Anda di halaman 1dari 13

MODUL 7

BEDAH MINOR & KEGAWATDARUTAN


GIGI DAN MULUT

“Bantuan Hidup Dasar, Sinkop dan Syok Anafilaktik”

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam


Melengkapi Kepaniteraan Klinik Di Bagian Oral
Surgery

Oleh:

PUTI ZULFA FRESTACIA


19100707360804066

Pembimbing : drg. Firdaus, M.Si

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah laporan tugas
yang berjudul “Bantuan Hidup Dasar, Sinkop dan Syok Anafilaktik” untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik modul 7
(Bedah Minor & Kegawatdarutan Gigi dan Mulut) dapat diselesaikan.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua
proses yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan Drg. Firdaus, M.Si selaku
dosen pembimbing, bantuan dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak
lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.

Padang, Februari

Penulis
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui tugas makalah “Bantuan Hidup Dasar, Sinkop dan Syok
Anafilaktik” guna melengkapi persyaratan Modul 7

Padang, Februari 2021

Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Firdaus, M.Si)


Bantuan Hidup Dasar, Sinkop dan Syok Anafilaktik

A. Bantuan Hidup Dasar


Resusitasi dilakukan pada kasus cardiac arrest (henti jantung) yang
ditandai dengan tidak terabanya arteri carotis. Langkah-langkah yang dilakukan
ialah C (circulation) – A (airway) – B (breathing).
1. Cek kesadaran dengan menepuk guncang bahu korban

2. Apabila pasien tidak merespon maka panggil bantuan dari orang sekitar
atau menelpon ambulan untuk meminta bantuan medis

3. Cek pernafasan korban dengan look, feel dan listen dan tentukan apakah
korban bernafas/tidak bernafas/bernafas tidak normal (gasping). Jika
korban tidak respon dan tidak bernafas maka terjadi henti jantung
4. Resusitasi jantung paru dengan titik tumpu di tengah-tengah sternum.
Tumit salah satu tangan diletakkan di atas sternum, lalu tangan yang satu
lagi diletakkan di atas tangan yang sudah berada di posisi pijat jantung,
jari-jari kedua tangan dirapatkan. Penolong mengambil posisi tegak lurus
di atas dada pasien dengan siku dalam keadaan lurus. Lakukan kompresi
sedalam 5 cm sebanyak 100-120x/menit (30x pijatan dalam waktu 15-18
detik, diselingi 2 nafas buatan). Saat pijat jantung, hitung dengan suara
keras.
5. Bebaskan jalan nafas. Lakukan head tilt dan chin lift dengan satu tangan di
dahi pasien, doronglah dahi ke belakang agar kepala mengadah dan mulut
sedikit terbuka dan dorong dagu ke arah atas.

6. Lakukan pemberian nafas buatuan mouth to mouth, pertahankan posisi


kepala tetap mengadah sekaligus jepit hidung dengan tangan yang sama.
Tempelkan mulut penolong ke mulut pasien dengan rapat. Hembuskan
nafas perlahan sampai terlihat dada terangkar/ naik. Lepaskan mulut
penolong, biarkan udara keluar dari mulut korban. Berikan nafas buatan
kedua dengan cara yang sama

7. Ulangi siklus kompresi dada dan bantuan nafas 30:2 selama 2 menit
(sekitar 5-6 siklus) lalu evaluasi denyut arteri carotis. Jika masih belum
teraba, lanjutkan siklus pijat jantung dan nafas buatan sampai
bantuan/ambulans datang. Pertolongan dihentikan jika detak pasien
kembali (return of spontaneous circulation/ROSC) atau nafas sudah
kembali, datang penolong yang lebih ahli, pasien tidak tertolong lagi dan
apabila penolong terlalu lemah sehingga dapat membahayakan diri sendiri
8. Bila pasien ROSC (+) maka dilakukan recovery position

B. Sinkop
Sinkop adalah suatu keadaan menurunnya kesadaran akibat
ketidakseimbangan dalam sirkulasi/distribusi darah ke perifer. Adanya
kekurangan darah di dalam otak dalam waktu tertentu disebabkan peningkatan
aliran darah ke dalam pembuluh darah yang lebih besar sehingga otak akan
berefek lebih dahulu akibat kekurangan volume darah di dalam sirkulasi. Gejala-
gejala sinkop adalah weakness, dizziness, pucat, rasa dingin, nadi lemah (mula-
mula cepat kemudian lambat) dan akhirnya pasien mulai kehilangan kesadaran
secara penuh. Sedangkan faktor kontributor terjadinya sinkop antara lain nyeri,
rasa takut, mual, dehidrasi, dental office smell, melihat instrument/darah, keadaan
pasien tegang, keadaan hamil atau menjelang mensturasi.
Penatalaksanaan pasien sinkop;
1. Posisikan pasien dengan posisi trendelenburg yaitu posisi dengan bagian
kepala lebih rendah daripada kaki fungsinya untuk melancarkan peredaran
darah ke otak

2. Lepaskan seluruh pakaian yang dapat mengganggu pernafasan


3. Semportkan air dingin ke wajah pasien

4. Pasien menghirup bau ammonia

5. Jangan tinggalkan pasien yang pingsan sendirian


6. Setelah pasien kembali sadar, maka diberi minum seperti air gula atau teh
manis dan mengecek kembali vital sign pasien

7. Jika pasien tidak pulih secara cepat setelah menghirup bau ammonia maka
dilakukan prosedur resusitasi atau BLS

Pencegahan
Guna menghindar terjadinya sinkop di tempat praktik, maka ada beberapa
hal yang harus diperhatikan:
 Jika sinkop karena factor psikologis, maka pasien harus menerima kesan
yang baik pada saat masuk ke ruang praktik. Misalnya melihat resepsionis
atau asisten dengan pakaian yang bersih dan memberikan senyuman
 Ruang tunggu harus menyenangkan
 Pasien tidak boleh menunggu lama
 Kotak yang berisi obat-obatan harus tertutup rapat karena baunya dapat
menyebar ke seluruh ruangan dan hal ini dapat meningkatkan kecemasan
pasien
 Tingkah laku dokter gigi harus memberi kenyamanan pada pasien dan
tidak boleh menunjukkan rasa tidak percaya diri dan ragu-ragu
 Pasien jangan melihat alat-alat bedah atau darah
 Pakaian dokter gigi harus tidak boleh ada percikan darah

C. Syok Anafilaktik
Syok anafilaktik adalah suatu reaksi yang berasal dari efek vasodilator dari
histamine yang mengurangi volume heart stroke dan tekanan darah akibat aliran
balik vena ke jantung berkurang yang dapat menyebabkan kematian dalam
beberapa menit.
Syok anafilaktik disebabkan oleh reintroduction protein asing ke dalam
tubuh pasien yang tersensitisasi melaluik kontak sebelumnya. Obat-obat yang
sering menyebabkan reaksi ini terutama adalah penisilin atau derivate PABA,
sefalosporin, sulfonamide, vankomisin, NSAID, bahan kontras radiologi,
immunoglobulin, vaksin, procain, tetracaine, bahkan berbagai makanan dan
gigitan serangga.
Gejala yang ditimbulkan akibat pelepasan besar histamine like substance
akan menyebabkan keluhan-keluhan pasien berupa dyspnea, dizziness, headache,
itching atau urtikaria, rasa metal dan rasa panas dalam mulut/lidah, nadi lemah
dan cepat atau tidak teraba sama sekali, nafas cepat dan dalam, kulit pucat dan
dingin, lemah, kehilangan kesadaran, tekanan darah sistolik menurun, perbedaan
tekanan sistolik dan diastolic kurang. Bila tekanan darah turun sampai ke level
tertentu, ginjal menjadi rusak dan pasien mengalami koma uremia bahkan setelah
pasien tersebut pulih dari syok. Gangguan primer terjadi di sel-sel parenkim paru.
Untuk mencegah terjadinya syok anafilaktik, maka lakukan anamnesa
riwayat penyakit pasien secara teliti terutama jika pasien tersebut berpotensi untuk
mengalami syok anafilaktik. Jika pasien mempunyai riwayat alergi terhadap zat-
zat tertentu yang dapat tersensitisasi maka harus hindari pemberian obat secara
intravena, bila melakukan penyuntikan harus secara perlahan.
Penatalaksanaan pasien syok anafilaktik;
1. Segera hentikan pemberian anestesi (obat-obat lain)
2. Baringkan pasien dengan posisi kepala miring (untuk menghindari bahaya
muntah)

3. Angkat leher pasien, kemudian ekstensikan kepala/dagu dan jaga aliran


udara agar bebas dari obstruksi baik anatomis maupun mekanis

4. Beri oksigen

5. Jika arteri carotis tidak teraba maka segera lakukan RJP


6. Segera cari bantuan/telepon ambulans
7. Berikan obat-obat sesuai urutan
 Adrenalin 1.1000 sebanyak 0,5 ml secara subkutan (ulangi setiap 10
menit) sampai gejala menghilang dengan adrenalin sebanyak 0,5 mg.
Tujuannya untuk menghilangkan bronkospasme dan menstabilkan
tekanan darah

 Chlor-Trimeton (Vial 10 mg), histamine, Benadryl (50 mg IV/IM),


tujuannya untuk memblok reseptor histamine
 Solu-cortef (hydrocortisone) 1 vial 100 mg x 2 atau lebih secara intra
vena atau 50 mg methylprednison dan suntikkan secara perlahan
 Aminophylline 1 atau 2 vial 10 ml secara intra vena (jika bronchial
spasme masih ada)
 Bawa pasien sesegera mungkin ke rumah sakit. Pada kasus edema
glottis lakukan intubasi/trakheostomi

Anda mungkin juga menyukai