SUPRAVENTRICULAR TACHYCARDIA
(SVT) + STEMI
Disusun oleh :
ULFA HUSNUL HULUKI
2008434568
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
KJF KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
2021
Case Report
PENDAHULUAN
Aritmia didefinisikan sebagai irama jantung yang bukan berasal dari nodus SA dan
menghasilkan sinus aritmia, baik bradikardia ataupun takikardia yang merupakan irama
denyut jantung yang abnormal. Aritmia dapat menyerang berbagai usia, baik usia muda
maupun usia lanjut. Berdasarkan letak lokasinya, aritmia dibagi menjadi kelompok aritmia
supraventrikular yaitu lokasi di atrial termasuk AV node dan berkas his kemudian aritmia
ventrikular yaitu lokasi di ventrikel mulai dari infra his bundle.1 Aritmia supraventrikular
merupakan kelainan sekunder akibat penyakit jantung atau ekstra kardiak, namun dapat juga
merupakan kelainan primer. Pada aritmia supraventricular gelombang QRS lebih sempit dan
mirip normal. Aritmia supraventricular dibagi menjadi premature beat atau ekstrasistol yang
bersifat tidak menetap dan takikardi aritmia yang bersifat menetap.2
Supraventricular tachycardia (SVT) adalah takikardia atrium yang ditandai dengan
awitan mendadak dan penghentian mendadak. Gangguan irama ini dapat terjadi karena faktor
pencetus seperti emosi, tembakau, kafein, kelelahan, pengobatan simpatomimetik atau
alkohol. Gejala yang umum terjadi pada penderita SVT adalah palpitasi, pusing dan nafas
pendek serta SVT ini seringkali disebabkan oleh pemicu ektopik dan dapat timbul dalam
salah satu atrium. Takikardi dapat mulai dan berhenti secara mendadak atau bertahap. Pada
ektopik atrium, gelombang P terbentuk abnormal dimana gelombang P tumpang tindih
dengan gelombang T, diikuti oleh kompleks QRS yang normal. 3 Mekanisme aritmia pada
SVT bisa merupakan otomatisitas abnormal, triggerred activity dan re-entry.4
Kebanyakan SVT merupakan takikardia regular yang disebabkan re-entry, suatu
irama abnormal yang gelombang depolarisasinya berjalan secara berulang pada lingkaran
jaringan jantung. Jalur re-entry pada takikardia supraventrikular dijumpai di nodal AV
(50%), jalur aksesoris lain (40%) serta di atrium atau nodal SA (10%). 4 Aritmia ini bukan
diakibatkan sirkuit yang bersirkulasi tetapi diakibatkan fokus otomatisitas yang terangsang.
Tidak seperti pola mendadak dari re-entry, karakteristik awitan dan terminasi dari takiaritmia
ini lebih bertahap dan mirip dengan bagaimana nodus sinus bekerja dalam mempercepat dan
menurunkan denyut jantung secara bertahap. Aritmia ini sulit ditangani dan tidak responsif
terhadap kardioversi dan biasanya dikontrol secara akut menggunakan obat yang
memperlambat konduksi melalui nodus AV dan kemudian akan memperlambat denyut
ventrikel.5
Epidemiologi
Penelitian yang dilakukan oleh the Marsfield Epidemiologic Study Area (MESA)
mengatakan bahwa prevalensi SVT adalah 2,25 kasus per 1000 orang dengan kejadian 36
kasus per 100.000 orang/tahun. Atrioventricular nodal re-entry tachycardia (AVNRT) lebih
sering terjadi pada pasien yang berusia menengah atau lebih tua. Jenis kelamin juga
mempengaruhi terjadinya angka kejadian SVT, pada perempuan 2 kali lebih beresiko
mengalami SVT daripada laki-laki.6
Etiologi
1. Idiopatik, ditemukan pada hampir setengah jumlah pasien.
2. Sindrom Wolf Parkinson White (WPW), terdapat pada 10-20% kasus dan terjadi
hanya setelah konversi menjadi sinus aritmia.
Sindrom WPW adalah suatu sindrom dengan interval PR yang pendek dan interval
QRS yang lebar yang disebabkan oleh hubungan langsung antara atrium dan ventrikel
melalui jaras tambahan.5 Sindrom WPW merupakan suatu fenomena menarik yang terlihat
pada sejumlah individu dengan aritmia atrium paroksismal. Sindrom WPW adalah konduksi
AV (atrioventrikular) yang dipercepat. Pengidap sindrom WPW memiliki tamb ahan
hubungan jaringan nodus atau otot yang menyimpang (berkas Kent) antara atrium dan
ventrikel. Berkas ini menghantar lebih cepat dibandingkan hantaran nodus AV yang lambat
dan satu ventrikel terangsang lebih awal. Manifestasi pengaktifannya bergabung dengan pola
QRS yang normal dan menghasilkan interval PR yang pendek dan pemanjangan defleksi
QRS yang tidak mulus pada bagian atasnya (delta wave). Dapat dilihat pada gambar berikut:
Patofisiologi
Mekanisme supraventrikular takikardi adalah atrioventricular nodal reentrant
tachycardia (AVNRT), atrioventricular reciprocating (reentrant) tachycardia (AVRT), dan
atrial tachycardia.7
1) Atrioventricular Nodal Reentrant Tachycardia (AVNRT)
AVNRT timbul karena adanya reentrant yang menghubungkan antara nodus AV dan
jaringan atrium. Nodus AV pada AVNRT memiliki dua jalur konduksi yaitu jalur konduksi
cepat dan jalur konduksi lambat. Jalur konduksi lambat yang terletak sejajar dengan katup
trikuspid, memungkinkan reentrant sebagai jalur impuls listrik baru melalui jalur tersebut,
keluar dari nodus AV secara retrograde (yaitu, mundur dari nodus AV ke atrium) dan secara
anterograde (yaitu, maju dari nodus AV ke ventrikel) dalam waktu bersamaan. Depolarisasi
atrium dan ventrikel yang bersamaan, mengakibatkan gelombang P jarang terlihat pada
gambaran EKG, meskipun depolarisasi atrium akan memunculkan gelombang P pada akhir
kompleks QRS pada lead V1.7
Gambar 2.3. Proses terjadinya atrioventricular nodal reentrant tachycardia dan gambaran
EKG yang timbul
Gambar 2.5 Proses terjadinya atrial tachycardia dan gambaran EKG yang timbul.
Gejala Klinis
Gejala klinis takikardia supraventrikular (SVT) biasanya dibawa karena mendadak
gelisah, bernafas cepat, tampak pucat, muntah-muntah, laju nadi sangat cepat sekitar 200-300
per menit, tidak jarang disertai gagal jantung atau kegagalan sirkulasi yang nyata. 11
Takikardia supraventrikular pada pasien serangan awal disebabkan oleh sindrom WPW, baik
yang manifes maupun yang tersembunyi (concealed) sering menyebabkan pasien dibawa ke
dokter karena rasa berdebar dan perasaan tidak enak.10
Kepaniteraan Klinik Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FK UNRI 7
Case Report
SVT kronik dapat berlangsung selama berminggu-minggu bahkan sampai bertahun-
tahun. Frekuensi denyut nadi yang lebih lambat, berlangsung lebih lama, gejalanya lebih
ringan dan juga lebih dipengaruhi oleh sistem susunana saraf autonom. Sebagian besar pasien
terdapat disfungsi miokard akibat SVT pada saat serangan atau pada SVT sebelumnya. Gejala
klinis lain SVT dapat berupa palpitasi, lightheadness, mudah lelah, pusing, nyeri dada, nafas
pendek dan bahkan penurunan kesadaran. Pasien juga mengeluh lemah, nyeri kepala dan rasa
tidak enak di tenggorokan 11
Risiko terjadinya gagal jantung sangat rendah pada anak dan remaja dengan SVT tapi
risikonya meningkat pada neonatus dengan SVT, neonatus dengan WPW dan pada anak
dengan penyakit jantung. Bila takikardi terjadi saat fetus, dapat menyebabkan timbulnya
gagal jantung berat dan hidrops fetalis.12
Diagnosis
Diagnosis SVT berdasarkan pada gejala dan tanda sebagai berikut:,9,10,11
a. Sulit minum, muntah, mudah mengantuk, mudah pingsan, keringat berlebihan. Bila gagal
jantung, maka dapat menjadi pucat, batuk, distress respirasi dan sianosis.
b. Palpitasi, nyeri dada, pusing, kesulitan bernapas, pingsan.
c. Palpitasi, nyeri dada, pusing, kesulitan bernapas, pucat, keringat berlebihan, mudah lelah,
toleransi latihan fisik menurun, kecemasan meningkat dan pingsan.
d. Denyut jantung :150 – 250 kali/menit.
e. Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi
jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
f. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
g. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
h. Napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada
gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
i. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial);
kehilangan tonus otot/kekuatan
j. EKG:
- Laju : 100-250x/menit
- Irama: regular
Gambar 2.7 Diagnosis Banding untuk Takikardi dengan gambaran QRS sempit
Penatalaksanaan
1. Manuver vagal
Manuver vagal dan adenosin merupakan pilihan terapi awal untuk terminasi SVT
stabil. Manuver vagal atau pijat sinus karotid akan menghentikan hingga 25% SVT.
2. Adenosin
Anamnesis
Autoanamnesis dan Alloanamnesis
Keluhan Utama
Jantung berdebar – debar disertai sesak nafas sejak 1 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Arifin Achmad dengan keluhan jantung berdebar-debar
disertai sesak nafas yang semakin memberat sejak 1 hari SMRS. Jantung berdebar-debar dan
sesak nafas timbul mendadak dan hilang timbul dengan durasi lebih dari 1 jam. Sesak nafas
timbul saat pasien melakukan aktivitas dan keluhan tidak menghilang saat pasien istirahat.
Sesak tidak di pengaruhi oleh makanan, cuaca, maupun debu. Sesak diperberat saat
berbaring, pasien juga sering terbangun dimalam hari dikarenakan sesak dan lebih nyaman
saat tidur dengan bantal ditinggikan. Pasien juga mengaku mengeluhkan kaki bengkak di
sebelah kanan. Keluhan lemas (+), batuk (+), demam (-), nyeri dada (-), pusing (+), mual
(+), muntah (-), keringat dingin (+). Riwayat terjatuh disangkal, nyeri saat bernafas (-)
Karena keluhan tersebut, pasien dibawa ke IGD RSUD Arifin Achmad untuk penanganan
lebih lanjut.
3 minggu SMRS Pasien mengeluhkan sesak napas. Muncul saat pasien beraktivitas
berat dan berkurang saat pasien beristirahat. Pasien langsung dibawa ke puskesmas, dan
diberikan oksigen. Setelah 3 hari, pasien mengeluhkan keluhan yang sama, lalu dirujuk ke
RSUD Arifin Achmad dan dirawat inap selama 2 minggu. Menurut pengakuan keluarga
pasien setelah dirawat, pasien mengalami gangguan pada jantung dan pasien diindikasikan
untuk pemasangan kateter jantung, namun pasien tidak bisa melanjutkan pemasangan kateter
dikarenakan tekanan darah pasien tidak stabil, dan setelah keluhan pasien berkurang, pasien
RSUD AA. Keluhan disertai lemas, demam (-) batuk (-), mual (+), muntah (-), keringat
dingin (+).
Pemeriksaan Fisik
Kepala dan leher :
• Kepala : Normocephal, jejas (-)
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Telinga : keluar cairan (-), keluar darah (-)
• Hidung : napas cuping hidung (-), keluar cairan (-), keluar darah (-)
• Mulut : Mukosa bibir sianosis (-), pucat (-), kering (-)
• Leher : JVP (5 + 3 cmH2O), pembesaran KGB dan tiroid (-)
Pemeriksaan Toraks
1. Paru:
Inspeksi :
Statis : Simetris kiri dan kanan, retraksi iga (-), deformitas (-)
Dinamis : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dad
a yang tertinggal (-/-)
Palpasi : vokal fremitus melemah kanan dan kiri
Perkusi : Redup pada kedua lapangan basal paru
Auskultasi : Vesikuler (-/-), wheezing (-/-), ronkhi (+/+)
2. Jantung:
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di linea midclavicula sinistra SIK VI
Pemeriksaan Extremitas
Ekstremitas atas: Akral dingin, pitting edema (-/-), CRT <2 detik,
sianosis (-)
Eksremitas bawah: Akral dingin, pitting edema (-/+), CRT <2 detik,
sianosis (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (29/11/2021)
Darah rutin
HB : 12,2 g/dl
Leu : 9,96 x 103 uL
Trom : 323 x 103 uL
Erit : 4,25 x 106 uL
HT : 37,6 %
Hitung jenis
Basofil : 0,5%
Eusinofil : 0,5% (L)
Neutrofil : 76,2% (H)
Limfosit : 16,9% (L)
Monosit : 5,9%
Kimia Klinik
Albumin : 3,7 g/dl
Elektrolit
Natrium : 137 mmol/l
Kalium : 5,3 mmol/l
Chloride : 102 mmol/l
Imunologi
Tromponin I kuantitatif : 4240 ng/L positif (HH)
(01/12/2021)
Kimia Klinik
Asam urat : 12,6 mg/dL (H)
Kolestrol total : 156 mg/dL
Kolestrol HDL: 24 mg/dL (L)
Kolestrol LDL: 114,0 mg/dL
Trigliserida : 90 mg/dL
Elektrolit
Natrium: 138 mmol/L
Kalium : 5,1 mmol/L
Kesimpulan:
Pada anamnesis ditemukan pasien mengeluhkan berdebar-debar disertai sesak nafas secara
mendadak. Pemeriksaan fisik arteri radialis teraba cepat dan reguler. Pemeriksaan penunjang
EKG ditemukan sinus takikardi, regular, frekuensi nadi 150x/menit, sebagian besar
gelombang P tertutupi oleh gelombang T.
Diagnosis
Supraventrikular Takikardi + STEMI
Daftar Masalah
Supraventrikular Takikardi+STEMI
Efusi Pleura
Acute Kidney Injury
Penatalaksanaan/Instruksi
Non famakologi
Maneuver vagal
Bedrest, pantau keadaan umum dan TTV
Posisi semi fowler
Kepaniteraan Klinik Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FK UNRI 19
Case Report
Oksigen nasal kanul 3L/menit
Farmakologi
a. IVFD RL 20 tpm/24 jam
b. Inj. Ondancentron 8 mg 3x1
c. Inj. Fargoxin 3x0,5 amp
d. Inj. Lovenox 0,6 2x1
e. Inj. Lansoprazole 30 mg 2x1
f. Rebamipid 100mg 3x1
g. Nitrogliserin 2x2,5mg
h. Atorvastatin 20mg
i. Ramipril 2,5 mg 1x1
j. Acetylsalicylic Acid 80mg 1x1
k. ISDN 5mg 3x1
l. Clopidogrel 75mg 1x1
Edukasi
Edukasi mengenali tanda dan gejala secara mandiri
Ajarkan cara menghitung nadi
Edukasi tindakan awal yang harus dilakukan ketika timbul tanda dan gejala, seperti
istirahat, bila keluhan tidak hilang harus segera ke pelayanan kesehatan terdekat
Teratur minum obat
Pemeriksaan Anjuran
Elektrokardiogram ulang
Echocardiografi
Pungsi Pleura
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan bahwa diagnosis pasien adalah Supraventrikular Takikardia (SVT). Manifestasi
klinis yang didapat dari anamnesis yaitu palpitasi secara tiba-tiba, sesak nafas muncul saat
pasien sedang beraktivitas berat dan keluhan tidak berkurang dengan istirahat, mual, pusing
dan lemas. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, riwayat merokok, serta
memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak dan jarang berolahraga.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai nadi meningkat yaitu 163x/menit. Kemudian data
pemeriksaan penunjang laboratorium pada tanggal 29 November ditemukan peningkatan
AST, peningkatan ALT, peningkatan ureum, peningkatan kreatinin, peningkatan asam urat,
peningkatan tromponin I kuantitatif. Hasil foto thoraks ditemukan adanya kardiomegali dan
efusi pleura bilateral, pada hasil elektrokardiografi (EKG) tanggal 29 November saat pasien
masuk IGD AA didapatkan hasil SVT dengan HR 150 x/menit.
Supraventrikular takikardia merupakan salah satu jenis takidisritmia yang ditandai
dengan perubahan denyut jantung yang mendadak bertambah cepat dengan frekuensi jantung
pasien diatas 100 kali per menit, yang disebabkan oleh impuls listrik yang berasal di atas
ventrikel jantung. Kelainan SVT mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi diatas
bundle of his.
Penatalaksanaan pada kasus ini ketika di IGD adalah dilakukan pemberian oksigen 3
liter yang adekuat yang berfungsi untuk mencegah disfungsi end organ dan serangan gagal
organ yang multipel. Pada pasien ini sebaiknya dilakukan maneuver vagal sebelum terapi
farmakologi yang bertujuan untuk meningkatkan tonus parasimpatik dan memperlambat
konduksi ke AV node sehingga frekuensi jantung akan menurun. Pasien ini juga diberikan
terapi anti aritmia berupa amiodaron, amiodaron merupakan salah satu anti aritmia yang
dapat mengendalikan detak jantung dan meningkatkan kekuatan serta efisiensi jantung
sehingga sirkulasi darah menjadi baik. Pasien ini juga diberikan Lansoprazole untuk menekan
asam lambung, Obat ini bertujuan untuk menekan produksi asam lambung. Obat ini diberikan
karena pasien memiliki keluhan mual.
Evaluasi tetap dilakukan dengan melakukan EKG perhari. Follow up pasien telah
dilakukan untuk melihat perbaikan kondisi pasien dan ditemukan hasilnya menunjukkan
keluhan berdebar-debar dan sesak napas pasien sudah mulai berkurang.