Oleh :
Ardiva Arundati
Jelita Sri Agustin
Kevin Rovi Andika
Maimunah Firdaus
Muhammad Ikhwan Fuadi
Tia Yuliarti Ahda
Pembimbing :
dr. Dino Irawan, SpAn
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
referat ini untuk memahami lebih dalam mengenai tindakan anestesi pada pasien
leukimia dan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Kepaniteraan
antara lain:
1. dr. Dino Irawan, Sp. An sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu.
Penulis sadar pembuatan referat ini masih jauh dari sempurna. Saran dan
mengharapkan semoga referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah
abnormal atau sel leukemik. Hal ini disebabkan oleh proliferasi tidak terkontrol
dari klon sel darah immatur yang berasal dari sel induk hematopoietik. 1
abnormalitas sel leukemik dan gangguan produksi sel darah normal. 2 Sel leukemik
tersebut juga ditemukan dalam darah perifer dan sering menginvasi jaringan
Apabila populasi sel abnormal tidak matang, maka dinamakan bentuk akut.
darah tepi (GDT) pada LMA dapat ditemukan mieloblas yang mengandung
batang Auer dan penurunan jumlah granulosit absolut. Pada LLA, GDT yang
anak, yang dapat terjadi pada semua umur, insidens terbesar terjadi pada usia 2-5
dari pada perempuan, terutama terjadi setelah usia pertama kehidupan. proporsi
tersebut menjadi lebih dominan pada usia 6-15 tahun. pada keseluruhan kelompok
umur, rasio laki-laki dan wanita pada LLA adalah 1,15. Leukemia akut jenis LLA
(leukemia limfoblastik akut) terdapat pada ±90% kasus, sisanya 10% merupakan
bahha angka kejadiannya di negara berkembang kurang lebih sama yaitu berkisar
dan remaja berusia di bawah 15 tahun akibat kanker di Amerika Serikat. 4 Dari
data riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia 2007, leukemia merupakan salah
satu penyebab kematian pada anak usia 1-4 tahun di Indonesia dengan proporsi
terdapat sekitar 162 pasien yang mengalami leukemia dengan LLA sebesar 87%,
LMA 6,2%, LMK 2,5%, dan LLK 4,3% pada tahun 2004–2007.6
perdarahan yang paling sering ditemukan berupa petekie, purpura atau ekimosis,
yang terjadi pada 40-70% penderita leukemia akut pada saat didiagnosis. Lokasi
perdarahan yang paling sering adalah pada kulit, mata, membran mukosa hidung,
ginggiva dan saluran cerna. perdarahan yang mengancam jiwa biasanya terjadi
infiltrasi ke sumsum tulang atau kemoterapi, namun bisa juga karena koagulasi
TINJAUAN PUSTAKA
Leukemia adalah suatu penyakit keganasan sel darah putih yang berasal
dari sum-sum tulang yang ditandai oleh poliferasi sel-sel darah putih, dengan
manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia terdapat
gangguan dalam pengaturan sel leukosit, leukosit dalam darah berpoliferasi secara
tidak teratur dan tidak terkendali sehingga menyebabkan fungsi dari sel-sel darah
merupakan produksi tidak terkontrol dari leukosit akibat mutasi keganasan dari sel
Perbedaan prinsip dari normal hematopoietic stem cell dan sel leukemia
adalah kemampuan sel leukemia untuk terus membelah. Hasilnya adalah massa
sel yang meluas dan menginfiltrasi sumsum tulang dan membuat pasien secara
Leukemia mewakili 2,5% dari semua kejadian kanker dan sekitar 3,5%
kematian akibat kanker di Amerika Serikat. Insidensi penyakit ini tinggi pada
orang dewasa. Hampir 80% kasus leukemia akut terjadi pada orang dewasa dan
Angka kejadian leukemia merupakan salah satu jenis kanker yang apabila
tidak dideteksi secara dini bisa berakibat sangat fatal yaitu berupa kematian.
tahun 2016 di Amerika diperkirakan muncul 60.140 kasus baru leukemia dan
sekitar 75% adalah kasus leukemia limfoblastik akut. Selain itu, di Cina leukemia
termasuk kedalam penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada anak dan
Berdasarkan data statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) tahun 2006, kasus leukemia (5,93%) berada pada peringkat kelima.
Indonesia memiliki sekitar 11.000 kasus kanker anak setiap tahunnya dan
sepertiga dari kanker anak adalah leukemia dengan jenis terbanyak adalah LLA.13
terapi, dan manajemen nyeri. Ahli anestesi menjadi bagian penting tim
mengenai efek fisiologi dari keganasan dan terapinya adalah penting bagi ahli
anestesi yang melayani pasien tersebut. Peran anestesia termasuk untuk prosedur
singkat, untuk insersi akses vena sentral, memfasilitasi radioterapi dan
pembedahan mayor.8
insidensi tertinggi terjadi pada usia 2 – 3 tahun. Delapan puluh persen leukemia
merupakan Akut Limfoblastik Leukimia (ALL). Salah satu terapi pada ALL
aspirasi sumsum tulang rutin untuk Biopsi sumsum tulang yang digunakan
resusitasi yang lengkap harus tersedia setiap saat, penting bagi ahli anestesi untuk
mengetahui interaksi antara obat yang sering diberikan dengan proses penyakit
dan terapinya. 9
sumsum tulang dan pemberian kemoterapi intratekal sebagai sedasi dan analgesia.
Obat dan teknik anestesi yang diberikan dapat berpengaruh terhadap sistem
harus memperhatikan fungsi ginjal dan hepar. Disfungsi hepatic atau ginjal yang
terjadi pada pasien leukemia dapat mempengaruhi obat anestesi. Gagal ginjal
dapat memperpanjang efek sedasi jika dosisi yang diberikan dalam jumlah besar. 15
Opioid dan propofol menunjukkan efek kecil pada ginjal, kecuali digunakan
secara tunggal.17
anemia dan hipovolemia. Jika hal ini terjadi, maka perlu dilakukan resusitasi
cairan, namun tranfusi darah harus ditunda sampai setelah prosedur karena sel
darah merah yang ditransfusikan dapat mencemari sumsum yang diambil. 15 Dalam
karena profil efek samping yang lebih disukai. Keuntungan lain dibanding
anestesi inhalasi: onset dan pemulihan yang cepat hilangnya gerakan terhadap
Banyak jenis teknik anestesi yang dapat digunakan secara aman untuk
ada obat, agen, ataupun teknik tertentu yang merupakan kontra indikasi mutlak
dari hal ini. Agen anestesi tertentu seperti Nitrous oxide bersifat myelosuppressive
atau menekan pembentukan myelosit, tetapi penggunaan agen ini selama proses
stem cell transplantation (HSCT). Pada pasien leukemia yang akan dilakukan
HSCT hal unik yang perlu di perhatikan tingginya insiden dan potensi morbiditas
propofol intravena sebagai sedasi total dengan pernapasan spontan tanpa bantuan
alat ventilasi airway lebih dianjurkan. Hal ini karena propofol memiliki proses
pemulihan yang lebih cepat serta memiliki profil anti-emetik. Obat ini juga lebih
baik digunakan pada infant yang dilakukan terapi radiasi jika dibandingkan
dengan aspirasi sumsum tulang secara reguler dan trephines untuk menilai respon
memberikan analgesi dan amnesia sambil membatasi efek samping dan gangguan
aktivitas anak.10
berbagai alasan. Riwayat anestesi sebelumnya yang tidak bermasalah tidak selalu
menjadi prediktor keamanan. Perhatian harus difokuskan pada efek fisiologi dan
yang signifikan. Gejalanya adalah dispnea akut, yang sering disertai disorientasi
dan defisit fokal akibat gangguan perfusi serebral. Selain itu, gagal napas,
dari hiperleukositosis.
akut. Beberapa agen kemoterapi yang digunakan untuk pasien pediatri dengan
Mual dan muntah yang disebabkan kemoterapi adalah efek samping yang
lazim dan merugikan dari pengobatan kanker. Sekitar 60% pasien yang menjalani
mengalami disfungsi organ setiap saat karena berbagai alasan. Riwayat anestesi
Perhatian harus difokuskan pada efek fisiologi dan anatomi dari penyakit kanker
namun juga digunakan sebagai kemoterapi dan sebaiknya tidak diberikan selama
operasi tanpa berdiskusi dengan tim onkologi karena dapat mencetuskan lisis
tumor.10
BAB III
KESIMPULAN
Leukemia adalah suatu penyakit keganasan sel darah putih yang berasal
dari sum-sum tulang yang ditandai oleh poliferasi sel-sel darah putih, dengan
manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia terdapat
gangguan dalam pengaturan sel leukosit, leukosit dalam darah berpoliferasi secara
tidak teratur dan tidak terkendali sehingga menyebabkan fungsi dari sel-sel darah
Leukemia mewakili 2,5% dari semua kejadian kanker dan sekitar 3,5%
kematian akibat kanker di Amerika Serikat. Insidensi penyakit ini tinggi pada
orang dewasa. Hampir 80% kasus leukemia akut terjadi pada orang dewasa dan
harus memperhatikan fungsi ginjal dan hepar. Disfungsi hepatic atau ginjal yang
terjadi pada pasien leukemia dapat mempengaruhi obat anestesi. Gagal ginjal
dapat memperpanjang efek sedasi jika dosisi yang diberikan dalam jumlah besar. 15
Opioid dan propofol menunjukkan efek kecil pada ginjal, kecuali digunakan
secara tunggal.
disebabkan kemoterapi adalah efek samping yang lazim dan merugikan dari
klorpromazin.
anastesi menjadi bagian penting untuk menangani kasus keganasan pada semua
keuntungan dan kerugian. Pada anastesi umum, sebagian besar obat yang
dipergunakan (sedasi dan juga analgetik) pada leukimia telah dipersiapkan melalui
jalur intravena dengan infus propofol dan remifentanyl merupakan pilihan yang
baik karena efek sampingnya. Opioid diperlukan hanya apabila tindakan yang
Tindakan anastesi dipantau sampai dengan waktu pulih sadar. Pulih sadar
merupakan bangun dari efek obat anestesi setelah dilakukan tindakan radioterapi,
room tergantung kepada berbagai faktor termasuk durasi dan jenis pembedahan,
teknik anestesi, jenis obat dan dosis yang diberikan dan kondisi umum pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
181.
4. Leukemia & Lymphoma Society. Fact Spring. 2013. New York: Leukemia
in vivo growth factor for blast cells in acute myeloid leukemia. Blood.
2006;107:2525-30.
11. Chang F, Shamsi TS, Waryah AM. Clinical and Hematological Profile of
12. American Cancer Society. Cancer facts & figures. 2016. Available at:
http://www.cancer.org/acs/groups/content/@research/documents.
vol 2. p. 109.
17. Butterwort JF, Mackey DC, Wasnick JD. 2013. Morgan and Mikhail’s
644.
18. Limanto H, Setiawan AR, Chandy I, dkk. 2016. Anstesi Pada Gangguan
19. Longnecker DE, Brown DL, Newman MF, Zapol WM. Anesthesiology.
20. Limanto H, Setiawan AR, Chandy I, dkk. 2016. Anstesi Pada Gangguan