DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4:
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dan taklupa pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Makalah tentang Asuhan Keperawatan Pasien Dengan SLE.
Adapun tugas makalah Asuhan Keperawatan Pasien Dengan SLE telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun yang
membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang..........................................................................................1
b. Rumusan Masalah....................................................................................1
c. Tujuan.......................................................................................................2
Bab II Konsep Medis
a. Definisi.....................................................................................................3
b. Etiologi.....................................................................................................3
c. Faktor predisposisi....................................................................................4
d. Patofisiologi .............................................................................................6
e. Manifestasi klinis......................................................................................7
g. Penatalaksanaan........................................................................................8
h. Pemeriksaan penunjang............................................................................9
i. WOC........................................................................................................10
Bab III Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian ..............................................................................................11
b. Analisa data............................................................................................15
c. Diagnosa keperawatan............................................................................19
d. Rencana keperawatan.............................................................................21
Bab IV Penutup
a. Simpulan.................................................................................................28
b. Saran.......................................................................................................29
Daftar Pustaka...................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SLE (Systemic Lupus Erythematosus) atau yang bisa disebut penyakit lupus
merupakan penyakit autoimun, artinya tubuh menghasilkan antibody yang
sebenarnya untuk melenyapkan kuman atau sel kanker yang ada ditubuh, tetapi
antibody tersebut ternyata marusak organ tubuhnya sendiri. Organ tubuh yang sering
dirusak adalah ginjal, sendi, kulit, jantung, paru, otak, dan sistem pembuluh darah
(Samsuridjal, 2009).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2. Hormon
3. Sinar ultraviolet
4. Imunitas
Pada pasien SLE terdapat hyperaktifitas sel B atau intoleransi terhadap sel T.
5. Obat
Obat tertentu dalampresentasi kecil sekali pada pasien tertentu dan diminum
dalam jangka waktu tertentu dapat mencetuskan lupus obat (drup induced
lupus erythematosus atau DILE)
7. Infeksi
8. Stres
Stres berat dapat mencetuskan SLE pada pasien yang sudah memiliki
kecenderungan akan penyakit ini (Arif Mansjoar, 2000)
C. Faktor predisposisi
faktor predisposisi yang berperan dalam timbulnya penyakit SLE:
1. Faktor Genetik
Berbagai gen dapat berperan dalam respon imun abnormal sehingga
timbul produk autoantibodi yang berlebihan. Kecenderungan genetik untuk
menderita SLE telah ditunjukkan oleh studi yang dilakukan pada anak
kembar. Sekitar 2-5% anak kembar dizigot berisiko menderita SLE,
sementara pada kembar monozigot, risiko terjadinya SLE adalah 58%.
Risiko terjadinya SLE pada individu yang memiliki saudara dengan
penyakit ini adalah 20 kali lebih tinggi dibandingkan pada populasi umum.
Studi mengenai genome telah mengidentifikasi beberapa kelompok gen
yang memiliki korelasi dengan SLE. MHC (Major Histocompatibility
Complex) kelas II khususnyaHLA- DR2 (Human Leukosit Antigen-DR2),
telah dikaitkan dengan timbulnya SLE. Selain itu, kekurangan pada struktur
komponen komplemen merupakan salah satu faktor risiko tertinggi yang
dapat menimbulkan SLE. Sebanyak 90% orang dengan defisiensi C1q
homozigot akan berisiko menderita SLE. Di Kaukasia telah dilaporkan
bahwa defisiensi varian S dari struktur komplemen reseptor 1, akan berisiko
lebih tinggi menderita SLE.
2. Faktor Imunologi
Pada SLE terdapat beberapa kelainan pada unsur-unsur sistem imun, yaitu:
a. Antigen
Dalam keadaan normal, makrofag yang berupa APC (Antigen
Presenting Cell) akan memperkenalkan antigen kepada sel T. Pada
penderita lupus, beberapareseptor yang berada di permukaan sel T
mengalami perubahan pada struktur maupun fungsinya sehingga
pengalihan informasi normal tidak dapat dikenali. Hal ini menyebabkan
reseptor yang telah berubah di permukaan sel T akan salah mengenali
perintah dari sel T.
b. Kelainan intrinsik sel T dan sel B
Kelainan yang dapat terjadi pada sel T dan sel B adalah sel T dan sel
B akan teraktifasi menjadi sel autoreaktif yaitu limfosit yang memiliki
reseptor untuk autoantigen dan memberikan respon autoimun. Sel T dan
sel B juga akan sulit mengalami apoptosis sehingga menyebabkan
produksi imunoglobulin dan autoantibodi menjadi tidak normal.
c. Kelainan antibody
Ada beberapa kelainan antibodi yang dapat terjadi pada SLE, seperti
substrat antibodi yang terlalu banyak, idiotipe dikenali sebagai antigen
dan memicu limfosit T untuk memproduksi autoantibodi, sel T
mempengaruhi terjadinya peningkatan produksi autoantibodi, dan
kompleks imun lebih mudah mengendap di jaringan.
3. Faktor Hormonal
Peningkatan hormon dalam tubuh dapat memicu terjadinya LE.
Beberapa studi menemukan korelasi antara peningkatan risiko lupus dan
tingkat estrogen yang tinggi. Studi lain juga menunjukkan bahwa
metabolisme estrogen yang abnormal dapat dipertimbangkan sebagai faktor
resiko terjadinya SLE.
4. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan dapat bertindak sebagai antigen yang
bereaksi dalam tubuh dan berperan dalam timbulnya SLE. Faktor
lingkungan tersebut terdiri dari:
a. Infeksi virus dan bakteri
Agen infeksius, seperti virus dan bakteri, dapat berperan dalam
timbulnya SLE. Agen infeksius tersebut terdiri dari Epstein Barr Virus
(EBV), bakteri Streptococcus dan Clebsiella.
b. Paparan sinar ultra violet
Sinar ultra violet dapat mengurangi penekanan sistem imun, sehingga
terapi menjadi kurang efektif dan penyakit SLE dapat kambuh atau
bertambah berat. Hal ini menyebabkan sel pada kulit mengeluarkan
sitokin dan prostaglandin sehingga terjadi inflamasi di tempat tersebut
secara sistemik melalui peredaran pembuluh darah.
D. Patofisiologi
Kerusakan organ pada SLE didasari oleh reaksi imunologi. Proses diawali
dengan faktor pencetus yang ada dilingkungan, dapat pula infeksi, sinar
ultraviolet atau bahan kimia. Cetusan ini menimbulkan abnormalitas respon
imun didalam tubuh yaitu:
1. Sel T dan B menjadi autoreaktif
2. Pembentukan silokin yang berlebihan
3. Hilangnya regulator control pada sistem imun anatara lain:
a. Hilangnya kemampuan membersihkan antigen dikompleks imun
maupun sitokin didalam tubuh.
b. Menurunnya kemampuan mengendalikan apoptosis.
c. Hilangnya toleransi imun sel T mengenali molekul tubuh sebagai
antigen karena adanya mimikri molekul.
Akibat proses tersebut, maka terbentuk berbagai macam antibody didalam
tubuh yang disebut sebagai autoantibodi. Selanjutnya antibody 2 yang
membentuk kompleks imun tersebut terdeposisi pada jaringan / organ yang
akhirnya menimbulkan gejala inflamasi atau kerusakan jaringan.
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunnya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi
ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetika, hormonal
(sebagaimana terbukti oleh penyakit yang biasannya terjadi selama usia
prodiktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obatan
tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa
preparat antikonvulsan disamping makanan seperti kecambah alfa-alfa turut
terlihat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
E. Manifestasi klinis
1. Manifestasi kutaneus
c. Ulukus oral : 20% pasien SLE mengalami ulkus oral yang biasanya
mengenai mukosa bukal dan langit-langit lunak. Lesinya berbatas tegas,
tetapi berwarna keputihan, dan biasanya tidak nyeri.
2. Manifestasi kutaneuvaskuler:
3. Manifestasi muskuloskeletal:
a. Artralghia dan artritis : arthragia terjadi pada 80-90% SLE. Disini tidak
terdapat tanda-tanda inflamasi obyektif yang ditemukan, pasien hanya
mengeluh nyeri saat diam maupun digerakkan, pada arthritis mengenai
50% pasien SLE, terdapat tanda-tanda lain selain nyeri yaitu bengkak
sendi, kemerahan, sendi teraba hangat, kekuatan pagi hari setelah
bangun tidur.
a. Pleuritis : 60% SLE pernah mengalami gejala pleuritis yaitu nyeri saat
inspirasi, dan sekitar 25% pernah mengalami efusi pleura yang
bermakna. Pleuritis dan efusi pleura tidak termasuk organ threatening
diasese karena panrenkim paru tidak terkena.
5. Manifestasi kardiovaskular
a. Perikarditis : pasien mengeluh dadanya seperti ditekan dan membaik
jika dia agak membungkuk kedepan, sekitar 25% diantaranya terdapat
efusi pericardial.
d. Accelerated atherosclerosis.
6. Manifestasi renal.
7. Manifestasi hematologi
8. Manifestasi neuropskiatrik
9. Manifestasi gaastrointerstinal
F. Penatalaksanaan
Meski belum dapat disembuhkan, odapus (orang dengan penyakit lupus)
tetap bisa mendapatkan pengobatan agar dapat hidup lebih lama seperti orang
yang sehat.
1. Terapi non farmakologis
a. Pengaturan istirahat dan olahraga yang ringan dan teratur. Hal ini
dilakukan untuk mengatasi fatigue yang umumnya dialami oleh pasien
SLE.
2. Terapi farmakologis.
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang laboratorium yang dilakukan terhadap pasien SLE
meliputi :
1. Ana (Anti Nucler Antibody). Tes ANA memiliki sensitivitas yang tinggi
namun spesifikasitas yang rendah.
2. Anti dsDNA (double stranded). Tes yang sangant spesifik untuk LES,
biasanya titernya akan meningkat sebelum LES sembuh.
6. Tes sel LE. Kurang spesifik dan juga positif pada artritis reumatoid, sindrom
sjogren, skleroderna, obat, dan bahan-bahan kimia lain.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Penyakit lupus eritematosus sistemik bisa terjadi pada wanita maupun
pria, namun penyakit ini sering diderita oleh wanita, dengan
perbandingan wanita dan pria 8 : 1. Artinya wanita 8x lebih beresiko
dibandingkan pria.
b. Biasanya ditemukan pada ras-ras tertentu seperti negro, cina dan filiphina
c. Lebih sering pada usia 20 - 40 tahun, yaitu usia produktif
d. Faktor ekonomi dan geografis tidak mempengaruhi distribusi penyakit ini
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh mudah lelah, lemah, nyeri, kaku,
demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup
serta citra dari pasien.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada pasien biasanya SLE pernah menderita penyakit ginjal atau
manifestasi SLE yang serius, atau penyakit autoimun yang lain.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya pasien SLE akan mengeluhkan adanya ruam malar-
fotosensitif, ruam discoid bintik-bintik eritematosa menimbulkan:
artaralgia/arthritis, demam, kelelahan, nyeri dada pleuritik, pericarditis,
bengkak pada pergelangan kaki, kejang, ulkus dimulut.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada faktor keturunan, frekuensinya 20x lebih sering dalam keluarga
dimana terdapat anggota dengan penyakit tersebut.
e. Kondisi lingkungan tempat tinggal
Apakah tempat tinggal klien langsung terpapar dengan sinar UV atau
matahari.
5) Ekstremitas
Kulit seperti terbakar, pembengkakan pada tangan, kaki, bahu,
pinggang, kulit berwarna kemrah-merahan, kulit teraba dingin, pada
sendi terdapat bengkak.
6) Dada
Dada simetris, terdapat tarikan intercosta, nyeri saat ditekan, bunyi
nafas vesikuler, tidak terdapat bunyi nafas tambahan.
7) Jantung
Pericarditis, endocarditis, miokarditis.
8) Abdomen
Simetris, Lymfadenopati, splenomegaly, hepatomegaly.
B. Analisa data
Data Penyebab Masalah
Ds : Pasien mengatakan nyeri Ketidak mampuan fisik- Nyeri akut
pada saat inspirasi psikososial kronis
Do : (metastase kanker,
KU : Lemah injuri neurologis,
TTV meningkat arthritis).
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan ketidak mampuan fisik-psikososial kronis
(metastase kanker, injuri neurologis, arthritis) ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada saat inspirasi, KU : Lemah, TTV meningkat, mukosa
bibir pucat, pasien terlihat meringis, pasien gelisah, kesulitan tidur.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan defisit imunologi ditandai
dengan pasien mengatakan adanya ruam pada seluruh tubuhnya terutama
pada wajah, terdapat ruam malar (ruam kupu-kup), kulit kering, terdapat lesi
pada kulit kepala, terdapat butterfly rash (bersisik) pada punggung atas, kulit
seperti terbakar, pembengkakan pada tangan, kaki, bahu, pinggang, kulit
berwarna kemrah-merahan, kulit teraba dingin, pada sendi terdapat bengkak.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan lesi pada kulit ditandai dengan
pasien mengatakan malu dengan keadannya, pasien terlihat murung, gelisah,
fokus berlebihan pada perubahan tubuh, fokus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu, hubungan sosial berubah.
D. Perencanaan
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
hasil
1. Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien 1. Posisi semifowler
tindakan selama 1 x 12 semifowler dapat meningkatkan
jam diharapkan nyeri 2. Ajarkan pasien untuk kenyamanan pasien
berkurang sampai melakukan distrkasi. dan mengurangi
hilang 3. Observasi TTV nyeri pasien
Kriteria hasil : oasien 2. Distraksi
KU : baik 4. Observasi skala nyeri mengurangi nyeri
TTV salam batas pasien pasien
normal 5. Anjurkan pasien 2 3. TTV
Mukosa bibir jam sekali mengindikasikan
lembab mengambil posisi tingkat nyeri pasien
PENUTUP
A. Kesimpulan
SLE (Systemic Lupus Erythematosus) atau yang bisa disebut penyakit lupus
merupakan penyakit autoimun, artinya tubuh menghasilkan antibody yang
sebenarnya untuk melenyapkan kuman atau sel kanker yang ada ditubuh, tetapi
antibody tersebut ternyata marusak organ tubuhnya sendiri. Organ tubuh yang
sering dirusak adalah ginjal, sendi, kulit, jantung, paru, otak, dan sistem
pembuluh darah (Samsuridjal, 2009).
Penyebab SLE belum diketahui secara pasti, tetapi didapatkan faktor resiko
yaitu : genetik, hormon, sinar ultraviolet, imunitas, obat, stres. Penyakit SLE
terjadi akibat terganggunnya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan
autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetika, hormonal (sebagaimana terbukti oleh
penyakit yang biasannya terjadi selama usia prodiktif) dan lingkungan (cahaya
matahari, luka bakar termal). Obat-obatan tertentu seperti hidralazin,
prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan
disamping makanan seperti kecambah alfa-alfa turut terlihat dalam penyakit SLE
akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
B. Saran
Tim Kopja SDKI DPP PPNI.(2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi
1). Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawan Nasional
Indonesia.