Anda di halaman 1dari 17

Modul 3

Case Report
“Epilepsi”
Oleh:
SAUSAN HAZIMAH (19-168)
Dosen Pembimbing:
Dr. drg. Utmi Arma, MDSc
Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf tidak
menular yang timbul akibat terganggunya sinyal listrik
dalam otak dan juga didefinisikan sebagai kelainan otak
yang ditandai dengan kecenderungan untuk
menimbulkan bangkitan epileptik yang terus menerus
dengan konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis
dan sosial. Definisi ini membutuhkan setidaknya ada dua
kejang tanpa provokasi atau satu bangkitan refleks yang
berselang lebih dari 24 jam.

Seseorang dianggap
menderita epilepsi ketika
terjadi dua atau lebih kejang
tanpa sebab yang dapat
dijelaskan dengan kondisi
medis seperti demam atau
gangguan elektrolit.
Etiologi dari epilepsi adalah multifaktorial (idiopatik, kriptogenik dan
simtomatik), tetapi sekitar 60 % dari kasus epilepsi tidak dapat
ditemukan penyebab yang pasti atau yang lebih sering kita sebut
sebagai kelainan idiopatik.

Kejang Fokal Kejang Umum


a. Trauma kepala a. Penyakit metabolik

b. Stroke b. Reaksi obat

c. Infeksi c. Idiopatik

d. Malformasi vaskuler d. Faktor genetik

e. Tumor (Neoplasma) e. Kejang fotosensitif

f. Displasia

g. Mesial Temporal Sclerosis


Terapi utama epilepsi adalah dengan obat anti epilepsi (OAE). Pemberian obat
anti epilepsi ini bertujuan untuk mengontrol bangkitan epilepsi. Prinsip
pemberian obat anti-epilepsi (OAE) dimulai dengan monoterapi, yaitu pemberian
obat tunggal menggunakan dosis terendah yang dapat mengontrol bangkitan
tanpa menimbulkan efek samping. Bila efek samping muncul sebelum bangkitan
terkontrol maka obat harus diganti atau ditambahkan dengan OAE lainnya
(politerapi).

Fenitoin merupakan calcium chanel blocker (CCB) yang banyak diresepkan


untuk pengobatan epilepsi umum maupun parsial. Fenitoin juga merupakan
terapi lini pertama untuk pengobatan epilepsi karena sifatnya yang amat
potensial dan ekonomis.
Hiperplasia gingiva merupakan efek samping
yang paling sering dijumpai. Pembesaran gingiva
biasanya muncul pada 50% pasien yang
mengkonsumsi obat tersebut dan biasanya terjadi
pada pasien yang masih muda.

Gambaran klinis pembesaran gingiva yang


diinduksi oleh fenitoin yaitu marginal gingiva dan
papilla interdental tampak membesar dan kenyal,
permukaannya tampak halus, disertai stippling
atau berlobus, juga dapat disertai sedikit inflamasi
atau tanpa inflamasi.
Pembesaran gingiva atau yang sering
dikenal dengan istilah gingival
enlargement adalah jaringan gusi yang
membesar secara berlebihan di antara gigi
dan atau pada daerah leher gigi.

Tanda klinis yang muncul yaitu gingiva


membesar, halus, mengkilat, konsistensi
lunak, warna merah dan pinggirannya
tampak membulat. Hal ini menimbulkan
masalah estetik yang kurang baik.
Berdasarkan etiopatogenesisnya, pembesaran
gingiva diklasifikasikan menjadi Inflammatory
Enlargement, Drug Induced Enlargment dan
Enlargement Associated with Systemic
Diseases. Pembesaran gingiva salah satunya
diakibatkan karena konsumsi tiga kategori obat
yaitu obat antikonvulsan, immunosuppressant
dan calcium channel blockers.
Penatalaksanaan untuk
pasien pembesaran gingiva
yang disebabkan oleh
penggunaan obat yaitu:

1. penghentian atau penggantian obat, misalnya


penggantian obat dapat dilakukan dengan mengganti
fenitoin dengan carbamazephine dan valproic acid,
2. kontrol plak, drug-induced enlargment diasosiasikan
dengan poket pseudo atau false poket biasanya
karena adanya akumulasi plak,
3. surgical therapy, dapat dilakukan berupa bedah
yaitu gingivektomi ataupun flap periodontal.
Laporan Kasus
Pasien perempuan berusia 20 tahun datang ke RSGM Baiturrahmah untuk
memeriksakan gusinya yang bengkak. Pasien mengatakan bahwa dia tidak
merasa sakit serta tidak mudah berdarah, namun mengganggu secara
estetika. Gusi bengkak sudah sejak 4 tahun yang lalu. Pasien memiliki
riwayat epilepsi yang didiagnosis sejak usia 6 bulan. Pasien sempat tidak
mengalami epilepsi setelah pengobatan selama 1 tahun. Pasien mengalami
epilepsi kembali ketika berusia 16 tahun. Pasien mengkonsumsi obat
fenitoin 100mg dan dikonsumsi 2 kali sehari dengan 2 kapsul setiap kali
minum secara rutin selama 4 tahun. Pasien belum pernah ke dokter gigi.

Gambar 1. Gambaran klinis pasien Gingival Enlargement menutupi


permukaan gigi pada bagian labial anterior dan bukal posterior.
Pemeriksaan Subjektif
1. Informasi Pribadi
No. RM : 654321
Nama : Nn. A
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Maransi, Aia Pacah

2. Keluhan Utama: Gusi bengkak

3. Keluhan Tambahan:
 Lokasi : tidak ada
 Sakit : tidak
 Waktu : sudah sejak 4 tahun.
 Penampilan : terganggu

4. Riwayat penyakit sistemik : epilepsi dengan meminum obat fenitoin 100 mg 2 kali sehari dengan 2 kapsul setiap
minum.

5. Riwayat Dental : belum pernah datang ke dokter gigi.

6. Riwayat Sosial : pasien aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yaitu silat dan memiliki rutinitas yang padat di
sekolah, sehingga pada saat umur 16 tahun pasien sering kelelahan.

7. Riwayat Keluarga : Ibu pasien juga mengidap epilepsi.


Pemeriksaan Objektif
1. Kesadaran umum
Kesadaran : Compos mentis

2. Tanda- tanda vital: Normal

3. Ekstra oral: Normal


4. Intra oral
a. Gingiva :
• Gigi 11 dan 21 menutupi bagian mesial (1/3 mahkota) sampai ke insisal.
• Gigi 12 dan 22 menutupi bagian interdental gigi.
• Gigi 14,15 dan 16 menutupi seluruh mahkota gigi sampai bagian oklusal.
• Gigi 31, 32, 33, 41 dan 42 menutupi bagian interdental (1/3 mahkota) gigi.
• Warna : merah muda atau normal
• Kontur : Unstippling
• Konsistensi : lunak
• Bentuk : bergrundul atau tidak rata dan pinggirannya membulat
• Permukaan : licin dan mengkilat
b. Lidah : Normal
c. Palatum : Normal
d. Frenulum: Normal
e. Dasar mulut : Normal
f. Mukosa labial: Normal
g. Mukosa bukal : Normal
h. Kebersihan rongga mulut : Baik.
i. Gigi : 11 dan 21 protrusif akibat pembesaran gingiva.
Diagnosis : Epilepsi dengan manifestasi oral berupa gingival
enlargement.

Diagnosis Banding: Gingivitis

Gingivitis Gingival Enlargement


a. Warna gingiva merah a. Warna gingiva normal atau merah
muda
b. Gingiva mudah berdarah
b. Gingiva tidak mudah berdarah
c. Terasa sakit atau nyeri

c. Tidak sakit
Rencana Perawatan:
1. Komunikasi, Informasi dan Edukasi pada pasien :
a. Memberikan edukasi terhadap pasien mengenai pembesaran
pada gingiva disebabkan oleh efek samping obat fenitoin.
b. Menyampaikan bahwa dokter gigi akan memberikan rujukan
kepada spesialis saraf untuk mengganti obat antikonvulsan yang
dikonsumsi pasien sekarang dengan jenis yang lainnya sehingga
dapat mengurangi keparahan pembengkakan gingiva dan dapat
dilakukan perawatan di bagian periodonsia.
d. Memberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga
kebersihan rongga mulut pasien yaitu dengan menyikat gigi
dengan baik dan benar sehari 2 kali pada pagi dan malam hari
sebelum tidur, dan penggunaan obat kumur antiseptik.
e. Edukasi kepada pasien untuk datang ke dokter gigi secara
berkala minimal 6 bulan sekali untuk mencegah dan menjaga
akumulasi plak yang dapat menyebabkan terjadinya inflamasi
sekunder.
RSGM Baiturrahmah Padang
2. Surat Rujukan drg. Sausan Hazimah
NIM. 19100707360804168
Jln. By.Pass Km.14 AiePacah, Koto Tangah
Padang, 16 Februari 2021
Yth. TS dr. Ayman Alatas, Sp.S
Di Rumah Sakit
Mohon pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut terhadap penderita:
Nama Pasien : Nn. Alita Putri
Umur : 20Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No telepon : 082390xxxxxx
Alamat : Jl. Maransi Aia Pacah
Anamnesis
Keluhan: Gusi bengkak tidak sakit dan tidak mudah berdarah, namun menggangu
secara estetika. Gusi bengkak sudah sejak 4 tahun yang lalu.
Temuan Klinis : Terlihat adanya pembesaran gingiva pasien hingga menutupi
bagian papila interdental, margin gingiva pada bukal, labial, palatal dan lingual,
tidak sakit dan tidak mudah berdarah karena pemakaian obat fenitoin.
Diagnosis Sementara : Epilepsi dengan manifestasi oral berupa gingiva
enlargement.
Terapi/obat yang telah diberikan : -
Demikianlah surat rujukan ini kami kirim, kami Mohon apabila
memungkinkan untuk mengganti obat antikonvulsan dengan jenis yang lainnya
sehingga dapat mengurangi keparahan pembengkakan gingiva pasien. Atas
perhatian Bapak saya mengucapkan terima kasih.

TTD

(drg.Sausan Hazimah)
19100707360804168
Kesimpulan
Penggunaan antikonvulsan berupa fenitoin pada pasien eplepsi
dapat menyebabkan pembesaran gingiva (gingival enlargement).
Fenitoin menginduksi Ca2+ sehingga menghambat penyerapan
asam folat, selain itu fenitoin meningkatkan ekstraseluler seperti
jaringan ikat, kolagen dan fibroblast. Selain itu plak gigi dalam
etiologi pada pembesaran gingiva yang disebabkan oleh fenitoin
adalah sebagai respon inflamasi lokal sehingga gingiva
mengalami pertumbuhan yang cepat.
Terima Kasih....

Anda mungkin juga menyukai