Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aritmia merupakan suatu kelompok abnormalitas denyut jantung yakni

denyut jantung ireguler, terlalu cepat, maupun terlalu lambat. Kondisi dimana

denyut jantung berdetak lebih dari 100 kali per menit disebut dengan takikardia,

sedangkan jantung berdetak kurang dari 60 kali per menit disebut dengan

bradikardia.1 Takiaritmia dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan

mekanismenya. Takiaritmia dapat berasal dari jaringan ventrikular (Takiaritmia

Ventrikular) maupun berasal dari atau melibatkan jaringan supraventrikular

(Takiaritmia Supraventrikular).2

Walaupun pendataan epidemiologi TSV di Indonesia masih belum baik,

bukti data dari Amerika melaporkan terdapat 50.000 kasus kegawatan

pertahunnya, dimana prevalensi TSV paroksismal yakni sebesar 35 per 100.000

orang pertahunnya.3

Takiaritmia Supraventrikular (TaSUV) adalah kelompok gangguan irama

jantung yang berasal dari nodus sinus, jaringan atrium, jaras tambahan, dan area

junctional. TaSUV diklasifikasikan menjadi: Takikardia Sinus, Takikardia

Atrium, Kepak Atrium, Takikardia Supraventrikular, Takikardia Junctional, dan

Jaras Tambahan.4,5

Takikardia Supraventrikular (TSV) adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan takikardia baik itu atrial dan/atau ventrikular dengan laju lebih

besar dari 100 denyut per menit saat istirahat. TSV dapat dibagi menjadi

1
takikardia reentri nodus atrioventrikular (TaRNAV), dan takikardia resiprokal

atrioventrikular (TaRAV).4,5

Perbedaan dari TaRNAV dan TaRAV dapat dilihat dari perbedaan

mekanisme reentri, pada TaRNAV terjadi reentri abnormal yang melibatkan

nodus AV akibat jalur ganda (cepat dan lambat) sementara pada TaRAV terjadi

reentri abnormal akibat adanya jalur aksesori yang menyebabkan impuls yang

kembali ke atrium.2,5

Pasien TSV akan memberikan gambaran klinis berdebar, pusing, awitan

dan terminasi mendadak, serta near syncope/syncope. Pada pemeriksaan fisik

akan teraba laju nadi cepat regular dan terkadang akan disertai dengan tanda

hipoperfusi seperti tampak pucat dan akral dingin. Diperlukan pemeriksaan

lanjutan seperti pemerkisaan Elektrokardiografi (EKG), laboratorium darah,

ekokardiografi, foto rontgen toraks, holter monitoring, dan studi elektrofisiologi

untuk menegakan diagnosis.1

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan referat ini bertujuan untuk memahami serta menambah

pengetahuan tentang supraventrikular takikardia.

1.3 Batasan Masalah

Batasan penulisan referat ini membahas mengenai supraventrikular

takikardia, mulai dari definisi, epidemiologi, faktor risiko, klasifikasi,

patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, dan tatalaksana hingga prognosis.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan referat ini menggunakan metode penulisan tinjauan pustaka

yang merujuk pada berbagai literatur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Takikardia supraventrikular (TSV) adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan takikardia (atrial dan/atau ventrikular) dengan laju nadi lebih dari

100 kpm saat istirahat, dan mekanismenya melibatkan jaringan yang berasal dari

berkas His atau diatasnya.4

2.2. Klasifikasi

Terminologi dalam bahasa Inggris

Takikardia reentri nodus AV Nodal Reentry Tachycardia


Takikardia
atrioventrikular (TaRNAV) (AVNRT)
supraventrikular
Takikardia resiprokal Atrioventricular Reentrant

atrioventrikular (TaRAV) Tachycardia (AVRT)

2.3. Epidemiologi

TSV yang paling sering ditemukan adalah dari TaRNAV (60%), diikuti

TaRAV (30%). TaRNAV lebih sering ditemukan pada wanita berbanding laki-

laki dengan onset umur sekitar 32 tahun. TaRAV lebih sering ditemukan pada

laki-laki dengan onset umur 23 tahun. Insidens dari TaRNAV di Amerika Serikat

adalah 2.29 per 1.000 orang dan merupakan takiaritmia non-sinus paling banyak

ditemukan pada dewasa muda. TSV juga merupakan aritmia simptomatis paling

banyak ditemukan pada anak. Anak yang lahir dengan penyakit jantung bawaan

3
memiliki resiko lebih tinggi terkena TSV. Pada anak berusia 12 tahun kebawah,

TaRAV merupakan kasus TaSUV paling sering ditemukan.6

2.4. Etiologi

Pada kejadian TSV, kebanyakan tidak ditemukan kelainan jantung yang

mendasarinya. Serangan pertama sering terjadi sebelum usia 4 bulan, dan lebih ser

ing terjadi pada anak laki-laki dari pada perempuan. Hampir setengahnya adalah i

diopatik, sebahagian lain disebabkan kelainan jantung kongenital (paling sering an

omali Eibstein, single ventricle, dan L-transposisi), 10 -20 % diakibatkan oleh sin

droma WPW, serta dapat juga muncul setelah adanya operasi jantung.7,8

2.5. Patofisiologi

a. Takikardia Reentri Nodus Atrioventrikular (TaRNAV)

Takikardia reentri nodus atrioventrikular adalah takikardia reentri y

ang melibatkan dua jaras konduksi yang berbeda (umumnya dinamai jaras

cepat dan jaras lambat). AVNRT merupakan SVT yang paling sering dite

mui. AVNRT terjadi karena ada dua jaras nodal AV, yaitu jaras lambat da

n jaras cepat. Kedua jaras ini terhubung di proksimal dan distal nodal AV

yang membentuak sirkuit reentri.

 Jaras lambat : konduksi impuls lambat tapi masa refraktori

pendek

 Jaras cepat : konduksi impuls cepat tapi masa refraktori la

mbat

Pada AVNRT, terdapat denyut premature atrium yang jatuh ada saa

t jaras cepat mengalami masa refrakter sehingga impuls diteruskan ke jaras

lambat. Pada saat impuls sudah melewati jaras lambat dan sampai di distal,

4
jaras cepat telah pulih sehingga impuls berjalan secara retorgrad melalui ja

ras cepat. Pada saat impuls mencapai proksimal kedua jaras tersebut, didap

atka jaras lambat telah pulih dan dapat melanjutkan impuls. Sirkuit reentri

akan berlangsung terus (AVNRT slow-fast). Selain itu terdapat juga jenis

AVNRT slow-slow. AVNRT berhenti apabila ada denyut premature lain at

au pemberian obat.4

Gambar 1. Jaras cepat dan jaras lambat terhubung di distal pada no

dal atrioventrikular, dan di proksimal melalui jaringan atrium sekitar ostial

sinus koronarius.4

b. Takikardia Resiprokal Atrioventrikular (TaRAV)

Takikardia resiprokal Atrioventrkular adalah takikardia yang sirkuit

reentrinya melibatkan atrium, nodus atrioventrikular (AV), jaras tambahan,

dan ventrikel. AVRT memiliki dua jalur; sistem konduksi normal (nodal A

5
V dan sistem His-purkinje, AVN-HPS) dan jalur atrioventricular bypass (j

alur asesori yang terletak pada annulus mitral atau trikuspid). Perbedaan pa

da masa refraktori dan konduksi antara dua jalur ini, inisiasi reentri dapat b

erasal dari denyut premature atrial atau kontraksi ventrikel. AVNRT meru

pakan takikardia yang sering berhubungan dengan Wolff-Parkinson-White

(WPW) syndrome.

o AVRT ortodromik :
Konduksi impuls reentri datang dari atrium ke ventrikel
melalui AVN-HPS merupakan konduksi antegrad dan jaras tambahan s
ebagai konduksi retrograde. AVRT ortodromik merupakan 95% dari ka
sus AVRT
o AVRT antidromik :
Konduksi impuls antegrad adalah impuls dari jaras tambahan dan kondu

ksi retrograde dari AVN atau jalur tambahan lain.9

2.6. Manifestasi Klinis

Pasien biasanya mengeluhkan dada berdebar dengan awitan dan

terminasi mendadak, pasien juga dapat mengeluhkan pusing kepala dan dapat juga

datang dengan syncope/near syncope. Pada pemeriksaan fisik pasien dapat

ditemukan nadi teraba cepat reguler dan terkadang disertai dengan tanda

hipoperfusa seperti akral dingin dan tampak pucat.1

Pada pasien dengan TaRNAV laju jantung biasanya sangat cepat antara

150 – 200 kpm, pada dewasa dapat mencapat 160 – 200 kpm sedangkan pada

anak dapat melebihi 250 kpm. Gelombang A cannon dapat terlihat di leher akibat

kontraksi atrium dan ventrikel bersamaan. Hipotensi dapat terjadi pada pasien

TaRNAV apabila laju jantung sangat cepat dan berlangsung lama. Pasien dengan

6
ejeksi fraksi rendah yang menurun dapat menunjukan tanda – tanda gagal

jantung.4

Pada pasien TaRAV laju jantung dapat mencapat lebih dari 200 kpm.

Manifestasi klinis pada pasien TaRAV dapat ditemukan pada pasein TaRNAV

namun perbedaan dapat ditemukan pada elektrofisiologi dari kedua penyakit.2

2.7. Diagnosis

a. Atrioventricular Nodal Reentrant Tachycardia (AVNRT)

Temuan Klinis

AVNRT cukup khas ditandai dengan awitan dan terminasi yang

mendadak. AVNRT dapat terjadi selama beberapa detik hingga berhari-

hari. Gejala yang sering terjadi adalah palpitasi, cemas, melayang, rasa

terentak dan tak nyaman di leher dan di dada, sesak, dan poliuria.

AVNRT jarang menyebabkan sinkop. Sinkop terjadi akibat laju

jantung yang terlalu cepat dalam waktu yang lama sehingga terjadi

penurunan cardiac output secara signifikan yang menyebabkan hipotensi

dan penurunan perfusi serebral.

Pada pemeriksaan fisik, laju jantung biasanya sangat cepat (150-

250 bpm). Gelombang A cannon dapat terlihat di leher akibt kontraksi

atrium dan ventrikel yang terjadi bersamaan. Hipotensi dapat muncul bila

AVNRT sangat cepat dan berlangsung lama. Pada pasien dengan EF

rendah dapat timbul tanda-tanda gagal jantung

EKG dari AVNRT:

 Takikardi dengan pendeknya QRS kompleks

7
 Onset tiba-tiba, episode sudden dan terminasi, dengan rata-rata HR 150-

250 bpm (pada dewasa, 180-200 bpm) dan ritme reguler

 P waves hilang

 Pada tipikal AVNRT, biasanya p waves tertutup oleh QRS kompleks

karena aktivasi yang simultan pada atrium dan ventrikel (66% kasus).

Selain itu, adanya gambaran pseudo r wave pada lead V1 atau pseudo S

wave pada lead II, III, dan aVF

 Pada atipikal AVNRT, aktivasi retrogade atrial melalui jalur lambat

menghasilkan RP interval yang lebih panjang dibandingkan PR interval.

Gambar 2. Gambaran EKG AVNRT tipikal

b. Atrioventricular Reentrant Tachycardi (AVRT)

Temuan Klinis

Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, AVRT memiliki

kesamaan klinis dengan AVNRT. Gejala yang sering terjadi adalah

palpitasi, cemas, melayang, rasa terentak dan tak nyaman di leher dan di

dada, sesak, dan poliuria. Pada pemeriksaan fisik, laju jantung biasanya

sangat cepat (150-250 bpm).10

8
Elektrokardiografi (EKG) AVRT:

 Takikardi dengan QRS kompleks yang pendek

 Onset tiba-tiba, episode sudden dan terminasi, dengan rata-rata HR 150-

250 bpm (pada dewasa, 180-200 bpm) dan ritme reguler

 P waves hilang

 Terkadang adanya ST segmen yang depresi ketika P wave tidak terlihat

 RP interval lebih dari 70 msec, PR interval yang pendek (< 0,12 detik)

Gambar 3 Gambaran EKG AVRT

Perbedaan Temuan Klinis AVNRT dan AVRT

Berikut ini merupakan perbedaan antara AVNRT dan AVRT seperti pada

tabel berikut ini:

9
2.8. Tatalaksana

Pasien SVT sering datang ke IGD dengan keluhan yang sering

mendadak, sehingga dokter jaga emergensi adalah dokter lini pertama untuk

menangani pasien SVT. Langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan

perekaman EKG 12 lead untuk menegakan diagnosis dan mengetahui mekanisme

takiaritmianya.

Berikut algoritma yang akan membantu menegakan diagnosis pasien

takikardia dengan QRS sempit.

Gambar 4 Algoritma diagnosis banding pada pasien dengan takikardia QRS

sempit

10
Prinsip tatalaksana SVT terdiri dari tatalaksana fase akut dan lanjut.

Tatalaksana pada fase akut ditujukan untuk mengatasi keadaan kegawatan

hemodinamik, konversi aritmia dan menghilangkan gejala klinis. Sedangkan pada

fase lanjutan berupa terapi defenitif seperti ablasi radiofrekuensi atau terapi

rumatan.

Rekomendasi untuk pemilihan tatalaksana seperti obat-obatan, ablasi,

atau observasi tergantung pada frekuensi dan durasi dari serangan SVT,

manifestasi klinis, seperti tanda dan gejala atau konsekuensi yang merugikan jika

tidak segera diterapi dengan pilihan terapi tertentu, seperti terjadinya

kardiomiopati.

Gambar 5 tatalaksana akut pada SVT regular

11
Pasien yang dibutuhkan untuk segera dirujuk ke spesialis aritmia adalah

pasien dengan keadaan berikut.

1. SVT yang memerlukan terapi definitif (kateter ablasi)

2. Pasien SVT yang masih simtomatik walau sudah terapi rumatan

3. Pasien dengan takikardi QRS lebar

4. Pasien dengan takikardi QRS sempit yang resisten atau intoleran terhadap

obat

5. Pasien yang ingin bebas minum obat

6. Pasien dengan symptom yang berat saat palpitasi, missal sinkop, atau

dyspnea

7. Diagnosis SVT tidak bisa ditegakan secara psti dengan fasilitas pelayanan

yang ada

8. Pasien dengan gambaran EKG preeksitasi dan simptomatik

a. Takikardia Supraventikuler

1. AV Node Reentry Tachycardia (AVNRT)

AVNRT Merupakan jenis takikardia supraventrikuler yang paling

sering didapatkan.substrat aritmianya adalah dengan adanya jaras nodal

atrioventrikuler ganda.

12
1.1 Manajemen Akut

Gambar 6 Tatalaksana akut pada AVNRT

1.2 Manajemen Lanjutan

13
Gambar 7 Tatalaksana lanjutan pada AVNRT

b. Atrioventricular Reentrant Tachycardia (AVRT)

AVRT merupakan takiaritmia tersering yang didapatkan pada

kasus preeksitasi dengan AVRT ortodromik memiliki jumlah tersering.

AVRT ortodromik ini menggunakan jaras tambahan sebagai konduksi

retrograde dan jalur nodus AV-sistem His-Purkinje sebagai konduksi

antegrad. Pada EKG ditemukan gelombang P retrograde dengan interval

RP > 90 milidetik.

14
1.3 Tatalaksana akut ortodromik AVRT

Gambar 8 Tatalaksana akut ortodromik AVRT

Maneuver vagal dapat dilakuakn dengan cepat dan mudah, dapat berupa

maneuver valsava, pijat sinus karotis, atau imersi wajah ke air dingin. Adenosin

efektif dalam terminasi AVRT dengan efeksamping minor dan sesaat. Denyut

atrial atau ventrikel premature kadang timbul segera setelah konversi dan dapat

mencetus AVRT kembali. Adenosin dapat mencetuskan terjadinya AF sehingga

15
selalu persiapkan alat defibrilasi sebelum menggunakan adenosin. Kardioversi

tersinkron sangat efektif untuk terminasi AVRT. Kardioversi harus segera

dilakukan jika takikardi disertai tanda instabilitas hemodinamik.

1.4 tatalaksana lanjutan ortodromik AVRT

Gambar 9 Tatalaksana lanjutan ortodromik AVRT

2.9. Prognosis

Prinsip prognosis dari SVT adalah berdasarkan dari pengobatan dari SVT

itu sendiri. Penggunaan obat-obatan seperti Nucleoside Adenosine, Beta blocker,

Esmolol, Metoprolol tartrate, Propranolol, Nondihydropyridine, Diltiazem, Verap

amil, Cardiac glycosides Digoxin, agen anti aritmia kelas III seperti Amiodarone,

Ibutilide dapat menimbulkan efek seperti Transient AV block, flushing, nyeri dad

a, or dispneu, bronkospasme, hipotensi, worsening HF, bronkospasme, bradycard

ia, , pulmonary edema pulmonal pada pasien dengan kardiomiopati hipertrofik, br

16
adikardi. Pemakaian amiadarone dapat menimbulkan bradikardi, QT memanjang,

torsades de pointes, gastrointestinal upset, konstipasi, hipotiroidisme, hipertiroidis

me, fibrosis pulmonal, toksisitas hepatis, deposit korneal, neuritis optik, neuropati

perifer fotosensitivitas, adult respiratory distress syndrome selesai operasi jantung

dan non jantung. Tingkat keberhasilan dan komplikasi ablasi TaSuV. Bagi

TaRNAV, keberhasilan akut adalah sekitar 96%–97%, tingkat rekurensi adalah

sekitar 5%, komplikasi adalah secara keseluruhan sekitar 3%, dan kematian 0%.

Bagi TARAV pula, tingkat keberhasilan akut adalah sebesar 93%, tingkat

rekurensi 8%, dan komplikasi yang mungkin didapatkan adalah 2,8%, PPM 0.3%,

kematian 0,1% dan tamponade 0,4%.

17
BAB III

KESIMPULAN

1. Supraventrikular takikardia (SVT) adalah gangguan irama jantung yang umu

m dan biasanya disertai dengan episode takikardia berulang, yang sering meni

ngkatkan frekuensi dan tingkat keparahan seiring waktu.

2. Meskipun SVT biasanya tidak mengancam jiwa, banyak pasien menderita gej

ala berulang yang mempengaruhi kualitas hidup mereka. Sifat tidak pasti dan

sporadis dari episode takikardia dapat menyebabkan kegawatdaruratan emerg

ensi. Kualitas hidup pasien berkurang sebagai hasilnya, dan mereka lebih men

yukai perawatan kuratif.

3. SVT sering menghilang sebelum presentasi, dan episode serangan seringkali

dikaitkan dengan kecemasan.

4. Onset SVT yang tiba-tiba, cepat, teratur dan, dan pada kebanyakan pasien, di

agnosis hampir pasti hanya dari riwayat pasien saja. Upaya berulang pada dok

umentasi elektrokardiografi aritmia mungkin tidak diperlukan.

5. Perawatan SVT mungkin tidak diperlukan ketika episode serangan yang jaran

g dan berakhir dengan sendirinya, dan dengan gejala minimal.

6. Ketika episode takikardia sering terjadi, atau berhubungan dengan gejala yan

g mempengaruhi kualitas hidup, ablasi dengan kateter adalah pilihan pertama

pengobatan. Ini adalah prosedur berisiko rendah dengan tingkat keberhasilan t

inggi. Farmakoterapi preventif jangka panjang adalah pendekatan alternatif pa

da beberapa pasien.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. PERKI. Aritmia. Dalam: PERKI. Panduan praktik klinis dan clinical pathway
penyakit jantung dan pembuluh darah. 1st ed. Jakarta: PERKI; 2016. p: 72
2. Zardkoohi O. Callahan TD (ed). Tachyarrhytmias. Dalam: Griffin BP,
Callahan TD, Menon V (eds). Manual of cardiovascular medicine. 4th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2013. pp: 455 – 490.
3. Bibas L, Levi M, Essebag V. Diagnosis and management of supraventricular
tachycardias. CMAJ. 2016;188(17-18):E466-73.
4. PERKI. Takikardia supraventrikular. Dalam: PERKI. Pedoman tatalaksana
takiaritmia supraventrikular (TaSUV). 1st ed. Jakarta: PERKI. 2018. pp: 22 –
39.
5. Raharjo SB, Yuniadi Y, Muzakkir, Yansen I, Munawar DA, Hermanto DY.
Pedoman tatalaksana tariaritmia supraventrikular (TaSuV). Indonesian J
Cardiol.2017;38(2):119-50.
6. Patti L, Gossman WG. Rythm, tachycardia, supraventricular (SVT). Dalam:
StatPearls [Internet]. Treasure Island: StatPearls Publishing. 2017.
7. Park M, George R. Cardiac Arrhytmias. Dalam : Park M, George R, ed. Pediatr
ic cardiology for practitioner 5th ed Philadelphia : Mosby, 2008, p 507-543.
8. Doniger S.J, Sharieff G.Q. Pediatric Dysrythmia. Pediatric Clin N. Am J 2006;
53: 85-105 
9. Katrisis DG, Borianai G, Cosio FG, Hindricks G, Jais P, Josephson ME, etc. E
uropean Heart Rhythm Association (EHRA) consensus document on the mana
gement of supraventricular arrhythmias, endorsed by heart Rhythm Society (H
RS), Asia-Pacific Heart Rhythm Society (APHRS), and Sociedad Latinoameric
ana de Estimulacion Cardiaca y Electrofisiologia (SOLAECE). European Socie
ty of Cardiology. 2016;19:265-511.
10. Sondhi S, Mehta A, Banayal V, Dev M. Basic understanding of
supraventricular tachycardia for post graduates. EC Cardiology. 2017:57 –
73.

19

Anda mungkin juga menyukai