Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

TENTANG SLE ( SISTEM LUPUS ERITEMATOSUS )

Dosen Pengampu:

Ns.Debby Silvia Dewi.S.Kep.M.Kep

Disusun oleh :

1. Rio AprizalPratama 19334120


2. Tania salsabilah 20334118
3. Venezia Diran 20334124
4. Yelsa Deswina 20334129
5. Yuni Oktaviani 20334136
6. Zikra Alhamda 20334137
7. Monika Yolanda 20334139

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan Rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Asuhan KeperawatanLupus Eritematosus Sistemik”. Penulisan
makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mata kuliah KMB II. Kami
menyadari keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca khususnya dan tenaga keperawatan pada umumnya.

Senin,22 Maret 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………………………….……..

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..………….

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….…

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………………


1) Latar Belakang ……………………………………………………………
2) Rumusan Masalah …………………………………………………………
3) Tujuan ………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………
1) Konsep Teori ………………………………………………………………
2) Etiologi …………………………………………………………………………..
3) Klasifikasi ……………………………………………………………………….
4) Manifestasi Klinis ………………………………………………………………
5) Patofisiologi ……………………………………………………………………..
6) Pathway …………………………………………………………………………
7) Pemeriksaan Diagnostik ……………………………………………………….
8) Penatalaksanaan Medis ………………………………………………………
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………….
1) Kesimpulan …………………………………………………………………..
2) Saran ………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit lupus berasal dari bahasa Latin yang berarti “Anjing hutan,” atau
“Serigala,” merupakan penyakit kelainan pada kulit, dimana disekitar pipi dan
hidung akan terlihat kemerah-merahan. Tanda awalnya panas dan rasa lelah
berkepanjangan, kemudian dibagian bawah wajah dan lengan terlihat bercak-
bercak merah. Tidak hanya itu, penyakit ini dapat menyerang seluruh organ
tubuh lainnya salah satunya adalah menyerang ginjal. Penyakit untuk
menggambarkan salah satu ciri paling menonjol dari penyakit itu yaitu ruam di
pipi yang membuat penampilan seperti serigala. Meskipun demikian, hanya
sekitar 30% dari penderita lupus benarbenar memiliki ruam “kupu-kupu,” klasik
tersebut. Sistem imun normal akan melindungi kita dari serangan penyakit
yang diakibatkan kuman, virus, dan lain-lain dari luar tubuh kita. Tetapi pada
penderita lupus, sistem imun menjadi berlebihan, sehingga justru menyerang
tubuh sendiri, oleh karena itu disebut penyakit autoimun. Penyakit ini akan
menyebabkan keradangan di berbagai organ tubuh kita, misalnya: kulit yang
akan berwarna kemerahan atau erythema, lalu juga sendi, paru, ginjal, otak,
darah, dan lain-lain. Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “Sistemik,” karena
mengenai hampir seluruh bagian tubuh kita. Jika Lupus hanya mengenai kulit
saja, sedangkan organ lain tidak terkena, maka disebut LUPUS KULIT (lupus
kutaneus) yang tidak terlalu berbahaya dibandingkan lupus yang sistemik
(Sistemik Lupus /SLE). Berbeda dengan HIV/AIDS, SLE adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan peningkatan sistem kekebalan tubuh sehingga
antibodi yang seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri maupun virus yang
masuk ke dalam tubuh berbalik merusak organ tubuh itu sendiri seperti ginjal,
hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Karena organ tubuh
yang diserang bisa berbeda antara penderita satu dengan lainnya, maka
gejala yang tampak sering berbeda, misalnya akibat kerusakan di ginjal terjadi
bengkak pada kaki dan perut, anemia berat, dan jumlah trombosit yang
sangat rendah (Sukmana, 2004). Perkembangan penyakit lupus meningkat
tajam di Indonesia. Menurut hasil penelitian Lembaga Konsumen Jakarta
(LKJ), pada tahun 2009 saja, di RS Hasan Sadikin Bandung sudah terdapat
350 orang yang terkena SLE (sistemic lupus erythematosus). Hal ini
disebabkan oleh manifestasi penyakit yang sering terlambat diketahui
sehingga berakibat pada pemberian terapi yang inadekuat, penurunan
kualitas pelayanan, dan peningkatan masalah yang dihadapi oleh penderita
SLE. Masalah lain yang timbul adalah belum terpenuhinya kebutuhan
penderita SLE dan keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan dukungan
yang terkait dengan SLE. Manifestasi klinis dari SLE bermacam-macam
meliputi sistemik, muskuloskeletal, kulit, hematologik, neurologik,
kardiopulmonal, ginjal, saluran cerna, mata, trombosis, dan kematian janin
(Hahn, 2005). 1.2 TUJUAN a) Tujuan Umum : Untuk mengetahui dan dapat
memahami penjabaran tentang penyakit lupus.

B. Rumusan Masalah

1) Mampu mengetahui definsi Konsep Teori definisi

2) Mampu mengetahui Etiologi

3) Mampu mengetahui Klasifikasi

4) Mampu mengetahui Manifestasi Klinis

5) Mampu mengetahui Patofisiologi

6) Mampu mengetahui Pathway

7) Mampu mengetahui Pemeriksaan Diagnostik

8) Mampu mengetahui Penatalaksanaan Medis

C. Tujuan

1) Mampu menjelaskan tentang defenisi, etiologi, klasifikasi / jenis-jenis


penyakit lupus, patofisiologi dan pathway, manifestasi klinis (tanda dan
gejala), pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis dan
keperawatan.
2) Mampu menjabarkan dan atau membuat asuhan keperawatan pada
klien yang menderita penyakit lupus.
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN IMUN

DENGAN KASUS SLE (SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS)

I KONSEP TEORI
A. Definisi
SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisystem yang
disebabkan oleh banyak faktor (Isenbergand Horsfall,1998) dan
dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa
peningkatan
sistem imun dan produksi autoantibodi yang berlebihan.
Penyakit lupus termasuk penyakit autoimun, artinya tubuh menghasilkan
antibodi yang sebenarnya untuk melenyapkan kuman atau sel kanker yang
ada di tubuh, tetapi dalam keadaan autoimun, antibodi tersebut ternyata
merusak organ tubuh sendiri. Organ tubuh yang sering dirusak adalah ginjal,
sendi, kulit, jantung, paru, otak, dan sistem pembuluh darah. Semakin lama
proses perusakan terjadi, semakin berat kerusakan tubuh. Jika penyakit
lupus melibatkan ginjal, dalam waktu lama fungsi ginjal akan menurun dan
pada keadaan tertentu memang diperlukan cuci darah. (Dr.
SamsuridjalDjauzi, 2009)
Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) atau dikenal penyakit lupus adalah
suatu penyakit autoimun menahun yang menimbulkan peradangan dan biasa
menyerang berbagai organ tubuh,termasuk kulit,persendian dan organ
dalam tubuh manusia.

B. Etiologi
System kekebalan tubuh berfungsi mengendalikan pertahanan tubuh dalam
melawan infeksi. Pada lupus dan penyakitautoimunlainnya,sistem
pertahanan tubuh ini berbalik melawan tubuh,dimana antibodi yang
dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri. Antibody ini menyerang sel
darah,organ dan jaringan tubuh shingga terjadi penyakit menahun.
Penyebab dari lupus tidak di ketahui tetapi di duga melibatkan factor
lingkungan dan keturunan , beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu
timbulnya lupus :
a. Infeksi
b. Antibiotic( trutama golongan sulfa dan penisilin)
c. Sinar ultraviolet
d. Stres yang berlebihan
e. Obat-obatan tertentu
f. Hormone
Meskipun lupus diketahui merupakan penyakit keturunan,tapi gen
penyebabnya tidak di ketahui. Penemuan terahir menyebutkan tentang
gen dari kromoson 1. Prognosa 10% dari penderita yang memiliki krabat
(orang tua maupun saudara kandung) yang telah maupun akan mendrita
lupus.Prognosa hanya seitar 5% anak dari penderita lupus yang akan
menderita penyakit ini.
Lupus seringkali disebut sebagai penyakit wanita walaupun juga bisa di
derita oleh pria. Lupus bisa menyerang usia berapa saja. Baik pada pria
maupun wanita,meskipun 10-15 kali lebih sering ditemukan pada wanita,
faktor hormonal mungkin bisa menjelaskan bagaimana lupus lebih sering
menyerang wanita. Meningkatnya gejala penyakit ini pada masa sebelum
menstruasi dan/ atau sebelum masa kehamilan mendukung keyakinan
bahwa hormon(trutama estrogen) mungkin berperan dalam timbulnya
penyakit ini, namun penyebab yang pasti dari lebih tingginya angka
kejadian pada wanita dan pada masa pra-menstruasi,masih belum di
ketahui.

C. Klasifikasi
Penyakit lupus dapat di klasifikasikan mrnjadi 3 macam,yaitu:
Discoidlupus,systemic lupus erythematosus,dan lupus yang di induksi oleh
obat:
1. Discoid Lupus
Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan di tandai oleh batas eritma
yang meninggi,skuama,sumbatanpolikuler,dantelangiektasia. Lesi ini
timbul di kulit kepala,telinga,wajah,lengan,punggung dan dada. Penyakit
ini dapat menimbulkan kecacatan karna lesi ini memperlihatkan atrofi dan
jaringan parut di bagian tengahnya serta hilangnya apendiks kulit secara
menetap
2. Systemic Lupus Erythematosus
SLE merupakan penyakit radang atau inplamasimulti sistem yang di
sebabkan oleh faktor dan di karakteristisasi oleh adanya gangguan
disregulasi sistem imun merupakan peningkatan sistem imun dan
produksi auto antibodi yang berlebihan. Terbentuknya auto antibodi
terhadap dsDNA, berbagai macam rebonukleoprotein intra seluler, sel-sel
darah,danpospolifit dapat menyebabkan kerusakan jaringan melalui
maknime pengaktifan komplemen.

3. Lupus Yang Di Induksi Oleh Obat


Lupus yang di sebabkan oleh induksi obat tertentu khususnya pada
asetilasi lambat yang mempunyai gen HLA DR-4 menyebabkan asetilasi
obat menjadi lambat, obat banyak terakomulasi di tubuh sehingga
memberikan kesempatan obat untuk berikatan dengan protein tubuh. Hal
ini di respon sebagai benda asing oleh tubuh sehingga tubuh membentuk
kompleks antibodi anti nuklear(ANA) untuk menyerang benda asing
tersebut.

D. Manifestasi Klinis
Jumlah dan jenis antibodi pada lupus lebih besar di bandingkan dengan pada
penyakit lain. Antibodi ini (bersama dengan faktor lainnya yang tidak di
ketahui) menentukan gejala apa yang akan berkembang. Makanya berat
ringan penyakit ini bervariasi pada setiap penderita,perjalanan penyakit ini
bervariasi, mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang berat.
Gejala di tandai oleh masa bebas gejala( remisi) dan masa kekambuhan
(eksaser basi). Pada mulanya lupus hanya menyearang 1 organ,namun lama
kelamaan akan melibatkan organ lainnya.
1. Tanda Gejala Pada Otot Dan Kerangka Tubuh
Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan
kebanyakan mendritaatritis. Persendian yang sering terkena adalah
persendian pada jari tangan, pergelangan tangan dan lutut. Kematian
jaringan pada tulang panggul dan bahu sering merupakan penyebab dari
nyeri daerah tersebut.
2. Tanda Gejala Pada Kulit
Hampir 50 % penderita di temukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan
pangkal hidung. Ruam ini biasanya akan semakin buruk jika terkena sinar
matahari. Ruam yang lebih besar bisa timbul di bagian tubuh lain yang
terpapar oleh sinar matahari.
3. Tanda Gejala Pada Ginjal
Sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein di
dalam sel-sel ginjal,tetapi hanya 50% yang menderita nepritis lupus
(pradangan ginjal yang menetap). Bisa terjadi gagal ginjal sehingga
penderita perlu menjalani dialisa atau pencakokan ginjal.
4. Tanda Gejala Pada Sistem Saraf
Kelainan saraf di temukan pada 25% penderita lupus. Yang paling sering
di temukan adalah disfungsi mental yang sifatnya ringan,tetapi kelainan
bisa terjadi pada bagian apapun dari otak,kordaspinalis maupun sistem
saraf. Kejang,psikosa,sindrom otak organik dan sakit kepala merupakan
beberapa kelainan sistem saraf yang bisa terjadi
5. Tanda Gejala Pada Darah
Kelainan darah dapat ditemukan pada 85% penderita lupus. Bisa
terbentuk bekuan darah dalam vena maupun arteri, yang bisa
menyebabkan setroke dan emboli paru. Jumlah trombosit berkurang dan
tumbuh membentuk antibodi yang melawan faktor pembekuan darah,
yang bisa menyebabkan perdarahan yang berarti. Kebanyakan terjadi
anemia akibat penyakit menahun.
6. Tanda GejalaPada Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti prikarditis,
endokarditis maupun miokarditis. Dari keadaan tersebut menimbulkan
nyeri dada dan aritmia.
7. Tanda Gejala Pada Paru-Paru
Pada lupus bisa terjadi pleuritis(pradangan selaput paru) dan efusi
pleura(penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibatnya
sering timbul nyeri dada dan sesak nafas.

Gejala Dari Penyakit Lupus


• Demam
• Lelah
• Merasa tidak enak badan
• Penurunan berat badan
• Ruam kulit
• Ruam kupu-kupu
• Ruam kulit yang di perburuk oleh sinar matahari
• Sensitif terhadap sinar matahari
• Pembekakan dan nyeri persendian
• Pembekakan kelenjar
• Nyeri otot
• Mual dan muntah
• Nyeri dada pleuritik
• Kejang
• Psikosa.

Gejala Lain Yang Mungkin Di Temukan


• Hematuria(air kemih mengandung darah)
• Batuk darah
• Mimisan
• Gangguan menelan
• Bercak kulit
• Bintik merah di kulit
• Perubahan warna jari tangan bila di tekan
• Mati rasa dan kesemutan
• Luka di mulut
• Krontokan rambut
• Nyeri perut
• Gangguan penglihatan

E. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan
imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,
hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi
selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar
termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid,
klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan
seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa
kimia atau obat-obatan. .
Patofiologi penyakit SLE dihipotesiskan sebagai berikut : adanya satu atau
beberapa faktor pemicu yang tepat pada individu yang mempunyai
predisposisi genetik akan menghasilkan tenaga pendorong abnormal
terhadap sel TCD 4+, mengakibatkan hilangnya toleransi sel T terhadap sel-
antigen.
Sebagai akibatnya munculah sel T autoreaktif yang akan menyebabkan
induksi serta ekspansi sel B, baik yang memproduksi autoantibodi maupun
yang berupa sel memori. Ujud pemicu ini masih belum jelas. Sebagian dari
yang diduga termasuk didalamnya ialah hormon seks, sinar ultraviolet dan
berbagai macam infeksi.
Pada SLE, autoantibodi yang terbentuk ditujukan terhadap antigen yang
terutama terletak pada nukleoplasma. Antigen sasaran ini meliputi DNA,
protein histon dan non histon.Kebanyakandiantaranya dalam keadaan
alamiah terdapat dalam bentuk agregat protein dan atau kompleks protein
RNA yang disebut partikel ribonukleoprotein (RNA). Ciri khas autoantigen ini
ialah bahwa mereka tidak tissue-spesific dan merupakan komponen integral
semua jenis sel.Antibodi ini secara bersama-sama disebut ANA (anti-
nuclearantibody). Dengan antigennya yang spesifik, ANA membentuk
kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi. Telah ditunjukkan bahwa
penanganan kompleks imun pada SLE terganggu. Dapat berupa gangguan
klirens kompleks imun besar yang larut, gangguan pemprosesan kompleks
imun dalam hati, dan penurun
Uptake kompleks imun pada limpa. Gangguan-gangguan ini
memungkinkan terbentuknya deposit kompleks imun di luar sistem fagosit
mononuklear. Kompleks imun ini akan mengendap pada berbagai macam
organ dengan akibat terjadinya fiksasi komplemen pada organ tersebut.
Peristiwa ini menyebabkan aktivasi komplemen yang menghasilkan
substansi penyebab timbulnya reaksi radang. Reaksi radang inilah yang
menyebabkan timbulnya keluhan/ gejala pada organ atau tempat yang
bersangkutan seperti ginjal, sendi, pleura, pleksus koroideus, kulit dan
sebagainya. Bagian yang penting dalam patofisiologi ini ialah terganggunya
mekanisme regulasi yang dalam keadaan normal mencegah autoimunitas
patologis pada individu yang resisten.
Pathway

Genetik, kuman, virus, lingkungan, hormon, obat-batan

Muskuluskletal Integumen Cardiak Respirasi Vaskulertertentu Hemato Saraf Hati

Gangguan imunoregulasi
Pembengkakan Adanya lesi Perikarditis Pleuritis Inflamasi Kegagalan sus-sum Gangguan Kerusakan
sendi akut pada pada tulang membentuk spektrum pada sintesa zat-zat
kulit (ruam arterioleyang berlebihan
Antibodi sel-sel darah merah saraf meluas tubuh
Penumpukan Penumpukan
berbentuk terminalis
cairan efusi cairan pada
- Artlargia kupu-kupu)
pada pleura Tubuh proses Defisit nutrisi
- Arthritis pangkal Sel T sepresor yang abnormal
perikardium Lesi papuler mengalami neurologis
(sinovitis) hidung dan
eritematous kekurangan sel terganggu
- Nyeri tekan pipi Efusi pleura dan purpura di
dan rasa nyeri darah merah
Penebalan Antibody menyerang organ-organ
ujung kaki,
ketika perikardium tubuh (sel,siku
tumit dan jaringan). Depresi
bergerak Anemia
Pasien merasa Ekspansi dada
malu dengan tidak adekuat
Kontraksi Penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan
Gangguan
kondisinya jantung Ansietas
integritas Keletihan
Nyeri akut
Kulit
Pola nafas
Gangguan Penyakit SLE
Penurunan tidak efektif
citra tubuh
curah jantung

Mencetus penyakit inflamasi pada organ


F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Imunologi
Tes imunologik awal yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
SLE adalah tes ANA generic (ANA IF dengan Hep 2 Cell). Tes ANA
dikerjakan/diperiksa hanya pada pasien dengan tanda dan gejala
mengarah pada SLE. Pada penderita SLE ditemukan tes ANA yang positif
sebesar 95-100%, akan tetapi hasil tes ANA dapat positif pada beberapa
penyakit lain yang mempunyai gambaran klinis menyerupai SLE misalnya
8 infeksi kronis (tuberkulosis), penyakit autoimun (misalnya
Mixedconnectivetissuedisease(MCTD), artritis rematoid, tiroiditis
autoimun), keganasan atau pada orang normal.
Jika hasil tes ANA negatif, pengulangan segera tes ANA tidak
diperlukan, tetapi perjalanan penyakit reumatik sistemik termasuk SLE
seringkali dinamis dan berubah, mungkin diperlukan pengulangan tes
ANA pada waktu yang akan datang terutama jika didapatkan gambaran
klinis yang mencurigakan. Bila tes ANA dengan menggunakan sel Hep-2
sebagai substrat; negatif, dengan gambaran klinis tidak sesuai SLE
umumnya diagnosis SLE dapat disingkirkan.
Beberapa tes lain yang perlu dikerjakan setelah tes ANA positif adalah
tes antibody terhadap antigen nuklear spesifik, termasuk anti-dsDNA, Sm,
nRNP, Ro(SSA), La (SSB), Scl-70 dan anti-Jo. Pemeriksaan ini dikenal
sebagai profil ANA/ENA. Antibodi anti-dsDNA merupakan tes spesifik
untuk SLE, jarang didapatkan pada penyakit lain dan spesifitasnya hampir
100%. Titer anti-dsDNA yang tinggi hampir pasti menunjukkan diagnosis
SLE dibandingkan dengan titer yang rendah. Jika titernya sangat rendah
mungkin dapat terjadi pada pasien yang bukan SLE.
Kesimpulannya, pada kondisi klinik adanya anti-dsDNA positif
menunjang diagnosis SLE sementara bila anti ds-DNA negatif tidak
menyingkirkan adanya SLE. Meskipun anti-Sm didapatkan pada 15%-
30% pasien SLE, tes ini jarang dijumpai pada penyakit lain atau orang
normal. Tes anti-Sm relatif spesiik untuk SLE, dan dapat digunakan untuk
diagnosis SLE. Titer anti-Sm yang tinggi lebih spesifik untuk SLE. Seperti
anti-dsDNA, anti-Sm yang negatif tidak menyingkirkan diagnosis.
Rekomendasi:
1) Test ANA merupakan test yang sensitif, namun tidak spesifik untuk SLE
2) Test ANA dikerjakan hanya jika terdapat kecurigaan terhadap SLE
3) Test Anti dsDNA positif menunjang diagnosis SLE, namun jika negatif
tidak menyingkirkan diagnosis SLE

Tabel 2. Jenis autoantibodi pada SLE dan makna klinisnya (Buyon,


2008)

Antibodi Frekuensi Makna klinis

Anti NuclearAntibody 90% Tidak spesifik untuk manifestasi klinis


tertentu; hanya digunakan untuk tujuan
diagnosis

Anti-dsDNA 40-60% Terkait manifestasi klinis nefritis;


dapat memprediksi flare atau
peningkatan aktivitas penyakit.

Anti-RNP 30%-40% Terkait manifestasi klinis


Raynaud’s, musculoskeletal; tidak
dapat menilai aktivitas penyakit.

Anti Ribosomal-P 10%-20% Terkait manifestasi klinis gangguan


SSP difus, psikosis, depresi mayor;
tidak dapat menilai aktivitas penyakit.

Anti-SSA/ Ro 30%–45% Terkait manifestasi klinis kekeringan


konjungtiva dan mukosa mulut, SCLE,
lupus neonatal, fotosensitivitas; tidak
dapat menilai aktivitas penyakit.

Anti-SSB/ La 10%-15% Terkait manifestasi klinis kekeringan


konjungtiva dan mukosa mulut, SCLE,
lupus neonatal, fotosensitivitas; tidak
dapat menilai aktivitas penyakit.

Antiphospholipid 30% Terkait manifestasi klinis gangguan


pembekuan darah; tidak dapat menilai
aktivitas penyakit.

b. Pemeriksaan Darah Lengkap


Pemeriksaan DL bertujuan untuk melihat kadar hemoglobin, trombosit,
serta leukosit dalam darah. Pada pasien dengan SLE kemungkinan
pemeriksaan darah lengkap menunjukkan hasil sebagai berikut:
1) Anemia hemolitik
2) Leukosit <4.000/mm3
3) Limfosit <1.500/mm3
4) Trombosit <100.000/mm3

c. Pemeriksaan Urine Lengkap


Pada pasien dengan SLE kemungkinan pemeriksaan UL menunjukkan
hasil sebagai berikut:
1) Proteinuria> 0,5 gr/24 jam
2) Hematuria

G. Penatalaksanaan Medis
a. Medis
1. Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan
dipakaibersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.
2. Obat antimalaria untuk gejalkutaneus, muskuloskeletal dan sistemik
ringan SLE.
3. Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi
imun.
4. Kortikosteroid (prednison 1-2 mg/kg/hr s/d 6 bulan postpartum)
(metilprednisolon 1000 mg/24jam dengan pulse steroid th/ selama 3
hari, jika membaik dilakukan taperingoff).
5. AINS (Aspirin 80 mg/hr sampai 2 minggu sebelum TP).
6. Imunosupresan (Azethiprine 2-3 mg/kg per oral).
7. Siklofospamid, diberikan pada kasus yang mengancam jiwa 700-1000
mg/m luas permukaan tubuh, bersama dengan steroid selama 3 bulan
setiap 3 minggu.
b. Keperawatan
1. Diet
Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian besar
pasien memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang diperbolehkan
adalah yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah
garam. Pasien disarankan berhati-hati dengan suplemen makanan dan
obat tradisional.
2. Aktivitas
Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan
untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal.
Tetapi tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering
dihubungkan dengan kekambuhan. Pasien disarankan untuk
menghindari sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari
harus menggunakan krim pelindung matahari (waterproofsunblock)
setiap 2 jam. Lampu fluorescence juga dapat meningkatkan timbulnya
lesi kulit pada pasien SLE.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan Lupus merupakan sistemik (SLE) adalah suatu penyakit inflamasi
autoimunpada jaringan penyembuhan yang dapat mencukup ruam kulit, nyeri
sendi, dan keletihan. Penyakit ini lebih sering terjadi pada prempuan dari pada
pria dengan faktor 10:1. Androgen mengurangi gejala SLE dan estrogen
memperburuk keadaan tersebut. Gejala memburuk selama fase luteal siklus
menstruasi, namun tidak dipengaruhi pada derajat yang besar oleh kehamilan
( Elizabeth 2009).Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah penyakit vaskuler
kolagen (suatu penyakit autoimun). Ini berarti tubuh manusia menghasilkan
antibody terhadap organ tubuhnya sendiri,yang dapat merusak organ tersebut
dan fungsinya.
Lupus dapat menyerang banyak bagian tubuh termasuk sendi,ginjal,paru-paru
seta jantung (Glade,1999). SLE (systemic lupus erythematosus) adalah
sejenis rema jaringan yang bercirikan nyeri sendi (arthralgia),demam,malaise
umum dan erythema dengan pola berbentuk kupukupu khas dipipi muka.
Darah mengandung antibody beredar terhadap IgG dan imunokompleks,yakni
kompleks antigen-antibodi-komplemen yang dapat mengendap dan
mengakibatkan radang pembuluh darah (vaskulitis) dan radang ginjal. Sama
dengan rematik,SLE juga merupakan penyakit auroimun,tetapi jauh lebih
jarang terjadi dan terutama timbul pada prempuan. Sebabnya tidak
diketahui,penanganannya dengan kortikosteroida atau secara alternative
dengan sediaan enzim (papain 200mg + pangkreatin 100mg + vitamin E
10mg) 2 dd 1 kapsul (tan&kirana,2007) Penyakit ini disebabkan oleh faktor
genetic, faktor imunologi ,faktor hormonal dan faktor lingkungan. Manifestasi
klinik dari penyakit ini dapat berupa konstitusional, integument,
musculoskeletal, paru-paru, kardivaskuler, ginjal, gastrointestinal, hemopoetik
dan neuropsikiatrik. Pemeriksaan diagnostic dari penyakit ini adalah
pemeriksaan laboratorium pemeriksaan laboratorium lainnya dan
pemeriksaan penunjang.
B. Saran
Meskipun hasil dari terapi sel target dengan penggunaan Rituximab sudah
menunjukkan hasil yang baik, tetapi penelitian lebih jauh mengenai terapi sel
target masih sangat diperlukan, karena terapi ini masih bisa terus berkembang
sehingga dapat memberikan hasil yang bukan saja untuk terapi tetapi sebagai
cara untuk mencegah penyakit tersebut. Timbulnya terapi-terapi yang baru
tidak tertutup kemungkinan untuk terapi sel target bergabung dengan terapi
yang lain .sehingga dapat menghasikan terapi yang lebih efektif daripada
sebelumnya. Adanya penelitian lebih lanjut mengenai terapi SLE dengan
rituximab perlu dilakukan sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih pasti dari
terapi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Desmawati. 2013. Sistem Hematologi & Imunologi Asuhan Keperawatan


Umum dan Maternitas Dilengkapi dengan Latihan Soal-Soal. Jakarta: In
Media Herdman, T.Heather. 2015. NANDA International Inc Diagnosis
Keperawatan. Jakarta:EGC Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Hasdianah. dkk. 2014. Imunologi Diagnosis dan Teknik Biologi Molekuler.
Yogyakarta: Nuha Medika
https://id.scribd.com/docs
SLE ( SISTEM LUPUS ERITEMATOSUS )

Rio AprizalPratama 19334120


Tania salsabilah 20334118
Venezia Diran 20334124
Yelsa Deswina 20334129
Yuni Oktaviani 20334136
Zikra Alhamda 20334137
Monika Yolanda 20334139

DOSEN PENGAMPU
NS. DEBBY SILVIA DEWI , M.KEP
DEFINISI
SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisystem yang
disebabkan oleh banyak faktor (Isenbergand Horsfall,1998) dan
dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa
peningkatan
sistem imun dan produksi autoantibodi yang berlebihan.
Penyakit lupus termasuk penyakit autoimun, artinya tubuh
menghasilkan antibodi yang sebenarnya untuk melenyapkan kuman
atau sel kanker yang ada di tubuh, tetapi dalam keadaan autoimun,
antibodi tersebut ternyata merusak organ tubuh sendiri.
System kekebalan tubuh berfungsi
mengendalikan pertahanan tubuh dalam ETIOLOGI
melawan infeksi. Pada lupus dan
penyakitautoimunlainnya,sistem pertahanan
tubuh ini berbalik melawan tubuh,dimana
antibodi yang dihasilkan menyerang sel
tubuhnya sendiri. Antibody ini menyerang
sel darah,organ dan jaringan tubuh shingga
terjadi penyakit menahun. Penyebab dari
lupus tidak di ketahui tetapi di duga
melibatkan factor lingkungan dan keturunan
beberapa faktor lingkungan yang dapat
memicu timbulnya lupus :
LANJUTAN..
Infeksi
- Antibiotic( trutama golongan sulfa dan
penisilin)
- Sinar ultraviolet
- Stres yang berlebihan
- Obat-obatan tertentu
- Hormone
KLASIFIKASI

Penyakit lupus dapat di klasifikasikan mrnjadi 3 macam,yaitu:


● Discoidlupus,systemic lupus erythematosus,dan lupus yang di induksi oleh obat:
Discoid Lupus
Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan di tandai oleh batas eritma yang
meninggi,skuama,sumbatanpolikuler,dantelangiektasia.
● Systemic Lupus Erythematosus
SLE merupakan penyakit radang atau inplamasimulti sistem yang di sebabkan oleh
faktor dan di karakteristisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun merupakan
peningkatan sistem imun dan produksi auto antibodi yang berlebihan.
● Lupus Yang Di Induksi Oleh Obat
Lupus yang di sebabkan oleh induksi obat tertentu khususnya pada asetilasi lambat
yang mempunyai gen HLA DR-4 menyebabkan asetilasi obat menjadi lambat, obat
banyak terakomulasi di tubuh sehingga memberikan kesempatan obat untuk berikatan
dengan protein tubuh.
MANIFESTASI KLINIS
Jumlah dan jenis antibodi pada lupus lebih
besar di bandingkan dengan pada penyakit
lain. Antibodi ini (bersama dengan faktor
lainnya yang tidak di ketahui) menentukan
gejala apa yang akan berkembang. Makanya
berat ringan penyakit ini bervariasi pada
setiap penderita,perjalanan penyakit ini
bervariasi, mulai dari penyakit yang ringan
sampai penyakit yang berat. Gejala di tandai
oleh masa bebas gejala( remisi) dan masa
kekambuhan (eksaser basi).
PATOFISIOLOGI
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi
ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal
(sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia
reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat
tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa
preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut
terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan. .
Patofiologi penyakit SLE dihipotesiskan sebagai berikut : adanya satu atau
beberapa faktor pemicu yang tepat pada individu yang mempunyai predisposisi
genetik akan menghasilkan tenaga pendorong abnormal terhadap sel TCD 4+,
mengakibatkan hilangnya toleransi sel T terhadap sel-antigen.
TANDA DAN GEJALA
● Tanda Gejala Pada Otot Dan Kerangka Tubuh
Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan kebanyakan
mendritaatritis. Persendian yang sering terkena adalah persendian pada jari tangan,
pergelangan tangan dan lutut. Kematian jaringan pada tulang panggul dan bahu sering
merupakan penyebab dari nyeri daerah tersebut.
● Tanda Gejala Pada Kulit
Hampir 50 % penderita di temukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan pangkal
hidung. Ruam ini biasanya akan semakin buruk jika terkena sinar matahari. Ruam yang
lebih besar bisa timbul di bagian tubuh lain yang terpapar oleh sinar matahari.
● Tanda Gejala Pada Ginjal
Sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein di dalam sel-sel
ginjal,tetapi hanya 50% yang menderita nepritis lupus (pradangan ginjal yang menetap).
Bisa terjadi gagal ginjal sehingga penderita perlu menjalani dialisa atau pencakokan ginjal.
LANJUTAN...
● Tanda Gejala Pada Sistem Saraf
Kelainan saraf di temukan pada 25% penderita lupus. Yang paling sering di temukan adalah
disfungsi mental yang sifatnya ringan,tetapi kelainan bisa terjadi pada bagian apapun dari
otak,kordaspinalis maupun sistem saraf.
● Tanda Gejala Pada Darah
Kelainan darah dapat ditemukan pada 85% penderita lupus. Bisa terbentuk bekuan darah
dalam vena maupun arteri, yang bisa menyebabkan setroke dan emboli paru. Jumlah
trombosit berkurang dan tumbuh membentuk antibodi yang melawan faktor pembekuan
darah, yang bisa menyebabkan perdarahan yang berarti. Kebanyakan terjadi anemia akibat
penyakit menahun.
● Tanda GejalaPada Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti prikarditis, endokarditis maupun
miokarditis. Dari keadaan tersebut menimbulkan nyeri dada dan aritmia.
● Tanda Gejala Pada Paru-Paru
Pada lupus bisa terjadi pleuritis(pradangan selaput paru) dan efusi pleura(penimbunan cairan
antara paru dan pembungkusnya). Akibatnya sering timbul nyeri dada dan sesak nafas
PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
A. Pemeriksaan Imunologi
Tes imunologik awal yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis SLE adalah tes ANA generic (ANA IF dengan Hep 2
Cell). Tes ANA dikerjakan/diperiksa hanya pada pasien
dengan tanda dan gejala mengarah pada SLE. Pada penderita
SLE ditemukan tes ANA yang positif sebesar 95-100%, akan
tetapi hasil tes ANA dapat positif pada beberapa penyakit lain
yang mempunyai gambaran klinis menyerupai SLE misalnya 8
infeksi kronis (tuberkulosis), penyakit autoimun (misalnya
Mixedconnectivetissuedisease(MCTD), artritis rematoid,
tiroiditis autoimun), keganasan atau pada orang normal.
B. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan DL bertujuan untuk melihat kadar hemoglobin, trombosit, serta
leukosit dalam darah. Pada pasien dengan SLE kemungkinan pemeriksaan
darah lengkap menunjukkan hasil sebagai berikut:
Anemia hemolitik
Leukosit <4.000/mm3
Limfosit <1.500/mm3
Trombosit <100.000/mm3

C. Pemeriksaan Urine Lengkap


Pada pasien dengan SLE kemungkinan pemeriksaan UL menunjukkan hasil
sebagai berikut:
Proteinuria> 0,5 gr/24 jam
Hematuria
PENATALAKSANAAN MEDIS
A. Medis
Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan
dipakaibersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.

Obat antimalaria untuk gejalkutaneus, muskuloskeletal dan sistemik


ringan SLE.
Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi
imun.
Kortikosteroid (prednison 1-2 mg/kg/hr s/d 6 bulan postpartum)
(metilprednisolon 1000 mg/24jam dengan pulse steroid th/ selama 3
hari, jika membaik dilakukan taperingoff).
AINS (Aspirin 80 mg/hr sampai 2 minggu sebelum TP).
LANJUTAN….
B. Keperawatan
1. Diet
Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian besar pasien
memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang diperbolehkan adalah
yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah garam.
Pasien disarankan berhati-hati dengan suplemen makanan dan obat
tradisional.
2. Aktivitas
Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan
untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi
tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan
kekambuhan. Pasien disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila
terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan krim pelindung
matahari (waterproofsunblock) setiap 2 jam. Lampu fluorescence juga
dapat meningkatkan timbulnya lesi kulit pada pasien SLE.
THANKS!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai