PENDAHULUAN
Jantung memiliki sistem elektrik yang mengkoordinasi denyutan dari
keempat ruang yang dimiliki oleh jantung. Normalnya, aktivitas elektrik jantung
ini bermula atau berawal dari sebuah area kecil yang terletak di atrium kanan yang
disebut dengan SA node (sinoatrial node). Kelistrikan jantung dimulai dari area
ini secara otomatis dan kemudian menjalar ke kedua atrium. Aktivitas listrik
kemudian menjalar menuju ventrikel sehingga ventrikel mampu memompakan
darah ke seluruh tubuh.1
Aritmia merupakan adanya irama denyut jantung yang tidak normal.
Aritmia dapat didefinisikan dengan irama jantung yang bukan berasal dari nodus
SA dan menghasilkan sinus aritmia, baik bradikardia ataupun takikardia.2
Dalam menilai irama jantung, disamping menilai frekuensi yang teratur
ataupun tidak, dilihat pula tempat asal irama tersebut. Nodus SA merupakan fokus
irama jantung yang paling dominan, sehingga pada umumnya irama jantung
adalah sinus. Bila nodus SA tidak dapat lagi mendominasi fokus lainnya, maka
irama jantung akan ditentukan oleh fokus lainnya.2 Dalam keadaan istirahat,
jantung normalnya berdenyut dengan irama yang teratur, yaitu 60 sampai 100 kali
per menit. Karena setiap denyut berasal dari depolarisasi nodus sinus, irama ini
disebut irama sinus. Pada aritmia, irama yang timbul bukan dari nodus SA,
iramanya tidak teratur, frekuensinya bisa kurang dari 60x/menit yang disebut
bradikardia atau yang lebih dari 100x/menit atau disebut takikardia.2
Berdasarkan letak lokasinya, aritmia dapat dibagi menjadi
kelompok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Aritmia Supraventrikular merupakan aritmia yang berasal dari atrium
termasuk AV node dan berkas His. Takikardia supraventrikular atau yang disebut
paroksimal supraventrikular takikardi adalah aritmia yang sering ditemui.
Munculnya mendadak, biasanya dicetuskan oleh denyut supraventrikular prematur
(atrium atau tautan) dan hilangnya juga mendadak.2,4
Supraventrikular takikardi adalah suatu jenis takiaritmia yang ditandai
dengan adanya perubahan denyut jantung yang terjadi secara mendadak dan
bertambah cepat. Perubahan denyut jantung pada bayi yang mengalami SVT
umumnya berkisar 220 280 x/menit. 5 pada anak-anak yang berusia lebih dari 1
tahun umumnya lebih lambat, yaitu berkisar 180 240 x/menit.6
Pada supraventrikular takikardi, kelainan yang terjadi mencakup
komponen sistem konduksi dan terjadi pada bagian atas berkas his. Gambaran
EKG pada SVT kebanyakan memiliki kompleks QRS yang normal.6
2.2 Epidemiologi
Supraventrikular takikardi (tidak termasuk atrial fibrilasi dan atrial flutter)
memiliki insiden 35 dari 100.000 dengan prevalensi 2,29 per 1000 orang. AVNRT
sering terjadi pada dewasa (50-60%) sedangkan AVRT paling sering pada anakanak (30% dari seluruh SVT). Diperkirakan bahwa 50%-60% kasus SVT hadir
dalam tahun pertama kehidupan, sering
terjadi pada
usia
4 bulan. 6
2.3 Etiologi
1. Idiopatik, dimana ditemukan pada hampir setengah pasien dan sering terjadi
pada bayi dan anak-anak.
2. Sindrom Wolf Parkinson White terjadi pada 10-20% kasus dan terjadi hanya
setelah konversi menjadi sinus aritmia. Sindrom ini adalah suatu sindrom
dengan interval P-R yang pendek dan interval QRS yang lebar, yang
disebabkan oleh hubungan langsung antara atrium dan ventrikel melalui jaras
tambahan.
3. Beberapa penyakit jantung bawaan (anomali ebsteins)
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi supraventrikular takikardi dibagi menjadi: 7,8
1
potensial aksi dan juga konduksi elektrisnya. Gangguan ini dapat berupa
gangguan pembentukan impuls dan gangguan perbanyakan impuls.
Mekanisme terjadinya SVT, yaitu:3
1. Otomatisasi
Irama ektopik yang terjadi akibat otomatisasi sebagai akibat dari adanya sel
yang mengalami percepatan (akselerasi) pada fase 4 dan sel ini dapat terjadi di
atrium, AV junction, bundel his, dan ventrikel. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu:4
o Meningkatnya katekolamin baik endogen dan eksogen
o Gangguan elektrolit misalnya hipokalemia
o hipoksia atau iskemia
o effek mekanis dan
o obat-obatan seperti digitalis
Takiaritmia karena otomatisasi sering berkaitan dengan gangguan metabolik
seperti hipoksia, hipokalemia, asidosis, dll
2. Reentry
Mekanisme ini yang terbanyak menyebabkan takiaritmia. Mekanisme reentry
berkaitan dengan aritmia paroksimal menetap. Hal ini dapat terjadi karena adanya
blok pada jalur elektrisitas atau adanya jalan tambahan sehingga membuat sirkuit
tertutup. Konduksi perangsangan pun dapat terjadi sangat lambat. Perjalanan
impuls yang berulang inipun mengakibatkan takiaritmia yang menetap.3
Syarat mutlak terjadinya reentry, adalah:
o Adanya dua jalur konduksi yang saling berhubungan pada bagian distal
maupun proksimal hingga membentuk suatu rangkaian konduksi tertutup
o Salah satu jalur tersebut harus memiliki blok searah
o Aliran listrik antegrade secara lambat pada jalur konduksi yang tidak
mengalami blok memungkinkan terangsangnya bagian distal jalur konduksi
yang mengalami blok searah yang kemudian menimbulkan aliran listrik
secara retrograde secara cepat pada jalur konduksi tersebut.
3. Aktivitas pemicu
Hal ini dapat disebabkan oleh early after depolarization yang terjadi pada fase
kedua dan ketiga potensial aksi atau pada after depolarisasi terlambat. Oleh karena
itu kejadian ini diawali dengan gangguan pada elektrisitas jantung. Setelah
hiperpolarisasi akhir (late) Na dan Ca yang masuk ke dalam sel meningkat,
7
2.7 Penatalaksanaan
Tatalaksana pada supraventrikular takikardi adalah sama halnya dengan
situasi jantung darurat, "gold standard ABC" (airway, breathing, circulation) harus
dibersihkan dari aliran darah (sekitar 10 detik) dengan cellular uptake oleh sel
endotel dan eritrosit. Obat ini akan menyebabkan blok segera pada nodus AV
sehingga akan memutuskan sirkuit pada mekanisme reentry. Adenosin mempunyai
efek yang minimal terhadap kontraktilitas jantung. Adenosin merupakan obat
pilihan dan sebagai lini pertama dalam terapi SVT karena dapat menghilangkan
hampir semua SVT. Efektivitasnya dilaporkan pada sekitar 90% kasus. 10 Adenosin
diberikan secara bolus intravena diikuti dengan flush saline, mulai dengan dosis
50 g/kg dan dinaikkan 50 g/kg setiap 1 sampai 2 menit (maksimal 200 g/kg).
Pada sebagian pasien diberikan digitalisasi untuk mencegah takikardi berulang.
Efek samping adenosin dapat berupa nyeri dada, dispnea, facial flushing, dan
terjadinya A-V bloks. Bradikardi dapat terjadi pada pasien dengan disfungsi sinus
node, gangguan konduksi A-V, atau setelah pemberian obat lain yang
mempengaruhi A-V node (seperti
10
11
13
BAB III
KESIMPULAN
Supraventrikular
takikardi
merupakan
kegawatdaruratan
pada
DAFTAR PUSTAKA
14
Association. p.1-3.
Fox DJ, Tischenko A, dkk. 2008. Supraventricular Tachycardia: Diagnosis and
299
Commite Member, Lundqvist-Blomstrom C, dkk. 2008. ACC/AHA/ESC
Guidelines For the Management of
of Medicine. p.1039-1051
Colluci, Randall, dkk. 2010. Common Types of SVT : Diagnosis and
for Cardiopulmonary
15