Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

CASE REPORT

Pasien dengan ISK + Hipertensi + DM

Oleh:

Muhammad Ikhwan Fuadi


NIM 2008434564

Pembimbing:
Dr. dr. Jazil Karimi, Sp.PD. KEMD. FINASIM

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
PROVINSI RIAU
2021

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI – RSUD AA FEBRUARI Page 1


2021
NON-ALCOHOLIC FATTY LIVER DISEASE DAN HIPERTENSI
Muhammad Ikhwan Fuadi1, Jazil Karimi2
1
Penulis untuk korespondensi: Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Riau, Alamat: Jl. Diponegoro 1, Pekanbaru
E-mail: Tacun412@gmail.com
2
Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

Abstrak
Hipertensi merupakan “silent killer” (pembunuh diam-diam) yang secara luas
dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum.1 Hipertensi
merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor resiko
yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak
dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang
dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola
konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh.2 Sampai saat ini
hipertensi tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain meningkatnya
prevalensi hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah
diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit
penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortilitas3
Laporan kasus : Ny.M, dengan usia 59 tahun, datang ke Poli RSUD AA Pekanbaru
dengan nyeri saat BAK sejak 7 hari SMRS. Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan
rutin mengkonsumsi amlodipin 5mg. Pasien juga didiagnosis fatty liver 7 tahun
yang lalu karena berat badan pasien berlebih, namun pasien tidak memiliki
keluhan. 7 bulan SMRS pasien didiagnosis DM tipe 2 saat pasien dating ke klinik
dengan keluhan lemas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Coomposmentis
Kooperatif, BB : 71 kg, TB : 148 dengan IMT 32 (obesitas)
Kata kunci : Hipertensi, Diabetes mellitus, ISK, Fatty Liver
CASE REPORT

PENDAHULUAN (InaSH).5
Hipertensi atau tekanan darah tinggi TINJAUAN PUSTAKA
diderita oleh hampir semua golongan Hipertensi
masyarakat di seluruh dunia. Jumlah Defenisi
mereka yang menderita hipertensi terus Hipertensi adalah meningkatnya
bertambah; terdapat sekitar 50 juta (21,7%) tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
orang dewasa Amerika yang menderita mmHg dan atau diastolik lebih besar dari
hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%, 90 mmHg pada dua kali pengukuran
Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di dengan selang waktu 5 menit dalam
Indonesia, prevalensi hipertensi berkisar 6- keadaan cukup istirahat (tenang).6
15%.4 Hipertensi dapat mengakibatkan
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk komplikasi seperti stroke, kelemahan
dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi jantung, penyakit jantung koroner (PJK),
(underdiagnosed condition). Hal ini gangguan ginjal dan lain-lain yang
disebabkan tidak adanya gejala atau berakibat pada kelemahan fungsi dari
dengan gejala ringan bagi mereka yang organ vital seperti otak, ginjal dan jantung
menderita hipertensi. Sedangkan, yang dapat berakibat kecacatan bahkan
hipertensi ini sudah dipastikan dapat kematian. Hipertensi atau yang disebut the
merusak organ tubuh, seperti organ tubuh, silent killer yang merupakan salah satu
seperti jantung (70% penderita hipertens faktor resiko paling berpengaruh penyebab
(70% penderita hipertensi akan merusak penyakit jantung (cardiovascular).7,8
jantung), akan merusak jantung), ginjal, Klasifikasi
otak, mata otak, mata serta organ serta
Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga
organ tubuh lainnya. Sehingga, hiperten ya.
golongan yaitu hipertensi sistolik,
Sehingga, hipertensi disebut
4
hipertensi diastolik, dan hipertensi
sebagai silent killer .
campuran. Hipertensi sistolik (isolated
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal systolic hypertension) merupakan
dengan ketetapan JNC VIII (The Seventh peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti
Report of The Joint National Committee on peningkatan tekanan diastolik dan
Prevention, Detection, Evaluation and umumnya ditemukan pada usia lanjut.
Treatment of Hight Blood Pressure). Tekanan sistolik berkaitan dengan
Ketetapan ini juga telah disepakati Badan tingginya tekanan pada arteri apabila
Kesehatan Dunia (WHO), organisas jantung berkontraksi (denyut jantung).
(WHO), organisasi hipertensi International Tekanan sistolik merupakan tekanan
(ISH), maupun (ISH), maupun organisasi maksimum dalam arteri dan tercermin pada
hipertensi regional, termasuk Indonesia

3
CASE REPORT

hasil pembacaan tekanan darah sebagai Diabetes Mellitus


tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Defenisi
Hipertensi diastolik (diastolic
hypertension) merupakan peningkatan Menurut American Diabetes Association
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan (ADA) 2005, Diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan
tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada
karakteristik hiperglikemia yang terjadi
anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi karena kelainan sekresi insulin, kerja
diastolik terjadi apabila pembuluh darah insulin atau kedua-duanya. Sedangkan
kecil menyempit secara tidak normal, menurut WHO 1980 dikatakan bahwa
sehingga memperbesar tahanan terhadap diabetes melitus sebagai suatu kumpulan
aliran darah yang melaluinya dan problema anatomik dan kimiawi yang
merupakan akibat dari sejumlah faktor di
meningkatkan tekanan diastoliknya.
mana didapat defisiensi insulin absolut atau
Tekanan darah diastolik berkaitan dengan relatif dan gangguan fungsi insulin.11
tekanan arteri bila jantung berada dalam
Faktor Resiko
keadaan relaksasi di antara dua denyutan.
Hipertensi campuran merupakan Menurut American DiabetesAssociation
peningkatan pada tekanan sistolik dan (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor
risiko yang tidak dapat diubah
diastolik.9
meliputiriwayat keluarga dengan DM (first
1) Hipertensi esensial atau hipertensi degree relative), umur ≥45 tahun, etnik,
primer yang tidak diketahui penyebabnya, riwayatmelahirkan bayi dengan berat badan
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah
menderita DM gestasional dan riwayat lahir
sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang
dengan berat badan rendah (<2,5 kg) Faktor
mempengaruhinya seperti genetik, risiko yang dapat diubah meliputi obesitas
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar
simpatis, sistem renin-angiotensin, defek perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada
dalam ekskresi Na, peningkatan Na 10 dan laki-laki, kurangnya aktivitas fisik,
Ca intraselular, dan faktor-faktor yang hipertensi, dislipidemi dan diet tidak
sehat.12
meningkatkan risiko, seperti obesitas,
alkohol, merokok, serta polisitemia.10 Faktor lain yang terkait dengan risiko
diabetes adalah penderita polycystic
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi
ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom
renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab metabolikmemiliki riwatyat toleransi
spesifiknya diketahui, seperti penggunaan glukosa terganggu (TGT) atau glukosa
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi darah puasa terganggu (GDPT)
vaskular renal, hiperaldosteronisme sebelumnya, memiliki riwayat penyakit
kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau
primer, dan sindrom Cushing,
peripheral rrterial Diseases (PAD),
feokromositoma, koartasio aorta,
konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan
hipertensi yang berhubungan dengan merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan
kehamilan, dan lain-lain.10 kafein.13

4
1. Obesitas (kegemukan) Terdapat korelasi dengan peningkatan frekuensi DM tipe 2.
bermakna antara obesitas dengan kadar Walaupun kebanyakan peningkatan ini
glukosa darah, pada derajat kegemukan dihubungkan dengan peningkatan obesitas
dengan IMT > 23 dapat menyebabkan dan pengurangan ketidak aktifan fisik,
peningkatan kadar glukosa darah menjadi faktor-faktor lain yang berhubungan
200mg%.14 dengan perubahan dari lingkungan
2. Hipertensi Peningkatan tekanan darah tradisional kelingkungan kebarat- baratan
pada hipertensi berhubungan erat dengan yang meliputi perubahan-perubahan dalam
tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan
atau meningkatnya tekanan dari dalam dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah akan menganggu metabolisme gula darah
perifer.15 terutama pada penderita DM, sehingga
akan mempersulit regulasi gula darah dan
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus meningkatkan tekanan darah. Seseorang
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus akan meningkat tekanan darah apabila
diduga mempunyai gen diabetes. Diduga mengkonsumsi etil alkohol lebih dari
bahwa bakat diabetes merupakan gen 60ml/hari yang setara dengan 100 ml proof
resesif. Hanya orang yang bersifat wiski, 240 ml wine atau 720 ml. 15
homozigot dengan gen resesif tersebut yang
menderita Diabetes Mellitus.15 Faktor resiko penyakit tidak menular,
termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi
4. Dislipedimia Adalah keadaan yang dua. Yang pertama adalah faktor risiko
ditandai dengan kenaikan kadar lemak yang tidak dapat berubah misalnya umur,
darah (Trigliserida > 250 mg/dl). faktor genetik, pola makan yang tidak
Terdapat hubungan antara kenaikan seimbang jenis kelamin, status perkawinan,
plasma insulin dengan rendahnya HDL (< tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas
35 mg/dl) sering didapat pada pasien fisik, kebiasaan merokok, konsumsi
Diabetes. 15 alkohol, Indeks Masa Tubuh.16
5. Umur Berdasarkan penelitian, usia yang Klasifikasi
terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah
> 45 tahun. 15 1. Diabetes Melitus Tipe 1

6. Riwayat persalinan Riwayat abortus DM ini disebabkan oleh kekurangan


berulang, melahirkan bayi cacat atau insulin dalam darah yang terjadi akibat
berat badan bayi > 4000gram 15 kerusakan dari sel beta pankreas. Gejala
yang menonjol adalah sering kencing
7. Faktor Genetik DM tipe 2 berasal dari (terutama malam hari), sering lapar dan
interaksi genetis dan berbagai faktor mental sering haus, sebagian besar penderita DM
Penyakit ini sudah lama dianggap tipe ini berat badannya normal atau kurus.
berhubungan dengan agregasi familial. Biasanya terjadi pada usia muda dan
Risiko emperis dalam hal terjadinya DM memerlukan insulin seumur hidup. 17
tipe 2 akan meningkat dua sampai enam
kali lipat jika orang tua atau saudara 2. Diabetes Melitus Tipe 2
kandung mengalami penyakitini. 15 DM ini disebabkan insulin yang ada tidak
8. Alkohol dan Rokok Perubahan- dapat bekerja dengan baik, kadar insulin
perubahan dalam gaya hidup berhubungan dapat normal, rendah atau bahkan
meningkat tetapi fungsi insulin untuk disfungsi pada endotel serta kekakuan pada
metabolisme glukosa tidak ada atau kurang.
Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi dinding pembuluh darah. Terdapat pula
sehingga terjadi hiperglikemia, dan 75% gangguan pada metabolism NO di otot
dari penderita DM type II ini dengan
skeletal yang mengakibatkan turunnya
obesitas atau kegemukan dan biasanya
diketahui DM setelah usia 30 tahun. 17 kemampuan vasodilatasi pembuluh darah.

3. Diabetes Melitus Tipe lain Selain itu, kondisi diabetes juga dapat

4. DM Gestasional meningkatakan retensi sodium pada tubules


ginjal. Faktor-faktor ini selanjutnya akan
menyebabkan peningkatan volume darah
dan peingkatan resistensi perifer yang
berimbas pada peningkatan tekanan darah18

Gambar 1. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Patogenesis Hipertensi pada Diabetes


Mellitus.
Hipertensi adalah manifestasi gangguan
keseimbangan hemodinamik system
kardiovaskuler yang bersifat multi faktor Gambar 2. Patogenesis hipertensi pada
sindroma metabolik
sehingga tidak bisa diterangkan hanya
Diagnosis
dengan satu mekanisme tunggal. Hipertensi
dipengaruhi oleh 2 faktor utama yakni Diagnosis DM ditegakkan atas dasar
pemeriksaan kadar glukosa darah.
cardiac output (CO) dan total peripheral Pemeriksaan glukosa darah yang
resistance (TPR) yang masing-masing turut dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa
17 secara enzimatik dengan bahan plasma
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
darah vena. Pemantauan hasil pengobatan
Pada diabetes melitus terdapat dapat dilakukan dengan glukometer.
proses inflamasi yang terjadi terutama pada Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar
adanya glukosuria.18
pembuluh darah dan peningkatan RAAS.
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada
Proses ini selanjutnya akan menyebabkan
penyandang DM. Kecurigaan adanya DM
perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan
seperti:
Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia,
polifagia dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Gambar 4. Kadar Tes Laboratorium
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, Darah untuk diagnosis diabetes dan pre-
gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada diabetes
pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Tatalaksana Hipertensi pada Diabetes
Melitus
Pada semua pasien diabetes dengan
faktor risiko gangguan kardiovaskuler,
skrining kesehatan harus dilakukan paling
tidak 1 kali dalam setahun. Faktor risiko
tersebut antara lain hipertensi,
Gambar 3. Kriteria Diagnosis Diabetes
Mellitus dyslipidemia, merokok, riwayat PJK pada
keluarga, dan albuminuria. 18
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi
kriteria normal atau kriteria DM
digolongkan ke dalam kelompok Dietary Approaches to Stop Hypertension
prediabetes yang meliputi toleransi glukosa
terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa (DASH) merekomendasikan pembatasan
terganggu (GDPT). intake sodium (,2,300 mg/day),
 Glukosa Darah Puasa Terganggu peningkatan konsumsi buah dan sayuran (8-
(GDPT): Hasil pemeriksaan 10 sajian perhari), dan produk susu rendah
glukosa plasma puasa antara 100 -
125 img/dL dan pemeriksaan lemak (2-3 sajian perhari), hindari
TTGO glukosa plasma 2-jam < 140 konsumsi alcohol (tidak lebih dari 2 gelas
mg/dL
pada pria dan 1 gelas pada wanita) dan
 Toleransi Glukosa Terganggu
(TGT): Hasil pemeriksaan glukosa peningkatan aktifitas fisik. Walaupun
plasma 2 -jam setelah TTGO antara belum terdapat studi yang menjelaskan
140 – 199 mg/dL dan glukosa
plasma puasa < 100 mg/dL keberhasilan terapi diet dan latihan jasmani
 Bersama-sama didapatkan GDPT pada pasien hipertensi dengan diabetes.
dan TGT Namun pada pasien non diabetes dengan
 Diagnosis prediabetes dapat juga
ditegakkan berdasarkan hasil hipertensi, efek ini hampir sama jika
pemeriksaan HbA1c yang dibandingkan dengan terapi monoterapi
menunjukkan angka 5,7 - 6,4%.
farmokologi yang turut diberikan pada
pasien. 18

Menurut ADA target tekanan darah


pada pasien diabetes adalah <140/90
mmHg. Hal yang sama juga ditetapkan oleh
JNC 8. Target ini mengalami penurunan
dibadingkan panduan sebelumnya pada
JNC 7 yang menetapkan tekanan darah
pada pasien diabetes adalah 130/90 mmHg.
Hal ini disebabkan tidak terdapat outcome
yang bermakna antara tekanan darah
140/90 mmHg dan 130/80 mmHg terhadap
risiko kardiovaskuler. Pada pasien diabetes
dengan kehamilan, target tekanan darah
yang ditetapkan adalah 120–160/80–105
mmHg. 19

Pada terapi farmokologis, penggunaan obat


antihipertensi seperti ACE inhibitors (ACE-
I), angiotensin receptors blockers (ARB),
diuretic dan calcium chanel blockers
(CCB) memberikan efek yang cukup baik.
Pada pasien diabetes dengan hipertensi serta
albuminuria, penggunaan ACE-I atau ARB
memberikan outcome yang paling baik.19
LAPORAN KASUS memiliki gejala apapun. Kemudian
(Anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien diberi obat sesuai penyakit
dilakukan pada tanggal 22 September 2021 yang dimilikinya namun pasien
pukul 13.00 WIB) tidak ingat obat apa yang diberikan
Nama : Ny.M kepanya.
Umur : 59 tahun  Sejak 7 bulan SMRS pasien
Anamnesis : Autoanamnesis mengeluhkan badannya terasa
lemas, lemas diperberat jika pasien
Keluhan Utama beraktivitas, dan tidak hilang
Lemas yang memberat sejak 2 hari SMRS dengan istirahat. lemas muncul
Riwayat Penyakit Sekarang perlahan dan membuat pasien sulit

 Sejak 10 tahun SMRS pasien beraktivitas sehari-hari. pasien

mengeluhkan sering sakit pada silakukan pemeriksaan Gula Darah

pundak, sakit hilang timbul, Sewaktu dan didapatkan hasil GDS

berkurang dengan istirahat dan pasien tinggi namun pasien lupa

memberat apabila pasien terlalu nilai Gula Darah Pasien. Pasien

kelelahan. Kemudian pasien diberikan obat untuk menurunkan

berobat ke bidan sekitar rumah dan Gula darah Glimepiride 2mg

dinyatakan menderita hipertensi  Sejak 7 hari SMRS pasien

dengan tekanan darah 185/90. mengeluhkan nyeri saat BAK, nyeri

Hingga saat itu pasien rutin setiap BAK, nyeri sepanjang BAK,

mengkonsumsi amlodipin 5 mg. pasien juga mengeluhkan demam,

 Sejak 7 tahun SMRS pasien selalu demam terus menerus dan

rutin kontrol penyakit hipertensi berkurang dengan paracetamol yang

yang dideritanya, karena pasien dibeli di Apotek. Karena keluhan

memiliki bobot badan berlebih tidak berkurang pasien berobat di

dokter menyarankan pasien untuk RS AB dan dirawat selama 3 hari.

melakukan USG abdomen untuk  Pasien juga mengeluhkan nyeri

melihat keadaan hati pasien. Setelah perut kanan atas yang muncul

dilakukan pemerikaan ternyata bersamaan dengan keluhan lemas

terdapat perlemakan pada hati pasien. Nyeri dirasakan hilang

pasien. Namun pasien tidak timbul. Nyeri memberat saat


kelelahan dan saat makan terlalu
 Riwayat hipertensi (+) yaitu ibu
banyak, berkurang saat pasien kandung pasien
beristirahat. pasien merasakan mual
 Riwayat DM (+) yaitu ibu
dan muntah, tidak kehilangan nafsu
kandung pasien
makan, tidak terdapat penurunan
berat badan, tidak demam, tidak ada Riwayat pekerjaan, kebiasaan, dan

keluhan sakit kepala dan sakit pada sosial ekonomi :

otot.  Pasien seorang pensiunan PNS


 Pada penyakit DM tipe 2 yang  Pasien jarang berolahraga
diderita Pasien tidak merasakan
 Pasien suka mengkonsumsi
sering lapar, sering haus dan sering makanan berlemak
BAK dari biasanya, terutama pada
 Kebiasaan merokok (-), alkohol (-
malam hari + 5 kali. Berat badan
)
pasien tidak semakin ada
 Riwayat minum jamu atau herbal
penurunan. Tidak ada rasa
(-)
kesemutan pada tangan dan kaki
 Riwayat konsumsi obat-obatan
ataupun pandangan kabur. Buang
jangka lama (+) yaitu obat
air besar tidak ada keluhan.
hipertensi dan DM

Riwayat Penyakit Dahulu :


PEMERIKSAAN FISIK
 Riwayat hipertensi (+)
Keadaan umum : sakit ringan
 Riwayat DM (+)
Kesadaran : Komposmentis
 Riwayat sakit jantung (-)
TD : 174/96 mmHHg
 Riwayat penyakit ginjal (-) Nadi :120x/menit reguler,
 Riwayat keganasan (-) cukup.
Pernafasan :24x/menit,
Abdominotorakal
Riwayat Penyakit Keluarga: Suhu : 36,6oC

 Tidak ada riwayat penyakit dalam Keadaan gizi : baik

keluarga yang berhubungan BB : 71 kg

dengan keluhan pasien. TB : 148 cm


IMT : 32,4kg/m2 →Obesitas
Pemeriksaan Khusus: Batas jantung kiri : linea
Kepala midclavicular sinistra SIK V
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera
- Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2
ikterik (-), pupil bulat, isokor
normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
dengan diameter 3mm/3mm,
reflek cahaya langsung dan tidak Abdomen :
langsung +/+, mata cekung (-/-)
- Inspeksi : Perut membuncit ,
Lidah : Tidak kotor, faring tidak
venektasi (-)
hiperemis, tonsil T1-T1.
- Auskultasi : Bising usus (+) 8x/ menit
Leher : KGB tidak membesar, JVP 5+2
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-
cm H2O
), hepar dan lien tidak
Toraks
teraba, Ballotement (-/-)
Paru :
- Perkusi : Timpani seluruh regio
- Inspeksi : Statis : Dada simetris kiri
abdomen
dan kanan
Ekstremitas :
Dinamis: Gerak nafas
• Superior : Akral hangat, CRT< 2
simetris kiri dan kanan,
detik, Pucat (-/-), sianosis (-),pitting
tidak ada bagian yang
edema (-), ulkus (-),Turgor kulit
tertinggal
dalam batas normal
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan =
• Inferior : Akral hangat, CRT< 2
kiri, suara napas tertinggal (-)
detik, Pucat (-/-), sianosis (-),pitting
- Perkusi : Sonor diseluruh lapangan
edema (-), ulkus (-),Turgor kulit
paru.
dalam batas normal
- Auskultasi : Vesikuler kedua lapangan
paru, ronki (-), wheezing (-)
Pemeriksaan penunjang
Jantung :
Darah rutin
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
o Hb : 10,3 gr%
- Palpasi : ictus cordis teraba pada
o Leukosit : 9.130/mm3
midclavikularis sinistra SIK
o Trombosit : 122.000/mm3
V
o Eritrosit : 3.850.000/mm3
- Perkusi : Batas jantung kanan :
o Hematokrit : 30,3 %
Linea Sternalis Dekstra IV
o Glukosa : 206 mg/dl
o Na : 138 mmol/L 2. DM tipe 2 tidak terkontrol, Obesitas
o K : 3,9 mmol/L tanpa komplikasi
o Cl : 108 mmol/L
o HbA1c : 8,4% Rencana Pemeriksaan penunjang
1. Biopsy hati
RESUME
2. USG Abdomen
 Ny.M, 59 tahun, datang ke Poli
3. Cek profil lipid
RSUD AA Pekanbaru dengan
4. SGOT dan SGPT
keluhan utama lemas yang
5. Cek GDP
memberat sejak 2 hari SMRS.
6. Cek fungsi ginjal
Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu
dan rutin mengkonsumsi amlodipin
Tatalaksana Poli :
5mg. Pasien juga didiagnosis fatty
Glimepiride 2 mg 1-0-0 ac pagi
liver 7 tahun yang lalu karena berat
Amlodipin 10 mg 1x1
badan pasien berlebih, namun
awalnya pasien tidak memiliki
PEMBAHASAN
keluhan. 7 bulan SMRS pasien
Pasien telah didiagnosis hipertensi
didiagnosis DM tipe 2 saat pasien
sejak 10 tahun SMRS, pasien rutin kontrol
dating untuk kontrol penyakit
hipertensi yang dideritanya namun tidak
hipertensi.
ada perbaikan, tekanan darah pasien dan
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan
pola hidup yang tidak dijaga pasien.
TD : 174/96 mmHHg
Dimana pasien menderita obesitas > 20
BB : 71 kg, TB : 148 dengan IMT
tahun sehingga berefek pada organ seperti
32 (obesitas)
hati. Pasien didiagnosis memiliki
 Pada pemeriksaan penunjang :
perlemakan pada hati dengan tanpa gejala,
GDP : 206 mg/dl
hal ini disebabkan oleh hipertensi dan pola
HbA1c : 8,4% hidup pasien. Pasien suka makan berlemak
dan tidak berolahraga.

DAFTAR MASALAH
1. Hipertensi tidak terkontrol, Adanya infeksi pada tubuh akan

Obesitas dengan perlemakan hati mengaktifkan respons stress melalui kerja


hormon kortisol, katekolamin, dan
glukagon. Hormon-hormon ini akan
berkerja meningkatkan glukoneogenesis di
hati, katabolisme protein di otot lipolisis di
sel adiposa dan glikogenolisis di sel hepar
serta penurunan utilisasi glukosa ke dalam
sel. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
kadar glukosa darah yang mendadak di
dalam darah.
Selain itu sel-sel tubuh, terutama sel-sel
otot akan mengalami penurunan pemakaian
glukosa sebagai akibat aktifnya mekanisme
stress yang terjadi. Hal ini menyebabkan
keluhan badan lemas pada pasien akan
semakin berat. Sejalan dengan hal tersebut
gejala hipertensi pada pasien akan turut
memberat yang diakibatkan adanya
peningkatan dari sistem saraf simpatis.

Kesimpulan
Hipertensi pada diabetes melitus
merupakan salah satu komplikasi yang
dapat timbul sebagai akibat progresifitas
penyakit yang terus memberat. Tatalaksana
hipertensi pada diabetes melitus tidak jauh
berbeda dari yang lainnya yang
menitikberatkan pada penggunaan obat
ACE-I ataupun ARB yang dapat
dikombinasikan dengan obat lainnya.
Target terapi yang ditentukan adalah
<140/90 mmHg.
DAFTAR PUSTAKA (WHO/International Society of
Hypertension
1. Kusmana D. 2009. Hipertensi:
definisi, prevalensi, farmakoterapi 8. British Hypertension Society
dan Latihan fisik. Departemen Guidelines for management of
Kardiologi dan Kedokteran hypertension: Report of the Fourth
Vaskular FKUI. Working Party for the British
Hypertension Society. 1 Hum
2. Kak No10b6. Hipertensi Essensial. Hypertension 200418139-85 6
Dalam: Sudoyo WA, et al. Buku Evidence-Based Recommendation
Ajar ilmu Penyakit dalam Jilid 1. Task Force of the Canadian
Edisi ke-4. Pusat penerbitan Hypertension Education Program
Departemen Ilmu Penyakit Dalam 2011. Canadian Hypertension
FKUI. Jakarta. Education Program
Recommendation January 2011.
3. Cheung BWY. 2010. Dalam
Cheung BMY. 2012. Nice new 9. Rosendort C. Black HR, Cannon CP
hypertension guidelines. World e al Treatment of hypertension in
Journal of Hypertension 2 (5): 45-9. the prevention and management of
ischemic heart disease Ascientific
4. Dosh SA, 2001. The diagnosis of statement from the American Heart
essential and secondary Association Council for High Blood
hypertension in adults. J.Fam Pract Pressure Rearch and the Councils
50:707-712. Dalam: Muchid A et al. on Clinical Cardiology and
2006. Epidemiology and Prevention
Circulation 2007,115213271-27
5. Dipiro, Josep T., et all. 2008.
Pharmacotherapy, A 10. Mocker. N Engl J Med. 20054 50
Pathophysiologic Approach 7" Whelton PK. He 1. Appel LJ et al
edition. The Mc Graw Hill Primary Prevention of
Companies. Hypertension: Clinical and Public
Health Advisory From the National
6. Mancia G, Laurent S, et al.2009. High Blood Pressure Education
Reappraisal of European guidelines Program.
on hypertension management: a
European Society of Hypertension 11. American Diabetes Association.
Task Force document Giuseppe.
Journal of Hypertension 2009 Diagnosis and classification of
diabetes mellitus. Diabetes Care.
7. Kaplan NM. Frimary hypertensions
pathogenesis Kaplan's dnical 2010;33(SUPPL. 1):63-69.
hypertension 10 edition.
Philadelphia Lippincot Williams &
Wilkin 2010 p. 44-108 2 Withworth 12. Govindarajan G, R. Sowers J, S.
JA. World Health Organization Stump C. Hypertension and
International Society of
Hypertension Writing Group, 2005 Diabetes Mellitus. Eur Cardiovasc
World Health Organization Dis. 2006;1(1):1-7.
Tocci G. Understanding and
13. International Diabetes Federation. treating hypertension in diabetic
IDF diabetes atlas - seventh edition. populations. Cardiovasc Diagn
Int Diabetes Fed. 2015:12-15. Ther. 2015;5(5):353-363.
doi:10.3978/j.issn.2223-
14. Campbell NRC, Leiter LA, 3652.2015.06.02.
Larochelle P, et al. Hypertension in
diabetes : A call to action. 17. Haris S, Tambunan T. Hipertensi
2009;25(5):299-302. pada Sindrom Metabolik. Sari
Pediatr. 2009;11(4):257-263.
15. Tsimihodimos V, Gonzalez-
villalpando C, Meigs JB, Ferrannini 18. American Diabetes Association.
E. Hypertension and Diabetes Standards of Medical Care in
Mellitus Coprediction and Time Diabetes 2017. J Clin Appl Res
Trajectories. Hypertension. Educ. 2017;40(1).
2018;1(1):1-7.
19. PB PERKENI. Konsensus
doi:10.1161/HYPERTENSIONAH
pengelolaan dan pencegahan
A.117.10546. diabetes melitus tipe 2 di Indonesia.
Jakarta; 2011.
16. Volpe M, Battistoni A, Savoia C,

Anda mungkin juga menyukai