Dibuat Oleh :
FERONIKA BUNGA KELEN
02301075
Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
Keperawatan Anak. Makalah ini juga disusun dengan maksud agar teman-teman
berbagai literature yang berhubungan demi untuk memperoleh hasil yang optimal
04 Februari 2024
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan.............................................................................................. 3
BAB II (TINJAUAN TEORI)
A. Pengertian......................................................................................... 5
B. Etiologi............................................................................................. 6
C. Patofisiologi..................................................................................... 6
D. Manifestasi Klinis............................................................................ 8
E. Pemeriksaan Penunjang................................................................... 10
F. Penatalaksanaan............................................................................... 12
G. Komplikasi....................................................................................... 14
BAB III (ASUHAN KEPERAWATAN)
A. Pengkajian........................................................................................ 15
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 19
C. Intervensi Keperawatan.................................................................... 20
D. Implementasi.................................................................................... 28
E. Evaluasi............................................................................................ 28
BAB IV (PENUTUP)
A. Kesimpulan ..................................................................................... 30
B. Saran................................................................................................. 30
Daftar Pustaka................................................................................................ 31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri. Dalam keadaan
dalam melawan infeksi, namun pada penyakit SLE dan penyakit autoimun
lainya, sistem pertahanan tubuh ini berbalik menyerang tubuh, dimana antibodi
yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri (Judha dan Setiawan, 2015).
radang atau inflamasi multisystem yang disebabkan oleh banyak faktor dan di
Tanda dan gejala SLE adalah ruam kulit yang paling sering ditemui pada
wajah, pergelangan tangan, dan tangan. Tanda khas pada SLE adalah ruam di
pipi dan batang hidung, yang dikenal dengan istilah ‘butterfly rash’ atau ‘malar
rash’. Ruam kulit juga bisa terasa gatal, nyeri, atau meradang yang bisa
diperparah oleh sinar matahari. Gejala yang sering dirasakan pada penderita
SLE lainnya adalah nyeri atau pembengkakan pada sendi nyeri dan
pembengkakan sendi umumnya dirasakan di tangan dan kaki, tapi bisa juga
berpindah-pindah dan umumya lebih berat dirasakan pada pagi hari. Gangguan
Gejala lain yang berikutnya adalah kelelahan berat, pada pasien dengan SLE,
penyandang SLE yang menyatakan bahwa kelelahan yang dialami ini sangat
Berbagai efek juga dapat timbul pada pasien dengan SLE. Efek tersebut
dapat datang dari efek secara fisik maupun efek secara psikologis. Pada
dari jaringan tersebut akan bereaksi dengan sistem imunitas dan akan
menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat dan berbagai jaringan organ
tubuh seperti jaringan kulit otot tulang, ginjal, sistem saraf, kardiovaskular,
paru-paru, dan hati sehingga penyandang lupus rentan terkena infeksi (Tsokos,
2011).
yang termasuk dalam 3 besar adalah SLE, syndrome nefrotik (SN), dan gagal
ginjal. Pasien yang mengalami SLE terdapat 26 pasien dari 146 pasien atau
sekitar 17,8%, kasus lain seperti SN terdapat 15 kasus atau sekitar 10,3%, dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
SLE.
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
untuk melindungi tubuh dari benda asing (virus, bakteri, alergen, dan lain -
lain) namun pada kondisi ini antibodi tersebut kehilangan kemampuan untuk
membedakan antara benda asing dan jaringan tubuh sendiri (Fatmawati, 2018).
penyakit autoimun yang bukan disebabkan oleh virus, kuman atau bakteri.
Faktor hormon, lingkungan dan genetik adalah sebagai pemicu penyakit lupus.
kekakuan sendi, nyeri tulang belakang dan pembuluh darah yang mudah pecah
sering dialami oleh penderita lupus. Penderita dapat mengalami rasa letih yang
berlebihan, penampilan fisik yang berubah karena efek dan pengobatan yang
pada kaki.
B. Etiologi
1. Faktor Genetik
Jumlah, usia, dan usia anggota keluarga yang menderita penyakit autoimun
hubungan familial ini ditemukan lebih besar pada kelaurga dengan kondisi
2. Faktor Lingkungan
a. Hormon
b. Obat-obatan
c. Infeksi
Infeksi dapat memicu respon imun dan pelepasan isi sel yang rusak
penderita.
C. Patofisiologi
toleransi sistem imun dan gangguan transduksi signal pada T cell receptor.
sel T untuk mensekresi sitokin. Autoantibodi yang paling penting antara lain
ini semua disekresi oleh sel T Helper-1 (TH1). Pada pasien Systemic Lupus
inflamasi jaringan dan kerusakan organ. Pada orang yang sehat, kompleks
D. Manifestasi Klinis
keadaan awal tidak dikenali sebagai Systemic Lupus Erythematosus. Hal ini
dapat terjadi karena manifestasi klinis penyakit ini seringkali tidak terjadi
1. Manifestasi Konstitusional
menurunnya berat badan. Hal ini merupakan gejala awal atau bahkan
manifestasi klinis lainnya. Kelelahan ini agak sulit dinilai karena banyak
dibedakan dari sebab lain seperti infeksi karena suhu tubuh dapat lebih
dari 400C tanpa adanya bukti infeksi lain seperti leukositosis. Demam
yang sering dijumpai pada penderita dapat terjadi sebelum ataupun seiring
makan, bengkak, sakit kepala, mual dan muntah (Isbagio dkk, 2013).
diskoid serta lesi mukokutan (lesi pada mulut). Kelainan pada kulit dapat
dibagi menjadi kelainan yang bersifat spesifik dan non spesifik, sedangkan
spesifik lesi dibagi menjadi tiga bagian yang pertama kelainan yang
bersifat akut, kedua kelainan yang bersifat sub-akut dan terakhir skelainan
menetap, rata atau menonjol, pada daerah malar dan cenderung tidak
melibatkan lipat nasolabial. Pada kelainan yang bersifat akut timbul rash
atau ruam setelah terpapar sinar matahari dan rash akan berkurang sampai
menghilang setelah paparan sinar matahari dihindari. Kelainan kulit yang
Pada lesi yang bersifat sub akut atau sering dikenal juga dengan
umumnya yang terkena pada daerah bahu, bagian ekstensor ektremitas atas
(lengan bawah), leher, dada sebelah atas dan punggung belakang. Lesi ini
hiperpigmentasi. Hal yang membedakan antara lesi sub akut dan kronik
pada lesi sub akut tidak terjadi jaringan parut (scarring) (Suntoko, 2015).
Pada lesi yang bersifat kronik lesinya mempunyai ciri-ciri khusus yaitu,
plak yang sering kali berwarna kemerahan, seolah-olah kulit menebal dan
disertai dilatasi folikel rambut. Kelainan pada kulit yang kronik ini
langsung seperti pada muka, leher, kulit kepala dan belakang telinga dan
pada awal penyakit dan merupakan gejala klinik yang tersering pada
penderita dengan Systemic Lupus Erythematosus aktif. Artritis sendi pada
penderita umumnya poli artritis mirip dengan artritis reumatoid yang mana
daerah yang sering terkena pada sendi-sendi kecil pada tangan dan lutut.
karena kerusakan sendi tetapi karena peradangan pada kapsul sendi dan
tendon serta liga men sendi yang mengalami kekenduran jaringan ikat
prosesnya masih awal dapat pulih kembali bila penyakit ini mendapat
Rasa sakit pada otot pada penderita ini dikenal sebagai mialgia bila
sedangkan miositis bila terjadi kenaikan enzim, hal ini seringkali sulit
karena depresi, yang mana perlu kita ketahui seringkali penderita juga
menderita kelainan itu pada 22% kasus. Pada fibromialgia kelainan nyeri
insidensi terjadinya progresifitas gagal ginjal masih cukup tinggi hal ini
dini sering tidak terdeteksi. Hal paling mencolok keterlibatan ginjal pada
penderita yakni berupa adanya protein uria atau silinder eritrosit atau
granular pada pemeriksaan sedimen urin, bahkan pada keadaan yang lebih
(Judha,2015).
(Azizah, 2013).
kelainan pada susunan saraf perifer. Kelainan pada susunan saraf pusat
dapat berupa nyeri kepala yang tidak mau hilang-hilang dan tidak
terlibatnya saraf kranial baik motorik atau sensorik pada mata dan nervus
dapat berupa perdarahan pre- rektum baik pada usus besar maupun usus
halus dan bila ini terjadi diperlukan investigasi yang lebih seksama untuk
sulit, biopsi hati dan adanya antibodi anti P ribosom mungkin akan terlihat
1.500/ul) terjadi kurang lebih 20% dari kasus. Pada penderita dengan
merusak trombosit yang beredar di darah di samping itu dapat juga karena
yang tersering pada paru dari beberapa studi dikatakan berkisar antara 41-
56%. Keluhannya berupa nyeri dada baik unilateral atau bilateral biasanya
dengan batuk, sesak napas dan demam serta umumnya akan berkembang
dari kasus, keluhan awal berupa nyeri pleuritik atau nyeri dada tanpa
kelainan radiologik yang nyata, pada keadaan berat dapat ditemukan suatu
efusi pleura yang jelas baik dari pemeriksaan fisik atau rongen foto dada.
(ANA) dan antibodi double stranded DNA (ds DNA) sering positif. Pada
berat yang mana keluhan sistemik pada organ lain juga nyata misalnya
pasien mengeluh demam tinggi, sesak, batuk, nyeri dada dan hemoptisis
(Setiati, 2014).
mudah biasanya jumlah cairan yang minimal ataupun dalam jumlah yang
hasil perikardial sentesis dan harus dipikirkan juga apakah karena sebab
lain seperti tuberkulosa, kuman banal atau infeksi jamur (Ghrahani, 2015).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah :
a. Leukopenia/limfopeni
b. Anemia
c. Trombositopenia
2. Imunologi :
meningkat
3. Fungsi Ginjal :
5. Tes Vital
F. Penatalaksanaan
manifestasi penyakit, sehingga anak dapat memiliki kualitas hidup yang baik
tanpa eksaserbasi berat, sekaligus mencegah kerusakan organ serius yang dapat
dengan agresif
mengatasi krisis lupus, gejala nefritis, sistem saraf pusat dan anemia
hemolitik.
Pasien dengan stadium akhir lupus nefropati, dapat dilakukan dialisis atau
transplantasi ginjal
3. Penatalaksanaan infeksi
G. Komplikasi
terjadinya komplikasi. Berikut ini beberapa jenis komplikasi yang muncul pada
penderita SLE:
1. Serangan pada Ginjal, antara lain; kelainan ginjal ringan (infeksi ginjal),
kelainan ginjal berat (gagal ginjal), kebocoran ginjal (protein terbuag
2. Serangan pada Jantung dan Paru, antara lain; Pleuritis, Pericarditis, Efusi
a. Sistem saraf tepi, yaitu mati rasa atau kesemutan di lengan dan kaki.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
pemeriksaan fisik pada sasaran yang dituju, selain itu pengumpulan data dapat
diperoleh dari pasien, keluarga, tenaga kesehatan, catatan medis, medical recod
dan literature (Nurarif, 2015). Hal-hal yang dibagi pada pasien antara lain:
2. Status kesehatan :
a. Keluhan utama
ke RS dengan keluhan nyeri dan kaku pada seluruh badan, kulit kering,
bersisik dan mengelupas pada beberapa bagian kulit, rasa sakit biasanya
(Anggraini, 2016)
b. Alasan MRS
Pasien masuk rumah sakit dikarenakan muncul gejala nyeri dan kaku
pada saat dikaji keluhan yang dirasakan seperti nyeri dan kaku seluruh
badan, kulit menegelupas dibeberapa bagian, pasien lemas (Fatmawati,
2018).
c. Riwayat pengobatan
(Fatmawati, 2018).
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran
2) Tanda-tanda vital
1) Kepala
terdapat butterfly rash pada wajah terutama pipi dan sekitar hidung,
2) Mata
(anemis)
3) Telinga
4) Hidung
dengan hati-hati.
5) Mulut
6) Leher
7) Payudara
8) Genetalia
9) Dada
10) Muskuloskeletal
11) Abdomen
c. Pemeriksaan Sistemik
1) Sistem Muskuloskeletal
2) Sistem Integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu
3) Sistem Kardiaovaskuler
5) Sistem Vaskuler
6) Sistem Perkemihan
7) Sistem saraf
psikosis.
B. Diagnosa Keperawatan
struktur tulang
tubuh
makanan
Pola nafas tidak efektif Pola napas (L.01004) Manajmen Jalan Napas (I.01011)
Setelah dilakukan asuhan Observasi:
berhubungan dengan
keperawatan, pola napas 1. Monitor pola napas
depresi pusat membaik dengan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas
1. Kapasitas vital meningkat Terapeutik:
pernafasan 3. Posisikan semi fowler/ fowler
2. Dispnea menurun
3. Frekuensi napas dalam Edukasi:
rentang normal (16-20 4. Ajarkan fisioterapi dada
x/menit) 5. Ajarkan teknik napas dalam
Kolaborasi:
6. Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu
Hipervolemia Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia (I.03114)
(L.03020) Observasi:
berhubungan dengan
Setelah dilakukan asuhan 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
gangguan mekanisme keperawatan, keseimbangan 2. Identifikasi penyebab hipervolemia
cairan meningkat dengan 3. Monitor intake dan output
regulasi Terapeutik:
kriteria hasil:
1. Haluaran urine meningkat 4. Tinggikan kepala tempat tidur 30-
2. Kelembatan 400 Edukasi:
membran mukosa menngkat 5. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
3. Edema menurun 6. Ajarkan cara membatasi cairan
4. Turgor kulit membaik Kolaborasi:
7. Kolaborasi pemberian diuretik
Risiko cidera Tingkat Cidera (L.14136) Pencegahan Cidera (I.14537)
Setelah dilakukan asuhan Observasi:
berhubungan dengan
keperawatan, tingkat cidera 1. Identifikasi lingkungan yang berpotensi menyebabkan cidera
terpapar patogen membaik dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan
1. Toleransi aktivitas cidera Terapeutik:
meningkat 3. Sediakan pencahayaan yang memadai
2. Kejadian cidera menurun 4. Pastikan bel panggilan mudah
3. Ketegangan otot menurun dijangkau Edukasi:
4. Gangguan 5. Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh
mobilitas menurun 6. Anjurkan berganti posisi secara perlahan
Risiko defisit nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
Setelah dilakukan asuhan Observasi:
berhubungan dengan
keperawatan, status 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi
ketidakmampuan membaik dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
1. Porsi makan makanan Terapeutik:
mencerna makanan
yang dihabiskan meningkat 3. Anjurkan makan sedikit tetapi
2. Nafsu makan membaik sering Edukasi:
3. Membran mukosa membaik 4. Edukasi pentingnya nutrisi untuk kebutuhan
tubuh Kolaborasi:
5. Kolaborasi dengan ahli gizi terkait nutrisi yang diperlukan, jika perlu
Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (I.05178)
Setelah dilakukan asuhan Observasi:
berhubungan dengan
keperawatan, toleransi aktivitas 1. Monitor kelelahan fisik dan mental
tirah baring meningkat dengan kriteria 2. Monitor pola tidur dan jam
hasil: tidur Terapeutik:
1. Frekuensi nadi meningkat 3. Lakukan latihan gerak
2. Keluhan lelah menurun pasif/aktif Edukasi:
4. Anjurkan tirah baring
5. Anjurkan melakukan aktivitas
bertahap Kolaborasi:
6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
Risiko infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
Setelah dilakukan asuhan Observasi :
berhubungan dengan
keperawatan tingkat infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
efek prosedur invasif menurun dengan kriteria hasil: sistemik Terapeutik :
1. Tidak terdapat kemerahan 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
pada tusukan infus lingkungan pasien
2. Bengkak pada daerah 3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
tusukan infus menurun Edukasi :
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi kepada pasien dan keluarga
5. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar kepada pasien dan
keluarga
Kolaborasi :
6. Kolaborasi pemberian antibiotik
Risiko jatuh Tingkat Jatuh (L.14138) Pencegahan Jatuh (I.14540)
Setelah dilakukan asuhan Observasi :
berhubungan dengan
keperawatan tingkat jatuh 1. Identifikasi risiko jatuh
gangguan menurun dengan kriteria hasil: 2. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala humpty dumpty
1. Jatuh dari tempat Terapeutik :
keseimbangan 3. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi
tidur menurun
2. Jatuh saat berdiri menurun terkunci
4. Atur tempat tidur mekanis pada posisi
terendah Edukasi :
5. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan
6. Libatkan keluarga untuk selalu mendampingi pasien
Defisit pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan (I.12383)
(L.12111) Observasi:
berhubungan dengan
Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
kurang terpapar keperawatan tingkat 2. Identifikasi faktor yang dapat menngkatkan dan menurunkan
informasi pengetahuan meningkat dengan motivasi perilaku
kriteria hasil: Terapeutik:
1. Perilaku sesuai anjuran 3. Sediakan materi
meningkat 4. Jadwalkan pendidikan
2. Verbalisasi minat dalam Edukasi:
belajar meningkat 5. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempngaruhi kesehatan
3. Pertanyaan tentang masalah 6. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
yang dihadapi menurun
Ansietas berhubungan Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas (I.09314)
Setelah dilakukan asuhan Observasi:
dengan kurang terpapar
keperawatan tingkat 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
informasi ansietas menurun 2. Monitor tanda-tanda ansietas
dengan kriteria hasil: Terapeutik:
1. Verbalisasi kebingunan 3. Dengarkan dengan penuh perhatian
menurun 4. Ciptakan lingkungan
2. Perilaku gelisah menurun terapeutik Edukasi:
3. Perilaku tegang menurun 5. Jelaskan prosedur , termasuk sensasi yang mungkin dialami
4. Anoreksia menurun 6. Latih teknik
5. Frekuensi nadi menurun relaksasi Kolaborasi:
7. Kolaborasi pemberian obat ansietas
D. Implementasi Keperawatan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukkan pada perawat untuk membuat klien dalam mencapai tujuan yang
diharapkan oleh karena itu rencan tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
Tujuan dari pelaksaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
rujukan dan profesi lainnya diantaranya dokter, psikiatri, ahli gizi, dan lainnya
(Nursalam,2017).
E. Evaluasi Keperawatan
perawat untuk memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam,
yaitu:
analisis.
F.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mengatasi diagnosa atau masalah yang muncul pada SLE penulis
bisa dilakukan oleh perawat. Tindakan yang secara mandiri dilakukan oleh
penulis, terdapat beberapa hasil yang tidak memuaskan yang dirasakn oleh
penulis.
B. Saran
Penulis menemukan hal-hal yang dapat dijadikan masukan dalam
dalam kepatuhan penggunaan APD sesuai dengan SOP dan ketentuan. Seperti
penggunaan APD saat pemberian obat kemoterapi. Selain itu dalam
lebih. Seperti sapa ramah pada pasien saat masuk dan melakukan tindakan.
Selain dalam penerapan APD dengan tepat, dengan adanya issue dan trend
keperawatan yang ada pada saat ini, bahwa hasil dari observasi penulis melihat
Kemudian dalam merawat pasien dengan SLE tidak hanya pasien yang
dukungan penuh dari keluarga dalam ikut mencegah perilaku dalam yang dapat
Kyle, Terri. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2 Vol. 4. Jakarta:
EGC.
Judha, M., & Setiawan, D. I. (2015). Apa dan Bagaimana Penyakit Lupus?
(Sistemik Lupus Eritematosus). Yogyakarta: Gosyen Publising.
Mok, C. C., & Lau, C. S. (2013, June 15). Pathogenesis of systemic lupus
erythematosus. British Medical Journal, 481-490.
Wahyu Galih Saputri (2019). Gambaran Risiko Infeksi pada Pasien Anak dengan
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) di Ruang Melati 4 INSKA RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta.