Anda di halaman 1dari 41

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL PADA Ny.

R
DENGAN MASALAH KETIDAKBERDAYAAN

Jesika Serevin Silitonga

jesikaserevin@gmail.com

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi mampu
membuat insulin, atau ketika tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang
dihasilkan dengan baik (IDF, 2021). Menurut Perkeni dalam Sari, dkk. (2019)
diabetes melitus adalah kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa di dalam darah
(hiperglikemia).

Penderita diabetes di seluruh dunia jumlahnya sekitar 422 juta orang, sebagian
besar tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan 1,6 juta
kematian secara langsung dikaitkan dengan diabetes setiap tahun. Indonesia
berada di peringkat ke-7 di antara 10 negara dengan jumlah penderita, yaitu
sebesar 10,7 juta orang. Banyaknya perubahan dalam kebiasaan hidup pasien
diabetes melitus tipe 2 seperti kontrol gula darah, aktivitas fisik, konsumsi
obat, dan diet yang harus dilakukan secara rutin. Perubahan tersebut membuat
pasien diabetes melitus menunjukkan reaksi psikologis yang negatif antara
lain: stres, cemas marah, dan merasa tidak berguna (Maghfirah dkk, 2015).

Perubahan-perubahan yang dialami saat sakit dapat berkembang menjadi


krisis psikososial yang nantinya akan mempengaruhi keluarga, sahabat, dan
lingkungan sekitar. Gejala mental yang dirasakan oleh penderita diabetes
melitus, yaitu emosi tidak stabil, cemas, denial, menilai diri negatif, lelah
dalam proses penyembuhan dan tahap akhir mengalami ketidakberdayaan.

1
2

Penderita diabetes yang mengalami komplikasi seperti luka pada kaki


membuat pasien diabetes juga menderita harga diri rendah. Harga diri
seseorang dapat dipengaruhi dari dalam diri maupun dari luar. Penilaian diri
seseorang akan dirinya dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu berada,
di rumah dan bagaimana seseorang diperlakukan (Pardede, 2021).

Diperlukan strategi koping untuk setiap masalah yang muncul. Strategi coping
menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupun perilaku, untuk
menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau
kejadian yang penuh tekanan Pardede (2021). Masalah yang juga dirasakan
oleh penderita diabetes adalah kecemasan. Kecemasan dapat dirasakan oleh
setiap orang jika mengalaminya tekanan dan perasaan mendalam yang
menyebabkan masalah kejiwaan dan dapat berkembang dalam jangka panjang
(Pardede, 2020). Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan gelisah,
ketidaktentuan, ada rasa takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber
aktual yang tidak diketahui masalahnya (Pardede, 2020). Tanda cemas dalam
Pardede (2019), yaitu tidak nafsu makanDiare/konstipasi, gelisah, berkeringat,
dll.

Ketidakberdayaan merupakan masalah mental yang timbul akibat adanya


perasaan tidak mampu untuk mengatasi masalah atau tidak mampu mencegah
atau ketidakmampuan mengontrol stimulus yang diterima. Pasien yang
menderita diabetes melitus lebih dari 1 tahun hampir 95 % mengalami
ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan muncul saat pasien diabetes melitus
merasakan komplikasi dan pengobatan lebih dari 3 kali dalam 1 tahun.
Kualitas hidup tidak produktif dan angka kematian meningkat pada pasien
diabetes melitus terjadi karena masalah ketidakberdayaan tidak teratasi
(Heyman, 2016).

Berpikir tidak dapat mengontrol diri dan diluar diri, tidak berdaya, tidak
semangat, tidak berdaya, tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain
merupakan tanda dan gejala ketidakberdayaan. Pasien diabetes melitus yang
3

mengalami ketidakberdayaan, 66% pasien tidak tertangani karena fokus


permasalahan tenaga kesehatan hanya masalah fisik. Ketika individu terus
mencoba menggunakan berbagai sumber koping yang dimiliki dan dapat ia
digunakan, Tetapi tidak menghasilkan suatu hasil yang mengarah kepada
tujuan penggunaan koping. Maka, dapat berakibat pada kelelahan
menggunakan sumber adaptasi, sehingga menempatkan individu dalam
kondisi ketidakberdayaan (Pardede, 2020).

Berdasarkan penelitian Sahputra (2021) klien selama perawatan klien dengan


diabetes melitus terlihat sering termenung dan jarang berinteraksi dengan
orang lain, klien sendiri pensiunan dan sehari-hari di rumah, klien tinggal
didaerah yang tak begitu padat namun klien dalam kesehariannya gemar
melakukan aktifitas sosial, setelah klien terdiagnosa mengidap penyakit
diabetes melitus sekitar 20 tahun yang lalu klien mulai membatasi aktifitasnya
karena merasa tak berdaya dengan kondisi penyakitnya, klien jarang kontrol
ke Poli diabetes namun hanya membeli obat di apotik.

Pengkajian psikososial pada penelitian Sahputra (2021) mengunakan


powerlessness assessment tool (PAT) untuk mengukur ketidakberdayaan.
Didapatkan nilai ketidakberdayaan dengan kategori yang dinilai persepsi diri
tentang pengambilan keputusan dan dinyatakan klien terdapatkan mengalami
masalah psikososial dengan ketidakberdayaan. Masalah fisik dan masalah
mental merupakan hal yang sangat perlu diatasi bersama karena saling
mempengaruhi satu sama lain. Masalah fisik yang berkepanjangan dapat
menyebabkan masalah mental berupa respon terhadap tindakan pengobatan
maupun respon terhadap gejala penyakit, begitu juga selanjutnya bahwa
masalah mental akan mempengaruhi proses penyembuhan ataupun kondisi
fisik klien.

Penulis mendapatkan kasus klien yang mengalami ketidakberdayaan dalam


penyakit fisiknya. Dari pengkajian yang dilakukan, penulis menemukan belum
dilakukannya penanganan yang optimal tentang masalah psikososial
4

ketidakberdayaan pada klien dengan penyakit diabetes melitus di jalan Karya


penulis sangat tertarik untuk melakukan dan memberikan asuhan keperawatan
secara optimal pada klien yang mengalami masalah psikososial
ketidakberdayaan dengan diabetes melitus di jalan Karya.

Berdasarkan survei awal pada pasien di jalan Karya no. 20, didapatkan Klien
NY. R berumur 58 tahun menderita sakit diabetes melitus lebih dari lima
tahun. Klien mengatakan sudah lelah dengan penyakitnya, lelah kontrol setiap
bulan, tidak berdaya, serta merasa tidak semangat untuk menjaga diet,
olahraga dan minum obat karena tidak sembuh –sembuh. Dari hasil observasi
klien tampak tidak bersemangat, pasrah, tidak patuh dengan diet karena
merasa tiak sembuh – sembuh setelah bertahun –tahun berobat dan kontrol
teratur. Berdasarkan tanda daan gejala yang ditunjukkan oleh klien tersebut
maka masalah klien yaitu ketidakberdayaan.

1.2 Rumusan masalah


Berdasakan uraian latar belakang maka penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut: Asuhan Keperawatan Pada Ny.R dengan Ketidakberdayaan di
Jalan Karya.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat mengetahui gambaran ketidakberdayaan pasien diabetes melitus di
jalan Karya
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui karekteristik pasien diabetes melitus
(Usia,jenis kelamin, pendidikan, perkerjaan,lama menderita)
2. Diketahuinya gambaran ketidakberdayaan pasien diabetes melitus
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Melitus


2.1.1 Definisi

Diabetes melitus terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan hormon


insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak bisa memanfaatkan secara
optimal insulin yang dihasilkan, sehingga kadar gula dalam darah melebihi
normal. Diabetes melitus bisa juga terjadi karena hormon insulin yang di
hasilkan oleh tubuh tidak dapat bekerja dengan baik (Yitno & Riawan
Wahyu, 2017).

Diabetes melitus terjadi ketika hiperglikemia yang ditandai oleh keadaan


absolute insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang disebabkan oleh sebuah
ketidakseimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin atau tak
sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak
teraturnya metabolisme (Brunner & Suddarth, 2008) dalam (Raharjo,
2018). Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas
tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas
yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia (KEMENKES
RI, 2018).

2.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes melitus menurut (Rudijanto et al., 2015) yaitu :


1. Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM
Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta
di pankreas. kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin
yang terjadi secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain

5
autoimun dan idiopatik.
2. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes
Mellitus/NIDDM
Pada penderita diabetes melitus tipe 2 seperti yang diketahui adalah
resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat
bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi
di dalam tubuh.
3. Diabetes melitus tipe lain
Penyebab diabetes melitus tipe lain sangat bervariasi. Diabetes melitus
tipe ini dapat disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta, defek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati
pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom
genetik lain yang berkaitan dengan diabetes melitus.
4. Diabetes melitus Gestasional.
Diabetes yang biasanya terjadi pada saat proses kehamilan yang
sebelumnya tidak pernah menderita diabetes melitus. Biasanya diabetes
ini disebabkan karena terjadinya peningkatan kadar energi dalam tubuh
meningkat disertai dengan kadar esterogen yang ada dalam hormon
tubuh juga meningkat. Meskipun diabetes ini akan membaik setelah
proses persalinan, sekitar 50% tidak akan kembali ke status nondiabetes
seperti sebelumnya.

2.1.3 Etiologi

Menurut Amin Huda & Hardhi Kusuma (2015) penyebab diabetes melitus
adalah sebagai berikut:
a. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan menghancurkan sel
– sel beta pankreas yang disebabkan oleh:
1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik
kearah terjadinya diabetes tipe 1.
2) Faktor imunologi (autoimun)
3) Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan ekstrukssi sel beta.
b. Diabetes melitus tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya diabetes tipe 2:
usia, obesitas, riwayat dan keluarga.

2.1.4 Tanda dan Gejala

Menurut Ali Maghfuri (2016) menyatakan tanda dan gejala pada penderita
diabetes yaitu:
a. Banyak kencing (polyuria)
Oleh karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing.
12
b. Banyak minum (polydipsia)
Oleh karena sering kencing maka memungkinkan sering haus dan banyak
minum.9
c. Banyak makan (polifagia)
Penderita diabetes melitus mengalami keseimbangan kalori negative,
sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar.
d. Penurunan berat badan dan rasa lemah
Hal ini sebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel,
sehingga sel kekurangan bahan untuk menghasilkan tenaga. Sumber
tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain, yaitu sel lemak dan otot.
Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi
kurus.

2.1.5 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Penatalaksanan DM dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:


a. Edukasi
Edukasi dilakukan sebagai upaya pencegahan dengan tujuan promosi
hidup sehat. Pemberian edukasi perlu diperhatikan beberapa prinsip
sebagai berikut: melakukan pendekatan dengan simulasi dalam
memecahkan masalah, memberikan nasehat dan dukungan yang
positif serta hindari rasa cemas, memberikan pengetahuan mulai dari
suatu hal yang sederhana dan cara yang tidak menyulitkan,
mendiskusikan secara terbuka mengenai program pengobatan dengan
memperhatikan apa yang diinginkan oleh pasien, melakukan
kompromi dan negoisasi agar dapat diterima oleh pasien, memberikan
semangat dengan reward, pelibatan keluarga atau pendamping selama
proses edukasi, memperhatikan kesehatan psikologis dan jasmani serta
jenjang pendidikan pasien maupun keluarga (PERKENI, 2015).
b. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
TNM memiliki peran integral dalam pengelolaan diabetes secara
keseluruhan. Semua individu dengan DM harus menerima TNM yang
dilakukan oleh ahli diet yang berpengetahuan luas serta ahli dalam
menyediakan TNM khusus DM (ADA, 2017). Pemberian terapi TNM
sesuai dengan kebutuhan masing-masing penderita DM guna tepat
sasaran. Pada kelompok pengguna obat untuk meningkatkan sekresi
insulin atau terapi insulin harus lebih ditekankan mengenai jadwal
makan yang teratur, jumlah dan jenis kandungan kalori (PERKENI,
2015).
c. Aktivitas fisik/Latihan jasmani
Manfaat olahraga telah terbukti untuk menurunkan berat badan,
mengurangi faktor resiko kardiovaskular, memperbaiki kontrol
glukosa darah, dan meningkatkan kesehatan (ADA, 2017). Latihan
dapat dilakukan sebanyak 3-5 kali dalam satu minggu secara teratur
dan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Sebelum
melakukan latihan pasien sebaiknya dilakukan pemeriksaan glukosa
darah terlebih dahulu. Apabila hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
<100 gr/dl harus terlebih dahulu mengkonsumsi karbohidrat dan
apabila >250 mg/dl direkomendasikan latihan jasmani ditunda. Bentuk
latihan yang disarankan yaitu bersifat aerobik dengan intensitas
sedang seperti: jogging, jalan cepat, berenang, dan sepeda santai
(PERKENI, 2015).
d. Terapi Farmakologis
Obat yang dianjurkan adalah obat hipoglikemik oral. Obat-obat
digunakan antara lain presensitif insulin dann sulfonilurea. Terdapat
dua jenis presensitif yang tersedia yaitu tiazolidinedion dan
metformin. Metformin merupakan terapi tunggal pertama dengan
dosis antara 500-1700 mg/hari.

2.2 Konsep Ketidakberdayaan


2.2.1 Definisi Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan merupakan persepsi dari hasil usaha seseorang yang
tidak ada pengaruh secara berarti. Ketidakberdayaan adalah pengalaman
hidup seseorang tentang kurangnya pengendalian terhadap situasi dirinya,
termasuk mengenai persepsi tentang hal yang dilakukan tidak akan terlalu
berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Ketidakberdayaan merupakan
persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil
atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (Pardede, 2020).

Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak


akan memengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan ketika individu
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakannya (Stuart, 2016 dalam Keliat, 2020). Ketidakberdayaan adalah
persesi bahwa tindakan seseorang tidak akan memengaruhi hasil secara
signifikan; persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan
datang (SDKI, 2016).

2.2.2 Etiologi
Etiologi ketidakberdayaan menurut Tim Pokja (2016), yaitu:
1. Program perawatan/pengobatan yang kompleks atau jangka panjang
2. Lingkungan tidak mendukung perawatan/pengobatan
3. Interaksi interpersonal tidak memuaskan
2.2.3 Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
1) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)
2) Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan
Pengalaman penggunaan zat terlarang
3) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek
up, tanggal terakhir periksa)
4) Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang
mengganggu pelaksana aktivitas harian pasien
5) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita
sampai kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma
kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal
dan limbic.
6) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel,
kanker terminal atau AIDS
b. Psikologis
1) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat
tinggal
2) Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat
mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau
kondisi dirinya
3) Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang
secara progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya:
sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS
4) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah
dicapai)
5) Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan
kehidupannya yang sekarang
6) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang
terlalu otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
7) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten
selama tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang
minat dalam mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari
8) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun
sebagai saksi
9) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi,
mudah cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak
berdaya
10) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
c. Sosial budaya
1) Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
2) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai
kecenderungan yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan
tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya
3) Pendidikan rendah
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari
6 bulan)
5) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai
kontrol (misalnya kontrol lokus internal).
6) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan
orang lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial
kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul dan kadang
menghindar dari orang lain
7) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
8) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif
maupun secara pasif.
2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
1) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu,
Program pengobatan yang terkait dengan penyakitnya
(misalnya jangka panjang, sulit dan kompeks) (proses
intoksifikasi dan rehabilitasi).
2) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3) Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang
menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan
lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic
4) Terdapat gangguan sistem endokrin
5) Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
6) Mengalami gangguan tidur atau istirahat
7) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras,
etnik dan gender
8) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan
keseimbangan
b. Psikologis
1) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
2) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan
aktivitas sosial yang berdampak pada keputusasaan.
3) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor,
nyeri, kehilangan pekerjaan.
4) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena
ketidakmampuan melakukan tanggungjawab peran.
5) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan
dengan orang lain.
c. Sosial budaya
1) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi
kesehatan atau kehidupannya yang sekarang.
2) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga
(berada dalam lingkungan perawatan kesehatan).
3) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun
penyebab yang lain
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6
bulan terakhir)
5) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
6) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya
dan ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di
masyarakat.

2.2.4 Tanda dan Gejala


1. Mayor
A. Subjektif
1) Mengatakan ketidakmampuan
2) Frustasi karena tidak mampu mengatasi situasi

B. Objektif
1) Tidak mampu merawat diri
2) Tidak mampu mencari informasi perawatan
3) Tidak mampu memutuskan
4) Bergantung pada orang lain
2. Minor
A. Subjektif
1) Menyatakan keraguan tentang kemampuannya
2) Menyatakan kurang mampu mengontrol situasi
3) Malu
B. Objektif
1) Kurang partisipasi dalam perawatan
2) Depresi
2.2.5 Kondisi Klinis Terkait
Menurut Keliat (2020) kondisi klinis terkait ketidakberdayaan, yaitu:
1. Penyakit kronis: stroke, gagal ginjal, gagal jantung, penyakit
terminal, dan diabetes melitus.
2. Fraktur/kecelakaan

2.2.6 Batasan Karakteristik Klien dengan Ketidakberdayaa


Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007) dalam Pardede (2020) ada
tiga tingkatan ketidakberdayaan, antara lain:
1. Rendah
Klien mengungkapakan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi
dan bersikap pasif.
2. Sedang
Klien bergantung pada orang lain yang dapat mengakibatkan
ititabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah. Klien
menunjukkan ekspresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan
melakukan aktivitas atau tugas sebelumnya. Klien menujukkan
ekspresi keraguan tentang performa peran.
3. Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik
yang terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program
pengobatan dan menyatakan tidak memiliki kendali (terhadap
perawatan diri, situasi, dan hasil). Pada klien NAPZA biasanya klien
cenderung jatuh pada kondisi ketidakberdayaan berat karena tidak
memiliki kendali atas situasi yang memepngaruhinya untuk
menggunakan NAPZA atau ketidakmampuan mempertahankan situasi
bebas NAPZA.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian
1. Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, pendidkan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis.
2. Keluhan utama yang dirasakan klien.
3. Riwayat kesehatan sekarang.
4. Riwayat kesehatan masa lalu.
5. Riwayat kesehatan keluarga.
6. Riwayat keadaan psikososial.
7. Status mental.
8. Pemeriksaan.

2.3.2 Analisa Data


Analisa data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan
keperawatan dan kesehatan lainnya.

2.3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakberdayaan
2. Ansietas
3. Keputusasaan

2.3.4 Intervensi
Intervensi keperawatan menurut Kliat (2020), yaitu:
1. Tujuan Asuhan Keperawatan
A. Kognitif, klien mampu:
1) Mengetahui pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan
akibat dari ketidakberdayaan
2) Mengetahui cara mengatasi ketidakberdayaan
B. Psikomotor, klien mampu:
1) Mengidentifikasi situasi hidup yang tidak dapat dikendalikan
dan yang dapat dikendalikan
2) Melatih situasi yang dapat dikendalikan
3) Mengidentifikasi pikiran negatif dan tidak rasional
4) Melatih pikiran positif, pikiran rasional dan harapan positif
C. Afektif, klien mampu:
1) Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
2) Menilai latihan yang mengatasi ketidakberdayaan
2. Intervensi Keperawatan
A. Tindakan Keperawatan Ners
1) Kaji tanda dan gejala ketidakberdayaan
2) Jelaskan proses terjadinya ketidakberdayaan
3) Latih cara mengendalikan situasi
a. Diskusikan situasi hidup yang tidak dapat dikendalikan
b. Diskusikan situasi hidup yang dapat dikendalikan
c. Latih cara – cara menegndalikan situasi hidup yang dapat
dikendalikan
d. Beri penguatan dan pujian
4) Latih cara mengendalikan pikiran
a. Diskusikan pikiran negatif dan pikiran tidak rasional
b. Latihan pikiran positif dan rasional
c. Latihan pengembangan harapan positif dan lakukan
afirmasi positif
d. Beri penguatan dan pujian
5) Latih peran yang dapat dilakukan
a. Diskusikan peran yang dimiliki, yang dapat dilakukan
dan yang tidak dapat dilakukan
b. Latih peran yang dapat dilakukan
c. Beri penguatan dan pujian
B. Tindakan Keperawatan Spesialis
1) Terapi kognitif
a. Sesi1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan pikiran otomatis
negatif
b. Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negatif
c. Sesi 3: Memanfaatkan sistem pendukung
d. Sesi 4: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif
2) Terapi kognitif perilaku
a. Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan pikiran otomatis
negatif dan perilaku negatif
b. Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negatif
c. Sesi 3: Mengubah perilaku negatif menjadi positif
d. Sesi 4: Memanfaatkan sistem pendukung
e. Sesi 5: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif
dan mengubah perilaku negatif
3) Logoterapi: Medical Ministry
a. Sesi 1: Identifikasi masalah yang dihadapi, perubahan
yag terjadi dan masalah yang dialami
b. Sesi 2: Identifikasi respon terhadap masalah psikososial
dan cara mengatasinya, tambahkan respon bio dan sosial
c. Sesi 3: Logo terapi dengan teknik medical ministry
d. Sesi 4: Evaluasi manfaat
4) Terapi penerimaan komitmen (acceptance comitment
therapy)
a. Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman/kejadian yang tidak
menyenangkan
b. Sesi 2: Mengenai keadaan saat ini dan menemukan nilai
– nilai terkait pengalaman yang tidak menyenangkan
c. Sesi 3: Berlatih menerima pengalaman/ kejadian tidak
menyenangkan
d. Sesi 4: Berkomitmen menggunakan nilai – nilai yang di
pilih klien untuk mencegah kekambuhan

2.3.5 Implementasi
Implementasi merupakan suatu tahap pelaksanaan terhadap
suatu rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan
untuk perawat bersama seorang pasien.
2.3.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi ini adalah kegiatan membandingkan hasil yang
telah dicapai setelah dilakukan implementasi keperawatan
dan memiliki tujuan yang diharapakan dalam perencanaan.
Evaluasi yang dapat dilakukan menurut Keliat (2020), yaitu:
1. Penurunan tanda dan gejala ketidakberdayaan
2. Peningkatan kemampuan klien mengendalikan perasaan
ketidakberdayaan
3. Peningkatan kekmampuan keluarga dalam merawat klien
dengan ketidakberdayaan

Agar memudahkan perawat dalam mengevaluasi atau


membuat perkembangan pasien maka digunakan komponen
SOAP yaitu :
1. S : Data subjektif
Merupakan perkembangan suatu keadaan pasien yang
didasarkan pada apa yang telah dirasakan, dikeluhkan dan
yang diungkapkan.
2. O : Data objektif
Merupakan perkembangan yang dapat diamati dan juga dapat
diukur oleh seorang perawat atau tim kesehatan yang
laiinnya
3. A : Analisis
Merupakan penelitian dari kedua jenis data tersebut baik data
subjektif maupun data objektif, apakah berkembang dengan
baik atau malah kemunduran.
4. P : Perencanaan
Merupakan rencana dalam penanganan pasien yang didasari
pada hasil analisis diatas yang mempunyai isi untuk
melanjutkan perencanaan apabila masalah belum teratasi
BAB 3
TINJAUN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan


Nama : Ny .R Kondisi saat ini :
Usia : 58 tahun Klien memiliki riwayat diabetes melitus sudah 10 tahun. Klien sering keluar
Tahun no reg : - masuk rumah sakit karena kondisinya yang sering drop. Sebelum sakit klien
Ruangan : - mengatakan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari memngurus rumah,
Tgl masuk rs: - namun saat ini hanya bisa makan dan BAB. Klien jarang keluar rumah dan
Tgl pengkajian : 8 Oktober 2021 lebih senang mengurung diri di kamar. Klien mengatakan capek, kuatir
Alamat : Jalan Karya Gang ekonomi keluarga merosot hanya karenanya, kuatir kondisinya akan kembali
Adil drop dan harus dirawat. Klien mengatakan bahwa dirinya tidak berharga lagi
dan merasa selalu merepotkan anak-anak dan suaminya. Klien sering
menangis, kadang menolak minum obat, sulit konsentrasi dan lebih banyak
diam.

Faktor Predisposisi Dan Faktor Presipitasi


Faktor predisposisi Faktor presipitasi STRESSOR
Nature Origin Number &
Timing
Biologis: Badan lemas, pusing, Internal Sejak 10 Diabetes melitus
1. Diabetes melitus kecewa, kesemutan, tahun yang tipe 2
2. Ny. R menderita diabetes menderita sejak 10 tahun gatal, gemetaran, dan lalu
yang lalu tidakberdaya akan sakit
3. Ny. R sering mengkonsumsi makanan manis yang ia derita
4. Ny. R tidak pernah check up kepelayanan kesehatan
dengan rutin
Psikologis :  Jarang Internal Sejak 10 Kecewa, malu,
20
berkomunikasi minggu yang ketidakberdayaan,
1. Ny. R memiliki kepribadian yang tertutup dan tidak  merasa diasingkan lalu merasa tertekan,
ingin keluar, hanya berbaring ditempat tidur keluarga cemas, merasa
2. Ny. R merasa cemas karena terus menerus keluar  Sering kepikiran dirinya
masuk rumah sakit akan menyulitkan ekonomi penyakitnya
keluarga
3. Merasa kecewa akan penyakit yang ia derita
4. Klien merasa seperti diasingkan oleh keluarganya dan
merasa tidak berharga lagi
Sosiocultural :

1. Ny. R seorang perempuan umur 58 tahun


2. Ny . R menikah dan memiliki 5 orang anak
3. Ny.R merupakan ibu rumah tangga
4. Sebelumnya Ny.R aktif terlibat dalam kegiatan
dilingkungan tempat tinggal seperti ina kamis atau
ibadah
5. Ny.R merupakan orang batak dan menurut Ny.R tidak
ada kebiasaan yang bertentangan dengan kesehatan
6. Ny.R beragama Kristen dan taat menjalankan ibadah
7. Ny.R jarang check up penyakitnya

GENOGRAM
5 Ny.R telah menikah dan memilki 5
orang anak, anak pertama laki-laki,
kedua, ketiga dan keempat perempuan
serta anak kelima laki-laki.
Penilaian (Respon)Terhadap Stressor
STRESSOR KOGNITIF AFEKTIF FISIOLOGIS PERILAKU SOSIAL DIAGNOSA
KEPERAWATAN
BIOLOGIS  Menurut Ny.R  Ny.R marah  Pusing  Tidak ada  Enggan untuk  Ketidakberdayaan
 (Diabetes penyakit diabetes dan bingung  Sulit tidur pertahanan pada mengungkapkan
melitus) melitus dengan  Tidak nafsu praktik perawatan perasaannya
diakibatkan penyakit yang makan diri ketika yang sebenarnya
karena dia  Ny.R tampak ditantang  Tidak mampu
pengkonsumsi  Ny. R merasa lemas  Tidak memantau bersosialisasi
makanan manis tertekan  Pemeriksaan kemajuan dengan orang
 Menganggap terhadap TTV pengobatan lain
penyakit yang penurunan fisik TD: 140/90  Menarik diri
diderita serius yang mmhg  Perilaku mencari
 Tidak tahu apa dialaminya N : 89 x / perhatian
yang harus menit P : 22 x /  Gelisah
dilakukan untuk menit S: 36,5
penyakitnya 0C
 NY. R
Kgd sewaktu : 220
mengatakan tidak
mg/dl
berdaya akibat
penyakit yang
dideritanya , tidak
dapat beraktivitas
seperti biasanya
PSIKOLOGIS  Ny.R tahu 
Merasa kesal  Pusing  Tampak  Hubungan  Ansietas
bahwa dengan  Mual cemas dan Ny.R dengan  Harga diri rendah
Tidak dapat badannya penyakitnya  Sulit tidur dan tidak suami baik situsional
menjalankan menjadi lemah, yang tidak sering tenang  Ny.R kurang
aktivitas, malu, gemetaran sembuh- terbangun  Kadang bersosialisasi
ketergantungan merupakan sembuh apabila tidur Ny.R dengan
kepada keluarga, dampak dari  Bahu terasa tampak keluarga
merasa cemas penyakit yang tegang murung  Ny.R tetap
akibat penyakitnya diderita  Tidak nafsu  Ny.R mengikuti
 Ny.R mengaku makan tampak program
bosan keluar  Ny.R tampak gelisah pengobatan
masuk rumah lemas  Ny.R yang diberikan
sakit  Wajah Ny.R tampak kepadanya
 Ny.R tidak tahu tampak lemas pasif dalam akan tetapi
pengobatan  Wajah Ny. R menerima sikap Ny.R
seperti apa lagi tampak pucat perawatan pasif dalam
yang dapat  Pemeriksaan Ny.R menerima
dilakukan untuk TTV menunduk perawatan
mengobati TD: 140/90 saat bercerita
penyakitnya mmHg
N : 89 x /
menit P : 22 x /
menit S: 36,5
0C
Kgd sewaktu :
220 mg/dl
SOSIAL  Ny.R merasa  Merasa  Pusing  Kontak mata  Hubungan  Ansietas
BUDAYA tidak berdaya khawatir dan  Mual ada tapi tidak Ny.R dengan ketidakberdayaan
dengan sedih kepada  Mulut tampak bertahan suami baik
Sering keadaannya suami yang kering lama  Hubungan
memikirkan suami sekarang yang mencari  Sulit tidur  Volume Ny.R dengan
dan anak-anak tidak bisa bekerja nafkah dan  Bahu terasa suara petugas
merasa kasihan bingung harus tegang mengecil kesehatan
kepada suami memikirkan bergantian  Konstipasi  Ny.R baik
yang harus bekerja anak-anak yang dengan  Tidak nafsu tampak  Ny. R tetap
keras untuk yang harus anaknya makan gelisah mengikuti
memenuhi merawatnya dan untuk  Ny.R tampak program
kebutuhan dan suaminya yang merawatnya lemas pengobatan
merawatnya setiap harus mencari setiap hari  Wajah Ny.R
hari. nafkah sendirian.  Merasa tampak pucat
 Ny.R berfikir ia bersalah
selalu karena
merepotkan merasa
suaminya bila merepotkan
terlalu lama suami
dalam keadaan  Merasa
seperti ini bosan
dengan
keadaan
sekarang
Pohon Masalah
Harga Diri Rendah SItusional

Ansietas

Ketidakberdayaan

Diabetes melitus
Sumber Koping

MATERIA
DIAGNOSA SOSIAL POSITIVE
PERSONAL ABILITY L TERAPI
KEPERAWATAN SUPPORT ASSETS BELIEFS
Ketidakberdayaan  Ny.R mampu  Ny. R mendapat  Sosial ekonomi  Ny. R berharap agar Terapi generalis:
menyebutkan dukungan dari anak Ny.R menengah tidak merepotkan • • SP 1-2
penyakitnya anak dan cucunya  Ny.R tinggal suami dan anak- ketidakberdayaan
 Ny.R mengakui bahwa ia  Saudara atau bersama suami anaknya lagi
merasa tidak berdaya kerabat dekat sering dan dua anaknya  Ny.R yakin bahwa Terapi spesialis:
untuk melakukan mengunjungi Ny.R yang belum Tuhan akan • Terapi Kognitif
aktivitas lebih karena menikah memulihkannya
penyakitnya dan  Biaya pengobatan  Ny. R berpikir bahwa
didukung dengan umur ditanggung BPJS mencegah lebih baik
yang sudah semakin dari pada mengobati
menua
Ansietas  Ny.R mampu  Ny.R mendapat  Sosial ekonomi  Ny.R percaya bahwa Terapi generalis
mengungkapkan dukungan dari Ny. R menengah petugas kesehatan SP 1-2 Kecemasan
perasaan cemas keluarga untuk Pengobatan akan membantunya
 Ny.R mengatakan bila kesembuhannya ditanggung BPJS  Ny.R berharap cepat Terapi spesialis:
cemasnya memuncak terutama dari  Jarak rumah sembuh agar tidak  Relaksasi napas
maka ia akan berdiam suaminya Ny.R dengan merepotkan dalam
diri di kamar  Suami dan anak tempat pelayanan Suaminya  Psikoedukasi
Ny.R bergantian kesehatan lebih keluarga
merawat pasien kurang 1 km  Psikoedukasi
keluarga
Harga Diri Renadh  Ny.R mampu  Ny.R mendapat  Sosial ekonomi  Ny.R percaya bahwa Terapi generalis:
Situsional menyebutkan dukungan dari Ny.R menengah petugas kesehatan  SP 1-2 harga
penyakitnya keluarga untuk  Ny.R tinggal di akan membantunya diri rendah
 Ny.R mengakui kesembuhannya rumah sendiri,  Ny.R berharap situsional
bahwa ia merasa terutama dari rumah cepat sembuh agar
tidak berharga suaminya permanen tidak merepotkan Terapi spesialis:
karena tidak bisa  Suami dan  Sarana dan suaminya Terapi kognitif
melakukan aktifitas keluarga Ny.R prasarana  Ny.R selalu
seperti biasa bergantian tersedia berdoa untuk
 Ny. R memilih menjaga dan  Biaya kesembuhan
berdiam diri di mengunjunginya pengobatan penyakitnya
dalam kamar ditanggung BPJS  Ny.R yakin bila
Jarak rumah Ny ia mengikuti
R dengan tempat petunjuk dan
pelayanan saran dari petugas
kesehatan kesehatan maka
(RSMM) lebih ia akan cepat
kurang 1 km sembuh
3.1.4 Mekanisme Koping

HAL YANG DILAKUKAN ANALISA

 Konstruktif:
 Ny.R mengatakan bila ada masalah, maka ia akan membicarakan  Ny.R mengatakan bila ada masalah, maka ia akan
dengan suami dan keluarga untuk mencari jalan keluarnya membicarakan dengan suami dan keluarga untuk
mencari jalan keluarnya
 Bila sakit Ny.R berobat ke pelayanan kesehatan  Bila sakit Ny.R berobat ke pelayanan kesehatan
 Ny.R taat menjalankan ibadah sesuai
 Ny.R taat menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya dengan keyakinannya
 Ny.R selalu berdoa kepada Tuhan untuk
 Ny.R selalu berdoa kepada Tuhan untuk kesembuhannya kesembuhannya.

 Destruktif : -
Status Mental

1. Penampilan Bersih, rapi, tidak tercium bau, Ny.R tampak lemas


2. Pembicaraan Bisa berbicara namun lambat
3. Aktivitas motoric Tubuh sulit digerakkan
4. Interaksi selama wawancara Cukup kooperatif,
5. Alam perasaan Sedih, merasa cemas ,takut dan bingung mengenai kondisi penyakit, suami dan anak-anaknya
6. Afek Datar
7. Persepsi Ny.R mengalami gangguan dalam proses sensori-persepsi
8. Isi piker Mengalami masalah karena sebagian memori terlupakan
9. Proses piker masalah karena sebagian memori terlupakan
10. Tingkat kesadaran Ny.R dapat menyebutkan kembali nama suami
11. Daya ingat Ny.R tidak dapat mengingat beberapa kejadian dalam hidupnya
12. Kemampuan berhitung Kemampuan berhitung cukup baik
13. Penilaian Ny.R belum mampu menyebutkan bagaimana caranya agar Ny.R lekas sembuh
14. Daya tilik diri Ny.R menyadari bahwa saat ini ia sdang sakit, Ny.R hanya bisa berdoa supaya lekas sembuh agar
tidak terus merepotkan suaminya. Ny.R menyadari ia memiliki suami, anak-anak dan keluarga
yang menyayanginya dan mendukung kesembuhannya
Kesimpulan : Mental Status Examination (MSE) tidak ada masalah gangguan jiwa, gangguan Ny.R lebih kepada Gangguan
Mental Emosional (GME/Psikososial)
3.2 Diagnosa Dan Terapi
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN TERAPI KEPERAWATAN DIAGNOSA MEDIS
Diabetes Melitus
1. Ketidakberdayaan

Terapi generalis:
Sp1: Bantu klien mengenal ketidakerdayaan dan latihan berpikir positif (affirmasi positif)
Sp2: Menjelaskan Manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan dengan
meningkatkan kemampuan mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan pasien
Terapi spesialis:
1. Terapi Kognitif

2. Ansietas
Sp1: Bantu klien mengenal ansietas (penyebab, proses terjadi, tanda gejala,akibat), melatih teknik relaksasi
napas dalam
Sp2: Melatih mengatasi ansietas dengan hipnotis lima jari dan melakukan distraksi menonton tv
 Terapi Spesialis: CBT

3. Harga Diri Rendah Situsional


Sp1: Bantu klien mengenal Harga diri rendah situsional (penyebab, proses terjadi, tanda gejala, akibat),
bantu klien mengidentifikasi keterbatasan dan kemampuan positif, afirmasi positif
Sp2: Latihan kemampuan positif
Terapi Spesialis: terapi kognitif
3.3 Implementasi Tindakan Keperawatan Dan Evaluasi
IMPLEMENTASI TINDAKAN KPERAWATAN EVALUASI
Tanggal : 08-13 Oktober 2021 Hari pertama
Jam : 14.00 -17.00 wib 08 Oktober
1. Menenangkan pasien S: Senang
2. Memahami keadaan pasien O:
3. Bantu klien mengenal ketidakberdayaan dan latihan berpikir - Klien mampu menceritakan ketidakberdayaannya, penyebab,
positif (affirmasi positif) proses terjadinya, dan akibatnya
4. Menjelaskan manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan - Klien mampu melakukan afirmasi positif dengan bantuan
mengontrol perasaan dengan meningkatkan kemampuan A: Ketidakberdayan (+)
mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan pasien P: Latihan afirmasi 3x sehari
5. Terapi Kognitif
6. Bantu klien mengenal ansietas (penyebab, proses terjadi, tanda Hari Kedua
gejala,akibat), melatih teknik relaksasi napas dalam 09 Oktober 2021
7. Melatih mengatasi ansietas dengan hipnotis lima jari dan S: Senang
melakukan distraksi menonton tv O:
8. Bantu klien mengenal Harga diri rendah situsional (penyebab, - Klien mampu mengidentifikasi hal positif yang dimiliki
proses terjadi, tanda gejala, akibat), bantu klien mengidentifikasi - Klien mampu mengontrol perasaan
keterbatasan dan kemampuan positif, latihan afirmasi positif - Klien mampu melakukan afirmasi mandiri
9. Latihan kemampuan positif A: Ketidakberdayaan (-)
P: Latihan afirmasi 3x/hari

Hari Ketiga
10 Oktober 2021
S: Senang
O:
- Klien mampu mengenal kecemasannya
- Klien mampu melakukan rileksasi napas dalam dengan
motivasi
A: Kecemasan (+)
P:
 Latihan teknik relaksasi napas dalam 3x/hari

Hari Keempat
11 Oktober 2021

S: Senang
O:
- Klien mampu mengungkapkan perasaannya
- Klien mampu melakukan terapi tarik napas dalam dengan
mandiri
- Klien mampu melakukan hipnotis lima jari dengan bantuan
- Klien mampu melakukan distraksi dengan menonton tv
dengan mandiri
A: Kecemasan (-)
P:
 Latihan tarik napas dalam 3x/hari
 Latihan hipnotis lima jari 1x/hari
 Latihan menonton tv 1 jam/hari

Hari Kelima
12 Oktober 2021
S: Senang
O:
- Klien mampu mengenal harga diri rendah situsionalnya.
- Klien mampu mengidentifikasi keterbatasan yang dimiliki
- Klien mampu mengidentifikasi kemampuan positif
- Klien mampu melakukan affirmasi positif dengan
mandiri A: Harga diri rendah situsional (+)
P:
 Melakukan Afirmasi Positif
Hari Keenam
13 Oktober 2021
S:
Senang
O:
- Klien mampu mengidentifikasi hal positif yang dimiliki
- Klien mampu berpikir tentang harapan masa depan dan
lebih semangat
- Klien mampu melakukan kemampuan positif
dengan bernyanyi
A: Harga diri rendah situsional
(-) P:
 Latihan afirmasi 2x/hari
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Tahap Pengkajian


Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber,
yaitu dari pasien dan tetangga sekitar. Maka penulis melakukan pendekatan
kepada pasien melalui komunikasi teraupetik yang lebih terbuka membantu
klien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi kepada
pasien. Adapun upaya tersebut yaitu :
a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada
klien agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan
perasaan.
b. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara dalam pengkajian ini,
penulis tidak menemukan kesenjangan karena ditemukan hal sama
seperti: di teori: ketidakberdayaan adalah persesi bahwa tindakan
seseorang tidak akan memengaruhi hasil secara signifikan; persepsi
kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang.

4.2 Tahap perencanaan


Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana
asuhan keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian
dan penentuan diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis
hanya menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan pohon
masalah keperawatan yaitu :ketidakberdayaan. Pada tahap ini antara
tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan sehingga penulis
dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung dengan
seringnya bimbingan dengan pembimbing.
Secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul saat pengkajian. Adapun upaya yang dilakukan
penulis yaitu :
1. Klien mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi
dan bersikap pasif.
2. Klien menunjukan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang

32
33

terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program


pengobatan
3. Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat
mengakibatkan ititabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.
Klien tidak melakukan praktik perawatan diri ketika ditantang. Klien
tidak ikut memantau kemajuan pengobatan. Klien menunjukan ekspresi
ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas atau
tugas sebelumnya. Klien menunjukan ekspresi keraguan tantang
performa peran.

4.3 Tahap Implementasi


Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah keperawatan
yakni: diagnosa keperawatan ketidakberdayaan merupakan keadaan emosi
dan pengalaman subyektif induvidu,tanpa objek spesifik karena
ketidaktahuan dan mendahului semua pengalaman yang di alami penyakit
Diabetes Melitus

4.4 Tahap Evaluasi


Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengenali dan mengekspresikan emosinya
c. Mampu mengenal ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif
(affirmasi positif)
d. Mampu menyebutkan manfaat mengembangkan harapan positif dan
latihan mengontrol perasaan dengan meningkatkan kemampuan
mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan pasien
e. Mampu mengenal ansietas (penyebab, proses terjadi, tanda
gejala,akibat), mampu melakukan teknik relaksasi napas dalam
f. Mampu mengatasi ansietas dengan hipnotis lima jari dan melakukan
distraksi menonton tv
34

g. Mampu mengenal harga diri rendah situsional (penyebab, proses terjadi,


tanda gejala, akibat), mampu mengidentifikasi keterbatasan dan
kemampuan positif, latihan afirmasi positif
h. Mampu melakukan kemampuan positif
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan diatas, maka penulis dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan
menjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung
data-data pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan
komunikasi terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara
perawat-klien. Pada kasus Jarang membersihkan ketidakberdayaan:
Diabetes Melitus.
2. Diagnosa keperawatan yang utama pada klien dengan ketidakberdayaan:
Diabetes Melitus.
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi
pertemuan pada pasien.
4. Evaluasi keperawatan yang dilakukan menggunakan metode
subyektif,obyektif,assessment dan planing.

5.2 Saran
1. Untuk institusi pendidikan
Diharapkan lebih meningkatkan pelayanan pendidikan yang lebih tinggi
dan menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional berwawasan global

2. Untuk keluarga
Diharapkan agar individu dan keluarga bisa mengerti tentang penyakit
diabetes melitus, dan meningkatkan perilaku hidup sehat dengan tujuan
meningkatkan kualitas hidup.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. American Diabetes Association. 2017. Standards Of Medical Care In


Diabetes- 2016. Diabetes Care. Vol 39(10)

2. Heyman, Mark. (2016). How Diabetes Impacts Your Mental Health.

3. IDF. (2021). What Is Diabetes. https://doi.org/10.15294/kemas.v10i2.3374

4. Keliat, B,A. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

5. Keliat, Budi Anna, dkk. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

6. Kemenkes RI. (2018). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. Pusat Data Dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI.

7. Maghfirah, S., Sudiana, I. K., & Widyawati, I. Y. (2015). Relaksasi Otot


Progresif Terhadap Stres Psikologis Dan Perilaku Perawatan Diri Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2),
137-146. https://doi.org/10.15294/kemas.v10i2.3374

8. Magrufi ali (2016). Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Mellitus. Jakarta:
Salemba Medika.

9. Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnose Medis Dan Nanda Nic – Noc. Jogjakarta : Mediaction

10. Pardede, J. A. (2020). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah


Kecemasan. https://osf.io/preprints/whjpv/

11. Pardede, J. A. (2020). Konsep Ketidakberdayaan


https://osf.io/preprints/hd3g6/

12. Pardede, J., Simanjuntak, G. V., & Manalu, N. (2020). Effectiveness Of Deep
Breath Relaxation And Lavender Aromatherapy Against Preoperative Patient
Anxiety. Diversity and Equality in Health and Care, 17(4), 168-173.
DOI: 10.36648/206 9-5471.17.4.209

13. Pardede, J. A., Simanjuntak, G. V., & Waruwu, J. F. A. P. (2020). Penurunan


Tingkat Kecemasan Pasien HIV/AIDS melalui Terapi Hipnotis Lima
Jari. Coping: Community of Publishing in Nursing, 8, 85-90.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/coping

14. Pardede, J. A., Hafizuddin, H., & Sirait, A. (2021). Coping Strategies Related
to Self-Esteem on PLWHA in Medan Plus Foundation. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 4(2), 255-262.

36
37

15. Pardede, J. A., Huda, A., Saragih, M., & Simamora, M. (2021). Verbals
Bullying Related To Self-Esteem On Adolescents. Jendela Nursing Journal
(JNJ), 5(1), 16-22. https://doi.org/10.31983/jnj.v5i1.6903

16. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2015. Konsensus Pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015.

17. Raharjo, M. (2018). Asuhan Keperawatan Ny. N dengan Diabetes Melitus di


Ruang Kirana Rumah Sakit TK. III DR. Soetarto Yogyakarta (Doctoral
dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta).

18. Indonesia, P. E. (2015). Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe


2 Di Indonesia. Pb. Perkeni.

19. Sahputra, D. (2021). Asuhan Keperawatan Psikososial: Ketidakberdayaan


Pada Tn. B Dengan Diabetes Mellitus. Indonesian Enterostomal Therapy
Journal, 1(1).

20. Sari, A., & Sofiani, Y. (2019). Efektifitas Perbandingan Buerger Allen
Exercise dan Senam Kaki terhadap Nilai ABI pada Penderita DM Tipe
II. Journal of Telenursing (JOTING), 1(1), 1-16.
https://doi.org/10.31539/joting.v1i1.492

21. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

22. Hulu, E. K., & Pardede, J. A. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operatif Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Jurnal
Keperawatan, 2(1), 12.

23. Yitno, Y., & Riawan, A. W. (2017). Pengaruh Jalan Kaki Ringan 30 Menit
terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Lansia Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(2), 8-15.
https://doi.org/10.30994/sjik.v6i2.2

24. Yusuf, R. S., & Wardan, I. Y. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan
Kesehatan Masyarakat Perkotaan Ketidakberdayaan Pada Klien Diabetes
Melitus Tipe II Di Ruang Antasena Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 3(2), 61-69.
38
25. 25.

39

Anda mungkin juga menyukai