BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam asuhan pada bayi baru lahir
menurut APN (2008):
a. Persiapan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan rencana
untuk meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut memiliki riwayat
eklamsia, perdarahan, persalinan lama atau macet, persalinan dini atau
infeksi.
b. Jangan mengoleskan salep apapun atau zat lain ke tali pusat. Hindari
pembungkusan tali pusat. tali pusat yang tidak tertutup akan
mengering dan puput lebih cepat dengan komplikasi yang lebih
sedikit.
c. Bila memungkinkan jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan
bayi bersama ibunya paling sedikit 1 jam setelah persalinan.
d. Jangan tinggalkan ibu dan bayi seorang diri dan kapanpun.
5. Prinsip asuhan bayi baru lahir normal (Hidayat, 2010):
a. Cegah kehilangan panas berlebihan.
b. Bebaskan jalan nafas.
c. Rangsangan taktil.
d. Laktasi (dimulai dalam waktu 30 menit pertama).
6. Cara kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir
Menurut Yanti (2009) proses kehilangan panas pada tubuh bayi baru lahir
sebagai berikut:
10
11
12
Penilaian:
1.
2.
3.
4.
Manajemen Asfiksia
bayi baru lahir
13
B. Asfiksia
1. Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi setelah lahir tidak bernafas
secara spontan dan teratur (Asri Dwi, 2010).
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi barulahir yang mengalami
gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga
bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat
asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2011).
Kesimpulan dari pengertian diatas asfiksia adalah suatu keadaan
dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan setelah lahir.
2. Etiologi Asfiksia Bayi Baru Lahir
Secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau
segera setelah lahir. kegagalan pernafasan pada bayi bisa disebabkan
karena terjadi hipoksia, solusio plasenta, prematur, tali pusat menumbung,
partus lama, dll (Kristiasari, 2009).
Menurut Asri Dwi (2010) faktor penyebab asfiksia ada tiga antara
lain sebagai berikut:
a. Ibu: preeklamsi, eklamsi, perdarahan antenatal, partus lama, partus
macet, demam selama persalinan, infeksi berat, serotinus, dll.
b. Tali pusat: lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat,
prolapsus tali pusat.
14
menyebabkan
penurunan
resistensi
vaskuler
paru
dan
15
16
Angka 0
Angka 1
Angka 2
Frekuensi denyut
jantung
Upaya respirasi
Tidak ada
Dibawah 100
Diatas 100
Tidak ada
Lambat, tidak
teratur
Baik, menangis
kuat
Tonus otot
Reflek terhadap
rangsangan respon
ketika kateter
dimasukan dalam
lubang hidung
Warna
lumpuh
Tidak ada
respon
Fleksi ekstremitas
menyeringai
Gerak aktif
Batuk atau bersin
Biru-putih
Badan merah
muda: ektremitas
biru
Seluruh tubuh
berwarna merah
muda
17
5. Manifestasi Klinik
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan
tanda-tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini (Maryunani, 2009):
a. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur.
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala.
c. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan
organ lain.
d. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen.
e. Brakikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan
oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak.
f. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot
jantung, kehilangan darah, kekurangan aliran darah yang kembali ke
plasenta sebelum dan selama proses persalinan.
g. Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paruparu atau nafas tidak teratur atau megap-megap.
h. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen dalam darah.
i. Pucat.
6. Penegakan Diagnosis Asfiksia
a. Anamnesis
Dalam wawancara dengan penderita (ibu), bidan menanyakan atau
mengkaji (Maryunani, 2009):
1). Adanya riwayat usia kehamilan kurang bulan
2). Adanya riwayat air ketuban bercampur mekonium
18
19
20
21
22
23
Jenis cairan:
1). Larutan kristaloid yang isotonis (NACl 0,9%, Ringer Laktat)
2). Tranfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah
banyak dan bila fasilitas tersedia.
Dosis: Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5 10 menit. Dapat
diulang sampai menunjukan repon klinis.
c. Natrium bikarbonat
Indikasi:
Asidosis metabolik secara klinis (nafas cepat dan dalam, sianosis)
Prasyarat: bayi dapat dilakukan ventilasi dengan efektif
Dosis: 1 2 mEq/kg BB atau 2 4 ml/kg BB (4,2%) atau 1 2 ml/kg
BB (7,4%)
Cara: diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak
diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping: pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2
dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.
24
Bayi Lahir
Asuhan Bayi
Normal
Langkah Awal:
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai nafas
Ventilasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pemantauan
Pencegahan hipotermi
Inisiasi menyusu dini
Pemberian vitamin K
Pencegahan infeksi
Pemeriksaan fisik
Pencatatan & pelaporan
1.
2.
3.
Pasang sungkup
Ventilasi 2X dengan tekanan 30 cm air
Bila dada mengembang lakukan ventilasi
20X dengan tekanan 20 cm air selama 30
detik
Nilai nafas
Bayi mulai bernafas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Konseling
Lanjutkan resusitasi
Pemantauan
Pencegahan hipotermi
Pemberian vit K
Pencegahan infeksi
Pencatatan & pelaporan
Bila rujuk
Bagan 2.2 Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir menurut APN (2008)
25
Faktor ibu:
Preeklamsi dan
eklamsi, perdarahan
abnormal, infeksi
berat, kehamilan
postmatur, dll.
Faktor janin:
Faktor persalinan:
Bayi prematur,
kelainan kongenital,
air ketuban
bercampur
mekonium.
Faktor plasenta:
plasenta previa,
solusio plasenta,
dll.
Hipoksia
Asfiksia
Nilai apgar skor
Asfiksia
ringan (7-10):
Dalam hal ini bayi
dianggap sehat dan
tidak memerlukan
tindakan istimewa
Bayi dibungkus
dengan kain hangat,
bersihkan jalan nafas
dengan
membersihkan lendir
pada hidung
.
kemudian mulut,
bersihkan badan dan
tali pusat,
Observasi
Asfiksia
sedang (4-6)
Asfiksia berat
(0-3)
Mulai bernafas
(sianosis):
natrium
bikarbonat 7,5%
6cc, dekstrosa
40% 4cc
26
masalah
yang
digunakan
sebagai
metode
untuk
27
28
diidentifikasi.
Langkah
ini
membutuhkan
antisipasi,
bila
29
30
terus
menerus
untuk
meningkatkan
pelayanan
secara
31
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
32
33
Prasyarat:
a. Bidan sudah dilatih dengan tepat untuk mendampingi persalinan dan
memberikan perawatan bayi baru lahir dengan segera.
b. Ibu, suami dan keluarganya mencari pelayanan kebidanan untuk
kelahiran bayi mereka.
c. Bidan terlatih dan terampil untuk:
1) Memulai pernafasan pada bayi baru lahir.
2) Menilai pernafasan yang cukup pada BBL dan mengidentifikasi
BBL yang memerlukan resusitasi.
3) Menggunakan skor APGAR.
4) Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir.
d. Tersedia ruang hangat, bersih, dan bebas asap utuk persalinan.
e. Adanya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang bersih dan
aman bagi BBL, seperti air bersih, sabun dan handuk bersih, dua
handuk/ kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayi, yang
lain untuk menyelimuti bayi), sarung tangan bersih dan DTT,
termometer bersih atau DTT.
f. Tersedia alat resusitasi dalam keadaan baik termasuk ambubag bersih
dalam keadaan berfungsi baik, masker DTT, penghisap DeLee
steril/DTT.
g. Kartu ibu, kartu bayi dan partograf.
h. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru lahir
yang efektif.