PENDAHULUAN
ini dapat terjadi karena faktor pencetus seperti emosi, tembakau, kafein,
penurunan pengisian arteri koroner. Curah jantung akan menurun dan dapat terjadi
gagal jantung. Sebagian besar SVT menyulitkan namun tidak mengancam nyawa,
meskipun kematian mendadak dapat terjadi tetapi jarang. Gejala yang umum
terjadi adalah palpitasi, pusing dan nafas pendek. SVT seringkali disebabkan oleh
Takikardi dapat mulai dan berhenti secara mendadak atau bertahap. Pada
tindih dengan gelombang T, diikuti oleh kompleks QRS yang normal. Mekanisme
aritmia pada SVT bisa merupakan otomatisitas abnormal, triggerred activity dan
takikardia otomatisasi.
fokus otomatisitas yang terangsang. Tidak seperti pola mendadak dari re-entry,
karakteristik awitan dan terminasi dari takiaritmia ini lebih bertahap dan mirip
denyut jantung secara bertahap. Aritmia ini sulit ditangani dan tidak responsif
terhadap kardioversi dan biasanya dikontrol secara akut menggunakan obat yang
denyut ventrikel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kontraksi atrium (sistol atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistol ventrikel)
dan selama diastol, keempat ruang jantung berada dalam keadaan relaksasi.
Denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung yang khusus dan menyebar
berkas his beserta cabangnya dan sistem purkinje. Berbagai bagian sistem
impuls dan depolarisasi menyebar dari nodus ini ke bagian lain sebelum keluarnya
Oleh karena itu, nodus SA merupakan alat pacu jantung yang normal dan
melalui nodus ini ke berkas His dan melintasi cabang berkas His melalui sistem
atrium kemudian menyatu di nodus AV. Depolarisasi atrium akan tuntas dalam
waktu sekitar 0,1 detik. Karena hantaran di nodus AV lambat maka terjadi
perlambatan sekitar 0,1 detik (perlambatan nodus AV) sebelum eksitasi menyebar
jantung dan akan memanjang akibat perangsangan vagus. Lalu dari puncak
Depolarisasi otot ventrikel dimulai dari sisi kiri septum antarventrikel dan
2.2.1 Definisi
Salah satu jenis takiaritmia yang berasal dari supraventrikel atau atrium
dimana terjadi kelainan irama jantung dengan perubahan laju jantung yang cepat
berkisar 100-250x/menit.
2.2.2 Epidemiologi
kejadian SVT mencapai 5-15%. SVT dapat terjadi pada semua usia, meskipun
lebih sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa dengan penyakit jantung
bawaan.
2.2.3 Etiologi
PR yang pendek dan pemanjangan defleksi QRS yang tidak mulus pada
ventricle)
2.2.4 Klasifikasi
Terdapat sekitar 10% dari semua kasus SVT, namun SVT ini sukar
yang agak berbeda dengan gelombang P pada irama sinus, tanpa disertai
gambar berikut:
yang tampak pada EKG adalah takikardi dengan kompleks QRS yang
antegrad terjadi pada sisi lambat (slow limb) dan konduksi retrograd terjadi
pada sisi cepat (fast limb), jenis ini disebut juga jenis typical (slow-fast)
atau orthodromic.
konduksi antegrad terjadi pada sisi cepat dan konduksi retrograd terjadi
pada sisi lambat, jenis ini disebut jenis atypical (fast-slow) atau antidromic.
yang cukup jauh setelah kompleks QRS. Dapat dilihat pada gambar
berikut:
2.2.5 Patofisiologi
sebelum impuls normal dari nodal SA). Penyebab tersering adalah iskemia
repolarisasi, saat sel sedang tenang dan dengan stimulus satu implus saja
sebagai akibat adanya sel yang mengalami percepatan (akselerasi) dan sel
ini dapat terjadi di atrium, AV junction, bundel his dan ventrikel. Struktur
aliran listrik secara retrograd dan cepat pada jalur konduksi tersebut.
Gambar 2.6 Gambaran konduksi elektrik pada SVT
2.2.7 Diagnosis
- Irama : regular
konduksi intraventrikel
pasien.
tidak lebar (<120 ms). Namun jika gelombang QRS lebar (>120 ms) maka
1. Apakah kompleks RS tidak ditemukan pada semua lead prekordial? Jika ya, maka
gelombang merupakan ventricular tachycardia (VT). Jika tidak, lanjutkan ke
pertanyaan No. 2
2. Interval RS>100 milidetik pada salah satu lead prekordial? Jika ya, maka
gelombang merupakan ventricular tachycardia (VT). Jika tidak, lanjutkan ke
pertanyaan No. 3
3. Apakah terdapat disosiasi AV? Jika ya, maka gelombang merupakan ventricular
tachycardia (VT). Jika tidak, lanjutkan ke pertanyaan No. 4
4. Apakah kriteria morfologi ditemukan pada lead prekordial V1-2 dan V6 ? Jika
ya, maka gelombang merupakan ventricular tachycardia (VT). Jika tidak, maka
gelombang merupakan SVT aberans
3. Medikamentosa
Pilihan medikamentosa untuk supraventricular tachycardia adalah
adenosin, calcium channel blocker, beta blocker, atau obat antiaritmia
lainnya.
a. Adenosin Intravena
Pemberian adenosin intravena dilakukan pada
pasien supraventricular tachycardia reguler dengan hemodinamik stabil.
Pemberian adenosin dilakukan dengan cara memasukkan 6 mg adenosin
secara bolus intravena, melalui vena yang sedekat mungkin dengan
jantung (biasanya vena brakialis). Kemudian dilakukan flushing vena
dengan cairan salin normaldiikuti dengan meminta pasien mengangkat
tangan. Pasien dapat diminta untuk batuk ketika obat sampai di jantung,
ditandai dengan adanya rasa panas pada dada pasien. Jika pasien tidak
menunjukkan respons terhadap pemberian awal, maka dapat diberikan
kembali 1-2 menit kemudian dengan dosis 12 mg, maksimal 2 kali
pengulangan.
i. Digoxin: dosis awal 0,25-0,5 mg, dapat diulangi 0,25 mg. Dosis awal
dapat diberikan secara oral atau intravena, dosis maksimal 1 mg/24 jam,
dosis awal maksimal 8-12 mcg/kgBB
ii. Amiodarone: dosis awal 150 mg intravena selama 10 menit; dosis rumatan
1 mg/menit (360 mg) selama 6 jam selanjutnya, kemudian 0,5 mg/menit
(540 mg) pada 18 jam berikutnya