OLEH : KELOMPOK 3
Dosen Pengampu :
Ns. Velga Yazia,. M. Kep
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien SLE”. Adapun pembuatan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber.Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua
pihak yang telah member kami bantuan dukungan kjuga semangat, buku dan sumber
lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan.Oleh karena itu melalui media ini
kelompok menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kelompok
miliki.Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
untuk menyempurnakan makalah ini.
Kelompok 3
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................2
BAB IIPEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan.....................................................................................3
1. Pengertian SLE................................................................................................3
2. Epidemiologi....................................................................................................3
3. Etiologi.............................................................................................................4
4. Pathway............................................................................................................8
5. Klasifikasi.........................................................................................................9
6. Manifestasi Klinis............................................................................................10
7. Pemeriksaan Fisik............................................................................................11
8. Pemeriksaan Penunjang/diagnostik..................................................................11
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan..............................................................16
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................23
B. Saran...............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Lupus paling umum terdiagnosis pada mereka yang berusia diantara 15-40
tahun. Ras Afrika, Hispanics dan Asia lebih berisiko terkena lupus. Paparan sinar
matahari juga menjadi faktor risiko lupus. Penyakit auotoimun inimelibatkan berbagai
organ dengan manifestasi klinis yang bervariasi dari yang ringan sampai berat dimana
tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri,
seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit
Penyakit ini dapat terjadi pada semua orang tanpa membedakan usia dan jenis
kelamin. Prevalensi SLE berbeda-beda untuk tiap etnis yaitu etnis Afrika-Amerika
mempunyai prevalensi Sekitar 5% anak yang lahir dari individu yang terkena lupus,
akan menderita penyakit lupus, apabila kembar identik maka salah satu dari bayi
kembar tersebut akan menderita lupus. Sebesar 10% penderita lupus, mengalami
kelainan pada lebih dari satu jaringan tubuh. Kelainan jaringan tersebut dikenal
dengan istilah “overlap syndrom” atau “mixed connective tissue disease” (Lupus
Foundation of America, 2015).
1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana membuat asuhan keperawatan anak yang mengalami SLE (Systemic
Lupus Erithematosus).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Epidemiologi
Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) prevalensinya dalam
populasi tertentu kira – kira satu kasus per 2500 orang, penyakit ini cenderung
terjadi pada perempuan (kira – kira 9:1), yang menyerang satu diantara 700
perempuan usia subur. systemic lupus erythematosus (SLE) lebih sering
ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit hitam, Cina, dan Filipina. Penyakit ini
terutama diderita oleh wanita muda dengan puncak kejadian pada usia 15-40 tahun
(selama masa reproduktif) dengan perbandingan wanita dan laki-laki 5:1)
Di Indonesia, data unutk kasus SLE masih belum ada yang mencakup semua
wilayah Indonesia. Data tahun 2002, berdasarkan data pasien yang datang ke
poliklinik Reumatologi Penyakit Dalam di RSUP Cipto Mangunkosumo Jakarta,
terdapat 1,4% kasusu dari total seluruh kunjungan pasien. Sedangkan unutuk RS
Hasan Sadikin Bandung, terdapat 10,5% (291pasien) dari total pasien yang
berkunjung ke poliklinik reumatologi pada tahun2010.
3
3. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi didugaterdapat
beberapafaktorpredisposisiyangberperanterhadapterjadinyaSLE,yangantara lain
terdiri dari faktor endogen dan faktoreksogen (Fandika, 2016).
a. Beberapa literatur menyatakan adanya faktor – faktor endogen sebagai
predisposisi terjadinya SLE, diantaranya adalah :
- Faktor genetik
Faktor genetik memegang peranan pada banyak penderita lupus dengan resiko
yang meningkat pada saudara kandung dan kembar monozigot. Penelitian
terakhir menunjukkan bahwa banyak gen yang berperan terutama gen yang
mengkode unsur-unsur sistem imun. Diduga berhubungan dengan gen respons
imun spesifik pada kompleks histokompabilitas mayor kelas II, yaitu HLA-
DR2 dan HLA-DR3 serta dengan komponen komplemen yang berperan dalam
fase awal reaksi ikat komplemen (yaitu C1q, C1r, C1s, C4, dan C2) telah
terbukti. Gen-gen lain yang mulai ikut berperan adalah gen yang mengkode
reseptor sel T, imunoglobulin dan sitokin.1 Studi lain mengenai faktor genetik
ini yaitu studi yang berhubungan dengan HLA (Human Leucocyte Antigens)
yang mendukung konsep bahwa gen MHC (Major Histocompatibility
Complex) mengatur produksi autoantibodi spesifik. Penderita lupus (kira-kira
6%) mewarisi defisiensi komponen komplemen, seperti C2,C4, atau C1q.
Kekurangan komplemen dapat merusak pelepasan sirkulasi kompleks imun
oleh sistem fagositosit mononuklear sehingga membantu terjadinya deposisi
jaringan. Defisiensi C1q menyebabkan sel fagosit gagal membersihkan sel
apoptosis sehingga komponen nuklear akan menimbulkan respon imun.
Faktor genetik meningkatkan adanya penemuan autoimun dibandingkan
dengan populasi lain.18 Kecenderungan meningkatnya SLE yang terjadi
pada anak kembar identik menggambarkan adanya kemungkinan faktor
genetik yang berperan dalam penyakit ini. Gen-gen yang memiliki resiko
tinggi terjadinya SLE terutama Human Leukocyte Antigen-DR2 (HLA-
DR2) yang menunjukan sel-sel yang mampu memberikan antigen zat asing
ke sel darah putih, HLA-DR3 yang mengurus gen struktural yang
memproduksi berbagai jenis unsur penting pada darah dan jaringan sel
lupus, dan biasa terdapat linkage SLE pada kromosom 1.
4
- Faktor Hormonal
Mayoritas penyakit ini menyerang wanita muda dan beberapa penelitian
menunjukkan terdapat hubungan timbal balik antara kadar hormon estrogen
dengan sistem imun. Estrogen mengaktifasi sel B poliklonal sehingga
mengakibatkan produksi autoantibodi berlebihan pada pasien
LES.Autoantibodi pada lupus kemudian dibentuk untuk menjadi antigen
nuklear (ANA dan anti-DNA).Selain itu, terdapat antibodi terhadap struktur
sel lainnya seperti eritrosit, trombosit dan fosfolipid.Autoantibodi terlibat
dalam pembentukan kompleks imun, yang diikuti oleh aktifasi komplemen
yang mempengaruhi respon inflamasi pada banyak jaringan, termasuk kulit
dan ginjal.
- Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dapat menjadi pemicu pada penderita lupus, seperti radiasi
ultra violet, tembakau, obat-obatan, virus.Sinar UV mengarah pada
selfimmunity dan hilangnya toleransi karena menyebabkan apoptosis
keratinosit.Selain itu sinar UV menyebabkan pelepasan mediator imun pada
penderita lupus, dan memegang peranan dalam fase induksi yanng secara
langsung mengubah sel DNA, serta mempengaruhi sel imunoregulator yang
bila normal membantu menekan terjadinya kelainan pada inflamasi
kulit.Faktor lingkungan lainnya yaitu kebiasaan merokok yang menunjukkan
bahwa perokok memiliki resiko tinggi terkena lupus, berhubungan dengan zat
yang terkandung dalam tembakau yaitu amino lipogenik aromatik.Pengaruh
obat juga memberikan gambaran bervariasi pada penderita lupus.Pengaruh
obat salah satunya yaitu dapat meningkatkan apoptosis keratinosit.Faktor
lingkungan lainnya yaitu peranan agen infeksius terutama virus dapat
5
ditemukan pada penderita lupus.Virus rubella, sitomegalovirus, dapat
mempengaruhi ekspresi sel permukaan dan apoptosis.
- Faktor Stress
Stress yang berlebihan meruakan pemicu aktifnya lupus. Odapus akan
merasa dalam lingkaran, karena ia sakit karena stress dan lupus
merupakan penyakit kronik yang menyebabkan seseorang akan lebih
rentan untuk merasa rendah diri, terbatas aktifitasnnya, dan jauh dari
pergaulan. Hal ini dapat bisa membuat Odapus stress dan membuat
daya tahan tubuh menurun sehingga menimbulkan infeksi. Demam akan
memperparah Lupusk arena seorang yang membawa “gen” lupus bisa
memicu proses melalui virus dan bakteri yang berkembang karena daya
tahan tubuhmenurun.
6
buatan (Aspartam), serta sayuran yang mengandung belerang, misalnya
kubis,dll
- Infeksi virus/bakteri
Partikel Ribonucleat Acid (RNA) virus telah ditemukan pada jaringan ikat Odapus yang
membuat reaksi respon imun abnormal. Virus-virus yang terlibat dalam penyebab SLE
diantaranya myxoviruz, reovirus, measle, parainfluenza, mump, Epstein-Barr, dan onco
atau retroviruz jenis C. Hal ini bisa diketahui dari adanya partikel-partikel virus dalam
jaringan lupus, dan dari beberapa catatatan yang menunjukan bahwa mikroba bisa
menyerupai zat-zat asing atau antigen yang menyebabkan autoimun.
- Obat golongan sulva
4. Pathway
Faktor penyebab (genetik, lingkungan,hormonal)
6. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul pada pasein SLE yaitu:
Wanita muda dengan keterlibatan dua organ ataulebih.
Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan penurunan berat
badan
Muskuloskeletal: artritis, artralgia,myositis
Kulit: ruam kupu-kupu (butter• ly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi membrane
mukosa, alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria,vaskulitis.
Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindromanefrotik
Gastrointestinal: mual, muntah, nyeriabdomen
Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi parenkhimparu.
Jantung: perikarditis, endokarditis,miokarditis
Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati, splenomegali,hepatomegali)
Hematologi: anemia, leukopenia, dantrombositopenia Neuropsikiatri: psikosis, kejang,
sindroma otak organik, mielitis transversus, gangguan kognitif neuropati kranial
danperifer
8
7. PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi : inspeksi kulit dilakukan untuk menemukan ruam eritematous. Plak eritematous
pada kulit dengan skuama yang melekat dapat terlihat pada kulit kepala, muka atau leher.
Inspeksi kulit kepala dilakukan untuk menemukan gejala alopesia, dan inspeksi mulut
serta tenggorok untuk ulserasi yang mencerminkan gangguan gastrointestinal. Selain itu
juga untuk melihat pembengkakansendi.
• Auskultasi : dilakukan pada kardiovaskuler untuk mendengar friction rub perikardium
yang dapat menyertai miokarditis dan efusi pleura. Efusi pleura serta infiltrasi
mencerminkan insufisiensi respiratorius dan diperlihatkan oleh suara paru yangabnormal.
• Palpasi : dilakukan palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan, dan sendi yang
terasahangat.
9
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG/ DIAGNOSTIK
Pemeriksaan lab:
• Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang terdapat pada
hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga bisa ditemukan pada penyakit lain.
Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear, harus dilakukan juga pemeriksaan untuk
antibodi terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir
spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki antibodi ini. Pemeriksaan
darah untuk mengukur kadar komplemen (protein yang berperan dalam sistem kekebalan)
dan untuk menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan
aktivitas dan lamanya penyakit.
• Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atauprotein.
Radiology :
- Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis.
1
0
1
1
12
13
14
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Systemic lupus erytematosus (SLE) atau lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit
radang atau inflamasi multisistem yang penyebabnya diduga karena adanya perubahan sistem imun
(Albar, 2003). SLE termasuk penyakit collagen-vascular yaitu suatukelompok penyakit yang
melibatkan sistem muskuloskeletal, kulit, dan pembuluh darah yang mempunyai banyak manifestasi
klinik sehingga diperlukan pengobatan yang kompleks. Etiologi dari beberapa penyakit collagen-
vascular sering tidak diketahui tetapi sistem imun terlibat sebagai mediator terjadinya penyakit
tersebut. Penyakit Lupus dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu discoid lupus, systemic lupus
erythematosus, dan lupus yang diinduksi oleh obat. Penyakit ini menimbulkan gejala-gejala umum
yang sering dianggap sepele tetapi justru perlu untuk ditangani sejak awal agar terhindar dari
penyebarannya sampai ke organ-organ.
B. SARAN
Oleh karena hal tersebut dalam makalah ini terdapat beberapa sara yang dapat membantu dalam
pemahaman penyakit SLE :
1. Perlu mengenali gejala-gejala pada penyakit SLE ini agar dapat ditangani dengan baik sejak
awal untuk mempercepat proses penyembuhan dan merawat penyakit ini untuk menghindari
penyebarannya keseluruh organ tubuh.
2. Perlu mengetahui tindakan-tindakan untuk proses penyembuhan penyakit SLE.
3. Perlu mendapatkan informasi yang lebih dalam makalah ini tentang penyakit SLE.
15
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Esther, dkk. 2009. Patofisiologi Aplikasi Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Mrdikal-Bedah Volume 2. Jakarta: EGC.
Fandika.2016. Asuhan Keperawatan SLE (Systemic Lupus Erythematosus) Pada Anak. Available at
:https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/5854/6849 . Diakses tanggal 23
September 2018
Price A. Sylvia. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 Penerbit buku
Kedokteran. Jakarta : ECG
Syifa, Vyza. 2012. Informasi Yang Harus Dikaji Pada Pengkajian Menggunakan 11 Pola Fungsi
Kesehatan Gordon. Available at : http://vyzasyifa.blogspot.com/2012/01/pengkajian-
menggunakan-11-pola-fungsi.html . Diakses tanggal 23 September 2018
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta.
16
33