Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY.

P DENGAN STROKE NON HEMORAGIK


DI RUANG PERAWATAN JATI RSUD JARAGA SASAMEH BUNTOK

EKA WAHYULIANTI, S.Kep. 113063J120021

ELAE IRANIASY, S.Kep. 113063J120022

ERWIN NOVRANDI, S.Kep. 113063J120024

FAKHRUDDIN, S.Kep. 113063J120025

HASNANI, S.Kep. 113063J120029

HAWINOVA, S.Kep. 113063J120030

ISTIQAMAH, S.Kep. 113063J120032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2020
Definisi SNH
 Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal
maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak.
gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh
darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang
seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi
terganggu. Kekurangan pasokan oksigen keotak akan memunculkan
kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan
memunculkan gejala stroke (Junaidi, 2011).
 Menurut Corwin (2009) klasifikasi Stroke Non Hemoragik ada dua,
yaitu stroke trombotik dan strok embolik. Stroke trombotik terjadi
karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah ke otak
sedangkan stroke embolik berkembang setelah oklusi arteri yang
terbentuk di luar otak. Stroke non hemoragik merupakan proses
terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya
terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari
dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hiposia dan selanjutnya dapat timbul edema (Arif
Mutaqin, 2008).
ETIOLOGI SNH
Trombosis serebral: penyebab utamanya adalah artero
sklerosis yaitu trombosis yang menyebabkan iskemik
pada otak.
Emboli serebral: adanya penggumpalan darah pada
serebral misalnya pembekuan darah, lemak maupun
udara.
Artritis: akibat dari artritis temporal, spilis pada stadium
penyebaran ke darah atau menimbulkan radang pada
pembuluh darah
Selain faktor di atas faktor resiko terjadinya stroke adalah
sebagai berikut:
1. Usia di atas 30 tahun.
2. hipertensi maligna yang tidak terkontrol.
3. Merokok.
4. Obesitas.
5. Diabetes melitus..
6. Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida.
Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis Stroke Non Hemoragik menurut
Misbach (2011) antara lain :
Hipertensi

Gangguan sensorik.

Gangguan motorik (kelemahan otot, hemiparese).

Gangguan visual.

Gangguan keseimbangan.

Nyeri kepala (migran, vertigo).

Muntah.

Disatria (kesulitan berbicara).

Perubahan mendadak status mental (apatis, somnolen, delirium, suppor, koma).


Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik Pada Ny. P
di Ruang Jati RSUD Jaraga Sasameh Buntok
Analisa Data
Data Diagnosa
S: Pasien mengatakan badan sebelah Gangguan perfusi jaringan serebral
kanan masih lemah, keluarga pasien berhubungan dengan gangguan aliran
mengatakan pasien ada kejang di ruangan. darah sekunder akibat peningkatan tekanan
O: K/U lemah, akral teraba hangat, kes intrakranial.
composmentis, GCS 15,
TD: 127/71 mmHg, nadi: 74 kali/menit,
RR: 22 kali/menit, Suhu: 36,7℃, oksigen 4
liter per menit per nasal canule terpasang,
pasien tampak berbaring di tempat tidur
dengan kepala ditinggikan, diberikan obat
Citicolin 2x 500 mg (IV), Phenytoin 2
ampul dalam infus Nacl 60 tpm/ 12 jam
(IV)
Data Diagnosa
S: Pasien mengatakan badan Hambatan mobilitas fisik
masih terasa lemah dan tidak berhubungan dengan gangguan
bertenaga. neuromuskuler, hemiparase
O: K/U lemah, pasien berbaring dextra.
di tempat tidur dan dibantu oleh
suami dan anak, ROM: 4 5

3 5
TD: 127/71 mmHg, nadi: 74
kali/menit, RR: 22 kali/menit,
Suhu: 36,7℃.
Data Diagnosa
S: Pasien mengatakan badan Defisit perawatan diri
masih terasa lemah dan kadang berhubungan dengan hemiparese
pusing. dextra.
O: K/U lemah, pasien berbaring
di tempat tidur dan aktifitas
dibantu oleh suami dan anak,
ROM:
4 5

3 5

TD: 127/71 mmHg, nadi: 74


kali/menit, RR: 22 kali/menit,
Suhu: 36,7℃.
Diagnosa 1: Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran darah
sekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial.
intervensi implementasi
Kaji status neurologi Mengkaji status neurologi pasien.
Kaji tingkat kesadaran dengan GCS. Mengkaji tingkat kesadaran pasien dengan
menggunakan GCS.
Kaji pupil, ukuran respon terhadap cahaya, Mengkaji pupil, ukuran respon terhadap cahaya,
gerakan mata. gerakan mata.

Evaluasi keadaan motorik dan sensorik klien. Mengevaluasi keadan motorik dan sensorik
pasien.
Posisikan kepala 30-40° dengan posisi leher tidak Memposisikan kepala 30-40° dengan posisi
menekuk. leher tidak menekuk.
Kaji tanda peningkatan TIK (kaku kuduk, muntah
proyektil dan penurunan kesadaran).

Berikan oksigen sesuai indikasi. Memberikan oksigen per nasal canule 4 liter per
menit.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Memberikan obat-obatan sesuai order dokter
terapi obat-obatan. yaitu Citicolin 2x 500 mg (IV), Phenytoin 2 ampul
dalam infus Nacl 60 tpm/ 12 jam (IV)
Diagnosa 2: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, hemiparase dekstra.
intervensi implementasi
Kaji kemampuan motorik. Mengkaji kemampuan motorik.

Ajarkan klien untuk melakukan ROM minimal 4x Mengajarkan pasien melakukan ROM.
perhari bila memungkinkan.

Observasi daerah yang tertekan, termasuk Mengobservasi daerah yang tertekan.


warna, edema atau tanda lain gangguan
sirkulasi.

Lakukan massage pada daerah tertekan.

Berikan/bantu pasien untuk melakukan latihan Membantu pasien untuk melakukan latihan
rentang gerak pasif, dan aktif. gerak papsif dan aktif.

Berikan perawatan kulit dengan baik, massase


titik yang tertekan setelah rehab perubahan
posisi dan periksa keadaan kulit di bawah brace
dengan periode waktu tertentu.
Diagnosa 3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese dextra .

intervensi implementasi
Monitor kemampuan pasien Memonitor kemampuan pasien
terhadap perawatan diri terhadap perawatan diri.
Monitor kebutuhan akan personal Memonitor kebutuhan akan personal
hygiene, berpakaian, toileting dan hygiene, berpakaian, toileting dan
makan. makan.

Beri bantuan dan ajarkan keluarga Memberikan bantuan dan


sampai pasien mempunyai mengajarkan keluarga sampai pasien
kemampuan untuk merawat diri. mempunyai kemampuan untuk
merawat diri.

Anjurkan pasien untuk melakukan Menganjurkan pasien untuk


aktivitas sehari-hari sesuai melakukan aktifitas sehari-hari sesuai
kemampuannya. kemampuan.

Pertahankan aktivitas perawatan diri


secara rutin
Pembahasan
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang ditemukan penulis dalam melakukan pengkajian tanggal 6
Mei 2020 sudah sesuai dengan apa yang ada di teori. Sehingga tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan praktik. Pada tahap ini dengan berbagai cara untuk
memperoleh data. Data yang diperoleh dari wawancara yang bersumber dari
pasien dan keluarga. Kemudian dilakukan analisa antara sumber dengan data yang
diperoleh penulis.
2. Diagnosa keperawatan
Pada diagnosa keperawatan yang muncul antara teori dan praktik ada perbedaan,
tidak semua yang ada di teori muncul semua di dalam praktik. Pada teori ada
muncul 4 diagnosa yaitu Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
gangguan aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial,
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, Defisit
perawatan diri berhubungan dengan hemiparase, Resiko gangguan integritas kulit
berhubungan dengan tirah baring lama, pada prakteknya diagnosa yang muncul
hanya 3 diagnosa keperawatan yaitu Gangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan
intrakranial, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, hemiparese dextra dan Defisit perawatan diri berhubungan dengan
hemiparase dextra
3. Intervensi
Dalam pelaksanaan penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
4. Implementasi
Dalam pelaksanaan penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
5. Evaluasi
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
gangguan aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan
intrakranial . Dalam asuhan keperawatn yang dilakukan penulis
selama 4 hari terdapat Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
otak berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat
peningkatan tekanan intrakranial masalah ini teratasi sebagian
dibuktikan dengan Klien dapat mempertahankan tingkat
kesadaran, fungsi kognitif, sensorik dan motorik.Tanda-tanda
vital stabil, peningkatan TIK tidak ada.Komplikasi tidak terjadi.
b. Hambatan mobilitas Fisik berhubungan dengan
gangguan neuromaskular,Dalam asuhan
keperawatan yang dilakukan penulis selama 4 hari
terdapat hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan gangguan neuromaskuler, masalah ini
teratasi sebagian dibuktikan dengan pasien sudah
ada peningkatan kekuatan otot.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
hemiparese dextra, Dalam asuhan keperawatn
yang dilakukan penulis selama 4 hari terdapat
Defisit perawatan diri berhubungan dengan
hemiparese dekstra, masalah ini teratasi sebagian
dibuktikan pasien dapat melakukan aktivitas
sehari-hari dengan dibantu oleh keluarganya
(makan, berpakaian, kebersihan, toileting,
ambulasi) kebersihan diri pasien masih dibantu
oleh keluarganya .

Anda mungkin juga menyukai