Anda di halaman 1dari 1

C.

REALITAS SOSIO-PENDIDIKAN

 . Realitas Sosio Pendidikan di Indonesia Ahmad dahlan mengetahui bahwa


pendidikan di Indonesia terpecah menjadi dua yaitu pendidikan pesantren yang
hanya mengajarkan ajaran-ajaran agama dan pendidikan barat yang sekuler.
Kondisi ini menjadi jurang pemisah antara golongan yang mendapat pendidikan
agama dengan golongan yang mendapatkan pendidikan sekuler. Kesenjangan ini
termanifestasi dalam bentuk berbusana, berbicara, hidup dan berpikir. Ahmad
Dahlan mengkaji secara mendalam dua sistem pendidikan yang sangat kontras ini.
Dualisme sistem pendidikan diatas membuat prihatin Ahmad Dahlan, oleh karena
itu cita-cita pendidikan Ahmad Dahlan ialah melahirkan manusia yang
berpandangan luas dan memiliki pengetahuan umum, sekaligus yang bersedia
untuk kemajuan masyarakatnya. Cita-cita ini dilakukan dengan mendirikan
lembaga
 pendidikan dengan kurikulum yang menggabungkan antara Imtak dan Iptek.
Faktor objektif yang kedua secara ekternal, yaitu disebabkan politik kolonialisme
dan imperialisme Belanda yang menimbulkan perpecahan di kalangan bangsa
Indonesia. a. Periode Pertama (periode sebelum Snouck Hurgronje) Belanda
berprinsip agar penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak memberontak.
Menerapkan dua strategi yaitu membuat kebijakan-kebijakan yang sifatnya
membendung dan melakukan kristenisasi bagi penduduk Indonesia. Dalam
pelarangan pengalaman ajaran islam, Belanda membatasi masalah ibadah haji
dengan berbagai aturan tetapi pelarangan ini justru kontraproduktif bagi Belanda
karena menjadi sumber pemicu perlawanan terhadap Belanda sebagai penjajah
karena menghalangi kesempurnaan islam seseorang. b. Periode Kedua (periode
setelah Snouck Hurgronje menjadi penasihat Belanda untuk urusan pribumi di
Indonesia) Dalam hal ini, tidak semua kegiatan pengamalan Islam dihalangi
bahkan dalam hal tertentu didukung. Kebijakan didasarkan atas pengalaman
Snouck berkunjung ke Makkah dengan menyamar sebagai seorang muslim
bernama Abdul Ghaffar. Kebijakan Snouck didasarkan tiga prinsip utama,yaitu:
Pertama rakyat indonesia dibebaskan dalam menjalankan semua masalah ritual
keagamaan seperti ibadah, Kedua pemerintah berupaya mempertahankan dan
menghormati keberadaan lembaga-lembaga sosial atau aspek mu’amalah dalam
islam, Ketiga pemerintah tidak menoleransi kegiatan apapun yang dilakukan kaum
muslimin yang dapat menyebarkan seruan-seruan Pan- Islamisme atau
menyebabkan perlawanan politik atau bersenjata menentang pemerintah kolonial
Belanda.

Anda mungkin juga menyukai