Case Report
“Epilepsi”
Oleh:
SAUSAN HAZIMAH (19-168)
Dosen Pembimbing:
Dr. drg. Utmi Arma, MDSc
Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf tidak
menular yang timbul akibat terganggunya sinyal listrik
dalam otak dan juga didefinisikan sebagai kelainan otak
yang ditandai dengan kecenderungan untuk
menimbulkan bangkitan epileptik yang terus menerus
dengan konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis
dan sosial. Definisi ini membutuhkan setidaknya ada dua
kejang tanpa provokasi atau satu bangkitan refleks yang
berselang lebih dari 24 jam.
Seseorang dianggap
menderita epilepsi ketika
terjadi dua atau lebih kejang
tanpa sebab yang dapat
dijelaskan dengan kondisi
medis seperti demam atau
gangguan elektrolit.
Etiologi dari epilepsi adalah multifaktorial (idiopatik, kriptogenik dan
simtomatik), tetapi sekitar 60 % dari kasus epilepsi tidak dapat
ditemukan penyebab yang pasti atau yang lebih sering kita sebut
sebagai kelainan idiopatik.
c. Infeksi c. Idiopatik
f. Displasia
3. Keluhan Tambahan:
Lokasi : tidak ada
Sakit : tidak
Waktu : sudah sejak 4 tahun.
Penampilan : terganggu
4. Riwayat penyakit sistemik : epilepsi dengan meminum obat fenitoin 100 mg 2 kali sehari dengan 2 kapsul setiap
minum.
6. Riwayat Sosial : pasien aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yaitu silat dan memiliki rutinitas yang padat di
sekolah, sehingga pada saat umur 16 tahun pasien sering kelelahan.
c. Tidak sakit
Rencana Perawatan:
1. Komunikasi, Informasi dan Edukasi pada pasien :
a. Memberikan edukasi terhadap pasien mengenai pembesaran
pada gingiva disebabkan oleh efek samping obat fenitoin.
b. Menyampaikan bahwa dokter gigi akan memberikan rujukan
kepada spesialis saraf untuk mengganti obat antikonvulsan yang
dikonsumsi pasien sekarang dengan jenis yang lainnya sehingga
dapat mengurangi keparahan pembengkakan gingiva dan dapat
dilakukan perawatan di bagian periodonsia.
d. Memberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga
kebersihan rongga mulut pasien yaitu dengan menyikat gigi
dengan baik dan benar sehari 2 kali pada pagi dan malam hari
sebelum tidur, dan penggunaan obat kumur antiseptik.
e. Edukasi kepada pasien untuk datang ke dokter gigi secara
berkala minimal 6 bulan sekali untuk mencegah dan menjaga
akumulasi plak yang dapat menyebabkan terjadinya inflamasi
sekunder.
RSGM Baiturrahmah Padang
2. Surat Rujukan drg. Sausan Hazimah
NIM. 19100707360804168
Jln. By.Pass Km.14 AiePacah, Koto Tangah
Padang, 16 Februari 2021
Yth. TS dr. Ayman Alatas, Sp.S
Di Rumah Sakit
Mohon pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut terhadap penderita:
Nama Pasien : Nn. Alita Putri
Umur : 20Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No telepon : 082390xxxxxx
Alamat : Jl. Maransi Aia Pacah
Anamnesis
Keluhan: Gusi bengkak tidak sakit dan tidak mudah berdarah, namun menggangu
secara estetika. Gusi bengkak sudah sejak 4 tahun yang lalu.
Temuan Klinis : Terlihat adanya pembesaran gingiva pasien hingga menutupi
bagian papila interdental, margin gingiva pada bukal, labial, palatal dan lingual,
tidak sakit dan tidak mudah berdarah karena pemakaian obat fenitoin.
Diagnosis Sementara : Epilepsi dengan manifestasi oral berupa gingiva
enlargement.
Terapi/obat yang telah diberikan : -
Demikianlah surat rujukan ini kami kirim, kami Mohon apabila
memungkinkan untuk mengganti obat antikonvulsan dengan jenis yang lainnya
sehingga dapat mengurangi keparahan pembengkakan gingiva pasien. Atas
perhatian Bapak saya mengucapkan terima kasih.
TTD
(drg.Sausan Hazimah)
19100707360804168
Kesimpulan
Penggunaan antikonvulsan berupa fenitoin pada pasien eplepsi
dapat menyebabkan pembesaran gingiva (gingival enlargement).
Fenitoin menginduksi Ca2+ sehingga menghambat penyerapan
asam folat, selain itu fenitoin meningkatkan ekstraseluler seperti
jaringan ikat, kolagen dan fibroblast. Selain itu plak gigi dalam
etiologi pada pembesaran gingiva yang disebabkan oleh fenitoin
adalah sebagai respon inflamasi lokal sehingga gingiva
mengalami pertumbuhan yang cepat.
Terima Kasih....