Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

Asuhan Keperawatan SLE(Systemic Lupus Erythematosus)"

OLEH : KELOMPOK 3

1. Ananda Yayang Pradeseva (201211656) 8. Tri Nanda Zalika Rahma (201211695)


2. Silvia Andriani (201211692) 9. Silvi Rahmawati Putri (201211691)
3. Amanda Cahya (2012117570 10. Fyrha Mariska ZP (201211660)
4. Zakiyah Alharis (201211700) 11. Windia Osmiati (201211755)
5. Mesi Wahyuni (201211744) 12. Jihan Afifah (201211667)
6. Wella Yuliastri (201211697) 13. Putri Melanni (201211678)
7. Vina Sofiana (201211676) 14. Wahyu Fernando (201211759)

Dosen Pengampu :
Ns. Velga Yazia,. M. Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien SLE”. Adapun pembuatan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber.Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua
pihak yang telah member kami bantuan dukungan kjuga semangat, buku dan sumber
lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan.Oleh karena itu melalui media ini
kelompok menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kelompok
miliki.Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
untuk menyempurnakan makalah ini.

Padang, 4 Oktober 2022

Kelompok 3

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................2
BAB IIPEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan.....................................................................................3
1. Pengertian SLE................................................................................................3
2. Epidemiologi....................................................................................................3
3. Etiologi.............................................................................................................4
4. Pathway............................................................................................................8
5. Klasifikasi.........................................................................................................9
6. Manifestasi Klinis............................................................................................10
7. Pemeriksaan Fisik............................................................................................11
8. Pemeriksaan Penunjang/diagnostik..................................................................11
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan..............................................................16
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................23
B. Saran...............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................24

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Systemic Lupus Erithematosus (SLE) merupakan penyakit yang
menyebabkan peradangan atau inflamasi multisistem yang disebabkan banyak faktor
dan dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa peningkatan
sistem imun dan produksi autoantibody yang berlebihan. Lupus hingga saat ini
menyerang paling sedikit sekitar 5 juta orang di dunia. Di Amerika hingga saat ini
tercatat 1,5 juta orang menderita penyakit lupus (Lupus Foundation of America,
2015).
Penyakit autoimun merupakan penyakit yang timbul akibat patahnya toleransi
kekebalan diri. Lupus merupakan salah satu penyakit autoimun. Faktor-faktor yang
bersifat predisposisi dan ikut berkontribusi menimbulkan penyakit autoimun antara
lain, faktor genetik, kelamin (gender), infeksi, sifat autoantigen, obat-obatan, serta
faktor umur. Menurut Judha, dkk (2015), faktor yang meningkatkan risiko penyakit
lupus yakni jenis kelamin, wanita usia produktif lebih berisiko terkena penyakit ini.

Lupus paling umum terdiagnosis pada mereka yang berusia diantara 15-40
tahun. Ras Afrika, Hispanics dan Asia lebih berisiko terkena lupus. Paparan sinar
matahari juga menjadi faktor risiko lupus. Penyakit auotoimun inimelibatkan berbagai
organ dengan manifestasi klinis yang bervariasi dari yang ringan sampai berat dimana
tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri,
seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit
Penyakit ini dapat terjadi pada semua orang tanpa membedakan usia dan jenis
kelamin. Prevalensi SLE berbeda-beda untuk tiap etnis yaitu etnis Afrika-Amerika
mempunyai prevalensi Sekitar 5% anak yang lahir dari individu yang terkena lupus,
akan menderita penyakit lupus, apabila kembar identik maka salah satu dari bayi
kembar tersebut akan menderita lupus. Sebesar 10% penderita lupus, mengalami
kelainan pada lebih dari satu jaringan tubuh. Kelainan jaringan tersebut dikenal
dengan istilah “overlap syndrom” atau “mixed connective tissue disease” (Lupus
Foundation of America, 2015).

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana membuat asuhan keperawatan anak yang mengalami SLE (Systemic
Lupus Erithematosus).

1.3 Tujuan Tulisan


Untuk mengetahui bagaimana gambaran simulasi asuhan keperawatan anak yang
mengalami SLE (Systemic Lupus Erithematosus)

1.4 Manfaat Tulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswauntuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan keperawatan pada anak yang
mengalami SLE (Systemic Lupus Erithematosus).
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
suatu pembelajaran bagi mahasiswa yang nantinya ilmu tersebut dapat
dipahami dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan (Konsep DasarPenyakit)


1. Definisi
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah radang kronis yang disebabkan oleh
penyakit autoimun (kekebalan tubuh) di mana sistem pertahanan tubuh yang tidak
normal melawan jaringan tubuh sendiri. Antara jaringan tubuh dan organ yang
dapat terkena adalah seperti kulit, jantung, paru-paru, ginjal, sendi, dan sistem
saraf.
Lupus eritematosus sistemik (SLE) merupakan suatu penyakit atuoimun yang
kronik dan menyerang berbagai system dalam tubuh. ( Silvia& Lorraine, 2006 )
Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang
banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan
disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri. Systemic lupus
erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun multisystem dengan
manifestasi dan sifat yang sangat berubah – ubah, penuakit ini terutama
menyerang kulitr, ginjal, membrane serosa, sendi, dan jantung.(Robins, 2007)

2. Epidemiologi
Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) prevalensinya dalam
populasi tertentu kira – kira satu kasus per 2500 orang, penyakit ini cenderung
terjadi pada perempuan (kira – kira 9:1), yang menyerang satu diantara 700
perempuan usia subur. systemic lupus erythematosus (SLE) lebih sering
ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit hitam, Cina, dan Filipina. Penyakit ini
terutama diderita oleh wanita muda dengan puncak kejadian pada usia 15-40 tahun
(selama masa reproduktif) dengan perbandingan wanita dan laki-laki 5:1)
Di Indonesia, data unutk kasus SLE masih belum ada yang mencakup semua
wilayah Indonesia. Data tahun 2002, berdasarkan data pasien yang datang ke
poliklinik Reumatologi Penyakit Dalam di RSUP Cipto Mangunkosumo Jakarta,
terdapat 1,4% kasusu dari total seluruh kunjungan pasien. Sedangkan unutuk RS
Hasan Sadikin Bandung, terdapat 10,5% (291pasien) dari total pasien yang
berkunjung ke poliklinik reumatologi pada tahun2010.

3
3. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi didugaterdapat
beberapafaktorpredisposisiyangberperanterhadapterjadinyaSLE,yangantara lain
terdiri dari faktor endogen dan faktoreksogen (Fandika, 2016).
a. Beberapa literatur menyatakan adanya faktor – faktor endogen sebagai
predisposisi terjadinya SLE, diantaranya adalah :

- Faktor genetik
Faktor genetik memegang peranan pada banyak penderita lupus dengan resiko
yang meningkat pada saudara kandung dan kembar monozigot. Penelitian
terakhir menunjukkan bahwa banyak gen yang berperan terutama gen yang
mengkode unsur-unsur sistem imun. Diduga berhubungan dengan gen respons
imun spesifik pada kompleks histokompabilitas mayor kelas II, yaitu HLA-
DR2 dan HLA-DR3 serta dengan komponen komplemen yang berperan dalam
fase awal reaksi ikat komplemen (yaitu C1q, C1r, C1s, C4, dan C2) telah
terbukti. Gen-gen lain yang mulai ikut berperan adalah gen yang mengkode
reseptor sel T, imunoglobulin dan sitokin.1 Studi lain mengenai faktor genetik
ini yaitu studi yang berhubungan dengan HLA (Human Leucocyte Antigens)
yang mendukung konsep bahwa gen MHC (Major Histocompatibility
Complex) mengatur produksi autoantibodi spesifik. Penderita lupus (kira-kira
6%) mewarisi defisiensi komponen komplemen, seperti C2,C4, atau C1q.
Kekurangan komplemen dapat merusak pelepasan sirkulasi kompleks imun
oleh sistem fagositosit mononuklear sehingga membantu terjadinya deposisi
jaringan. Defisiensi C1q menyebabkan sel fagosit gagal membersihkan sel
apoptosis sehingga komponen nuklear akan menimbulkan respon imun.
Faktor genetik meningkatkan adanya penemuan autoimun dibandingkan
dengan populasi lain.18 Kecenderungan meningkatnya SLE yang terjadi
pada anak kembar identik menggambarkan adanya kemungkinan faktor
genetik yang berperan dalam penyakit ini. Gen-gen yang memiliki resiko
tinggi terjadinya SLE terutama Human Leukocyte Antigen-DR2 (HLA-
DR2) yang menunjukan sel-sel yang mampu memberikan antigen zat asing
ke sel darah putih, HLA-DR3 yang mengurus gen struktural yang
memproduksi berbagai jenis unsur penting pada darah dan jaringan sel
lupus, dan biasa terdapat linkage SLE pada kromosom 1.

4
- Faktor Hormonal
Mayoritas penyakit ini menyerang wanita muda dan beberapa penelitian
menunjukkan terdapat hubungan timbal balik antara kadar hormon estrogen
dengan sistem imun. Estrogen mengaktifasi sel B poliklonal sehingga
mengakibatkan produksi autoantibodi berlebihan pada pasien
LES.Autoantibodi pada lupus kemudian dibentuk untuk menjadi antigen
nuklear (ANA dan anti-DNA).Selain itu, terdapat antibodi terhadap struktur
sel lainnya seperti eritrosit, trombosit dan fosfolipid.Autoantibodi terlibat
dalam pembentukan kompleks imun, yang diikuti oleh aktifasi komplemen
yang mempengaruhi respon inflamasi pada banyak jaringan, termasuk kulit
dan ginjal.

- Antibodi dan KompleksImun


Autoantibodi adalah penanda lupus yang sering kali mengahasilkan sesuatu yang
tidak memiliki kepentingan klinis maupun patologis dan menyerang sel tubuh
dan jaringannya sendiri. Autoantibodi yang berperan dalam lupus dapat
digolongan menjadi empat yaitu antibodi yang terbentuk
padanucleus, seperti ANA, Anti-DNA, dan Anti-sm.,antibodi yang terbentuk
pada sitoplasma seperti, antibodi pada sel-sel yang berbeda jenis dan anti bodi
yang terbentuk pada antigen. Biasanya untuk dapat mengetahui antibodi ini
dilakukan tes darah

- Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dapat menjadi pemicu pada penderita lupus, seperti radiasi
ultra violet, tembakau, obat-obatan, virus.Sinar UV mengarah pada
selfimmunity dan hilangnya toleransi karena menyebabkan apoptosis
keratinosit.Selain itu sinar UV menyebabkan pelepasan mediator imun pada
penderita lupus, dan memegang peranan dalam fase induksi yanng secara
langsung mengubah sel DNA, serta mempengaruhi sel imunoregulator yang
bila normal membantu menekan terjadinya kelainan pada inflamasi
kulit.Faktor lingkungan lainnya yaitu kebiasaan merokok yang menunjukkan
bahwa perokok memiliki resiko tinggi terkena lupus, berhubungan dengan zat
yang terkandung dalam tembakau yaitu amino lipogenik aromatik.Pengaruh
obat juga memberikan gambaran bervariasi pada penderita lupus.Pengaruh
obat salah satunya yaitu dapat meningkatkan apoptosis keratinosit.Faktor
lingkungan lainnya yaitu peranan agen infeksius terutama virus dapat
5
ditemukan pada penderita lupus.Virus rubella, sitomegalovirus, dapat
mempengaruhi ekspresi sel permukaan dan apoptosis.
- Faktor Stress
Stress yang berlebihan meruakan pemicu aktifnya lupus. Odapus akan
merasa dalam lingkaran, karena ia sakit karena stress dan lupus
merupakan penyakit kronik yang menyebabkan seseorang akan lebih
rentan untuk merasa rendah diri, terbatas aktifitasnnya, dan jauh dari
pergaulan. Hal ini dapat bisa membuat Odapus stress dan membuat
daya tahan tubuh menurun sehingga menimbulkan infeksi. Demam akan
memperparah Lupusk arena seorang yang membawa “gen” lupus bisa
memicu proses melalui virus dan bakteri yang berkembang karena daya
tahan tubuhmenurun.

b. Beberapa literatur menyatakan adanya faktor – faktor eksogen sebagai


predisposisi terjadinya SLE, diantaranya adalah :

- Kontak dengan sinarmatahari


Paparan sinar matahari langsung, merupakan salah satu faktor yang
memperburuk kondisi gejala SLE.Diperkirakan sinar matahari dapat
memancarkan sinar ultraviolet yang dapat merangsang peningkatan
hormon estrogen yang cukup banyak sehingga mempermudah terjadinya
reaksi autoimun dan juga dapat mengubah struktur dari DNA sehingga
memicu terciptanya autoantibodi.Sinar ultraviolet menyebabkan sel-sel
kulit melepaskan substansi (sitokin, prostaglandin) yang memicu
inflamasi Kemudian diserap kedalam aliran darah dan terbawa kebagian
tubuh lainnya, Akibatnya timbul inflamasi pada berbagai organ tubuh yang
terserang SLE.
- Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman dalam kemasan, terutama minuman berjenis
isotonik yang mengandung zat pengawet, seperti Natrium Benzoate, dan
Kalium Sorbet serta yang mengandung kafein menyebabkan gejala
SLE.Sedangkan makanan yang dapat memicu lupus bagi Odapus sendiri
adalah yang mengandung L-canavanine dan biasa terdapat pada jenis
polong- polongan, selain itu juga makanan yang mengandung pemanis

6
buatan (Aspartam), serta sayuran yang mengandung belerang, misalnya
kubis,dll

- Infeksi virus/bakteri

Partikel Ribonucleat Acid (RNA) virus telah ditemukan pada jaringan ikat Odapus yang
membuat reaksi respon imun abnormal. Virus-virus yang terlibat dalam penyebab SLE
diantaranya myxoviruz, reovirus, measle, parainfluenza, mump, Epstein-Barr, dan onco
atau retroviruz jenis C. Hal ini bisa diketahui dari adanya partikel-partikel virus dalam
jaringan lupus, dan dari beberapa catatatan yang menunjukan bahwa mikroba bisa
menyerupai zat-zat asing atau antigen yang menyebabkan autoimun.
- Obat golongan sulva

Obat-obatan dari jenis klorpromazin, metilpoda, isoniazid, dilantin,


penisilamin,kuinidine,hydralazine(obathipertensi)danprocainamide(untu k mengobati
detak jantung yang tidak teratur), jika terus dikonsumsi akan membentuk antibodi
penyebab lupus. Sedangkan untuk pengobatan yang dilakukan dalam kedokteran gigi
yang dianggap berbahaya dan dianggap sebagai pencetus penyakit lupus adalah tambalan
amalgam,yang disebabkan oleh kandungan merkurinya

4. Pathway
Faktor penyebab (genetik, lingkungan,hormonal)

Limfosit T tidak berfungsi (abnormal)

Pembentukan Antibodi terhadap tubuh sendiri (inti sel) Penumpukan kompleks


imun di seluruh organ
Clinical manifestation

Muskuloskletal Mukokutan Ginjal Paru


Oral Nyeri sendi eritema, PK Nefritis PK Efusi
ulkus palatum,

sikatriks, gagal ginjal Pleura lesi di mulut lesi diskoid


anoreksia
Intoleransi Gangguan
Nyeri Gangguan
Aktivitas Citra Integritas Kulit Ketidakseimbangan
Akut
(D.0077) (D.0056) Tubuh
( D.0083) (D.0129) nutrisi kurang dari
kebutuhan
7
5. Klasifikasi
Ada tiga jenis type lupus yaitu sebagai berikut :
a. Cutaneous Lupus
Tipe ini juga dikenal sebagai Discoid Lupus Tipe lupus ini hanya terbatas pada kulit
dan ditampilkan dalam bentuk ruam yang muncul pada muka, leher, atau kulit kepala. Ruam
ini dapat menjadi lebih jelas terlihat pada daerah kulit yang terkena sinar ultraviolet (seperti
sinar matahari, sinar fluorescent). Meski terdapat beberapa macam tipe ruam pada lupus, tetapi
yang umum terdapat adalah ruam yang timbul, bersisik dan merah, tetapi tidakgatal.
b. Discoid Lupus
Tipe lupus ini dapatmenyebabkan inflamasi pada beberapa macam organ. Untuk
beberapa orang mungkin saja hal ini hanya terbatas pada gangguan kulit dan sendi. Tetapi pada
orang yang lain, sendi, paru-paru, ginjal, darah ataupun organ dan/atau jaringan lain yang
mungkin terkena. SLE pada sebagian orang dapat memasuki masa dimana gejalanya tidak
muncul (remisi) dan pada saat yang lain penyakit ini dapat menjadi aktif(flare).
c. Drug-induced lupus
Tipe lupus ini sangat jarang menyerang ginjal atau sistem syaraf. Obat yang umumnya
dapat menyebabkan druginduced lupus adalah jenis hidralazin (untuk penanganan tekanan
darah tinggi) dan pro-kainamid (untuk penanganan detak jantung yang tidak teratur/tidak
normal). Tidak semua orang yang memakan obat ini akan terkena drug-induced lupus. Hanya 4
persen dari orang yang mengkonsumsi obat itu yang bakal membentuk antibodi penyebab
lupus. Dari 4 persen itu, sedikit sekali yang kemudian menderita lupus. Bila pengobatan
dihentikan, maka gejala lupus ini biasanya akan hilang dengan sendirinya. Dari ketiganya,
Discoid Lupus paling sering menyerang. Namun, Systemic Lupus selalu lebih berat
dibandingkan dengan Discoid Lupus, dan dapat menyerang organ atau sistem tubuh. Pada
beberapa orang, cuma kulit dan persendian yang diserang. Meski begitu, pada orang lain bisa
merusak persendian, paru-paru, ginjal,darah, organ atau jaringanlain.

6. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul pada pasein SLE yaitu:
 Wanita muda dengan keterlibatan dua organ ataulebih.
 Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan penurunan berat
badan
 Muskuloskeletal: artritis, artralgia,myositis
 Kulit: ruam kupu-kupu (butter• ly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi membrane
mukosa, alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria,vaskulitis.
 Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindromanefrotik
 Gastrointestinal: mual, muntah, nyeriabdomen
 Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi parenkhimparu.
 Jantung: perikarditis, endokarditis,miokarditis
 Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati, splenomegali,hepatomegali)
 Hematologi: anemia, leukopenia, dantrombositopenia Neuropsikiatri: psikosis, kejang,
sindroma otak organik, mielitis transversus, gangguan kognitif neuropati kranial
danperifer

8
7. PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi : inspeksi kulit dilakukan untuk menemukan ruam eritematous. Plak eritematous
pada kulit dengan skuama yang melekat dapat terlihat pada kulit kepala, muka atau leher.
Inspeksi kulit kepala dilakukan untuk menemukan gejala alopesia, dan inspeksi mulut
serta tenggorok untuk ulserasi yang mencerminkan gangguan gastrointestinal. Selain itu
juga untuk melihat pembengkakansendi.
• Auskultasi : dilakukan pada kardiovaskuler untuk mendengar friction rub perikardium
yang dapat menyertai miokarditis dan efusi pleura. Efusi pleura serta infiltrasi
mencerminkan insufisiensi respiratorius dan diperlihatkan oleh suara paru yangabnormal.
• Palpasi : dilakukan palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan, dan sendi yang
terasahangat.

9
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG/ DIAGNOSTIK

 Pemeriksaan lab:
• Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang terdapat pada
hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga bisa ditemukan pada penyakit lain.
Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear, harus dilakukan juga pemeriksaan untuk
antibodi terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir
spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki antibodi ini. Pemeriksaan
darah untuk mengukur kadar komplemen (protein yang berperan dalam sistem kekebalan)
dan untuk menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan
aktivitas dan lamanya penyakit.
• Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atauprotein.
 Radiology :
- Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis.

1
0
1
1
12
13
14
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Systemic lupus erytematosus (SLE) atau lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit
radang atau inflamasi multisistem yang penyebabnya diduga karena adanya perubahan sistem imun
(Albar, 2003). SLE termasuk penyakit collagen-vascular yaitu suatukelompok penyakit yang
melibatkan sistem muskuloskeletal, kulit, dan pembuluh darah yang mempunyai banyak manifestasi
klinik sehingga diperlukan pengobatan yang kompleks. Etiologi dari beberapa penyakit collagen-
vascular sering tidak diketahui tetapi sistem imun terlibat sebagai mediator terjadinya penyakit
tersebut. Penyakit Lupus dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu discoid lupus, systemic lupus
erythematosus, dan lupus yang diinduksi oleh obat. Penyakit ini menimbulkan gejala-gejala umum
yang sering dianggap sepele tetapi justru perlu untuk ditangani sejak awal agar terhindar dari
penyebarannya sampai ke organ-organ.

B. SARAN
Oleh karena hal tersebut dalam makalah ini terdapat beberapa sara yang dapat membantu dalam
pemahaman penyakit SLE :
1. Perlu mengenali gejala-gejala pada penyakit SLE ini agar dapat ditangani dengan baik sejak
awal untuk mempercepat proses penyembuhan dan merawat penyakit ini untuk menghindari
penyebarannya keseluruh organ tubuh.
2. Perlu mengetahui tindakan-tindakan untuk proses penyembuhan penyakit SLE.
3. Perlu mendapatkan informasi yang lebih dalam makalah ini tentang penyakit SLE.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Esther, dkk. 2009. Patofisiologi Aplikasi Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Mrdikal-Bedah Volume 2. Jakarta: EGC.

Fandika.2016. Asuhan Keperawatan SLE (Systemic Lupus Erythematosus) Pada Anak. Available at
:https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/5854/6849 . Diakses tanggal 23
September 2018

Nurarif, A.H. dan Kusuma, H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Price A. Sylvia. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 Penerbit buku
Kedokteran. Jakarta : ECG

Syifa, Vyza. 2012. Informasi Yang Harus Dikaji Pada Pengkajian Menggunakan 11 Pola Fungsi
Kesehatan Gordon. Available at : http://vyzasyifa.blogspot.com/2012/01/pengkajian-
menggunakan-11-pola-fungsi.html . Diakses tanggal 23 September 2018

2012. Asuhan Keperawatan SLE. Available at


:Http://tutor.lscf.ucsb.edu/instdev/sears/immunology/fig20-6-110.gif). Diakses tanggal 20
September 2018

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta.

Yusuf. 2014. Askep SLE(dalam :http://cupdate1.blogspot.com/2014/04/askep-sle-systemic-lupus-


erithematosus.html ) Diakses Tanggal 20 September 2018

Endi.2013. Askep Penyakit Lupus Sistem Imun. Available at:


http://evaloy.blogspot.com/2013/03/askep-penyakit-lupus-sistem-imun-dan.html). Diakses
tanggal 20 September 2018.

16
33

Anda mungkin juga menyukai