Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUPUS ERITEMATOSUS

SISTEMIK (SLE)

DOSEN PENGAMPUH:
Dr. Ns Andro. R Runtu S.Kep.,M.Kep
Ns. Meilita Enggune S.Kep.,M.Kep
Ns. Mario Katuuk M.Kep.Sp.Kep.MB

Kelompok 3 Tingkat 2A:


1. Erick Langi S 2021037
2. Tesalonika Kainde 2021135
3. Anggie Moningka 2021012
4. Felecia Rondonuwu 2021044
5. Sefania Rimper 2021104

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA TOMOHON
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan Anugerah-Nya,
kami kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman Akibat Patologis
Sistem Imun “ Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) ”" dengan tepat waktu. Makalah
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi kami. Kami
kelompok menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tomohon, 22 Februari 2023

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
BAB I ........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................................................. 5
BAB II.......................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 6
A. Konsep Dasar Penyakit................................................................................................................. 6
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien SLE ..................................................................... 15
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................ 26
A. Kesimpulan .................................................................................................................................. 26
B. Saran ............................................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 27

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistemik Lupus Eritematous (SLE) merupakan suatu penyakit autoimun yang
menyebabkan inflamasi kronis. Penyakit ini terjadi dalam tubuh akibat sistem kekebalan
tubuh salah menyerang jaringan sehat. Penyakit ini juga merupakan penyakit multi-sistem
dimana banyak manifestasi klinis yang didapat penderita, sehingga setiap penderita akan
mengalami gejala yang berbeda dengan penderita lainnya tergantung dari organ apa yang
diserang oleh antibody tubuhnya sendiri. Manifestasi klinis yang paling sering dijumpai
adalah skin rash, arthritis, dan lemah. Pada kasus yang lebih berat, SLE bisa menyebabkan
nefritis, masalah neurologi, anemia, dan trombositopenia. SLE dapat menyerang siapa saja
tidak memandang ras apapun. Hanya saja penyakit ini angka kejadiannya didominasi oleh
perempuan dimana perbandingan antara perempuan dan laki-laki adalah 10 : 1. SLE
menyerang perempuan pada usia produktif, puncak insidennya usia antara 15-40. Di
Indonesia sendiri jumlah penderita SLE secara tepat belum diketahui tetapi diperkirakan
sama dengan jumlah penderita SLE di Amerika yaitu 1.500.000 orang (Yayasan Lupus
Indonesia). Pengobatan pada penderita SLE ditujukan untuk mengatasi gejala dan induksi
remisi serta mempertahankan remisi selama mungkin pada perkembangan penyakit.
Karena manifestasi klinis yang sangat bervariasi maka pengobatan didasarkan pada
manifestasi yang muncul pada masing-masing individu. Obat-obat yang umum digunakan
pada terapi farmakologis penderita SLE yaitu NSAID (Non-Steroid Anti-Inflammatory
Drugs), obat-obat antimalaria, kortikosteroid, dan obat-obat antikanker (imunosupresan)
selain itu terdapat obat- obat yang lain seperti terapi hormon, imunoglobulin intravena, UV
A-1 fototerapi, monoklonal antibodi, dan transplantasi sumsum tulang yang masih menjadi
penelitian para ilmuwan.

4
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Rasa
Aman Dan Nyaman Akibat Patologis sistem imun SLE.

C. Tujuan
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman Akibat Patologis Sistem Imun SLE.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Lupus atau lebih lengkapnya System Lupus Erythematosis (SLE) adalah penyakit
autoimun sistemik yang terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ
tubuhnya sendiri. Peradangan yang disebabkan oleh lupus dapat mempengaruhi banyak
sistem tubuh yang berbeda, termasuk sendi, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung dan peru-
paru.
Penyakit lupus bisa sulit didiagnosis karena tanda dan gejalanya sering meniru
gejala penyakit lainnya. Tanda lupus yang paling khas, adalah ruam wajah yang
menyerupai sayap kupu-kupu yang terbentang dikedua pipi. Gejala lain, diseluruh tubuh
mengalami keradangan seperti erythema, gangguan darah, persendirian, paru. Lupus yang
stadium lanjut, bisa juga menyerang ginjal. Ketika ginjal yang diserang, maka akan
berdampak pada banyak penyakit seperti pembengkakai di perut-kaki, terjadi penurunan
trombosit dan anemia berat.
Beberapa orang terlahir dengan kecenderungan mengembangkan lupus, yang
dipicu oleh infeksi, obat tertentu atau bahkan sinar matahari. Meskipun tidak ada obat
untuk lupus, perawatan dapat membantu mengendalikan gejala.
Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ) pada 2009 melaporkan perkembangan lupus di
Indonesia meningkat tajam. Ada 350 orang yang positif terkena lupus systemic Ipus
erythematosus (SLE) di RS Hasan Sadikin Bandung. Factor utama peningkatan penderita
lupus karena ketidaktahuan gejala yang ditimbulkan. Ketika sudah disadari, gejala yang
sudah tampak bermanifestasi menjadi penyakit lupus dan terlambat untuk ditangani
ataupun diterapi oleh pihak medis. Adapun manifestasi lupus SLE ini, selain menyebabkan
gangguan secara systematic, kulit dan musculoskeletal juga dapat berupa hematologic
neurologic, thrombosis, kematian janin, kardiopulmonal dan saluran cerna ataupun
gangguan pada mata.

6
Lupus bisa menyerang siapa saja, tidak pandang bulu. Mulai dari anak-anak sampai
orang dewasa. Lupus yang menyerang pada bayi usia 0 tahun sampai 1 tahun disebut
dengan istilah neonatal lupus. Hal ini biasanya disebabkan karena faktor genetic. Karena
faktor ibu positif terkena lupus. Bayi berusia nol sampai 1 tahun akan menunjukkan gejala
ruam ringan di bagian kulit, namun diusia 3 tahun lupus sudah menyerang hingga ke organ
tubuh. Kabar baiknya, neonatal lupus presentasenya hanya 5% saja.
Kebalikan dari neonatal lupus. Lupus yang menyerang pada orang dewasa jauh
lebih besar. Lupus SLE paling banyak menyerang wanita, usia 15-45 tahun. Mayoritas
yang terkena lupus SLE di usia range usia tersebut 90% adalah kaum hawa. Berikut adalah
table perbandingan jenis kelamin berdasarkan usia terjangkit SLE.

No Usia Perempuan: Laki-laki


1 0-4 Tahun 1,4:1
2 5-9 Tahun 2,3:1
3 10-14 Tahun 5,8:1
4 15-19 Tahun 5,4:1
5 20-29 Tahun 7,5:1
6 30-39 Tahun 8,1:1
7 40-49 Tahun 5,2:1
8 50-59 Tahun 3,9:1
9 60-69 Tahun 2,2:1

2. Klasifikasi
SLE pada dasarnya kerja sistem imun berbalikan dengan HIV/AIDS. Pada SLE
tubuh mengalami overacting terhadap antigen. Ada beberapa macam lupus, sebagai
berikut.
1. Lupus Diskoid
Lupus discoid merupakan lupus yang masih terbatas pada kulit. Gejala yang
muncul disertai dengan ruam. Lupus discoid disebut juga dengan cutaneus lupu,
lupus ini tidak sampai menyerang dan mempengaruhi organ interna, karena masih
menyerang bagian luar kulit. Ruam yang sering diserang dibagian leher, wajah,

7
kulit kepala. Permukaan yang terkena sinar matahari akan memunculka luka diskoi,
munculnya luka tidak disertai dengan gatal hanya memiliki tekstur bersisik dan
tampak tebal.
Lupus discoid disebut juga dengan discoid lupus erythematosus (DLE). Gejala
yang ditimbulkan disertai dengan sendi. Sebagian besar penderitanya adalah
wanita. Gejala ini mirip dengan gejala lain, seperti infeksi jamur, rosacea dan
dermatomyositis, oleh sebab itu gejala ini dianggap hal yang biasa. Jika tidak segera
diberi pengobatan, dapat bermanifestasi lebih parah dan penyakit tersebut dapat
berkembang menjadi kanker kulit. Pengobatan discoid dapat diberikan dengan
tradisional maupun secara medis. Misalnya, DLE lokal yang sering terjadi di leher
bagian atas dapat diobati dengan obat antimalaria. Khusus DLE lokal sedikit yang
berkembang nebjadi systemic lupus. Sementara itu, DLE umum yang terjadi
dibagian bawah leher sebanyak 10% klien berpotensi mejadi systemic lupus akibat
paparan sinar matahar. Upaya untuk meminimalisasi antara lain menggunakan
sunscreen, krim stesroid, dan obat antimalaria.
2. Lupus Sistemik
Lupus discoid memanifestasi menjadi lupus systemic. Dengan kata lain, lupus
discoid yang tahap lanjut akan menyebar merusak kebagian iternal tubuh, dan
menyebabkan beberapa gejala. Adapun bagian internal yang diserang, mulai dari
ginjal, darah, dan jantung. Lupus systemic aktif, ditandai dengan periode flare dan
periode remisi. Lapa periode ini tidak dapat diperkirakan dan diperhitungkan.
Ada dua tipe penderita pasien lupus sistemik, pertama, pasien mengalami flare
pertama selesai, dan jarang muncul proses lagi. Kedua, proses flare kedua yang
menyebabkan proses itu Kembali selama bertahun-tahun. Jika yang diserang bagian
tulang, maka yang sakit semua tubuh yang terkait dengan tulang. Semua badan
sakit, duduk dan berbaring juga sakit.
3. Lupus drug indeced lupus (DIL)
Lupus drug induced lupus merupakan gangguan autoimun yang disebabkan karena
pengaruh oleh obat. Jadi, pasien mengonsumsi obat dan memperoleh reaksi tertentu
yang menyebabkan gejala mirip dengan lupus sistemik. Pasien DIL akan mebaik

8
dan berhenti Ketika megonsumsi obat pemicu. Obat-obat yang dapat mengeluarkan
gejala tersebut adalah obat hipertensi hydralazine dan artemia jantung procanarride
4. Lupus neonatal
Sesuai dengan Namanya, neonatal merupakan lupus yang terjadi pada bayi dan
anak-anak. Gangguan lupus bahkan dapat menyerang pada janin yang disebabkan
sejak didalam kandungan. Ibu yang positif terkena lupus akan mempengarui dan
menurunkannya pada bayinya. Janin megalami serangan antibody dari sang ibu.
Ada dua kemungkinan saat bayi dilahirkan. Pertama, bayi akan mengalami
gangguan perkembangan janin atau lahir dalam kondisi janin meninggal. Banyak
juga ibu hamil yang terkena lupus dapat menyebabkan abortus. Kedua, jania akan
lahir dengan selamat, namun bayi megalami gangguan hati, ruam kulit. Khusus
ruam yang tampak, akan memudar seiring pertumbuhan bayi dan perlahan
menghilang saat bayi berusia enam bulan.
5. Lupus erythematosus systemic (LES)
Lupus SLE termasuk lupus sistemik yang sudah menyerang sampai ke mlti organ.
Seperti jantung, paru, ginjal, saraf dan otak. LES merupakan penyakit lupus yang
disebabkan karena autoimun dan penyakit sistemik evolutive. Gejala ditandai
infalamasi luas pada pembuluh darah dan jaringan ikat yang berfungsi secara
episodic.

3. Etiologi
Lupus terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat ditubuh (
Penyakit Autoimun). Kemungkinan lupus berasal dari gabungan genetika dan
lingkungan. Orang dengan predisposisi turunan lupus dapat mengembangkan penyakit
ini Ketika mereka berhubungan dengan sesuatu dilingkungan yang dapat memicu
lupus. Penyebab lupus dalam banyak kasus sebenanrnya tidak diketahui. Beberapa
pemicu potensi meliputi:
1. Sinarmatahari. Paparang sinar matahari dapat menyebabkan lesi kulit lupus atau
memicu respons internal pada orang yang rentan.
2. Infeksi. Mmemiliki infeksi bisa memulai lupus atau menyebabkan kambuh pada
beberapa orang.

9
3. Obat-obatan lupus daoat dipicu oleh beberapa jenin obat tekanan darah, obat anti
kejang, dan antibiotic. Orang yang menderita lupus akibat obat biasanya menjadi
lebih baik saat mereka berhenti minum obat.

4. Patofisiologi
Klien dengan SLE memiliki kompleksitas kelainan yang melibatkan sistem
kekebala tubuh. Studi kembar dan studi keterkaitan genetika menunjukkan bahwa
fakto keturunan berperan dalam pengembangan lupus. Banyak penelitian biokimia
telah mengungkapkan kelainan pada fungsi sel TM fungsi sel B, Kkematian sel
terpogram (apoptosis), pembersihan kompleks imun, fungsi komplemen dan
kekurangan, dan pengolah nukleosian. Secara umum, penelitian ini mendukung
sistem kekebalan tubuh dan, namun tampaknya memerlukan hospes yang rentan
secara genetis yang terkena pemicu oksogen atau gangguan metabolisme endogen
yang menyebabkan hilangnya toleransi terhadap antigen diri.
Kelompok etni yang berbeda memiliki kelainan genetic yang berbeda.
Sebagai contoh, orang asia timur dengan SLE memiliki lebih banya sitotoksik T
Limfosit antigen-4 9CTLA-4), dan orang kulit putih dengan nefritis lupus memiliki
lebih banyak kelainanpada reseptor Fc-ors.
Mayoritas patologi pada lupus berhubungan dengan endapan kompleks
imun. Kompleks imun diberbagai organ memicu pelengkap dan mediator
peradangan lainnya. Autoantibodi di SLE diarahkan terhadap berbagai macam
antigen diri. Autoantibodi yang ditujukan terhadap antigen adalah karakteristik
yang paling umum dari SLE. Antigen-antigen inti yang ditemukan di SLE termasuk
DNA asli, DNA terdenaturasi, histone, smith, ribonuclear U1(RNP),SSA,SSB, dan
RNP ribosom.

10
5. Pathway

11
6. Manifestasi Klinis
Tidak ada dua kasus lupus yang persis sama, tanda dan gejala bisa terjadi
tiba-tiba atau berkembang perlahan, mungkin ringan atau berat, dan mungkin
bersifat sementara atau permanen, Kebanyakan penderita lupus memiliki penyakit
ringan yang ditandai dengan episode (flare), saat tanda dan gejala memburuk untuk
sementara, kemudian membaik atau bahkan hilang sama sekali untuk sementara
waktu,. Tanda dan gejala lupus yang dialami bergantung pada sistem tubuh mana
yang terkena penyakit ini.
Tanda dan gejala yang paing umum antara lain kelelahan, demam, nyeri
sendi, kaku dan bengkak ruam berbentuk kupu-kupu diwajah yang menutupi pipi
dan jembatan hidung atau ruam ditempat lain di tubuh. Selain itu lesi kulit yang
tampak atau memburuk dengan paparan sinar matahari ( photosensitivity) serta jari
tangan atau kaki yang menjadi putih atau biru saat terkena flu atau selama masa
stress ( fenomena Raynaud). Sesak napas, sakit dada, mata kering, dan sakit kepala
juga merupkan manifestasi klinis yang dapat terjadi.

7. Komplikasi
Peradangan yang disebabkan oleh lupus dapat mempengaruhi banyak are tubuh,
termasuk:
1. Ginjal. Lupus dapat menyebabkan keruskan ginjal yanh sangat serius, dan gagal
ginjal adalah salah satu penyebab utama kematian diantara penderita lupus.
2. Otak dan sistem saraf pusat. Jika bagia otak terkena lupus, Klien dapat
mengalami sakit kepala, pusing, perubahan perilaku, masalah penglihatan, dan
bahkan stroke atau kejang. Banyak penderita lupus mengalami masalah ingatan
dan mungkin mengalami kesulitan mengekspresikan pikiran mereka.
3. Daeah dan pembuluh darah. Lupus dapat menyebabkan masalah darah,
termasuk anemia dan pendekatan resiko pendarahan atau pembekua darah. Hal
ini juga dapat menyebabkan pembengkakan pembuluh darah (vaskultis).

12
4. Paru-paru. Memiliki lupus meningkatkan kemungkinan terkena radang pada
lapisan rongga dada (pleurisy), yang bisa membuat pernapasan terasa nyeri.
Pendarahan ke paru-paru dan pneumonia juga mungkin terjadi.
5. Jantung. Lupus bisa menyebabkan radang otot jantung, arteria tau selaput
jasntung, (pericarditis). Risiko penyakit kardiovaskuler dan derangan jantung
juga meningkat.
6. Infeksi. Orang dengan lupus lebih rentan terhadap infeksi karena penyakit dan
perawatanya dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
7. Kanker. Memiliki lupus mungkin meningkatkan resiko kanker, namun
risikonya kecil.
8. Kematian jaringan tulang (ovascular necrosis). Hal ini terjadi Ketika suplai
darah ketulang berkurang, sering menyebabkan jeda kecil ditulang, dan
akhirnya sampai ke kolaps tulang.
9. Komplikasi kehamilan. Wanita dengan lupus memiliki peningkatan risiko
keguguran. Lupus meningkatkan risiko tekanan darah tinggi saat kehamilan
(preeklampsia) dan kelahiran premature.

8. Faktor risiko
Faktor risiko lupus antar lain:
1. Berjenis kelami perempuan
2. Berkulit hitam
3. Berusia antara 15 dan 45 tahun
4. Punya Riwayat keluarga lupus
5. Mengosumsi obat-obatan yang berhubungan dengan drug-induced systemic
lupus.
Hal-hal tertentu yang memicu serangan lupus. Ini mungkn termasuk:
1. Paparan sinar ultraviolet, biasanya dari sinar matahari
2. Merokok. Merokok juga bisa membuat lupus lebih terjadi dan
membuantnya lebih parah.
3. Obat-oabtan tertentu

13
4. Beberapa infeksi. Beberapa orang yang menderita Cytomegalovirus
(CMV), parvovirus (seperti penyakit kelima), dan infeksi hepatitis C
akhirnya terkena lupus. Virup Eptein-Barr telah dikaitkan dengan lupus
pada anak-anak.
5. Paparan kimia. Tksin kimia yang dicurigai meliputi trikloroetilena dalam
air sumur dan debu silika, pewarna rambut dan pelurus, terkait dengan lupus
dimasa lalu, tidak lagi berpikir utuk memicu lupus.

9. Pemeriksaaan penunjang

Lupus belum diketahui pasti penyebabnya. Diagnosis yang digunakan


berdasarkan pemeriksaan komprehensif yang berdasarkan dengan data yang telah
dikumpulkan. Baik data objektif maupun data subjektif. Jadi, tidak ada tes tunggal
yang dapat digunakan untuk memastikan penakit lupus.

10. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk lupus tergantung pada tanda dan gejala. Menentukan apakah
tanda dan gejala harus diobati dan obat apa yang harus digunakan memerlukan
diskusi hati-hati menenai manfaat dan risikonya. Obat yang paling umum
digunakan untuk mengendalikan lupus meliputi:
1. Obat antinflamasi nonsteroid (NSAID). NSAID over-the counte, seperti
naproxen sodium (aleve) dan ibuprofen ( Advil, Motrin IB, lainnya), dapat
digunakan untuk mengobati rasa sakit, pembengkakan dan demam yang terkait
dengan lupus. Efek samping dari NSAID meliputi perdarahan lambung,
masalah ginjal, dan peningkatan risiko masalah jantung.
2. Obat antimalaria. Obat yang biasa digunakan untuk mengobati malaria, sepeti
hydroxychloroquine (Plaquenil), membantu menurunkan risiko flare. Efek
sampingnya mata (jarang terjadi). Pemeriksaan mata secara teratur dianjurkan
saan mengonsumsi obat ini.
3. Kortikosteroid. Prednisone dan jenis kortikosteroid lainnya dapat melawan
peradangan lupus. Zat steroid dosis tinggi seperti methylprednisolone (A-

14
Methapred, Medrol) sering digunakan untuk mengendalikan penyakit serius
yang melibatkan ginjal dan otak. Efek sampingnya meliputi penambahan berat
badan, Mudah memar, tulang menipis (osteoporosis), tekanan darah tinggi,
diabetes, dan peningkatan risiko infeksi. Risiko efek samping meningkat
dengan dosis yang lebih tinggi dan terapi jangka Panjang.
4. Imunosupresen. Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh mungkin bisa
membantu dalam kasus lupus yang serius. Contohnya termasuk azathioprine
(Imuran, Azasan), mycophenolate mofetil (CellCept), dan methotrexate
(Trexall). Efek samping yang mungkin timbul antara lain peningkatan ririko
infeksi, kerusakan hati, penurunan kesuburan dan peningkatan risiko kanker.
5. Biologi. Jenis pengobatan yang berbeda, belimumab (Benlysta) diberikan
secara intervena, juga mengurangi gejala lupus pada beberapa orang. Efek
sampingnya meliputi mual, diare, dan infeksi.
6. Rituximab. (Rituxan) dapat bermanfaat pada kasus lupus resisten. Efek
sampingnya meliputi reaksi alergi terhadap infus dan infeksi intravena.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien SLE

1. Pengkajian
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik pada sasaran yang dituju, selain itu pengumpulan data
dapat diperoleh dari pasien, keluarga, tenaga kesehatan, catatan medis,
medical recod dan literature (Nurarif, 2015). Hal-hal yang dibagi pada pasien
antara lain:
a. Identitas : nama, umur, agama, pendidikan, alamat, diagnosis
b. Status kesehatan :
1) Keluhan utama
Biasanya klien dengan penyakit Systemic Lupus Erythematosus datang
ke RS dengan keluhan nyeri dan kaku pada seluruh badan, kulit kering,
bersisik dan mengelupas pada beberapa bagian kulit, rasa sakit
biasanya dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, pasien juga merasa lemah

15
(Anggraini, 2016).
2) Alasan MRS
Pasien masuk rumah sakit dikarenakan muncul gejala nyeri dan
kaku seluruh badan, kulit kering dan bersisik, kulit mengelupas pada
beberapa bagian kulit, dan semakin parah apabila terpapar sinar
matahari (Alamanda, 2018).
3) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya pada pasien yang menderita Systemic Lupus Erythematosus
pada saat dikaji keluhan yang dirasakan seperti nyeri dan kaku seluruh
badan, kulit menegelupas dibeberapa bagian, pasien lemas (Fatmawati,
2018).
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat penyakit sebelumnya.
Biasanya pada penderita Systemic Lupus Erythematosus mengalami
penyakit nyeri terutama pada persendian. Pasien merasa panas seluruh
badan badan selama 1 bulan, dan pasien merasakan kulitnya kering/
bersisik, pecah-pecah rambut rontok dan semakin parah apabila
terpapar sinar matahari (Alamanda, 2018).
2) Riwayat penyakit keluarga
Pada penyakit Systemic Lupus Erythematosus ini belum diketahui
secara pasti penyebab penyakitnya tetapi faktor genetik juga sering
dikaitkan dengan penderita (Alamanda, 2018).
3) Riwayat pengobatan
Pada penderita Systemic Lupus Erythematosus sebelum mengalami
penyakit ini biasanya sering mengkonsumsi obat asam urat seperti
Allopurinol 100 mg yang diminum setiap hari selama 1 tahun
(Fatmawati, 2018).
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien menurut Hikmah (2018):
1) Keadaan umum
a) Kesadaran

16
Pada pasien Systemic Lupus Erythematosus kesadarannya
composmentis bahkan bisa sampai terjadi penurunan kesadaran.
b) Tanda-tanda vital
Biasanya pada penderita Systemic Lupus Erythematosus ini
ditemukan peningkatan suhu dannadi diatas rentang normal.
2) Pemeriksaan head to toe
a) Kepala
Terdapat ruam (malar) pada pipi yang tampak kemerah – merahan,
terdapat butterfly rash pada wajah terutama pipi dan sekitar hidung,
telinga, dagu, daerah pada leher
b) Mata
Pada pemeriksaan mata di dapatkan hasil mata tampak pucat
(anemis)
c) Telinga
Melakukan inspeksi dan palpasi struktur telinga luar, melakukan
inspeksi struktur telinga tengah dengan ostoskop dan menguji
telinga dalam dengan mengukur ketajaman pendengaran.
d) Hidung
Mengobservasi bentuk, ukuran, warna kulit, dan adanya deformitas
atau inflamasi. Jika ada pembengkakan, perawat melakukan palpasi
dengan hati-hati.
e) Mulut
Mengobservasi bentuk, ukuran, warna kulit, dan adanya deformitas
atau inflamasi. Melakukan palpasi ada nyeri tekan terhadap pasien
pada bagian mulut & bibirnya. Pada pasien biasanya akan terjadi
sariawan dan bibir pecah – pecah.
f) Leher
Memulai dengan leher dalam posisi anatomik biasa dengan sedikit
hiperekstensi. Inspeksi kesimetrisan bilateral dari otot leher untuk
menguji fungsi otot sternokleidomastoideus. Periksa adanya
pembesaran kelenjar tiroid

17
g) Payudara
Mengenali adanya abnormalitas dengan tampilan payudara pasien.
Melakukan palpasi untuk menentukan adanya nyeri tekan,
konsistensi dan ukuran besarnya payudara
h) Genetalia
Melakukan inspeksi karakteristik warna kulit sekitar genetalia
adanya gangguan serta nyeri tekan hingga benjolan lain yang
didapatkan saat sakit
i) Dada
Inspeksi adanya luka/parut sekaligus bekas luka dan kesimetrisan
dinding dada, perkusi biasanya peranannya menurun sesudah ada
foto rontgen toraks sekaligus dapat dilakukan dengan cara
sederhana untuk menentukan letak jantung dengan ketukan
j) Muskuloskeletal
Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan megubah
posisi, kekuatan otot pasien serta kelemahan yang dialami.Sendi
dilakuakn dengan tes ROM yang menentukan gerakan sendi
normal/tidak. ROM dibagi menjadi 2 yaitu pasif dan aktif
k) Abdomen
Pemeriksaan abdomen pasien harus rileks. Otot abdomen yang
mengencang akan menyembunyikan keakuratan palpasi dan
auskultasi. Perawat meminta pasien untuk berkemih sebelum
pemeriksaan dimulai. Inspeksi dilakukan dengan cara melihat
kondisi abdomen secara keseluarahan yang Nampak

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi

18
yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2017). Diagnosis Keperawatan yang
muncul pada pasien Systemic Lupus Erythematosus antara lain:
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase
pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan
tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan
masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien. Proses perencanaan keperawatan
meliputi penetapan tujuan perawatan, penetapan kriteria hasil, pemilihan intervensi
yang tepat, dan rasionalisasi dari intervensi dan mendokumentasikan rencana
perawatan.

Diagnosis keperawatan Tujuan Intervensi


Gangguan mobilitas fisik Setalah dilakukan Observasi :
berhubungan dengan intervensi keperawatan - Identifikasi adanya
kerusakan integritas selama 3 hari maka, nyeri atau keluhan
struktur tulang dibuktikan mobilitas fisik fisik lainnya
dengan mengeluh sulit meningkat dengan - Identifikasi
menggerakkan kriteria hasil: torelansi fisik
ekstremitas, kekuatan otot - Pergerakan melakukan
menurun, rentang gerak ekstremitas ambulasi
(ROM) menurun, nyeri meningkat - Monitor frekuensi
saat bergerak - Kekuatan otot jantung dan tekanan
meningkat

19
- Rentang gerak darah sebelum
(ROM) memulai ambulasi
meningkat - Monitor kendisi
- Nyeri menurun umum selama
melakukan
ambulasi
Terapeutik:
- Fasilitasi aktifitas
ambulasi dengan
alat bantu (mis.
tongkat, kruk)
- Fasilitasi
melakukan
mobilisasi fisik ,
jika perlu
- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
- Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. berjalan dari
tempat tidur ke

20
kersi roda, berjalan
dari tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)
Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan Observasi:
berhubungan dengan intervensi keperawatan - Identifikasi harapan
perubahan selama 3 hari maka citra citra tubuh
struktur/bentuk tubuh meningkat dengan Berdasarkan tahap
tubuh dibuktikan dengan kriteria hasil: perkembangan
megungkapkan - Verbalisasi - Identifikasi budaya,
kecacatan/kehlangan kecacatan bagian agama, jenis
bagian tubuh, kehlangan tubuh meningkat kelamin, dan umur
bagian tubuh, - Verbalisasi terkait citra tubuh
fungsi/struktur tubuh kehilangan - Identifikasi
berubah/hilang, hubungan bagian tubuh perubahan citra
sosial berubah, meningkat tubuh yang
mengungkapkan - Hubungan sosial mengakibatkan
perubahan gaya hidup membaik isolasi sosial
- Verbalisasi - Monitor frekuensi
perubahan gaya pernyataan kritik
hidup menurun terhadap diri sendiri
- Monitor apakah
pasien bisa melihat
bagian tubuh yang
berubah
Terapeutik:
- Diskusikan
perubahan tubuh
dan fungsinya

21
- Diskusikan
perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
- Diskusikan
perubahan akibat
pubertas,
kehamilan, dan
penuaan
- Diskusikan cara
mengembangkan
harapan citra tubuh
secara realistis
- Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan
citra tubuh
Edukasi:
- Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan
perubahan citra
tubuh
- Anjurkan
mengungkapakn
gambaran dari
terhadap citra tubuh
- Anjurkan
menggunakan alat
bantu (mis. pakaian,
wig, kosmetik)

22
- Anjurkan mengikuti
kelompok
pendukung (mis.
kolompok sebaya)
- Latih fungsi tubuh
yang dimiliki
- Latih peningkatan
penampilan diri
(mis. berdandan)
- Latih
pengungkapan
kemanpuan diri
kepada oran lain
maupun kelompok
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Observasi:
berhubungan dengan intervensi keperawatan - Identifikasi
perubahan pigmentasi selama 3 hari maka penyebab gangguan
dibuktikan dengan integritas kulit dan integritas kulit (mis.
kerusakan jaringan jaringan menigkat perubahan sirkulasi,
dan/atau lapisan kulit, dengan kriteria hasil: perubahan status
nyeri, kemerahan, - Kerusakan nutrisi, penurunan
perdarahan jaringan menurun kelembaban, suhu
- Kerusakan lingkungan
lapisan kulit ekstrem, penurunan
menurun monilitas)
- Nyeri menurun Terapeutik:
- Kemerahan - Ubah posisi tiap 2
menurun jam jika tirah
- Perdarahan baring
menurun - Lakukan pemijatan
pada asre

23
penonjolan tulang,
jika perlu
- Bersihkan perineal
dengan air hangat,
terutama selama
periode diare
- Gunakan produk
berbahan petroleum
atau minyak pada
kulit kering
- Gunakan produk
berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada
kulit sensitive
- Hindari produk
berbahan dasar
alcohol pada kulit
kering
Edukasi:
- Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis.
lotion, serum)
- Anjurkan minum
air yang cukup
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nitrisi
- Anjurkan
meningkatkan

24
asupan buah dan
sayur
- Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem
- Anjurkan
menggunakan tabir
surya SPF minimal
30 saat berada di
luar rumah
- Anjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan
pada perawat untuk membuat klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh
karena itu rencan tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan
yang sudah berasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan pelaksanaan
tindakan. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai
informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan (Nursalam, 2017).

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistemik Lupus Eritematous (SLE) merupakan suatu penyakit autoimun yang
menyebabkan inflamasi kronis. Penyakit ini terjadi dalam tubuh akibat sistem
kekebalan tubuh salah menyerang jaringan sehat. Penyakit ini juga merupakan penyakit
multi-sistem dimana banyak manifestasi klinis yang didapat penderita, sehingga setiap
penderita akan mengalami gejala yang berbeda dengan penderita lainnya tergantung
dari organ apa yang diserang oleh antibody tubuhnya sendiri.
Lupus atau lebih lengkapnya System Lupus Erythematosis (SLE) adalah
penyakit autoimun sistemik yang terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang
jaringan dan organ tubuhnya sendiri. Peradangan yang disebabkan oleh lupus dapat
mempengaruhi banyak sistem tubuh yang berbeda, termasuk sendi, kulit, ginjal, sel
darah, otak, jantung dan peru-paru.
Penyakit lupus bisa sulit didiagnosis karena tanda dan gejalanya sering meniru
gejala penyakit lainnya. Tanda lupus yang paling khas, adalah ruam wajah yang
menyerupai sayap kupu-kupu yang terbentang dikedua pipi. Gejala lain, diseluruh
tubuh mengalami keradangan seperti erythema, gangguan darah, persendirian, paru.
Lupus yang stadium lanjut, bisa juga menyerang ginjal. Ketika ginjal yang diserang,
maka akan berdampak pada banyak penyakit seperti pembengkakai di perut-kaki,
terjadi penurunan trombosit dan anemia berat.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat peningkatan pengetahuan masyarakat, yang
selanjutnya dapat meningkatkan pula sikap dan perilaku masyarakat sehingga lebih
sesuai dengan prinsip-prinsip hidup sehat, demi mencapai tingkat kesehatan masyarakat
yang lebih baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Budhy E. ASUHAN KEPERAWATAN PASA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM IMUNOLOGI. Yogyakarta. Pustaka Baru Press
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Maria A.P. 2021. ASUHAN KEPERAWATAN (SISTEMIK LUPUS


ERYTHEMSTOSUS) Di akses pada 20 febuari 2023
https://id.scribd.com/document/526310340/Askep-Sle-Kmb-Doc

Poltekkesjogja. 2022. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SYSTEMIC LUPUS


ERYTHEMATOSUS Di akses pada 20 febuari 2023
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/8605/4/4.%20Chapter2.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai