Anda di halaman 1dari 8

TUGAS EPIDEMIOLOGI

TENTANG
PENYAKIT LUPUS

DISUSUN OLEH :

PUTRI LUTHFIANI
12211244

DOSEN PEMBIMBING
YANI MAIDELWITA,SKM

PROGRAM STUDI PRODI DIII KEBIDANAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN AJARAN 2014/2015

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT LUPUS


A.

Pengertian Lupus
penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit

pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang


penyakit Lupus mencapai 5 juta orang, lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi
setiap tahunnya. Lupus dalam bahasa Latin berarti "anjing hutan". Istilah ini mulai
dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai
kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi. Bercak-bercak merah
di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan, rambutnya
rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya
menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di
dalam tubuh.
Dr. Rahmat Gunadi dari Fak. Kedokteran Unpad/RSHS menjelaskan,
penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh
dianggap benda asing. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem
organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem
kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata,
otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah, (Anonim, 2009). Dr. Rahmat
Gunadi dari Fak. Kedokteran Unpad/RSHS menjelaskan, penyakit lupus adalah
penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda asing.
Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh seperti
jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru,
lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh
darah dan sel-sel darah.
Penyakit Lupus dalam ilmu kedokteran disebut dengan Systemic Lupus
Erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem
dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai
adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri. Lupus merupakan salah satu
penyakit autoimun yang bersifat akut kronis yang disebabkan adanya kelebihan
aktivitas sistem imunitas dan sistem itu menyerang tubuh sendiri. Lupus dapat
menyerang beberapa jaringan dan organ tubuh yang dapat menyebabkan

kerusakan organ tubuh dan kematian. Penyebab lupus saat ini belum diketahui
dengan pasti. Faktor lingkungan dan genetik memiliki peranan penting dalam
timbulnya penyakit itu. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain infeksi,
antibiotik khususnya golongan sulva dan penicillin, sinar ultraviolet, stres berat,
beberapa jenis obat-obatan, dan hormon.
B.

Penyebab Lupus
Segitiga epidemiologi
Faktor penyebab terserangnya seseorang terhadap penyakit Lupus hingga

kini belum diketahui, tetapi pengaruh lingkungan dan faktor genetik, hormon
diduga sebagai penyebabnya.
1. Host (penjamu)
a. Faktor Genetik : Tidak diketahui gen atau gen gen apa yang menjadi
penyebab penyakit tersebut, 10% dalam keluarga Lupus mempunyai
keluarga dekat orang tua atau kaka adik) yang juga menderita lupus, 5%
bayi yang dilahirkan dari penderita lupus terkena lupus juga, bila
kembar identik, kemungkinan yang terkena Lupus hanya salah satu dari
kembar tersebut.
b. Umur dan Jenis kelamin
Secara epidemiologi, 90% penyakit lupus menyerang perempuan serta
10% anak-anak dan laki-laki Penyakit ini terutama diderita oleh wanita
muda dengan puncak kejadian pada usia 15-50 tahun (selama masa
reproduktif) dengan perbandingan wanita dan laki-laki 5:1. Penyakit ini
sering ditemukan pada beberapa orang dalam satu keluarga
c. Faktor hormon, dapat menjelaskan mengapa kaum perempuan lebih
sering

terkena

penyakit

lupus

dibandingkan

dengan

laki-laki.

Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit Lupus sebelum periode


menstruasi atau selama masa kehamilan mendukung keyakinan bahwa
hormon, khususnya ekstrogen menjadi penyebab pencetus penyakit
Lupus. Akan tetapi hingga kini belum diketahui jenis hormon apa yang
menjadi penyebab besarnya prevalensi lupus pada perempuan pada
periode tertentu yang menyebabkan meningkatnya gejala Lupus masih
belum diketahui.
d. Ras

Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) lebih sering


ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit hitam, Cina, dan Filipina.
Bangsa Asia dan Afrika lebih rentan terkena penyakit in dibandingkan
dengan kulit putih. Data di Amerika menunjukkan angka kejadian
penyakit Lupus Ras Asia lebih tinggi dibandingkan ras Kaukasia.
2. Agent
a. Terinfeksi virus Epstein-Barr Merupakan virus yang biasanya tertidur
di dalam sel dari sistem imun anda meskipun tidak jelas alasan
mengapa dan apa yang membuat virus tersebut aktif kembali.
b. Terkena zat kimia Beberapa studi menunjukkan bahwa mereka yang
bekerja dan rentan terekspos merkuri dan silica memiliki peningkatan
risiko lupus. Merokok juga dapat meningkatkan risiko mengalami
lupus.
c. Obat tertentu yang digunakan dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan drug-induced lupus. Banyak obat yang secara potensial
dapat memicu lupus, sebagai contoh antara lain adalah antipsychotic
chlorpromazine; obat tekanan darah tinggi, seperti hydralazine; obat
tuberculosis isonoazid dan obat jantung procainamide. Biasanya
membutuhkan jangka waktu penggunaan dalam beberapa bulan
sebelum gejala timbul
3. Environment (lingkungan)
a. Faktor lingkungan sangat berperan sebagai pemicu Lupus, misalnya :
infeksi, stress, makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan
penisilin), cahaya ultra violet (matahari) dan penggunaan obat obat
tertentu.
b. Faktor sinar matahari adalah salah satu kondisi yang dapat
memperburuk gejala Lupus. Diduga oleh para dokter bahwa sinar
matahari

memiliki

banyak

ekstrogen

sehingga

mempermudah

terjadinya reaksi autoimmun. Tetapi bukan berarti bahwa penderita


hanya bisa keluar pada malam hari. Pasien Lupus bisa saja keluar
rumah sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00 WIB dan
disarankan agar memakai krim pelindung dari sengatan matahari.
Teriknya sinar matahari di negara tropis seperti Indonesia, merupakan
faktor pencetus kekambuhan bagi para pasien yang peka terhadap sinar
matahari dapat menimbulkan bercak-bercak kemerahan di bagian

muka.kepekaan terhadap sinar matahari (photosensitivity) sebagai


reaksi kulit yang tidak normal terhadap sinar matahari.
Diagnosis
Diagnosis SLE seringkali sulit ditegakkan karena gejala klinis penyakitnya

C.

sangat beraneka ragam. Untuk menegakkan diagnosis SLE umumnya harus


dilakukan melalui dua tahapan. Pertama, menyingkirkan kemungkinan diagnosis
penyakit lain. Kedua, mencari tanda dan gejala penyakit yang memiliki nilai
diagnosis tinggi untuk SLE. Berdasarkan kriteria American College of
Rheumatology (ACR) 1982, diagnosis lupus dapat ditegakkan secara pasti jika
dijumpai 4 kriteria atau lebih dari 11 kriteria, yaitu:
1. Bercak-bercak merah pada hidung dan kedua pipi yang memberi gambaran
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

seperti kupu-kupu (butterfly rash)


Kulit sangat sensitif terhadap sinar matahari (photohypersensitivity)
Luka di langit-langit mulut yang tidak nyeri.
Radang sendi ditandai adanya pembengkakan serta nyeri tekan sendi.
Kelainan paru.
Kelainan jantung.
Kelainan ginjal.
Kejang tanpa adanya pengaruh obat atau kelainan metabolik.
Kelainan darah (berkurangnya jumlah sel darah merah, sel darah putih,

dan keping darah).


10. Kelainan sistem kekebalan (sel LE positif atau titer anti-ds-DNA abnormal
atau antibodi anti SM positif atau uji serologis positif palsu sifilis)
11. Antibodi antinuklear (ANA) positif.
Kelainan yang paling sering adalah kelainan sendi dan kelainan kulit.
Sendi yang sering terkena adalah sendi jari-jari tangan, sendi lutut, sendi
pergelangan tangan dan sendi pergelangan kaki. Kelainan kulit berupa
butterfly rash dianggap khas dan banyak menolong dalam mengarahkan
diagnosis lupus
D. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan

peningkatan

autoantibodi

yang

berlebihan.

Gangguan

imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,


hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi
selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal).
Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan

beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa


turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat
fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks
imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang
selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul
berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang
sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas. Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk
ke seluruh jaringan dengan dua cara yaitu :
1. Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh,
seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur.
Inilah yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau
anemia.
2. Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang
pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks
imun.Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai
tersangkut di pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan.
Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang
(fagosit). Tetapi, dalam keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat
dibatasi dengan baik. Malah sel-sel radang tadi bertambah banyak sambil
mengeluarkan enzim, yang menimbulkan peradangan di sekitar kompleks.
Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak
organ tubuh dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat
sebagai gejala penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang
fungsi organ tubuh akan terganggu.
E. Cara mencegah penyakit Lupus
Mencegah penyakit lupus bisa dilakukan dengan cara :
1. Menghindari stres dan menerapkan pola hidup sehat
2. Mengurangi kontak langsung berlebihan dengan sinar matahari
3. Stop / berhenti merokok

4. Berolah-raga teratur
5. Melakukan diet nutrisi
Penderita

penyakit

lupus

disebut

dengan

odapus.

Odapus

dapat

memeriksakaan diri pada dokter spesialis rheumatology. Jika berobat dengan


teratur sesuai saran dokter (yang biasanya diminum seumur hidup), penyakit lupus
dapat ditanggulangi. Dan odapus akan dapat hidup layaknya orang normal.
Penyakit lupus tidak menular, jadi kita tidak perlu kuatir bila harus
berhubungan dengan penderita penyakit Lupus. Sebaliknya, kita dapat
membantunya dengan memberi dukungan dan support pada mereka sehingga
tidak stres.
Tentu saja, sekali terserang lupus, penyakit ini akan terus ada. Hanya saja
penderita yang berhasil membuat penyakit lupus tertidur, dapat hidup
selayaknya orang normal yang menjalani aktivitas tanpa gangguan yang
menyakitkan. Namun, penyakit ini akan kembali datang jika si penderita mulai
melonggarkan disiplin yang harus dijalani dalam jangka waktu yang panjang
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Apa Itu Lupus?? http://DokterSehat.com. Diakses tanggal
30 Mei 2009
Anonim. 2009. Lupus. http://nusaindah.tripoid.com. Diakses tanggal 30
Mei 2009Djoerban, Zubairi. 2002. Kemajuan Pengobatan Penyakit Lupus.
http://www.kompas.com. Diakses tanggal 30 Mei 2009
Anonim.

2009.

Lupus

Eritematosus

WikipediaIndonesia.co.id. Diakses tanggal 30 Mei 2009

Sistemik.

http://www.

Anda mungkin juga menyukai