R
DENGAN MASALAH KETIDAKBERDAYAAN
jesikaserevin@gmail.com
BAB 1
PENDAHULUAN
Penderita diabetes di seluruh dunia jumlahnya sekitar 422 juta orang, sebagian
besar tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan 1,6 juta
kematian secara langsung dikaitkan dengan diabetes setiap tahun. Indonesia
berada di peringkat ke-7 di antara 10 negara dengan jumlah penderita, yaitu
sebesar 10,7 juta orang. Banyaknya perubahan dalam kebiasaan hidup pasien
diabetes melitus tipe 2 seperti kontrol gula darah, aktivitas fisik, konsumsi
obat, dan diet yang harus dilakukan secara rutin. Perubahan tersebut membuat
pasien diabetes melitus menunjukkan reaksi psikologis yang negatif antara
lain: stres, cemas marah, dan merasa tidak berguna (Maghfirah dkk, 2015).
1
2
Diperlukan strategi koping untuk setiap masalah yang muncul. Strategi coping
menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupun perilaku, untuk
menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau
kejadian yang penuh tekanan Pardede (2021). Masalah yang juga dirasakan
oleh penderita diabetes adalah kecemasan. Kecemasan dapat dirasakan oleh
setiap orang jika mengalaminya tekanan dan perasaan mendalam yang
menyebabkan masalah kejiwaan dan dapat berkembang dalam jangka panjang
(Pardede, 2020). Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan gelisah,
ketidaktentuan, ada rasa takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber
aktual yang tidak diketahui masalahnya (Pardede, 2020). Tanda cemas dalam
Pardede (2019), yaitu tidak nafsu makanDiare/konstipasi, gelisah, berkeringat,
dll.
Berpikir tidak dapat mengontrol diri dan diluar diri, tidak berdaya, tidak
semangat, tidak berdaya, tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain
merupakan tanda dan gejala ketidakberdayaan. Pasien diabetes melitus yang
3
Berdasarkan survei awal pada pasien di jalan Karya no. 20, didapatkan Klien
NY. R berumur 58 tahun menderita sakit diabetes melitus lebih dari lima
tahun. Klien mengatakan sudah lelah dengan penyakitnya, lelah kontrol setiap
bulan, tidak berdaya, serta merasa tidak semangat untuk menjaga diet,
olahraga dan minum obat karena tidak sembuh –sembuh. Dari hasil observasi
klien tampak tidak bersemangat, pasrah, tidak patuh dengan diet karena
merasa tiak sembuh – sembuh setelah bertahun –tahun berobat dan kontrol
teratur. Berdasarkan tanda daan gejala yang ditunjukkan oleh klien tersebut
maka masalah klien yaitu ketidakberdayaan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat mengetahui gambaran ketidakberdayaan pasien diabetes melitus di
jalan Karya
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui karekteristik pasien diabetes melitus
(Usia,jenis kelamin, pendidikan, perkerjaan,lama menderita)
2. Diketahuinya gambaran ketidakberdayaan pasien diabetes melitus
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
5
autoimun dan idiopatik.
2. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes
Mellitus/NIDDM
Pada penderita diabetes melitus tipe 2 seperti yang diketahui adalah
resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat
bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi
di dalam tubuh.
3. Diabetes melitus tipe lain
Penyebab diabetes melitus tipe lain sangat bervariasi. Diabetes melitus
tipe ini dapat disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta, defek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati
pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom
genetik lain yang berkaitan dengan diabetes melitus.
4. Diabetes melitus Gestasional.
Diabetes yang biasanya terjadi pada saat proses kehamilan yang
sebelumnya tidak pernah menderita diabetes melitus. Biasanya diabetes
ini disebabkan karena terjadinya peningkatan kadar energi dalam tubuh
meningkat disertai dengan kadar esterogen yang ada dalam hormon
tubuh juga meningkat. Meskipun diabetes ini akan membaik setelah
proses persalinan, sekitar 50% tidak akan kembali ke status nondiabetes
seperti sebelumnya.
2.1.3 Etiologi
Menurut Amin Huda & Hardhi Kusuma (2015) penyebab diabetes melitus
adalah sebagai berikut:
a. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan menghancurkan sel
– sel beta pankreas yang disebabkan oleh:
1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik
kearah terjadinya diabetes tipe 1.
2) Faktor imunologi (autoimun)
3) Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan ekstrukssi sel beta.
b. Diabetes melitus tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya diabetes tipe 2:
usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Menurut Ali Maghfuri (2016) menyatakan tanda dan gejala pada penderita
diabetes yaitu:
a. Banyak kencing (polyuria)
Oleh karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing.
12
b. Banyak minum (polydipsia)
Oleh karena sering kencing maka memungkinkan sering haus dan banyak
minum.9
c. Banyak makan (polifagia)
Penderita diabetes melitus mengalami keseimbangan kalori negative,
sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar.
d. Penurunan berat badan dan rasa lemah
Hal ini sebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel,
sehingga sel kekurangan bahan untuk menghasilkan tenaga. Sumber
tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain, yaitu sel lemak dan otot.
Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi
kurus.
2.2.2 Etiologi
Etiologi ketidakberdayaan menurut Tim Pokja (2016), yaitu:
1. Program perawatan/pengobatan yang kompleks atau jangka panjang
2. Lingkungan tidak mendukung perawatan/pengobatan
3. Interaksi interpersonal tidak memuaskan
2.2.3 Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
1) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)
2) Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan
Pengalaman penggunaan zat terlarang
3) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek
up, tanggal terakhir periksa)
4) Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang
mengganggu pelaksana aktivitas harian pasien
5) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita
sampai kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma
kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal
dan limbic.
6) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel,
kanker terminal atau AIDS
b. Psikologis
1) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat
tinggal
2) Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat
mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau
kondisi dirinya
3) Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang
secara progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya:
sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS
4) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah
dicapai)
5) Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan
kehidupannya yang sekarang
6) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang
terlalu otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
7) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten
selama tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang
minat dalam mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari
8) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun
sebagai saksi
9) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi,
mudah cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak
berdaya
10) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
c. Sosial budaya
1) Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
2) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai
kecenderungan yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan
tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya
3) Pendidikan rendah
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari
6 bulan)
5) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai
kontrol (misalnya kontrol lokus internal).
6) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan
orang lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial
kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul dan kadang
menghindar dari orang lain
7) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
8) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif
maupun secara pasif.
2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
1) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu,
Program pengobatan yang terkait dengan penyakitnya
(misalnya jangka panjang, sulit dan kompeks) (proses
intoksifikasi dan rehabilitasi).
2) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3) Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang
menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan
lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic
4) Terdapat gangguan sistem endokrin
5) Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
6) Mengalami gangguan tidur atau istirahat
7) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras,
etnik dan gender
8) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan
keseimbangan
b. Psikologis
1) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
2) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan
aktivitas sosial yang berdampak pada keputusasaan.
3) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor,
nyeri, kehilangan pekerjaan.
4) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena
ketidakmampuan melakukan tanggungjawab peran.
5) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan
dengan orang lain.
c. Sosial budaya
1) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi
kesehatan atau kehidupannya yang sekarang.
2) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga
(berada dalam lingkungan perawatan kesehatan).
3) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun
penyebab yang lain
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6
bulan terakhir)
5) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
6) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya
dan ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di
masyarakat.
B. Objektif
1) Tidak mampu merawat diri
2) Tidak mampu mencari informasi perawatan
3) Tidak mampu memutuskan
4) Bergantung pada orang lain
2. Minor
A. Subjektif
1) Menyatakan keraguan tentang kemampuannya
2) Menyatakan kurang mampu mengontrol situasi
3) Malu
B. Objektif
1) Kurang partisipasi dalam perawatan
2) Depresi
2.2.5 Kondisi Klinis Terkait
Menurut Keliat (2020) kondisi klinis terkait ketidakberdayaan, yaitu:
1. Penyakit kronis: stroke, gagal ginjal, gagal jantung, penyakit
terminal, dan diabetes melitus.
2. Fraktur/kecelakaan
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, pendidkan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis.
2. Keluhan utama yang dirasakan klien.
3. Riwayat kesehatan sekarang.
4. Riwayat kesehatan masa lalu.
5. Riwayat kesehatan keluarga.
6. Riwayat keadaan psikososial.
7. Status mental.
8. Pemeriksaan.
2.3.4 Intervensi
Intervensi keperawatan menurut Kliat (2020), yaitu:
1. Tujuan Asuhan Keperawatan
A. Kognitif, klien mampu:
1) Mengetahui pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan
akibat dari ketidakberdayaan
2) Mengetahui cara mengatasi ketidakberdayaan
B. Psikomotor, klien mampu:
1) Mengidentifikasi situasi hidup yang tidak dapat dikendalikan
dan yang dapat dikendalikan
2) Melatih situasi yang dapat dikendalikan
3) Mengidentifikasi pikiran negatif dan tidak rasional
4) Melatih pikiran positif, pikiran rasional dan harapan positif
C. Afektif, klien mampu:
1) Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
2) Menilai latihan yang mengatasi ketidakberdayaan
2. Intervensi Keperawatan
A. Tindakan Keperawatan Ners
1) Kaji tanda dan gejala ketidakberdayaan
2) Jelaskan proses terjadinya ketidakberdayaan
3) Latih cara mengendalikan situasi
a. Diskusikan situasi hidup yang tidak dapat dikendalikan
b. Diskusikan situasi hidup yang dapat dikendalikan
c. Latih cara – cara menegndalikan situasi hidup yang dapat
dikendalikan
d. Beri penguatan dan pujian
4) Latih cara mengendalikan pikiran
a. Diskusikan pikiran negatif dan pikiran tidak rasional
b. Latihan pikiran positif dan rasional
c. Latihan pengembangan harapan positif dan lakukan
afirmasi positif
d. Beri penguatan dan pujian
5) Latih peran yang dapat dilakukan
a. Diskusikan peran yang dimiliki, yang dapat dilakukan
dan yang tidak dapat dilakukan
b. Latih peran yang dapat dilakukan
c. Beri penguatan dan pujian
B. Tindakan Keperawatan Spesialis
1) Terapi kognitif
a. Sesi1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan pikiran otomatis
negatif
b. Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negatif
c. Sesi 3: Memanfaatkan sistem pendukung
d. Sesi 4: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif
2) Terapi kognitif perilaku
a. Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan pikiran otomatis
negatif dan perilaku negatif
b. Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negatif
c. Sesi 3: Mengubah perilaku negatif menjadi positif
d. Sesi 4: Memanfaatkan sistem pendukung
e. Sesi 5: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif
dan mengubah perilaku negatif
3) Logoterapi: Medical Ministry
a. Sesi 1: Identifikasi masalah yang dihadapi, perubahan
yag terjadi dan masalah yang dialami
b. Sesi 2: Identifikasi respon terhadap masalah psikososial
dan cara mengatasinya, tambahkan respon bio dan sosial
c. Sesi 3: Logo terapi dengan teknik medical ministry
d. Sesi 4: Evaluasi manfaat
4) Terapi penerimaan komitmen (acceptance comitment
therapy)
a. Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman/kejadian yang tidak
menyenangkan
b. Sesi 2: Mengenai keadaan saat ini dan menemukan nilai
– nilai terkait pengalaman yang tidak menyenangkan
c. Sesi 3: Berlatih menerima pengalaman/ kejadian tidak
menyenangkan
d. Sesi 4: Berkomitmen menggunakan nilai – nilai yang di
pilih klien untuk mencegah kekambuhan
2.3.5 Implementasi
Implementasi merupakan suatu tahap pelaksanaan terhadap
suatu rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan
untuk perawat bersama seorang pasien.
2.3.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi ini adalah kegiatan membandingkan hasil yang
telah dicapai setelah dilakukan implementasi keperawatan
dan memiliki tujuan yang diharapakan dalam perencanaan.
Evaluasi yang dapat dilakukan menurut Keliat (2020), yaitu:
1. Penurunan tanda dan gejala ketidakberdayaan
2. Peningkatan kemampuan klien mengendalikan perasaan
ketidakberdayaan
3. Peningkatan kekmampuan keluarga dalam merawat klien
dengan ketidakberdayaan
GENOGRAM
5 Ny.R telah menikah dan memilki 5
orang anak, anak pertama laki-laki,
kedua, ketiga dan keempat perempuan
serta anak kelima laki-laki.
Penilaian (Respon)Terhadap Stressor
STRESSOR KOGNITIF AFEKTIF FISIOLOGIS PERILAKU SOSIAL DIAGNOSA
KEPERAWATAN
BIOLOGIS Menurut Ny.R Ny.R marah Pusing Tidak ada Enggan untuk Ketidakberdayaan
(Diabetes penyakit diabetes dan bingung Sulit tidur pertahanan pada mengungkapkan
melitus) melitus dengan Tidak nafsu praktik perawatan perasaannya
diakibatkan penyakit yang makan diri ketika yang sebenarnya
karena dia Ny.R tampak ditantang Tidak mampu
pengkonsumsi Ny. R merasa lemas Tidak memantau bersosialisasi
makanan manis tertekan Pemeriksaan kemajuan dengan orang
Menganggap terhadap TTV pengobatan lain
penyakit yang penurunan fisik TD: 140/90 Menarik diri
diderita serius yang mmhg Perilaku mencari
Tidak tahu apa dialaminya N : 89 x / perhatian
yang harus menit P : 22 x / Gelisah
dilakukan untuk menit S: 36,5
penyakitnya 0C
NY. R
Kgd sewaktu : 220
mengatakan tidak
mg/dl
berdaya akibat
penyakit yang
dideritanya , tidak
dapat beraktivitas
seperti biasanya
PSIKOLOGIS Ny.R tahu
Merasa kesal Pusing Tampak Hubungan Ansietas
bahwa dengan Mual cemas dan Ny.R dengan Harga diri rendah
Tidak dapat badannya penyakitnya Sulit tidur dan tidak suami baik situsional
menjalankan menjadi lemah, yang tidak sering tenang Ny.R kurang
aktivitas, malu, gemetaran sembuh- terbangun Kadang bersosialisasi
ketergantungan merupakan sembuh apabila tidur Ny.R dengan
kepada keluarga, dampak dari Bahu terasa tampak keluarga
merasa cemas penyakit yang tegang murung Ny.R tetap
akibat penyakitnya diderita Tidak nafsu Ny.R mengikuti
Ny.R mengaku makan tampak program
bosan keluar Ny.R tampak gelisah pengobatan
masuk rumah lemas Ny.R yang diberikan
sakit Wajah Ny.R tampak kepadanya
Ny.R tidak tahu tampak lemas pasif dalam akan tetapi
pengobatan Wajah Ny. R menerima sikap Ny.R
seperti apa lagi tampak pucat perawatan pasif dalam
yang dapat Pemeriksaan Ny.R menerima
dilakukan untuk TTV menunduk perawatan
mengobati TD: 140/90 saat bercerita
penyakitnya mmHg
N : 89 x /
menit P : 22 x /
menit S: 36,5
0C
Kgd sewaktu :
220 mg/dl
SOSIAL Ny.R merasa Merasa Pusing Kontak mata Hubungan Ansietas
BUDAYA tidak berdaya khawatir dan Mual ada tapi tidak Ny.R dengan ketidakberdayaan
dengan sedih kepada Mulut tampak bertahan suami baik
Sering keadaannya suami yang kering lama Hubungan
memikirkan suami sekarang yang mencari Sulit tidur Volume Ny.R dengan
dan anak-anak tidak bisa bekerja nafkah dan Bahu terasa suara petugas
merasa kasihan bingung harus tegang mengecil kesehatan
kepada suami memikirkan bergantian Konstipasi Ny.R baik
yang harus bekerja anak-anak yang dengan Tidak nafsu tampak Ny. R tetap
keras untuk yang harus anaknya makan gelisah mengikuti
memenuhi merawatnya dan untuk Ny.R tampak program
kebutuhan dan suaminya yang merawatnya lemas pengobatan
merawatnya setiap harus mencari setiap hari Wajah Ny.R
hari. nafkah sendirian. Merasa tampak pucat
Ny.R berfikir ia bersalah
selalu karena
merepotkan merasa
suaminya bila merepotkan
terlalu lama suami
dalam keadaan Merasa
seperti ini bosan
dengan
keadaan
sekarang
Pohon Masalah
Harga Diri Rendah SItusional
Ansietas
Ketidakberdayaan
Diabetes melitus
Sumber Koping
MATERIA
DIAGNOSA SOSIAL POSITIVE
PERSONAL ABILITY L TERAPI
KEPERAWATAN SUPPORT ASSETS BELIEFS
Ketidakberdayaan Ny.R mampu Ny. R mendapat Sosial ekonomi Ny. R berharap agar Terapi generalis:
menyebutkan dukungan dari anak Ny.R menengah tidak merepotkan • • SP 1-2
penyakitnya anak dan cucunya Ny.R tinggal suami dan anak- ketidakberdayaan
Ny.R mengakui bahwa ia Saudara atau bersama suami anaknya lagi
merasa tidak berdaya kerabat dekat sering dan dua anaknya Ny.R yakin bahwa Terapi spesialis:
untuk melakukan mengunjungi Ny.R yang belum Tuhan akan • Terapi Kognitif
aktivitas lebih karena menikah memulihkannya
penyakitnya dan Biaya pengobatan Ny. R berpikir bahwa
didukung dengan umur ditanggung BPJS mencegah lebih baik
yang sudah semakin dari pada mengobati
menua
Ansietas Ny.R mampu Ny.R mendapat Sosial ekonomi Ny.R percaya bahwa Terapi generalis
mengungkapkan dukungan dari Ny. R menengah petugas kesehatan SP 1-2 Kecemasan
perasaan cemas keluarga untuk Pengobatan akan membantunya
Ny.R mengatakan bila kesembuhannya ditanggung BPJS Ny.R berharap cepat Terapi spesialis:
cemasnya memuncak terutama dari Jarak rumah sembuh agar tidak Relaksasi napas
maka ia akan berdiam suaminya Ny.R dengan merepotkan dalam
diri di kamar Suami dan anak tempat pelayanan Suaminya Psikoedukasi
Ny.R bergantian kesehatan lebih keluarga
merawat pasien kurang 1 km Psikoedukasi
keluarga
Harga Diri Renadh Ny.R mampu Ny.R mendapat Sosial ekonomi Ny.R percaya bahwa Terapi generalis:
Situsional menyebutkan dukungan dari Ny.R menengah petugas kesehatan SP 1-2 harga
penyakitnya keluarga untuk Ny.R tinggal di akan membantunya diri rendah
Ny.R mengakui kesembuhannya rumah sendiri, Ny.R berharap situsional
bahwa ia merasa terutama dari rumah cepat sembuh agar
tidak berharga suaminya permanen tidak merepotkan Terapi spesialis:
karena tidak bisa Suami dan Sarana dan suaminya Terapi kognitif
melakukan aktifitas keluarga Ny.R prasarana Ny.R selalu
seperti biasa bergantian tersedia berdoa untuk
Ny. R memilih menjaga dan Biaya kesembuhan
berdiam diri di mengunjunginya pengobatan penyakitnya
dalam kamar ditanggung BPJS Ny.R yakin bila
Jarak rumah Ny ia mengikuti
R dengan tempat petunjuk dan
pelayanan saran dari petugas
kesehatan kesehatan maka
(RSMM) lebih ia akan cepat
kurang 1 km sembuh
3.1.4 Mekanisme Koping
Konstruktif:
Ny.R mengatakan bila ada masalah, maka ia akan membicarakan Ny.R mengatakan bila ada masalah, maka ia akan
dengan suami dan keluarga untuk mencari jalan keluarnya membicarakan dengan suami dan keluarga untuk
mencari jalan keluarnya
Bila sakit Ny.R berobat ke pelayanan kesehatan Bila sakit Ny.R berobat ke pelayanan kesehatan
Ny.R taat menjalankan ibadah sesuai
Ny.R taat menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya dengan keyakinannya
Ny.R selalu berdoa kepada Tuhan untuk
Ny.R selalu berdoa kepada Tuhan untuk kesembuhannya kesembuhannya.
Destruktif : -
Status Mental
Terapi generalis:
Sp1: Bantu klien mengenal ketidakerdayaan dan latihan berpikir positif (affirmasi positif)
Sp2: Menjelaskan Manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan dengan
meningkatkan kemampuan mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan pasien
Terapi spesialis:
1. Terapi Kognitif
2. Ansietas
Sp1: Bantu klien mengenal ansietas (penyebab, proses terjadi, tanda gejala,akibat), melatih teknik relaksasi
napas dalam
Sp2: Melatih mengatasi ansietas dengan hipnotis lima jari dan melakukan distraksi menonton tv
Terapi Spesialis: CBT
Hari Ketiga
10 Oktober 2021
S: Senang
O:
- Klien mampu mengenal kecemasannya
- Klien mampu melakukan rileksasi napas dalam dengan
motivasi
A: Kecemasan (+)
P:
Latihan teknik relaksasi napas dalam 3x/hari
Hari Keempat
11 Oktober 2021
S: Senang
O:
- Klien mampu mengungkapkan perasaannya
- Klien mampu melakukan terapi tarik napas dalam dengan
mandiri
- Klien mampu melakukan hipnotis lima jari dengan bantuan
- Klien mampu melakukan distraksi dengan menonton tv
dengan mandiri
A: Kecemasan (-)
P:
Latihan tarik napas dalam 3x/hari
Latihan hipnotis lima jari 1x/hari
Latihan menonton tv 1 jam/hari
Hari Kelima
12 Oktober 2021
S: Senang
O:
- Klien mampu mengenal harga diri rendah situsionalnya.
- Klien mampu mengidentifikasi keterbatasan yang dimiliki
- Klien mampu mengidentifikasi kemampuan positif
- Klien mampu melakukan affirmasi positif dengan
mandiri A: Harga diri rendah situsional (+)
P:
Melakukan Afirmasi Positif
Hari Keenam
13 Oktober 2021
S:
Senang
O:
- Klien mampu mengidentifikasi hal positif yang dimiliki
- Klien mampu berpikir tentang harapan masa depan dan
lebih semangat
- Klien mampu melakukan kemampuan positif
dengan bernyanyi
A: Harga diri rendah situsional
(-) P:
Latihan afirmasi 2x/hari
BAB 4
PEMBAHASAN
32
33
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan diatas, maka penulis dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan
menjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung
data-data pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan
komunikasi terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara
perawat-klien. Pada kasus Jarang membersihkan ketidakberdayaan:
Diabetes Melitus.
2. Diagnosa keperawatan yang utama pada klien dengan ketidakberdayaan:
Diabetes Melitus.
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi
pertemuan pada pasien.
4. Evaluasi keperawatan yang dilakukan menggunakan metode
subyektif,obyektif,assessment dan planing.
5.2 Saran
1. Untuk institusi pendidikan
Diharapkan lebih meningkatkan pelayanan pendidikan yang lebih tinggi
dan menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional berwawasan global
2. Untuk keluarga
Diharapkan agar individu dan keluarga bisa mengerti tentang penyakit
diabetes melitus, dan meningkatkan perilaku hidup sehat dengan tujuan
meningkatkan kualitas hidup.
35
DAFTAR PUSTAKA
5. Keliat, Budi Anna, dkk. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
6. Kemenkes RI. (2018). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. Pusat Data Dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI.
8. Magrufi ali (2016). Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Mellitus. Jakarta:
Salemba Medika.
9. Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnose Medis Dan Nanda Nic – Noc. Jogjakarta : Mediaction
12. Pardede, J., Simanjuntak, G. V., & Manalu, N. (2020). Effectiveness Of Deep
Breath Relaxation And Lavender Aromatherapy Against Preoperative Patient
Anxiety. Diversity and Equality in Health and Care, 17(4), 168-173.
DOI: 10.36648/206 9-5471.17.4.209
14. Pardede, J. A., Hafizuddin, H., & Sirait, A. (2021). Coping Strategies Related
to Self-Esteem on PLWHA in Medan Plus Foundation. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 4(2), 255-262.
36
37
15. Pardede, J. A., Huda, A., Saragih, M., & Simamora, M. (2021). Verbals
Bullying Related To Self-Esteem On Adolescents. Jendela Nursing Journal
(JNJ), 5(1), 16-22. https://doi.org/10.31983/jnj.v5i1.6903
20. Sari, A., & Sofiani, Y. (2019). Efektifitas Perbandingan Buerger Allen
Exercise dan Senam Kaki terhadap Nilai ABI pada Penderita DM Tipe
II. Journal of Telenursing (JOTING), 1(1), 1-16.
https://doi.org/10.31539/joting.v1i1.492
21. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
22. Hulu, E. K., & Pardede, J. A. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operatif Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Jurnal
Keperawatan, 2(1), 12.
23. Yitno, Y., & Riawan, A. W. (2017). Pengaruh Jalan Kaki Ringan 30 Menit
terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Lansia Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(2), 8-15.
https://doi.org/10.30994/sjik.v6i2.2
24. Yusuf, R. S., & Wardan, I. Y. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan
Kesehatan Masyarakat Perkotaan Ketidakberdayaan Pada Klien Diabetes
Melitus Tipe II Di Ruang Antasena Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 3(2), 61-69.
38
25. 25.
39