Anda di halaman 1dari 6

Konsep pemberdayaan

Pendekatan pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu cara dalam pengembangan


masyarakat mandiri. Pemberdayaan mempunyai arti membangkitkan sumber daya,
kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat dalam menentukan dan mengembangkan dirinya secara ekonomis.
Pemberdayaan masyarakat merupakan usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang
(aktivis) atau organisasi atau lembaga melalui pendidikan nonformal dengan berbagai
bentuk. Salah satunya adalah melalui pembentukan kelompok kerja yang kemudian
dilatih agar mempunyai kemauan, pengetahuan, dan kemampuan untuk berwirausaha.
Konsep pemberdayaan mencakup pengertian pembangunan masyarakat (community
development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community based
development). Artinya masyarakat dibina dan dilatih agar mempunyai pengetahuan,
keahlian, dan keterampilan yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis sehingga
masyarakat dapat maju dan memberdayakan dirinya melalaui usaha-usaha ekonomi
yang produktif

Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Margalaksana Konsep pemberdayaan


masyarakat di Desa Margalaksana Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat
berlandaskan pada lingkungan hidup, kebetulan posisi desa dekat dengan Waduk
Cirata sehingga masyarakat Desa Margalaksana banyak memanfaatkan waduk
tersebut sebagai salah satu mata pencaharian. Proses pemberdayaan masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat Desa Margalaksana terdiri dari tiga tahapan meliputi
tahap penyadaran, tahap pembentukan pokja (kelompok kerja), dan tahap pelaksanaan
program pemberdayaan.

1. Potensi yang diunggulkan di Desa Margalaksana adalah hasil budidaya ikan


menggunakan Kolam Jaring Apung (KJA) di Waduk Cirata. Ikan yang populer
dibudidayakan adalah ikan emas dan nila. Program tersebut sudah berjalan dari
tahun 1986 sampai sekarang dan bekerjasama dengan pengelola Waduk Cirata.
Lahan Desa Margalaksana yang terendam Waduk Cirata cukup luas mencapai
500 ha. Produksi ikan nila di Desa Margalaksana difokuskan pada telur ikan
bukan pada daging ikannya, jadi kekhasannya ada pada telur ikan. 99%
merupakan betina jadi nilem itu dibesarkan khusus untuk menghasilkan telur,
bukan ikannya. Masyarakat bekerjasama dengan dinas perikanan baik
kabupaten maupun provinsi juga dengan BPWC (Badan Pengelola Waduk
Cirata). Hasil produksi ikan dapat menyuplai kebutuhan ikan sekitar 60% wilayah
Jawa Barat karena produksinya bisa 80-100 ton per hari . Keberadaan Waduk
Cirata mendatangkan berkah bagi masyarakat Desa Margalaksana. Banyak
sekali potensi yang dapat dikembangkan selain memelihara ikan, yaitu banyak
didirikan warung-warung makan di sekitar Waduk Cirata sehingga para
konsumen dapat makan ikan dengan pemandangan Waduk Cirata yang indah.
Program pengelolaan kelompok KJA ini di prakarsai oleh Pak Yoyo untuk
mencari tambahan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan Waduk
Cirata.\
2. Potensi Hutan Bambu Terdapat potensi hutan bambu yang luas di Desa
Margalaksana. Hal tersebut juga dimanfaatkan oleh beberapa masyarakat untuk
kemudian dijadikan kerajinan tangan yang menghasilkan sebuah peralatan
rumah tangga seperti kipas (hihid), boboko, nyiru, dan lain sebagainya.
Kelompok ini terbentuk turun temurun dan diajarkan nenek moyang. Akan tetapi,
masalah modernitas mengakibatkan usaha ini menjadi kurang menjanjikan
sehingga beberapa generasi berikutnya kurang tertarik dalam pengerjaan
kerajinan ini. Permasalahnya lainnya adalah pemasaran barang, selama ini hasil
kerajinan mereka dibeli oleh bandar dengan harga yang kurang pas. Mereka
menginginkan bahwa ada koperasi desa yang bisa menampung dan membeli
modal terhadap hasil produksi mereka. Untuk bahan bambu sendiri mereka
membeli bambu dengan harga 15 ribu per bambu ( satu bambu dapat dibuat
empat sampai lima kerajinan bambu).
3. Potensi Batik Usaha batik di Desa Margalaksana sudah mendapatkan
penghargaan tingkat kabupaten pada tahun 2013 dengan mengalahkan peserta
dari beberapa kecamatan di Bandung Barat dan meraih juara pertama. Pelatihan
pembuatan batik tersebut dikelola dengan baik bahkan sampai mendatangkan
ahli sebagai pendamping.
4. Potensi Limbah Eceng Gondok Potensi sumber daya alam ini merupakan
salah satu sumber daya alam yang banyak dan mudah untuk ditemui. Eceng
Gondok yang dapat dikatakan tidak berguna dan bahkan mengganggu
pemandangan Waduk Cirata dinilai masyarakat dapat dimaksimalkan untuk
menjadi sebuah sumber daya alam yang menghasilkan atau berpotensi untuk
menumbuhkan perekonomian masyarakat.. Beberapa pemanfaatan eceng
gondok, yaitu: limbah eceng gondok dijadikan pakan ikan dan pakan sapi, tetapi
program ini baru pada tahap rencana belum terealisasi. Selain untuk pakan,
eceng gondok juga dimanfaatkan untuk kerajinan yaitu anyaman topi dan tas.
5. Potensi Wisata Rencananya, daerah Desa Margalaksana akan dijadikan daerah
metropolitan perikanan dengan bekerjasama bersama dinas perikanan. Desa
Margalaksana berbatasan langsung dengan Waduk Cirata. Hal tersebut memiliki
potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah pariwisata alam dan membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya. Sebelumnya pernah dikembangkan,
tetapi terhalang oleh kebijakan dari BPWC yang merupakan pemilik resmi
Waduk Cirata dengan alasan lahan yang mereka gunakan merupakan lahan
penghijauan dan berada pada garis terdepan dengan bendungan. Potensi
sumber daya alam ini nantinya dapat dijadikan sebuah program wisata. Potensi
pengembangan wisata tersebut berlokasi di sepanjang bibir Waduk Cirata.
Dengan hamparan luas waduk dan dataran tanah yang indah, masyarakat
menilai bahwa lokasi tersebut dapat dijadikan sebuah tempat kreasi dan wisata.
Hal tersebut dinilai masyarakat, bahwa di tempat lain sudah ada tempat wisata
waduk, dan hal tersebut besar pengaruhnya dalam menyokong pertumbuhan
perekonomian masyarakat.
6. Potensi Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia usia produktif baik laki-
laki ataupun perempuan cukup banyak yang dibekali kemampuan bertani secara
tradisional karena mereka masih mempertahankan kebiasaan tani secara turun
temurun .Sumber daya manusia merupakan salah satu potensi yang cukup
penting dalam hal pemberdayaan masyarakat yang meliputi tingkat pendidikan,
tingkat partisipasi, tingkat motivasi, dan kemauan untuk merubah nasib. Selain
itu didukung juga oleh kesadaran masyarakat Desa Margalaksana dalam hal
bersosial atau gotong royong dalam membantu sesamanya yang masih terbilang
ada. Masyarakat masih mau membantu ketika hal tersebut menyangkut
kepentingan umum misalnya pembangunan jalan/mesjid. Hal ini dapat dijadikan
salah satu modal sosial yang dapat mendukung kegiatan pemberdayaan
masyarakat. Pelatihan pemberdayaan tidak akan efektif jika tidak didukung oleh
sumber daya manusia yang baik, salah satu faktor yaitu motivasi atau kemauan
masyarakat untuk merubah nasib dalam hal ini menyangkut perekonomian. Oleh
karena itu, sumber daya manusia merupakan salah satu modal sosial yang
sangat penting dalam mewujudkan masyarakat yang berdaya.

Pertama, bina manusia yaitu tahap pertama yang dilakukan oleh tim penggerak
kelompok kerja adalah sosialisasi mengenai potensi alam yang ada kepada masyarakat
desa, potensi alam yang dapat diberdayakan agar menghasilkan fungsi ekonomi bagi
masyarakat. Proses sosialisasi dilakukan oleh tim penggerak melalui rapat-rapat desa,
kementerian perikanan, dan pertanian dengan memberikan pemahaman kepada
masyarakat tentang program pemberdayaan masyarakat di lingkungan tempat tinggal
mereka. Tahap pertama ini bertujuan untuk menumbuhkan motivasi di dalam diri
masyarakat desa, bahwa mencari uang tidak selamanya bekerja di orang lain, tidak
selamanya bekerja di kota, tetapi uang itu dapat di cari di desa sendiri yang begitu kaya
akan potensi yang dapat dikembangkan. Sebagian peserta kelompok kerja adalah
wanita, karena suami mereka bekerja sebagai nelayan kolam jaring apung, petani,
tukang ojek, dan wirasawasta. Sehingga hal ini biasa mempengaruhi pola pikir mereka
untuk menerima suatu inovasi baru maupun melakukan suatu pembaharuan. Motivasi
mereka untuk maju sangat kurang sehingga diperlukan waktu untuk menanamkan
kesadaran pada masyarakat. Kemudian pembinaan kepada masyarakat ditujukan untuk
memberikan wawasan bahwa Desa Margalaksana mempunyai potensi yang sangat
besar dan tentunya masyarakat di desa tersebut bisa lebih berkembang. Dari situ
muncullah motivasi dari masyarakat untuk maju, setelah merubah pola pikir yang
tradisional melalui berbagai sosialisasi dan pelatihan. Peran pelaku pemberdayaan
akan efektif dalam meningkatkan keberdayaan masyarakat jika masyarakat
sebelumnya meningkatkan pemberdayaannya.

Kedua, bina usaha, yaitu pemberdayaan masyarakat dapat sukses perlu


mengikutsertakan semua potensi yang ada pada masyarakat dan pihak-pihak terkait.
Kelompok Masyarakat Peduli Cirata menjalin kerjasama dengan Pemerintah Desa dan
Dinas Pertanian, dan disperindag yang berperan untuk memberikan dukungan kepada
kelompok dalam kegiatan. Bantuan yang diperoleh oleh kelompok kerja tersebut berupa
peralatan produksi dan gedung untuk operasional produksi. Peningkatan keberdayaan
masyarakat dapat dicapai melalui proses pemberdayaan karena adanya peran modal
manusia dan modal fisik. Modal usaha yang meliputi modal fisik dan modal manusia
tidak secara otomatis menghasilkan keberdayaan masyarakat. Pengembangan modal
fisik akan memberikan stimulasi yang mendukung proses pemberdayaan sehingga
pada akhirnya akan meningkatkan keberdayaan masyarakat. Bantuan modal fisik
seperti gedung rumah produksi dan peralatan produksi akan membantu mempercepat
pemberdayaan masyarakat meskipun tidak terlalu siginifikan karena yang memegang
peranan penting dalam pemberdayaan masyarakat adalah faktor manusia itu sendiri. .
Beberapa pelatihan yang telah diberikan kepada masyarakat Desa Margalaksana, yaitu
(1) Pelatihan pengolahan limbah eceng gondok untuk pakan sapi dan pakan ikan; (2)
Pelatihan pengolahan limbah eceng gondok untuk kerajinan tangan (topi, tas, dan lain-
lain); (3) Pelatihan pemasaran bekerjasama dengan disperindag; dan (4) Pelatihan
budidaya ikan nilem yang berfokus pada telur ikan bukan pada daging ikan.

Ketiga, bina lingkungan yaitu pemahaman masyarakat Desa Margalaksana terhadap


manfaat sumber daya alam berupa Waduk Cirata dan juga legalitas pengelolaan
merupakan bukti implementasi program pemberdayaan masyarakat untuk dapat
meningkatkan kesejahteraannya yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan.

Keempat, bina kelembagaan yaitu hal ini ditandai dengan terbentuknya kelompok kerja
mulai dari Kelompok Kolam Jaring Apung, Kelompok Cinta Cirata, dan Kelompok Cirata
Mulia. Peranan kelembagaan merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan suatu organisasi. Faktor yang mempengaruhi peranan suatu lembaga
adalah tujuan yang jelas, struktur organisasi, dukungan atau partisipasi masyarakat,
dan sistem nilai yang dianut. Menurut Hutapea (2008), peranan organisasi dapat
dievaluasi dengan dua hal, yaitu pencapaian sasaran dan proses pelaksanaan
organisasi yang tercermin dalam perilaku organisasi ketika berinteraksi dengan
lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Baik pencapaian sasaran maupun proses
pelaksanaan organisasi memiliki peran yang sangat penting karena pencapaian
sasaran yang tidak disertai dengan prosespelaksanaan organisasi yang baik akan
mengakibatkan usaha pencapaian sasaran tidak berlangsung lama.

Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai tindakan sosial dimana


masyarakat atau komunitas membentuk kelompok (organisasi) dalam membuat
perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi
kebutuhan sosial ekonomi sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang
dimilikinya. Dalam pelaksanaannya, proses ini tidak otomatis berjalan, melainkan
tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat setempat dengan pihak
luar baik yang bekerja berdasarkan dorongan karitatif maupun perspektif profesional.

Keterlibatan kelembagaan

Desa Margalaksana merupakan salah satu desa di Kecamatan Cipendeuy yang


lahannya terendam Waduk Cirata sampai kurang lebih 500 ha, hal tersebut
merupakan sebuah potensi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa. Salah
satunya yaitu dengan bermunculannya kelompok-kelompok kerja mulai dari kelompok
kolam jaring apung, kelompok pengrajin kue dari bahan baku ikan, kelompok pengrajin
eceng gondok, dan kelompok yang memanfaatkan hasil ikan menjadi abon nila.
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh kelompok-kelompok kerja bekerjasama
dengan dinas pertanian, Pemerintah Desa (Pemdes), Badan Permusyawaratan Desa
(BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Majelis Ulama Desa, Dewan
Kemakmuran Mesjid (BKM), Karang Taruna, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK), Kelompok Tani (Poktan), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Rukun
Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Organisasi Olah Raga, Organisasi Kesenian, dan
Lembaga Pendidikan.

Hambatan dalam Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat

pertama adalah hambatan internal. Hambatan yang terjadi pada awal mula
pembentukan kelompok kerja ada pada pola pikir masyarakatnya. Masyarakat desa
yang tingkat pendidikannya rendah sulit untuk diajak berkreasi dan berusaha membuat
sebuah kegiatan baru. Sekarang sudah terbentuk beberapa kelompok kerja di Cirata
mulai dari Kelompok Cinta Cirata, Cirata Mulya, dan Cirata lestari. Selain itu, hambatan
yang terjadi adalah memperoleh izin dari suami-suami mereka ketika ikut pelatihan
dalam kelompok kerja. Akan tetapi, dengan semakin banyak percontohan kelompok
kerja yang sukses maka keanggotan kelompok kerja tersebut semakin banyak.

kedua adalah hambatan internal. Pembiayaan program pemberdayaan masyarakat


selama ini masih mengandalkan bantuan dari desa dan dinas perikanan serta swadaya
masyarakat itu sendiri. Dinas memberikan bantuan berupa peralatan produksi,
sedangkan modal produksi menggunakan dana patungan dari masyarakat. Publikasi
dan promosi hasil produksi di Desa Margalaksana masih kurang karena pemasarannya
masih kurang yang menyebabkan hasil produksi abon nila juga kurang. Selain itu,
kerajinan eceng gondok belum dikenal oleh masyarakat banyak, sehingga dalam hal ini
disperindag akan memberikan pelatihan pemasaran kepada para kelompok kerja untuk
dapat memasarkan produknya dengan maksimal.

Berdasarkan uraikan di atas, dapat dikatakan bahwa masih banyak masyarakat desa
yang berpendidikan rendah dan kurang memiliki keterampilan. Hal tersebut
menyebabkan banyaknya masyarakat yang memilih pekerjaan sebagai buruh tani, juga
banyak masyarakat desa yang berusia produktif lebih memilih mencari pekerjaan di
kota, terutama di Jakarta. Faktor-faktor tersebut menjadikan Desa Margalaksana sulit
berkembang karena warganya lebih memilih bekerja di kota dibanding bekerja di desa
sendiri untuk membangun desa. Menurut sekretaris desa yang peneliti wawancarai
bahwa solusi untuk menangani permasalahan tersebut adalah dengan sering
diadakannya pelatihan atau kursus-kursus yang dapat meningkatkan keahlian dari
masyarakat desa. Untuk mengadakan pelatihan atau kursus-kursus tersebut perlu
mendapat dukungan dari pihak pemerintah ataupun pihak swasta. Diharapkan nantinya
ada bantuan dari pihak desa ataupun pihak luar yang memberikan pelatihan-pelatihan
sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di desa. Selain pelatihan-
pelatihan, solusi lain untuk meningkatkan kualitas SDM adalah dengan diperbanyaknya
sekolahsekolah menengah kejuruan dari pemerintah. Sampai pada saat ini masih
terbilang minim untuk jumlah sekolah kejuruan yang ada di sekitar desa Margalaksana.

Anda mungkin juga menyukai