Anda di halaman 1dari 9

Tania Malauta Sitepu, Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien Hipertensi dan Obesitas Derajat II Dengan Riwayat

Stroke
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien Hipertensi Dan Obesitas Derajat II


Dengan Riwayat Stroke Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga
Tania Matalauta Sitepu1, Diana Mayasari2
1Mahasiswa,
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2Bagian Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Hipertensi adalah salah satu penyakit tak menular yang menjadi sebuah masalah kesehatan penting di dunia karena
prevalensinya yang terus meningkat. Sebanyak 9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskular disebabkan oleh komplikasi
hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit multifactorial yang timbul karena interaksi antara faktor resiko yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Obesitas disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara energi yang
masuk dengan energi yang keluar. Dalam studi Farmingham disebutkan bahwa 65% wanita dan 78% pria yang menderita
hipretensi berhubungan langsung dengan peningkatan berat badan dan obesitas. Studi yang dilakukan adalah Case Report.
Data primer diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan melakukan kunjungan rumah, mengisi family folder,
dan mengisi berkas pasien. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik awal, proses, dan akhir kunjungan secara
kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan diagnosis holistik, pasien memiliki keluhan merasa nyeri kepala dan sering diikuti
dengan rasa berat dibelakang leher. Pasien juga memiliki riwayat stroke empat tahun yang lalu. Pasien merasa khawatir sakit
semakin memberat, terjadi stroke berulang, dan memberatkan keluarga. Harapan pasien adalah keluhan penyakit
berkurang, hipertensi terkontrol, tidak obesitas, dapat beraktifitas dan bekerja secara normal kembali. Pasien didiagnosis
hipertensi dan obesitas derajat II berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien adalah seorang pria berusia 53
tahun yang obesitas, sering mengonsumsi makanan yang mengandung banyak garam, makanan berminyak, dan kurang
aktivitas fisik. Pasien kurang mengetahui tentang penyakitnya dan gaya hidup yang tepat untuk penyakit yang diderita.
Setelah dilakukan intervensi secara holistik dengan obat-obatan dan edukasi didapatkan penurunan gejala klinis dan
perubahan perilaku dengan mengubah pola hidup dan rutin mengonsumsi obat. Penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan
pada pasien ini telah dilakukan secara holistik, patient centred, family approach dan berdasarkan beberapa teori dan
penelitian terkini.

Kata kunci : Hipertensi, obesitas, penatalaksaaan holistic, stroke

Holistic Management For Patient Hypertension And Obesity Grade II With


History Of Stroke By Family Medicine Approach
Abstract
Hypertension is one of the non-infectious diseases which becomes an important health problem throughout the world
because it keeps increasing. There are 9.4 million deathhs from cardiovascular disease are caused by complications of
hypertention. Hypertension itself is a multifactorial disease that arises mainly because of interactions between certain risk
factors that can be modified or cannot be modified. Whereas, obesity is caused by an imbalance between the incoming
energy and the energy that comes out. The prevalence of obesity throughout the world has tendency to increase in past 30
years.. In addition, Farmingham study stated that 65% of women and 78% of men who suffer from hypertension are directly
related to weight gain and obesity. The study was Case Report Study. Primary data is obtained through history taking and
physical examination by making home visits, filling out family folders, and filling in patient files. Assessment is carried out
based on the initial holistic diagnosis, process, and end of the visit quantitatively and qualitatively. Based on a holistic
diagnosis, the patient has a complaint of feeling headache and often followed by a feeling of heaviness behind the neck.
The patient also had a history of stroke four years ago. Patient feel worried that the disease is getting worse, has recurrent
stroke, and be a burdensome for his family. The patient's expectation is less clinical symptoms , controlled hypertension, no
longer obesity, and can do activity and work normally again. Patient was diagnosed with hypertension and obesity in grade
II based on the results of history and physical examination. The patient is a 53-year-old man who is obese, often eating
foods that contain lots of salt, oily food, and lack of physical activity. Patients are less aware of the disease and the right
lifestyle for the illness. After the intervention is done holistically with drugs and education, he obtains a decrease in clinical
symptoms and behavioral changes by changing lifestyle and routine taking drugs. Diagnosis and management of this patient
has been doing holistically, patients center, family approach based on several theories and current research. In the process
of behavior change, patient has reached the trial stage.

Keywords: Competency based curriculum, general graduate questionaire, tracer study,

Korespondensi: Tania Malauta, alamat Jl. Wira Gg. Kenanga No.10, Labuhan Ratu, Gd. Meneng, Bandar Lampung, HP
081278817697, e-mail taniamsitepu@gmail.com

Medula | Volume 9 | Nomor 4| Januari 2020 | 676


Tania Malauta Sitepu, Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien Hipertensi dan Obesitas Derajat II Dengan Riwayat Stroke
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

Pendahuluan sendiri juga masih tinggi. Berdasarkan data


Hipertensi adalah salah satu penyakit Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun
tidak menular yang menjadi sebuah masalah 2018, prevalensi penduduk laki-laki dewasa
kesehatan penting di seluruh dunia karena obesitas berdasarkan Indeks Massa Tubuh
prevalensinya yang tinggi dan terus (IMT) sebanyak 21,8%, lebih tinggi dari
meningkat..Menurut World Health prevalensi tahun 2007 (10,5%) dan tahun 2013
Organization (WHO) hipertensi bertanggung (14,8%)6. Disamping hipertensi, obesitas
jawab setidaknya 45% dari kematian akibat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan
penyakit jantung dan 51% kematian akibat lainnya seperti resiko menderita penyakit
stroke1. jantung koroner, stroke, dislipidemia, diabetes
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar melitus tipe 2 serta sindroma metabolik3.
(Riskesdas) yang dilakukan pada usia ≥18 Penyakit hipertensi dan obesitas
tahun, prevalensi hipertensi di Indonesia merupakan penyakit tidak menular yang perlu
mengalami peningkatan dari 34,1% pada dilihat dari berbagai aspek dalam
tahun 2013 menjadi 25.8% pada tahun 2018. penatalaksanaannya. Pendekatan keluarga
Prevalensi perempuan yang menderita dalam penatalaksanaan membantu
hipertensi pada tahun 2018 berkisar 36,9%, mengidentifikasi faktor-faktor yang
lebih tinggi dari prevalensi pria yaitu 31,3%2. berpengaruh baik secara klinis, personal, dan
Hipertensi merupakan penyakit psikososial keluarga. Dengan pendekatan ini,
multifaktorial yang timbul terutama karena penatalaksanaan akan lebih komprehensif dan
interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. diharapkan dapat meningkatkan kualitas
Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi hidup pasien.
yang tidak dapat dikontrol dan dapat
dikontrol. Faktor pemicu yang tidak dapat
dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis Kasus
kelamin, dan umur. Faktor yang dapat Pasien Tn.A, seorang lelaki berusia 53
dikontrol seperti diet dan asupan garam, stres, tahun, mengeluhkan nyeri kepala yang
obesitas, merokok, serta kurangnya aktivitas dirasakan sejak kurang lebih tiga hari yang
fisik3. lalu. Sakit kepala dirasakan hilang timbul dan
Usaha mencegah terjadinya perburukan semakin memberat ketika pasien sedang
akibat hipertensi dapat dilakukan dengan stress. Pasien juga mengeluhkan nyeri dan
berbagai macam cara salah satunya dengan rasa berat dibelakang leher serta kelemahan
penurunan berat badan Dalam studi pada ekstremitas kirinya. Keluhan ini sudah
Farmingham disebutkan bahwa 65% wanita dirasakan sejak pasien menderita penyakit
dan 78% pria yang menderita hipertensi stroke 4 tahun yang lalu namun terasa
berhubungan langsung dengan obesitas4. Hal memberat dalam beberapa hari terakhir.
ini sejalan dengan hasil penelitian yang Sebelumnya, pasien tidak mengetahui
dilakukan oleh Natalia et al. (2011) yang bahwa dirinya menderita hipertensi dan tidak
menyatakan bahwa penderita obesitas pernah memeriksakan diri ke dokter. Pasien
mempunyai resiko mengalami hipertensi 2,2 tidak mengetahui bahwa keluhan yang sering
kali lebih besar dibandingkan subjek yang dialaminya adalah gejala dari tekanan darah
mempunyai IMT normal5. tinggi. Pasien baru mengetahui menderita
Obesitas terjadi disebabkan tekanan darah tinggi saat terkena stroke. Pola
ketidakseimbangan antara energi yang masuk pengobatan pasien dan keluarga adalah
dengan energi yang keluar. Obesitas kini kuratif yaitu berobat bila telah sakit. Pasien
dinyatakan oleh World Health Organization hanya mengambil obat di Posyandu sebulan
(WHO) sebagai epidemi global, serta menjadi sekali dan tidak terlalu rutin mengonsumsi
suatu masalah kesehatan yang harus segera obat darah tingginya. Pasien memiliki
ditangani. Prevalensi obesitas di Indonesia kebiasaan yang buruk dalam pola makan.

Medula | Volume 9 | Nomor 4| Januari 2020 | 677


Tania Malauta Sitepu, Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien Hipertensi dan Obesitas Derajat II Dengan Riwayat Stroke
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

Pasien sering mengonsumsi makanan tinggi (-/-). Pemeriksaan sensorik; nyeri, termis, raba
garam dan gorengan. Pasien jarang (+/+) dan pemeriksaan motorik; gerakan (+/+),
beraktivitas fisik. Sebelum sakit, pasien juga normotrofi, normotoni, dan kekuatan otot .
aktif merokok sejak pasien masih duduk di Pasien sudah menikah dan memiliki tiga
sekolah menengah pertama. orang anak. Pasien tinggal bersama istri dan
Dari pemeriksaan fisik didapatkan anak pasien yang paling bungsu. Sebelum
keadaan umum tampak baik tampak sakit sakit, pasien bekerja di PT. Astra bidang
ringan, tekanan darah 170/100 mmHg, keamanan namun sekarang sudah berhenti
frekuensi nadi 98 x/menit, frekuensi nafas 20 bekerja. Istri pasien bekerja sebagai juru
x/menit, suhu 36,5 oC, berat badan 102 kg, masak dan seringkali sudah berangkat bekerja
tinggi badan 162 cm, IMT: 38.9, dan lingkar dari subuh dan anak pasien yang paling
perut 115 cm. Pada pemeriksaan status bungsu masih sekolah. Kedua anak pasien
generalis didapatkan mata, telinga, hidung, yang lain sudah berkeluarga. Semenjak sakit,
dan mulut dalam batas normal. Pada pasien sering merasa tidak percaya diri karena
pemeriksaan leher, JVP tidak meningkat, sudah tidak dapat beraktivitas dan bekerja
kesan dalam batas normal. Paru, gerak dada seperti sebelumnya. Pasien juga sering
dan fremitus taktil simetris, tidak didapatkan khawatir memikirkan penyakitnya bisa
rhonki dan wheezing, kesan dalam batas bertambah parah dan berulang terutama
normal. Jantung, batas jantung dalam batas ketika pasien sedang sendirian dirumah dan
normal, BJ I/II reguler. Abdomen dan tidak ada yang menolong. Bentuk keluarga
ekstremitas dalam batas normal. pada pasien ini adalah keluarga inti (nuclar
Muskuloskeletal kekuatan otot esktremitas family) yang terdiri suami, istri, dan tiga orang
superior dextra 5, superior sinistra 4, inferior anak. Kebutuhan materi keluarga dipenuhi
dextra 5, inferior sinistra 4, tidak didapatkan dari penghasilan istri pasien sebagai juru
kelainan sendi, rom dalam batas normal. masak yaitu sebesar kurang lebih
Pemeriksaan neurologis menunjukkan reflek 1.000.000/bulan. Pola pengobatan keluarga
fisiologis; bisep (+/+), trisep (+/+), patella pasien adalah kuratif.
(+/+), achilles (+/+) refleks patologis; babinsky

Gambar 1. Genogram Keluarga Tn. A


Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Hipertensi
: Obesitas
:Riwayat Stroke
:Meninggal
: Tinggal serumah

Medula | Volume 9 | Nomor 4| Januari 2020 | 678


Tania Malauta Sitepu, Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien Hipertensi dan Obesitas Derajat II Dengan Riwayat Stroke
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

Gambar 2. Family Map Keluarga Tn.A Gambar 3. Denah rumah Tn. A

Pasien tinggal dirumah permanen milik dialami, terdapat stressor akibat kekhawatiran
sendiri yang berukuran 5 m x 6 m, tidak pasien karena sakit dan takut membebani
bertingkat, memiliki 1 buah kamar tidur, 1 keluarga, perilaku berobat kuratif. Aspek
ruang tamu, satu kamar mandi,dan satu keempat adalah aspek psikososial keluarga
dapur. Kamar tidur pasien terlihat berantakan, dan lingkungan eksternal yaitu kurangnya
terdapat banyak baju yang tergeletak di pengetahuan keluarga untuk memotivasi
tempat tidur dan tergantung. Jendela terdapat pasien agar selalu memeriksakan
di depan rumah dan dalam kamar pasien kesehatannya dan menjaga pola hidup,
berupa kaca tembus pandang yang jarang kurangnya pengetahuan keluarga pentingnya
dibuka.Ventilasi rumah hanya ada di atas memotivasi dan menyemangati pasien agar
jendela dan di atas pintu depan. Pertukaran tidak merasa rendah diri dan patah semangat
udara kurang baik. Kamar mandi kurang bersih karena penyakit yang diderita, kurangnya
dengan jamban jenis leher angsa di dalamnya. pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga
Sumber air berasal dari air sumur. mengenai penyakit terkait dan kurangnya
Diagnostik holistik awal pada pasien perilaku hidup sehat dalam keluarga.
terdiri dari empat aspek yaitu aspek personal, Intervensi yang dilakukan terbagi atas
klinis, risiko internal, dan aspek psikososial patient centered dan family focused.
keluarga dan lingkungan eskternal. Aspek Intervensi patient centered berupa terapi
personal yaitu alasan kedatangan: pasien medikamentosa yaitu amlodipine 1x10 mg,
sering merasa nyeri kepala, kekhawatiran: furosemide 1x40 mg, paracetamol 3x500 mg
takut penyakit stroke berulang kembali dan (jika perlu). Terapi non-medikamentosa
tidak bisa beraktifitas serta bekerja secara berupa edukasi kepada pasien mengenai
normal kembali, khawatir bila penyakitnya penyakit yang sedang diderita oleh pasien
memberat; harapan: Keluhan penyakit (hipertensi, obesitas, dan stroke), program
berkurang, hipertensi terkontrol, tidak penatalaksanaan mandiri berupa modifikasi
obesitas, dapat beraktifitas dan bekerja secara gaya hidup .edukasi tentang pencegahan
normal kembali. Aspek klinik yaitu hipertensi terjadinya stroke berulang dan apa yang harus
derajat II (ICD X-I10), riwayat Stroke (ICD X- dilakukan apabila gejala berulang,
Z86.73), dan obesitas (ICD X- E66). ,memberikan motivasi untuk minum obat
Aspek risiko internal adalah IMT yang secara kontinu dan mengambil obat sekaligus
termasuk kriteria obesitas derajat II yaitu 38,9 mengontrol tekanan darah serta
kg/m2, faktor riwayat keluarga hipertensi, suka menganjurkan pasien untuk
mengonsumsi makanan asin dan banyak meneruskan mengikuti program BPJS.
garam, jarang berolahraga, kurangnya Intervensi family focused berupa
pengetahuan pasien tentang penyakit yang edukasi dan konseling mengenai penyebab,

Medula | Volume 9 | Nomor 4| Januari 2020 | 679


Tania Malauta Sitepu, Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien Hipertensi dan Obesitas Derajat II Dengan Riwayat Stroke
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

risiko, pencegahan dan komplikasi penyakit pasien 170/100 mmHg dengan dua kali
hipertensi, obesitas, dan stroke serta peran pemeriksaan.
keluarga dalam tatalaksana, edukasi untuk Hipertensi adalah meningkatnya
selalu menjalankan pola hidup sehat, tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
memberikan edukasi mengenai pentingnya mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90
dukungan serta movitasi keluarga agar pasien mmHg pada dua kali pengukuran dengan
tetap semangat dan percaya diri. selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup
Diagnosis holistik akhir pada pasien ini istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan
adalah aspek personal: keluhan sudah oleh Joint National Committee on Detection,
berkurang, kekhawatiran pasien mulai Evaluation and Treatment of High Blood
berkurang dan harapan pasien saat ini keluhan Pressure 8 sebagai tekanan yang lebih tinggi
hilang, tekanan darah terkontrol, dan stroke dari 140 / 90 mmHg.7
tidak berulang; aspek klinis yaitu hipertensi Program Pada Pedoman Tatalaksana
grade II (ICD X-I10.0), riwayat Stroke (ICD X- Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular di
Z86.73). danobesitas (ICD X- E66); 
aspek Indonesia yang dibuat oleh Perhimpunan
resiko internal yaitu pengetahuan mengenai Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
penyakit bertambah,pengetahuan mengenai (PERKI) dijelaskan bahwa penatalaksanaan
gaya hidup yang tepat sesuai penyakit yang penyakit hipertensi dapat dibagi menjadi
diderita meningkat, pasien termotivasi untuk tatalaksana non-farmakologis dan
menurunkan berat badan, danasien mulai farmakologis. Pada tatalaksana non
mau minum obat anti hipertensi rutin. Aspek farmokologis menjalani pola hidup sehat telah
psikososial keluarga terdiri dari keluarga mulai banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
memahami peran penting dukungan dan darah, dan secara umum sangat
motivasi pada kesehatan pasien, menguntungkan dalam menurunkan risiko
meningkatnya kesadaran keluarga untuk permasalahan kardiovaskular. Pada pasien
hidup sehat, keluarga memotivasi pasien agar yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa
senantiasan mengatur pola makan dan rutin faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi
minum obat, meningkatnya pengetahuan pola hidup sehat merupakan tatalaksana
keluarga tentang penyaki terkait dan tahap awal, yang harus dijalani setidaknya
kesadaran terhadap pencegahan penyakit selama 4 – 6 bulan. Terapi farmakologi baru
hipertensi yang mungkin diturunkan kepada dimulai pada penderita hipertensi derajat 1
generasi selanjutnya dari pasien. Derajat yang tak mengalami penurunan tekanan darah
Fungsional akhir 2, yaitu mampu melakukan setelah >6 bulan menjalani pola hidup sehat
aktivitas fisik ringan, baik didalam rumah dan pada pasien hipertensi derajat ≥ 2.
maupun diluar rumah. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan
adalah penurunan berat badan, mengurangi
Pembahasan asupan garam, olahraga, mengurangi
Masalah kesehatan yang dibahas pada konsumsi alkohol, dan berhenti merokok.8
kasus ini adalah seorang pasien Tn. A berusia Algoritme tatalaksana hipertensi yang
53 yang tediagnosis hipertensi dan obesitas. direkomendasikan berbagai guidelines
Ketika memeriksakan diri ke Puskesmas Rawat memiliki persamaan prinsip, dan dibawah ini
Inap Gedong Tataan, Tn.A datang karena adalah algoritme tatalaksana hipertensi secara
keluhan sakit kepala dan rasa berat pada leher umum, yang disadur dari A Statement by the
yang hilang timbul, saat dilakukan American Society of Hypertension and the
pemeriksaan, didapatkan tekanan darah International Society of Hypertension 2013:9

Medula | Volume 9 | Nomor 4| Januari 2020 | 680


Tania Malauta Sitepu, Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien Hipertensi dan Obesitas Derajat II Dengan Riwayat Stroke
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

Gambar 4. Algoritme Tatalaksana Hipertensi9

Dengan memahami pedoman tata lebih sedikit kaya potassium dan calcium juga
laksana hipertensi ini, maka dapat dipahami dapat menurunkan berat badan dan tekanan
bahwa yang menjadi dasar utama adalah pola darah sistolik hingga 8 – 14 mmHg.
hidup sehat. Bila pasien tidak mengalami Selanjutnya adalah mengurangi asupan garam.
penurunan tekanan darah setelah >6 bulan Di Indonesia, makanan tinggi garam dan lemak
menjalani gaya hidup sehat, maka diberikan merupakan makanan tradisional pada
satu golongan obat untuk hipertensi derajat 1 kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien
pilihan awal berupa golongan thiazide dan tidak menyadari kandungan garam pada
pertimbangkan juga golongan ACEI dan ARB, makanan cepat saji, makanan kaleng, daging
BB dan CCB. Dan kombinasi dua golongan obat olahan dan sebagainya. Restriksi garam harian
yang cara kerjanya berbeda untuk hipertensi dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8
derajat 2, contohnya golongan thiazide dan mmHg. Dianjurkan untuk konsumsi sodium
ACEI.9 chloride ≤6 g/hari (100 mmol sodium/hari).
Dalam guideline JNC 8, beberapa Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur
modifikasi gaya hidup yang dianjurkan adalah dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4 –
penurunan berat badan. Penurunan berat 9 mmHg. Beraktivitas fisik dengan intensitas
badan dapat mengurangi tekanan darah sedang pada kebanyakan, atau setiap hari
sistolik 5-20 mmHg/ penurunan 10 kg. pada 1 minggu (total harian dapat
Rekomendasi ukuran pinggang <80 cm untuk diakumulasikan, misalnya 3 sesi, 1 sesi
wanita, indeks massa tubuh <25 kg/m2.7 dilakukan selama 10 menit). Olah raga juga
Rekomendasi penurunan berat badan meliputi dapat dilakukan yaitu sebanyak 30 – 60 menit/
nasihat mengurangi asuan kalori dan juga hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong
meningkatkan aktivitas fisik. Mengadopsi pola penurunan tekanan darah. Selanjutnya adalah
makan DASH (Dietary Approaches To Stop mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun
Hypertension) dengan mengganti makanan konsumsi alkohol belum menjadi pola hidup
tidak sehat dan memperbanyak makan buah, yang umum di negara kita, namun konsumsi
sayuran, dan produk susu rendah lemak alkohol semakin hari semakin meningkat
dengan kandungan lemak jenuh dan total seiring dengan perkembangan pergaulan dan

Medula | Volume 9 | Nomor 4| Januari 2020 | 681


Tania Malauta Sitepu, Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien Hipertensi dan Obesitas Derajat II Dengan Riwayat Stroke
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi memiliki pola hidup yang kurang baik karena
alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria suka mengonsumsi makanan asin dan banyak
dan lebih dari 1 gelas per hari pada wanita garam, makanan berminyak, serta kurang
dapat meningkatkan tekanan darah.7 beraktivitas fisik. Pola aktivitas fisik yang tidak
Modifikasi gaya hidup yang terakhir adalah baik memiliki hubungan yang signifikan
berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai terhadap kejadian hipertensi dan berisiko
saat ini belum terbukti berefek langsung dapat meningkatkan kejadian hipertensi masing-
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok masing sebanyak 6,1 kali dan 3,5 kali lebih
merupakan salah satu faktor risiko utama besar..11
penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya Pada pemeriksaan fisik awal didapatkan
dianjurkan untuk berhenti merokok.8 tekanan darah 170/100 mmHg. Berdasarkan
Berdasarkan JNC 8, bila pasien tidak hasil pengukuran, Indeks Massa Tubuh pasien
mengalami penurunan tekanan darah 38,9 kg/m2 termasuk kategori obesitas derajat
menjalani gaya hidup sehat, maka untuk II. Risiko terjadinya hipertensi meningkat
pasien diberikan satu golongan obat untuk empat kali lipat pada penderita obesitas. Hal
terapi hipertensi awal, pilihan awal berupa ini terjadi karena adanya resistensi insulin,
golongan thiazide dan pertimbangkan juga peningkatan kadar leptin, peningkatan
golongan ACEI, ARB, dan CCB. Jika target aktivitas sistem saraf simpatis, peningkatan
tekanan darah dalam tidak tercapai dalam 1 aktivitas sistem renin-angiotensin aldosteron,
bulan perawatan, tingkatkan dosis obat awal dan peningkatan reabsorbsi sodium renal
atau tambahkan obat kedua dari salah satu pada individu yang obesitas.3
kelas yang direkomendasikan. Jika target Kunjungan kedua dilaksanakan pada
tekanan darah tidak dapat dicapai dengan 2 tanggal 16 Mei 2019. Pada kunjungan kedua
obat, tambahkan dan titrasi obat ketiga dari ini dilakukan pengecekan tekanan darah
daftar yang tersedia.7 pasien, pengisian family folder, menilai aspek
Pembinaan pada pasien ini dilakukan personal, aspek klinis, risiko eksternal,
dengan mengintervensi pasien beserta psikososial dan derajat fungsional. Pasien
keluarga sebanyak 4 kali, dimana dilakukan merasa khawatir dengan keadaan keluarganya
kunjungan pertama pada tanggal 11 Mei 2019. saat ini karena dirinya tak bekerja lagi. Stres
Pada kunjungan keluarga pertama dilakukan dapat memicu naiknya tekanan darah. Reaksi
pendekatan dan perkenalan terhadap pasien pembuluh darah jantung oleh hormon stres
serta menerangkan maksud dan tujuan akan mengakibatkan peningkatan kerja,
kedatangan, diikuti dengan anamnesis sehingga sistem pompa jantung menjadi tidak
tentang keluarga dan perihal penyakit yang stabil.11
telah diderita. Selain itu, pada kunjungan ini Dalam hal lingkungan rumah, pasien
juga dinilai mengenai karakteristik demografi tinggal di pemukiman yang cukup padat
keluarga, fungsi keluarga, dan identifikasi penduduk. Pasien tidur bersama istri pasien
faktor lain yang berpengaruh pada penyakit dalam satu kamar yang sempit dengan
Tn. A. ventilasi dan pencahayaan yang kurang baik
Dari anamnesis, faktor risiko yang Akses ke pelayanan kesehatan cukup dekat.
ditemukan pada pasien ini adalah genetik, dan Hal ini juga berpengaruh dalam perilaku
faktor gaya hidup (pola makan dan olahraga). kesehatan pasien karena untuk menuju ke
Secara genetik, pasien memiliki kakak yang fasilitas kesehatan primer memerlukan
juga menderita hipertensi bahkan meninggal kendaraan bermotor dan pasien hanya dapat
karena stroke. Adanya riwayat keluarga dekat bergantung kepada orang lain karena tidak
yang menderita hipertensi meningkatkan dapat mengendarai motor dan keterbatasan
risiko terkena hipertensi, terutama pada mobilitas.
hipertensi primer. Keluarga yang memiliki Kunjungan ketiga dilaksanakan pada
hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan tanggal 24 Mei 2019 untuk melakukan
risiko hipertensi 2-5 kali lipat.3 Pasien juga intervensi terhadap pasien dan keluarga

Medula | Volume 9 | Nomor 4| Januari 2020 | 682


Tania Malauta Sitepu, Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien Hipertensi dan Obesitas Derajat II Dengan Riwayat Stroke
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

pasien dengan menggunakan media flipchart mengendalikan faktor risiko serta harus tetap
tentang penyakit hipertensi, obesitas, dan percaya diri dan tidak merasa dikucilkan oleh
stroke dari definisi, faktor resiko, komplikasi, keluarga dan masyarakat. Edukasi ini
sampai pencegahannya, pengendalian, serta dilakukan bukan hanya kepada pasien namun
makanan yang dianjurkan dan yang tidak juga pada keluarga pasien agar menambah
dianjurkan untuk pasien, dampak psikologis pengetahuan dan informasi mengenai
dan pentingnya dukungan keluarga pada penyakit dan penatalaksanaan pada penyakit
pasien paska-stroke serta motivasi diri pada pasien serta keluarga pasien menerapkan pola
pasien paska stroke serta memberikan alat hidup yang sehat dan mencegah penyakit
untuk memeriksa tekanan darah sehari – hari. degeneratif. Disini juga keluarga pasien
Pada kunjungan kedua ini juga di lakukan diedukasi untuk melakukan latihan fisik pada
pemeriksaan tekanan darah terhadap pasien pasien, edukasi keluarga untuk
dengan menggunakan alat spigmomanometer menyempatkan waktu dalam menemani
jenis jarum dan didapatkan tekanan darah pasien setiap kali kontrol ke pelayanan
sebesar 160/100 mmHg, juga dilakukan kesehatan, dan edukasi mengenai pentingnya
pemeriksaan kekuatan otot. dukungan keluarga terhadap pasien dalam
Intervensi ini dilakukan dengan tujuan melakukan pengobatan dan menyemangati
untuk merubah pengetahuan sikap dan pasien.
perilaku pasien tentang penyakit hipertensi Kunjungan keempat dilakukan pada
dan untuk meningkatkan kualitas hidup tanggal 31 Mei 2019, yaitu dilakukan 7 hari
pasien. Edukasi pada pasien meliputi setelah intervensi. Saat kunjungan pasien
pemantauan tekanan darah secara berkala, mengatakan keluhan sakit kepala yang
konsumsi obat secara rutin dan pastikan menjalar ke leher sudah tidak terlalu sering
ketersediaan obat, pemantauan efek samping dirasakan. Pasien juga mengatakan bahwa
obat, olahraga atau meningkatkan aktifitas pasien telah mencoba mengikuti pola makan
fisik, diet seimbang terutama mengurangi yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan.
asupan garam, dan menghindari asap rokok. Istri pasien juga menyatakan bahwa pasien
Dengan tujuan tekanan darah dapat terkontrol lima hari terakhir ini melakukan jalan pagi dan
degan target tekanan darah yang telah banyak sore hari kurang lebih 30-50 menit sehari dan
direkomendasikan oleh berbagai studi pada rutin kontrol tekanan darah serta minum obat.
pasien hipertensi dengan penyakit jantung Pasien juga mengatakan akan berusaha
dan pembuluh darah, adalah tekanan darah mengaktifkan kartu BPJS nya kembali agar
sistolik < 140 mmHg dan atau tekanan darah dapat sering memanfaatkan pelayanan
diastolik < 90 mmHg. fasilitas kesehatan yang tersedia. Pada
Edukasi juga memuat tentang gaya pemeriksaan fisik, berat badan dan lingkar
hidup yang baik dengan olahraga sesuai perut pasien masih sama dengan pemeriksaan
dengan kondisi penyakit pasien. Berdasarkan awal, tetapi terdapat penurunan tekanan
PERKI 2015, Olahraga yang dilakukan secara darah menjadi 160/100.
teratur sebanyak 30-60 menit/hari, minimal 3 Meskipun tekanan darah pasien masih
hari/minggu, dapat menolong penurunan diluar target karena masih diatas 140/90,
tekanan darah.8 Sesuai juga dengan berat badan dan lingkar perut masih sama,
rekomendasi PERKI 2015 penderita hipertensi namun tekanan darah tersebut sudah
dianjurkan untuk asupan garam yang tidak berangsur-angsur turun dibandingkan dengan
melebihi 2 gr/hari. 8 Dengan diet seimbang saat pasien pertama kali diukur. Hal tersebut
dan aktivitas fisik juga dapat menurunkan merupakan sesuatu yang wajar mengingat
berat badan yang berdampak baik untuk bahwa perubahan gaya hidup dan kebiasaan
mengurangi obesitas sekaligus menurukan tidaklah mudah dan hasilnya tidak bisa dinilai
tekanan darah. Pasien juga diedukasi untuk dalam watu yang dekat. Butuh waktu agar
tetap berperilaku hidup sehat untuk pasien benar-benar dapat mengadopsi
mencegah kemungkinan stroke berulang dan perilaku secara keseluruhan sehingga ]menjadi

Medula | Volume 9 | Nomor 4| Januari 2020 | 683


Tania Malauta Sitepu, Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien Hipertensi dan Obesitas Derajat II Dengan Riwayat Stroke
Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

gaya hidup yang akan dilakukan hingga 4. Wilson PWF, Agustino RB, Sullivan L,
seterusnya. Parise H, Kannel WB. Overweight and
obesity as determinants of cardiovascular
Simpulan risk. The Framingham Experience. Arc.
Pada kasus ini didapatkan pasien pria Intern. Med. 2002; 162(16):1867-72.
usia 53 tahun yang menderita hipertensi dan 5. Natalia D, Hasibuan P, Hendro. 2014.
obesitas dengan riwayat stroke dengan Hubungan Obesitas dengan Hipertensi
pengetahuan yang kurang tentang penyakit pada Penduduk Kecamatan Sintang,
yang dialaminya dan gaya hidup yang tidak Kalimantan Barat. eJKI. 2014; 2(3):156-8
tepat. Dalam melakukan intervensi terhadap 6. WHO. Obesity and overweight. Geneva:
pasien tidak hanya memandang dalam hal World Health Organization; 2015.
klinis tetapi juga terhadap psikososialnya, oleh 7. Joint National Committee on Prevention,
karenanya diperlukan pemeriksaan dan Detection, Evaluation, and Treatment
penanganan yang holistik, komperhensif dan High Blood Pressure (JNC). The Eight
berkesinambungan. Perubahan perilaku pada Report of Hypertension Guidelines: An In-
Tn. A terkait penyakit yang diderita pasien Depth Guide. Am J Manag Care. 2014.
terlihat setelah pasien diberikan intervensi 8. PERKI. Pedoman Tatalaksana
dan akhirnya mengubah pola hidupnya Kardiovaskuler Indonesia. Jakarta; 2015.
dengan pola makan yang sehat, aktivitas fisik, 9. The Task Force for the management of
dan pola pengobatan yang teratur. arterial hypertension of the European
Society of Hypertension (ESH) and of the
Daftar Pustaka European Society of Cardiology (ESC).
1. WHO. A global brief on Hypertension. 2013 ESH/ESC Guidelines for the
Geneva: World Heart Organization; 2013. management of arterial hypertension.
2. Kementrian Kesehatan RI. Riset Jour of Hypertension. 2013; 31:1281-
Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: 1357.
Badan Penelitian dan Pengembangan 10. Notoatmojo S. Pendidikan Dan Prilaku
Kesehatan; 2018. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, 11. Lu Y, Lu M, Dai H, et al. Lifestyle and risk
Simadibrata S, Setiati S. Buku Ajar Ilmu of hypertension: Follow-up of a young
Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: pre-hypertensive cohort. Int J Med Sci.
Publishing Interna; 2010. 2015; 12(7):605-612.

Medula | Volume 9 | Nomor 4| Januari 2020 | 684

Anda mungkin juga menyukai