronis, dan disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri
Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun multisystem dengan
manifestasi dan sifat yang sangat berubah – ubah, penuakit ini terutama menyerang kulitr,
ginjal, membrane serosa, sendi, dan jantung. Sistem imun terdiri dari ratusan mekanisme
dan proses yang berbeda yang semuanya siap bertindak begitu tubuh kita diserang oleh
berbagai bibit penyakit seperti virus, bakteri, mikroba, parasit dan polutan.Etilogi
Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) prevalensinya dalam populasi
tertentu kira – kira satu kasus per 2500 orang, penyakit ini cenderung terjadi pada
perempuan (kira – kira 9:1), yang menyerang satu diantara 700 perempuan usia subur.
Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda dengan puncak kejadian pada usia 15-40
tahun (selama masa reproduktif) dengan perbandingan wanita dan laki-laki 5:1) Di
Indonesia, data unutk kasus SLE masih belum ada yang mencakup semua wilayah Indonesia.
Menariknya, ada peningkatan penyakit rematik pada orang dengan infeksi HIV, dan penyakit
autoimun termasuk lupus tampaknya menjadi lebih umum ketika ada restorasi kompetensi
kekebalan dengan penggunaan obat anti retro virus yang sangat aktif (Malleson, Pete; Tekano,
Jenny. Klasifikasi KlasifikasiPenyakit Lupus yang diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu
:a.Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus
yang menyerang kulit. b.Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang
kebanyakan system di dalam tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati,
otak, dan sistem saraf. Sistem VaskulerInflamasi pada arteriole terminalis yang
menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta
permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
G. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
Lampiran
DAFTAR PUSTAKA
Burn, Catherine E, et all. (2004). Pediatric Primary Care : A Handbook for Nurse
Practitioner.USA : Saunders
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, ML., Swansosn, E. (2008). Nursing Outcomes
Classification(NOC)Fourthedition.St. Louis: Mosby Elseiver.
Sutarna, Agus, dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong (Wong’s
EssentialsofPediatricNursing).ED.6. Jakarta: EGC