Anda di halaman 1dari 55

1

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA NY “S”


DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER ;
HIPERTENSI DI FRANSISKUS 2 KAMAR 206.7 RS ANTONIO
BATURAJA

Oleh :

Engga Islamia Benosambira, A.Md. Kep

RUMAH SAKIT SANTO ANTONIO


BATURAJA
2022
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat serta pernyertanya, sehingga makalah Asuhan Keperawatan ini dapat
penulis selesaikan.

Dalam pembuatan Asuhan Keperawatan ini penulis berusaha menyajikan bahan


dan bahasa yang sederhana, singkat mudah dicerna isinya oelah pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna serta masih banyak
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini, maka Penulis berharap
adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Penulis
3

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Tujuan Penulisan........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A. Konsep Medis............................................................................................6
1. Definisi.......................................................................................................6
2. Anatomi Fisiologi.......................................................................................6
3. Klasifikasi................................................................................................11
4. Faktor Resiko 12
5. Etiologi 14
6. Patofisiologis Hipertensi 14
7. Manifestasi Klinis....................................................................................15
8. Komplikasi...............................................................................................15
9. Penatalaksanaan.......................................................................................16
B. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................18
1. Pengkajian keperawatan...........................................................................18
2. Diagnosa keperawatan..............................................................................22
3. Intervensi keperawatan.............................................................................23
4. Implementasi keperawatan......................................................................29
5. Evaluasi Keperawatan..............................................................................30
BAB III PEMBAHASAN KASUS......................................................................30
A.Kasus........................................................................................................30
1. Pengkajian................................................................................................31
2. Pengelompokkan Data.............................................................................34
3. Analisa Data..............................................................................................37
4. Diagnosa Keperawatan.............................................................................38
5. Rencana Tindakan Keperawatan..............................................................39
6. Implementasi Keperawatan......................................................................42
7. Evaluasi Keperawatan..............................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................54
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk Hipertensi telah menjadi


penyakit yang mematikan banyak penduduk Negara maju maupun Negara
berkembang.Hipertensi disebabkan oleh kenaikan tekanan darah diatas nilai
normal yaitu melebihi 140/90 mmHg.

Pada umumnya Hipertensi tidak memiliki penyebab spesifik.hipertensi


sebagai respon peningkatan curah jantung ataupun peningkatan perifer. Akan
tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya Hipertensi.
Genetik, merespon neurologi terdapat stres atau kelainan ekskresi, obesitas terkait
dengan insulin yang tinggi mengakibatkan tekanan darah meningkat, stres karena
lingkungan, hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
adanya pelebaran pembuluh darah, hilangnya elastisitas jaringan dan
arterosklerosispada orang tua serta adanya pelebaran pembuluh darah.

Menurut The American Heart Association sekitar 40,5% dari populasi


menderita penyakit kardiovaskuler dari 34% meninggal karena penyakit tersebut
setiap tahun (Alimohammad etal.,2018). Menurut data Organisasi Kesehatan
Dunia WHO terdapat 26,4% atau sekitar 972 juta orang diseluruhdunia, mengidap
Hipertensi. Kemungkinan 2025 angka ini akan meningkat menjadi 29,2% dari 972
juta yang mengidap hipertensi, ada 333 juta yang berada di Negara berkembang,
termasuk Indonesia terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang
membesar, Prevalensi dunia mencapai 29,2% pada laki-laki dan 24% pada
perempuan.

1
2

Secara nasional hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi


penduduk dengan tekanan darah tinggi sebesar 34,11%. Prevalensi tekanan darah
tinggi pada perempuan (36,85%) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki
(31,34%). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi (34,43%) dibandingkan
dengan perdesaan (33,72%). Prevalensi semakin meningkat seiring dengan
pertambahan umur (Kemenkes RI, 2019).

Pada tahun 2018 jumlah penderita hipertensi berusia >15 tahun di Provinsi
Sumsel sebanyak 5.572.379 orang. Kota Palembang menyumbang angka tertinggi
sebesar 1.130.254 penderita hipertensi. Sedangkan kota Pagar Alam menjadi
wilayah dengan penderita hipertensi terendah ( 94.153 orang ). Dari jumlah
5.572.379 penderita hipertensi hanya 137,299 penderita yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar ( 2,5% ). (Profil Kesehatan Prov. Sumsel
2019)

Sedangkan pada tahun 2019 jumlah penderita hipertensi berusia >15 tahun di
Kabupaten Ogan Komering Ulu sebesar 90.423 orang. Jumlah penderita
hipertensi yang mendapat pelayanan sesuai standar sebanyak 13.901 orang (15,4
%), dan terjadi peningkatan cakupan pelayanan hipertensi jika dibandingkan
dengan tahun 2018 sebesar 10,9 % (sebesar 4,5%). (Profil Kesehatan Kabupaten
OKU tahun 2020)

Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk melakukan asuhan


keperawatan terhadap pasien hipertensi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui konsep penyakit dan konsep asuhan keperawatan pada


pasien dengan Hipertensi

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui konsep penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien
Hipertensi.

1
3

b. Mampu menerapakan konsep Asuhan Keperawatan pada pasien Hipertensi

1
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1. Definisi
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan pada
tekanan darah yang memberi gejala akan berlanjut ke suatu organ target
seperti stroke untuk otak, penyakit jantung coroner untuk pembuluh darah
jantung (Candra, 2018).
Hipertensi merupakan suatu keadaan medis yang cukup serius dimana secara
signifikan dapat meningkatkan risiko penyakit hati, otak, ginjal, jantung, dan
penyakit lainnya. Hipertensi dapat terjadi apabila tekanan darah lebih besar
dari dinding arteri dan pembuluh darah itu sendiri (WHO, 2019).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah pada manusia
secara alami akan mengalami fluktuasi atau perubahan setiap hari. Tekanan
darah tinggi dikatakan menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut
persisten. Tekanan darah tersebut membuat system sirkulasi dan organ yang
mendapat suplai darah termasuk jantung dan otak menjadi tegang (Manutung
A, 2018).

2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
1) Jantung
System kardiovaskuler terdiri atas jantung, pembuluh darah (arteri,
vena, kapiler) dan sistem limfatik. Fungsi utama system kardiovaskular
adalah mengalirkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh dan
memompa darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk
dioksigenasi (Aspiani, 2016).
Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular, berotot dan
berongga, terletak di rongga toraks bagian 6 mediastunum. Jantung

8
2

berbentuk seperti kerucut tumpul dan bagian bawah disebut apeks


terletak lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepi terletak pada ruang
interkosta IV kiri atau sekitar 9 cm dari kiri linea medioklavikularis,
bagian atas disebut basis terletak agak ke kanan pada kosta ke III sekitar
1 cm dari tepi lateral sternum. Memiliki ukuran panjang sekitar 12 cm,
lebar 8-9 cm, dan tebal 6 cm. Berat jantung sekitar 200-425 gram, pada
laki-laki sekitar 310 gram dan pada perempuan sekitar 225 gram
(Aspiani, 2016).

Jantung adalah organ muscular yang tersusun atas dua atrium dan dua
ventrikel. Jantung dikelilingi oleh kantung pericardium yang terdiri atas
dua lapisan,yakni:

 Lapisan visceral (sisi dalam )


 Lapisan perietalis (sisi luar)
Dinding jantung mempunyai tiga lapisan, yaitu:
 Epikardium merupakan lapisan terluar , memiliki
struktur yang sama dengan pericardium visceral.
 Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri
atas otot yang berperan dalam menentukan kekuatan
konstraksi.
 Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas
jaringan endotel yang melapisi bagian dalam jantung
dan menutupi katup jantung.
Jantung mempunyai empat katup, yaitu:
a) Trikupidalis
b) Mitralis (katup AV)
c) Pulmonalis (katup semilunaris)
d) Aorta (katup semilunaris)

8
3

Jantung memiliki 4 ruang , yaitu atrium kanan, atrium kiri dan ventrikel
kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling berdampingan.
Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah. Antara rongga
kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.

Gambar 2.1 :anatomi jantung

2) Pembuluh darah

Setiap sel didalam tubuh secara langsung bergantung pada keutuhan


dan fungsi system vaskuler, karena darah dari jantung akan dikiri ke
setiap sel melalui system tersebut. Sifat structural dari setiap bagian
system sirkulasi darah sistemik menentukan peran fisiologinya dalam
integrasi fungsi kardiovaskular. Keseluruhan system peredaran (system
kardiovaskular) terdiri atas arteri, arteriola, kapiler, venula, dan vena.
(Aspiani, 2016)

a) Arteri adalah pembuluh darah yang tersusun atas tiga lapisan


(intima,media,adventisia) yang membawa darah yang mengandung
oksigen dari jantung ke jaringan.

8
4

b) Arteriol adalah pembuluh darah dengan resistensi kecil yang


mevaskularisasi kapiler.
c) Kapiler menghubungkan dengan arteriol menjadi venula (pembuluh
darah yang lebih besr yang bertekanan lebih rendah dibandingkan
dengan arteriol), dimana zat gizi dan sisa pembuangan mengalami
pertukaran
d) Venula bergabung dengan kapiler menjadi vena
e) Vena adalah pembuluh yang berkapasitas-besar, dan bertekanan
rendah yang membalikkan darah yang tidak berisi oksigen ke
jantung.
(Lyndon, 2014)

b. Fisiologi
1) Siklus jantung

Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung.


Dalam bentuk yang pailng sederhana, siklus jantung adalah kontraksi
bersamaan kedua atrium, yang mengikuti suatu fraksi pada detik
berikutnya karena kontraksi bersamaan kedua ventrikel.

Siklus jantung merupakan periode ketika jantung kontraksi dan


relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode sistole (saat
ventrikel kontraksi) dan satu periode diastole (saat ventrikel relaksasi).
Normalnya, siklus jantung dimulai dengan depolarisasi spontan sel
pacemarker dari SA node dan berakhir dengan keadaan relaksasi
ventrikel.

Pada siklus jantung, systole (kontraksi) atrium diikuti sistole ventrikel


sehingga ada perbedaan yang berarti antara pergerakan darah dari
ventrikel ke arteri. Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi atrium dan
ventrikel mulai ber kontraksi. Kontraksi ventrikel menekan darah
melawan daun katup atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya.
Tekanan darah juga membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis.

8
5

Kedua ventrikel melanjutkan kontraksi, memompa darah ke arteri.


Ventrikel kemudian relaksasi bersamaan dengan pengaliran kembali
darah ke atrium dan siklus kembali.

 Sistole atrium
 Sistole ventrikel
 Diastole ventrikel

2) Tekanan darah

Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang diupayakan oleh


darah untuk melewati setiap unit atau daerah dari dinding pembuluh
darah, timbul dari adanya tekanan pada dinding arteri. Tekanan arteri
terdiri atas tekanan sistolik, tekanan diastolik, tekanan pulsasi, tekanan
arteri rerata.

Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang mengalir


pada arteri saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100-140
mmHg. Tekanan diastolic yaitu tekanan darah pada dinding arteri pada
saat jantung relaksasi, besarnya sekitar 60-90 mmHg. Tekanan pulsasi
merupakan reflek dari stroke volume dan elastisitas arteri, besarnya
sekitar 40-90 mmHg.

Sedangkan tekanan arteri rerata merupakan gabungan dari tekanan


pulsasi dan tekanan diastolic yang besarnya sama dengan sepertiga
tekanan pulsasi ditambah tekanan diastolik. Tekanan darah
sesungguhnya adalah ekspresi dari tekanan systole dan tekanan diastole
yang normal berkisar120/80 mmHg. Peningkatan tekanan darah lebih
dari normal disebut hipertensi dan jika kurang normal disebut hipotensi.
Tekanan darah sanagat berkaitan dengan curah jantung, tahanan
pembuluh darah perifer ( R ). Viskositas dan elastisitas pembuluh darah
(Aspiani, 2016)

8
6

3. Klasifikasi
Menurut Mayo Clinic, 2018 Hipertensi memiliki dua jenis :
a. Hipertensi primer (esensial)
Pada usia dewasa, hipertensi terjadi tanpa gejala yang tampak.
Peningkatan tekanan darah secara terus-menerus dan telah terjadi lama
baru dikatakan seorang menderita hipertensi meskipun penyebab pastinya
belum jelas. Pada kasus peningkatan tekanan darah ini disebut dengan
hipertensi primer (esensial).
b. Hipertensi sekunder
Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh
beberapa factor tidak terkontrol. Pada kejadian ini disebut dengan
hipertensi sekunder dimana peningkatan darah yang terjadi dapat melebihi
tekanan darah pada hipertensi primer.

Selain itu, hipertensi juga dibagi berdasarkan bentuknya, yaitu :

a. Hipertensi diastolic, dimana tekanan diastolic meningkat lebih dari nilai


normal. Hipertensi diastolic terjadi pada anak-anak dan dewasa muda.
Hipertensi jenis ini terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara
tidak normal yang berakibat memperbesar tekanan terhadap aliran darah
yang melaluinya dan meningkatkan tekanan darah diatoliknya.
b. Hipertensi sistolik, dimana tekanan sistolik meningkat lebih dari nilai
normal. Peningkatakan tekanan sistolik tanpa diiringi peningkatan tekanan
diatolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik
berkaitan dengan tingginya tekanan darah pada arteri apabila jantung
berkontraksi.
c. Hipertensi campuran, dimana tekanan sistolik maupun tekanan diatolik
meningkat melebihi nilai normal. (Kemenkes RI, 2018)
Berikut kategori tekanan darah menurut Kementarian Kesehatan Republik Indonesia (2016).

8
7

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal 120-129 80-89

Normal Tinggi 130-139 89

Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99


( Hipertensi ringan)

Hipertensi Derajat 2 ≥160 ≥100


(Hipertensi sedang)

Hipertensi Derajat 3 ≥180 >110


(Hipertensi Berat)

(Depkes,2016)

8
8

4. Faktor Resiko
a. Usia
Semakin bertambahnya usia seorang resiko terkena hipertensi pun semakin
meningkat. Hal ini terjadi karena kondisi alamiah yang ada pada tubuh
yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormone. Fungsi dari
organ juga semakin menurun dengan bertambahnya usia. Semakin
bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan
kematian 50% di atas umur 60 tahun (Zielinska et al., 2020)
b. Jenis Kelamin
Pria memiliki tekanan sistolik dan diastolic yang lebih tinggi dibandingkan
wanita pada semua suku. Survey dari badan nasional dan penelitian nutrisi
melaporkan bahwa hipertensi lebih mempengaruhi wanita dibadnikan pria.
Menurut laporan sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi
hipertensi 6% pada pria dan 11% pada wanita (Anto et al., 2020)
c. Riwayat Keluarga
Jika ada riwayat keluarga dekat yang memiliki factor keturunan hipertensi,
akan mempertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga
dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi
sebesarempat kali lipat (Thomas et al., 2020)

Faktor yang dapat dikontrol antara lain :


a. Konsumsi Garam
Garam dapur merupakan factor yang sangat berperan dalam pathogenesis
hipertensi. Garam dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida.
Natrium diabsorpsi secara aktif, kemudian dibawa oleh aliran darah ke
ginjal untuk disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang
cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Hal ini karena

8
9

garam memiliki sifat menahan cairan, sehingga mengkonsumsi garam


berlebih atau makan-makanan yang diasinkan dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah (Schroeder, Dubois, Sadowsky, & Hilgenkamp,
2020)
b. Konsumsi Lemak
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan
berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh
juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dnegan kenaikan
tekanan darah (Schroeder et al., 2020)
c. Merokok
Merokok merupakan salah satu factor yang berhubungan dengan
hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok
menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru
dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan
memberikan sinyalpada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau
adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi (Tiara,
2020)
d. Obesitas
Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa makin
besar massatubuh, makin banyak pula suplai darah yang dibutuhkan untuk
memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh (Tiara, 2020)
e. Kurangnya Aktivitas Fisik
Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut
mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi
(Zielinska et al., 2020)

5. Etiologi
a. Hipertensi Essensial atau Primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial beum dapat diketahui, sementara
penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada

8
10

hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal


maupun penyakit lainnya, genetic serta menjadi bagian dari penyebab
timbulnya hipertensi esensial termasuk stress, intake alcohol moderat,
merokok, lingkungan dan gaya hidup (Copeland et al, 2018)
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
hiperaldosteronisme, penyakit parenkimal (Huang et al., 2019)

6. Patofisiologis Hipertensi
Hipertensi dapat disebabkan oleh umur, jenis kelamin, gaya hiduppp dan
obesitas. Hipertensi menyebabkan kerusakan vaskuler pembuluh darah,
perubahan struktur, penyumbatan pembuluh darah, vasokontriksi dan gangguan
sirkulasi. Gangguan sirkulasi di otak mengakibatkan resistensi pembuluh darah
otak naik, suplai oksigen otak menurun yang menyebabkan penderita
mengalami nyeri kepala dan gangguan pola tidur. Hipertensi menyebabkan
gangguan pada ginjal yang mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah,
blood flow menurun, respon RAA, rangsang aldosterone, retensi Na, edema
yang menimbulkan masalah keperawatan kelebihan volume cairan. Hipertensi
juga mengganggu system pembuluh darah yang mengakibatkan vasokontriksi,
iskemik, miokard yang mengakibatkan afterload meningkat yang dapat
menimbulkan masalah keperawatan penurunan curah jantung dan intoleran
aktivitas (Hariawan and Tatisina, 2020)

7. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari hipertensi kadang dapat berupa asimtomatik dan simtomatik.
Gejala klinik dari hipertensi yang dirasakan kadang berupa sakit kepala,
epistaskis, jantung berdebar sulit bernafas setelah bekerja atau mengangkat
beban berat, mudah lelah, gampang marah, telinga berdengung, pusing,
tinnitus, dan pingsan. Akan tetapi, gejala-gejala tersebut bukanlah gejala
spesifik terhadap hipertensi sehingga gejala-gejala yang dirasakan mungkin
dianggap gejala biasa yang mengakibatkan keterlambatan penanganan.

8
11

Seseorang dengan hipertensi juga terkadang tidak menunjukkan gejala apa-apa


sehingga hipertensi dijuluki silent killer karena diam-diam dapat menyebabkan
kerusakan organ yang parah (Tiara, 2021)

8. Komplikasi
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014):

a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu
sehingga menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membrane glomerulus
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerahdaerah yang
diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
e. Kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan
arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah). Komplikasi berupa kasus perdarahan
meluas sampai ke intraventrikuler (Intra Ventriculer Haemorrhage) atau
IVH yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif sehingga memperburuk
luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya pembuluh
darah otak yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan
angiopathy amyloid.

8
12

Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena


berbagai hal yaitu gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi
arteriovenous, neoplasma intrakranial, thrombosis atau angioma vena.
Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh berbagai faktor, sebagian besar
berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial, luas dan lokasi
perdarahan, usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah.

9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Krisnanda (2017) terapi farmakologi bertujuan untuk
mengontrol tekanan darah hingga mencapai tujuan terapi pengobatan.
Berdasarkan JNC VIII pilihan atihipertensi didasarkan pada ada atau
tidaknya usia, ras, serta ada atau tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila
terapi antihipertensi sudah dimulai, pasien harus rutin kontrol dna
mendapat pengaturan dosis setiap bulan hingga target tekanan darah
tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah, LFG, dan elektolit.
Jenis obat hipertensi:
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan
berefek pada turunnya tekanan darah. Contoh obat-obatan ini
adalah bendroflumethiazede, chlorthizlidone, hydrocholorothiazide,
dan indapamide.

2) ACE-Inhibitor
Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat angiotensin
II (zar yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping
yang sering timbul adalah batuk kering, pusing sakit kepala dan
lemas. Contoh obat yang tergolong jenis ini adalah captopril,
enalapril, dan lisinopril.
3) Calsium channel blocker

8
13

Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan


menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Contoh obat
yang tergolong jenis obat ini adalah amlodipine, ditliazem, dan
nitrendipine.
4) ARB
Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
angitensin II pada reseptor yang mengakibatkan ringannya pada
pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk golongan ini adalah
eprosrtan, candesartan, dan iosartan.
5) Beta blocker
Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang
telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma
bronchial. Contoh obat yang tergolong ke dalam beta blocker
adalah atenol, bisoprolol, dan beta.

b. Penatalaksanaaan Keperawatan
1) Penatalaksananan Diit pada pasien hipertensi
 Diet rendah garam, penggunaan daging ayam dan daging
ikan dibatasi paling banyak 100 gram per hari. Telur
ayam/telur bebek paling banyak 1 butir sehari.
 Menurut Palimbong, Kurniasari, dan Kiha (2018), pasien
dengan tekanan darah yang tinggi akan diberi makanan sesuai
tingkat keparahannya. Diet yang dianjurkan adalah diet
rendah garam. Diet rendah garam merupakan diet yang
dimasak atau tanpa menggunakan garam namun dengan
pembatasan tertentu. Pada diet rendah garam I hanya boleh
mengkonsumsi natrium sebanyak 200-400 mg Na per hari,
diet rendah garam II hanya akan mengkonsumsi natrium
sebanyak 600-800 mg Na per hari, dan diet rendah garam III
hanya boleh mengkonsumsi natrium sebanyak 1000-1200 mg
Na per hari.

8
14

 Atur sesi konsultasi dengan ahli gizi untuk membantu pasien


menyusun rencana guna meningkatkan asupan gizi/nutrisi
atau untuk menurunkan berat badan
2) Edukasi pada pasien hipertensi
 Kontrol tekanan darah dan konsumsi obat antihipertensi
sesuai dengan anjuran dokter
 Berhenti merokok dan kurangi makanan yang berlemak serta
tinggi kolesterol untuk kesehatan jantung
 Lakukan olahraga atau latihan 30-60 menit 3x seminggu
secara rutin (akan menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mm
Hg)
 Meningkatkan konsumsi sayur dan buah
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien menurunkan stress
,mengontrol berat badan, meningkatkan pola hidup sehat
pasien.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan menurut Wijaya & Putri (2013) adalah :
a. Identitas klien
 Identitas klien meliputi :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
 Identitas Penanggung Jawab meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.

b. Keluhan utama

Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan
impotensi.

8
15

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan


pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta
biasanya : sakit kepala, pusing, penglihatan buram, mual, detak jantung tak
teratur, nyeri dada.

d. Riwayat kesehatan Dahulu

Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit ginjal,


stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan
masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit


metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan
penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain

f. Aktivitas / istirahat

 Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.


 Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
g. Sirkulasi

 Gejala :
 Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup dan penyakit serebrovaskuler.
 Episode palpitasi

 Tanda :
 Peningkatan tekanan darah
 Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis, takikardia
 Murmur stenosis vulvular

8
16

 Distensi vena jugularis


 Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi perifer)
 Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda

h. Integritas ego

 Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress

multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).

 Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan

meledak, otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara.

i. Eliminasi

 Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau

riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu.

j. Makanan / cairan

 Gejala :
 Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol
 Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun)
 Riwayat penggunaan diuretic
 Tanda :
 Berat badan normal atau obesitas
 Adanya edema
 Glikosuria
 Neurosensori

 Gejala :

8
17

 Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala,

suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara

spontan setelah beberapa jam)

 Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan abur, epistakis)

 Tanda :

 Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi


bicara, efek, proses piker
 Penurunan kekuatan genggaman tangan

k. Nyeri / ketidaknyamanan

 Gejala : angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan

jantung), sakit kepala

l. Pernapasan

 Gejala :

 Disnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja, takipnea,


ortopnea. Dispnea
 Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum
 Riwayat merokok
 Tanda :

 Distress pernapasan / penggunaan otot aksesori pernapasan


 Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)
 Sianosis

m. Keamanan

 Gejala : gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.

n. Pembelajaran / penyuluhan

 Gejala :

8
18

 Factor risiko keluarga: hipertensi,aterosklerosis, penyakit


jantung, diabetes mellitus.
 Factor lain, seperti orang afrika-amerika, asia tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan
alcohol/obat.

o. Rencana pemulangan

Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah/ perubahan dalam terapi

obat.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017).

Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut (Nurarif,

2015) dengan hipertensi :

a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload


b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia
c. Kelebihan volume cairan
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
e. Ketidakefektifan koping
f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
g. Resiko cedera
h. Defisiensi pengetahuan
i. Ansietas

8
19

3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik,

edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018)

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis:iskemia)


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat

nyeri menurun

Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)


1) Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2
2) Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

Rencana tindakan : (Manajemen nyeri I.08238)

1) Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi,


intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri

8
20

4) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


(mis: akupuntur,terapi musik hopnosis, biofeedback, teknik
imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin)
5) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan)
6) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
8) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

perfusi perifer meningkat

Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011)


1) Nadi perifer teraba kuat
2) Akral teraba hangat
3) Warna kulit tidak pucat

Rencana tindakan : Pemantauan tanda vital ( I.02060 )


1) Memonitor tekanan darah
2) Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
3) Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
4) Memonitor suhu tubuh
5) Memonitor oksimetri nadi
6) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
7) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
8) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

c. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi

8
21

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


keseimbangan cairan meningkat

Kriteria hasil : ( keseimbangan cairan L. 03020)


1) Terbebas dari edema
2) Haluaran urin meningkat
3) Mampu mengontrol asupan cairan

Rencana tindakan : (Manajemen hipervolemia I.03114)


1) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, dipsnea,
edema, JVP/CVP meningkat, suara nafas tambahan) 2) Monitor
intake dan output cairan
2) Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik,
hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
3) Batasi asupan cairan dan garam
4) Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
5) Ajarkan cara membatasi cairan
6) Kolaborasi pemberian diuretic

d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

toleransi aktivitas meningkat

Kriteria hasil : toleransi aktivitas (L.05047)


1) Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
2) Pasien mampu berpindah tanpa bantuan
3) pasien mengatakan keluhan lemah berkurang

Rencana tindakan : (Manajemen energi I.050178)


1) Monitor kelelahan fisik dan emosional
2) Monitor pola dan jam tidur
3) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah

8
22

stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)


4) Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
5) Anjurkan tirah baring
6) Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
7) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
8) meningkatkan asupan makanan

e. Defisit pengetahuan b.d kurang minat dalam belajar

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan tingkat pengetahuan meningkat

Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan (L.12111)


1) Pasien melakukan sesuai anjuran
2) Pasien tampak mampu menjelaskan kembali materi yang
disampaikan
3) Pasien mengajukan pertanyaan

Rencana Tindakan : Edukasi kesehatan ( I.12383)


1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
3) sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
4) jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
5) berikan kesempatan untuk bertanya
6) jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
7) ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
8) ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

8
23

f. Ansietas b.d kurang terpapar informasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan tingkat ansietas menurun

Kriteria hasil : Tingkat ansietas (L.09093)


1) Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya
2) Pasien tampak tenang
3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

Rencana Tindakan : Reduksi ansietas (I.09314 )


1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.
Kondisi, waktu, stressor)
2) gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman
3) informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan ,
dan prognosis

g. Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah
jantung meningkat

Kriteria hasil : curah jantung ( L.02008)


1) Tanda vital dalam rentang normal
2) Nadi teraba kuat
3) Pasien tidak mengeluh lelah

Rencana tindakan : (Perawatan jantung I.02075)

1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis:


dispnea, kelelahan, edema,ortopnea, paroxymal nocturnal
dyspnea, peningkatan CVP)
2) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung

8
24

( mis: peningkatan berat badan, hepatomegali,distensi vena


jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3) Monitor tekanan darah
4) Monitor intake dan output cairan
5) Monitor keluhan nyeri dada
6) Berikan diet jantung yang sesuai
7) Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees, jika
perlu
8) Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
9) Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap
10) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

h. Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat jatuh
menurun.
Kriteria Hasil : Tingkat jatuh (L.14138)
1) Risiko jatuh dari tempat tidur menurun
2) Risiko jatuh saat berjalan menurun
3) Risiko jatuh saat berdiri menurun

Rencana Tindakan : Pencegahan jatuh ( I.14540)


1) Identifikasi factor risiko (mis. Usia >65 tahun, penurunan
tingkat kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik.
Gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati)
2) Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai
dengan kebijakan institusi
3) Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan risiko jstuh
(mis. Morse scale, humpty dumpty)
4) Pasang handrail tempat tidur
5) Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpidah.

8
25

4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi
(Wartonah, 2015).

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan
klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti,
2017).
Jenis Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis
implementasi keperawatan, yaitu:
a. Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai
sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi
masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam
memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri,
mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-
kultural, dan lain-lain.
b. Interdependen/Collaborative Implementations Adalah tindakan
keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan
tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian
obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan
lain-lain.
c. Dependent Implementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar
rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan
sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai
dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik)
sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.

8
26

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta
hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses


keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. (Dinarti &Muryanti, 2017)

8
27

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Kasus

Seorang perempuan usia 53 tahun, dirawat di ruang Fransiskus 2 Nomor 206.7


dengan RM 148514. Diagnosa masuk adalah Hipertensi + Anemia + CKD. Hasil
pengkajian, data focus yang ditemukan adalah pasien mengatakan kepala pusing
berputar ± 3 hari, leher terasa nyeri, susah tidur ± 3 hari, badan lemas, serta
sempoyongan saat berdiri lalu dibawa ke IGD.
Hasil pengkajian TD : 167/84 mmHg, Nadi : 92 x/menit, Pernafasan : 20 x/menit.
Keadaan umum pasien sakit sedang, kesadaran pasien normal dengan nilai GCS 15
(E4, V5, M6). Semua aktivitas pasien dilakukan dengan bantuan keluarga. Pasien
mengatakan badan terasa lemas, dan. Pasien dipasang inful RL dan diberikan
Therapy obat.
Hasil pengkajian pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan DM type II 10
tahun yang lalu tetapi sering control dengan dokter dan rutin minum obat.
Kebiasaan di rumah makan 3x sehari secara teratur, minum 6 gelas/hari. Pasien
mengatakan sulit tidur pada malam hari. Pola BAB 1 x sehari, BAK 5-6 x sehari
dengan konsitensi warna urine kuning jernih. Pasien riwayat opname pada bulan
september, dan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien

1) Nama : Sriani
2) Jenis Kelamin : Perempuan
3) No. RM : 148514
4) Umur : 53Tahun
5) Pekerjaan : IRT
6) Agama : Islam
7) Diagnosa : Hipertensi Anemia + CKD.
8) Tanggal Masuk RS : 26-12-2022
9) Tanggal Pengkajian : 26-12-2022
10) Alamat : Desa Mekar jaya Kec.Sosoh Buay

8
28

Rayap OKU

b. Keluhan Masuk
Pasien mengatakan kepala pusing berputar
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan kepala pusing berputar ± 3 hari, leher terasa nyeri,
susah tidur ± 3 hari, badan lemas, serta sempoyongan saat berdiri
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit.
e. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.
f. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi
- Pasien mengatakan kebiasaan di rumah makan 3x sehari teratur, minum
6 gelas perhari
- Pasien terpasang infus RL 20 tetes permenit
g. Kebutuhan Istirahat Tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur 8-9 jam, namun setelah sakit,
pasien hanya dapat tidur 4-5 jam di malam hari.
h. Kebutuhan Oksigenisasi
- Pasien bernafas spontan, tidak terpasang selang oksigen.
- SPO2 : 96 %
i. Kebutuhan Persepsi Sensori
- Pasien kesadaran penuh
- GCS 15 (E4V5M6)
- Pendengaran normal
- Pasien ditanya mampu menjawab dengan benar disertai mengganguk
dan menggelengkan kepala dan saat disuruh menjawab dengan
membaca, pasien juga mampu menjawab dengan benar disertai dapat
menggangguk dan menggelengkan kepala.

j. Kebutuhan Aktivitas Latihan

8
29

- Pasien mengatakan sebagian aktivitas pasien seperti BAK, BAB dan


mandi dibantu oleh keluarga.
- Kekuatan otot : 5 (Normal)
k. Kebutuhan Eliminasi
- Pasien mengatakan sebelum opname BAK 5-6 kali sehari, sedangkan
saat ini BAK 3-4 kali sehari sebanyak 100 cc/hari.
- Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi padat, berbau
dan bewarna kuning.
l. Kebutuhan Kebersihann dan Integritas Kulit
Kebersihan kulit baik, bersih dan tidak ada edema.
m. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Bentuk simetris, tidak ada trauma,


rambut bewarna putih dan bersih.
b. Mata : Penglihatan mata kanan dan kiri
normal. Pupil isokor
c. Hidung : Tidak ada gangguan
d. Mulut : Mukosa bibir kering
e. Dada : Bentuk simetris, tidak ada
massa/benjolan, tidak ada nyeri dada
(menggeleng ketika ditanya ada nyeri
atau tidak), pernafasan normal
f. Abdomen : Bentuk simetris, pembesaran tidak
ada, peristaltic 6x/menit, nyeri tekan
tidak ada.
g. Ekstermitas : Ektermitas atas dan bawah normal
Kekuatan otot : 5
h. Genetalia : Tidak ada masalah
i. Tanda Vital :
- TD : 167/84 mmHg
- Nadi : 92 x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36,4ºC

8
30

- SPO2 : 97 %
- Skala Nyeri :

n. Therapy saat ini


a. Ranitidine 2x1 IV
b. Ondansentron 2x1 IV
c. Furosemide 2x1 IV
d. Amlodipin 1x 1 tab
e. Candesartan 1x1 tab
f. Sucralfat 3x1 tab
o. Hasil Pemeriksaan Penunjang

TANGGAL JENIS HASIL PEMERIKSAAN NILAI RUJUKAN


PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN

26 Desember 2022 Hasil Laboratorium Leukosit : 7000 /Ul 5.000-10.000


Eritrosit : 2,74jt/ul Lk:3.6-5.3 Pr:3.2-4.6
HB : 8,0 g/dl Lk:11.3-15.7 Pr:9.9-13.6
MCV : 89,4 fl 82.0-97
MCH : 29,2 pg 26.5-33.5
MCHC : 32,7 g/dl 31.5-37.0
Trombosit : 342000 /ul 150.000-400.000
Limfosit : 28,5 % 20-40
MXD : 4,8% 1-25
NEUT : 66,4 % 40-70
LYM # : 2,0/uL L:0.8-2.7 P:0.9-2.8
MXD # : 0,3 /Ul L:0.1-1.5 P:0.1-1.6
NEUT # : 4,7 /Ul L:1.2-5.3 P:1.6-6.9
RDW : 16,0 % 10.5-17.7
PDW : 11,0% 10.0-18.0
MPV : 9,2 fl 4.3-11.0
P-LCR : 6,2 % L:10.7-45.0 P:14.3-44.0

Urea : 124 mg/dl 15-39


Creatinin : 6,5mg/dl 0.9-1.3(p),0.6-1.1(w)

8
31

SGOT : 24u/l <35(p),<31(w)


SGPT : 15 u/l <45(p),<34(w)
Glukosa : 129 mg/dl 140
Sewaktu

2. Pengelompokkan Data
a. Data Subyektif
1) Pasien mengatakan kepala pusing berputar ± 3 hari, tidur ± 3 hari,
badan lemas, serta sempoyongan saat berdiri kemudian dibawa ke
IGD.
2) Pasien mengatakan nyeri di leher.
3) Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi ± 5 tahun yang lalu,
DM ± 10 tahun yang lalu terkontrol dan minum obat rutin.
4) Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.
5) Pasien mengatakan pernah opname sebelumnya.
6) Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga sebelumnya.
7) Pasien mengatakan sulit tidur hanya 4-5 jam pada malam hari
dikarenakan tidak terbiasa di lingkungan Rumah Sakit.
8) Pasien mengatakan sebelum opname kebiasaan makan 3x sehari
teratur, dan minum 8 gelas/hari, tetapi setelah masuk RS pasien
mengatakan tidak nafsu makan disertai mual dan muntah.
9) Pasien mengatakan sebagian aktivitas seperti BAK, BAB dan mandi
dibantu keluarga.
10) Pasien mengatakan saat ini BAK 3-4 kali dengan volume 75 cc dan
konsistensi kuning jernih.
11) Pasien mengatakan saat ini BAB 1 x sehari dengan konsistensi
lunak, berbau, dan bewarna kuning.

b. Data Obyektif
1) Pasien kesadaran penuh
2) GCS : 14 (E4V5M5)

8
32

3) Tanda Vital :
- TD : 167/84 mmHg
- Nadi : 92x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36, 4ºC
- SPO2 : 97 %
4) Pasien meringis kesakitan sambil memegangi kepala dengan skala
nyeri : 6
5) Pasien tampak tidak nyaman
6) Pasien tampak gelisah
7) Pasien tampak berkeringat dingin
8) Badan teraba hangat
9) Mukosa mulut tampak kering
10) Tampak kurang tidur ditandai dengan sering menguap dan lesu
11) Area bawah mata tampak kehitaman
12) Durasi tidur ± 4 jam - 5 jam

8
33

3. Analisa Data
NO. ANALISA DATA MASALAH
1. DS : Nyeri Akut
 Pasien mengatakan kepala pusing (D.0077)
berputar ± 3 hari.
 Leher tarasa nyeri .

DO :
 Pasien tampak meringis sambil
memegang kepala.
 TTV :
 TD : 167/84 mmHg
 Nadi : 92x/menit
 RR : 20x/menit
 Skala nyeri : 6
2. DS : Gangguan Pola Tidur
 Pasien mengatakan sulit tidur pada (D.0055)
malam hari .
 Pasien mengatakan durasi tidur ± 4
jam
DO :
 K/U Lemas
 Pasien tampak pucat
 Area bawah mata kehitaman
TTV :
 TD : 167/84mmHg
 Nadi : 92 x/menit
 RR : 20 x/menit

3. DS: Intoleransi Aktivitas


 Pasien mengatakan badan lemas (D.0056)

8
34

 sempoyongan saat berdiri


DO :
 K/U Lemas
 Frekuensi jantung meningkat
 Nadi : 92 x/menit

4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien mengatakan
kepala pusing berputar, leher terasa nyeri
b. Gangguan pola tidur b.d perubahan sekitar lingkungan sekitar b.d
pasien mengatakan sulit tidur karena tidak terbiasa di lingkungan
rumah, pasien tampak lemah, pucat dan area bawah mata tampak
kehitaman.
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d pasien mengatakan badan
lemas, sempoyongan saat berdiri

8
35

5. Rencana Tindakan Keperawatan

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA KEPERAWATAN


HASIL
1. Nyeri akut b.d pencendera Setelah dilakukan tindakan Observasi :
fisiologis keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
jam nyeri akut tidak terjadi, kualitas, dan intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
 Frekuensi nyeri 3. Ajarkan teknik non-farmakologis (mis, terapi pijat,
berkurang kompres dingin/hangat) untuk mengurangi nyeri
 Kesulitan tidur 4. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
cukup menurun 5. Identifikasi tempat yang tenang dan nyaman
 Ekspresi wajah saat Terapeutik :
nyeri menurun 1. Berikan posisi bersandar pada kursi atau posisi lainnya

 Keluhan nyeri pada yang nyaman

klien menurun 2. Beri waktu mengungkapkan perasaan tentang terapi

 Klien melaporkan Edukasi :


nyeri terkontrol 1. Anjurkan memakai pakain yang nyaman dan tidak

meningkat sempit

 Kemampuan 2. Anjurkan bernapas dalam dan perlahan

8
36

menggunakan teknik Kolaborasi :


non-farmakologis 1. Kolaborasi pemberian Analgesik
menurn
2. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
jam diharapkan gangguan 2. Identifikasi factor pengganggu tidur
pola tidur pada klien teratasi 3. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
dengan kriteria hasil : 4. Beri kesempatan klien untuk istirahat tidur
 Jumlah jam tidur Terapeutik :
dalam batas normal 1. Tetapkan jadwal tidur rutin
6-8 jam/hari 2. Modifikasi lingkungan (mis, pencahayaan, kebisingan,
 Tidak menunjukkan suhu, matras dan tempat tidur), batasi waktu tidur
perilaku gelisah siang
 Wajah tidak pucat 3. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
dan konjungtiva (mis, pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
tidak anemia 4. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan atau tindakan
untuk menunjang siklus tidur terjaga
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

8
37

Anjurkan menghindari makanan/minuman yang menggangu


tidur
3. Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Kelemahan keperawatan selama 3x24 1. Identivitasi gangguan fungsi tubuh
jam nyeri akut tidak terjadi, 2. Monitor kelelahan fisik dan mental
dengan kriteria hasil : 3. Monitor pola dan jam tidur
 Frekuensi nadi 4. Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama
menjadi normal melakukan aktivitas
 Melakukan aktivitas Terapeutik :
tanpa bantuan 1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
 Keluhan lemas stimulus (mis pencahayaan, suara, kunjungan)
menurun 2. Lakukan lakukan rentang gerak pasif atau aktif

 Tekanan darah 3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangankan

membaik 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak bisa


berdiri dan berjalan
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi :
1. Kolaborasi tim ahli gizi tentang mengingkatkan

8
38

asupan makanan

8
39

6. Implementasi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi

1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S:


26-12-2022 frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri  Pasien mengatakan kepala pusing seperti
Dx. I 2. Mengidentifikasi skala nyeri berputar.
3. Mengajarkan teknik non-farmakologis (mis,  Pasien mengatakan badan ngilu serta lemas
terapi pijat, kompres dingin/hangat) untuk ketika berdiri.
mengurangi nyeri  Pasien mengatakan nyeri di leher.
4. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu O :
nyeri  Pasien tampak meringis kesakitan sambil
5. Mengidentifikasi tempat yang tenang dan memegang kepala.
nyaman  Pasien tampak tidak nyaman.
6. Memberikan posisi bersandar pada kursi atau
 Pasien tampak keringat dingin.
posisi lainnya yang nyaman

8
40

7. Memberi waktu mengungkapkan perasaan  TTV :


tentang terapi  TD : 167/84 mmHg
8. Menganjurkan memakai pakain yang nyaman  Nadi : 92 x/menit
dan tidak sempit  RR : 20 x/menit
9. Menganjurkan bernapas dalam dan perlahan  Skala nyeri : 6
10. Berkolaborasi pemberian Analgesik A : Masalah Nyeri Akut belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur S:


26-12-2022 2. Mengidentifikasi factor pengganggu tidur  Pasien mengatakan sulit tidur dikarenakan
Dx. 2 3. Menciptakan suasana lingkungan yang tenang lingkungan rumah sakit.
dan nyaman O:
4. Memberi kesempatan klien untuk istirahat  K/U Lemah
tidur  Pasien tampak pucat
5. Menetapkan jadwal tidur rutin  Area bawah mata kehitaman
6. Memodifikasi lingkungan (mis, pencahayaan,  Durasi tidur 4 jam
kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur),
 TTV :
batasi waktu tidur siang
 TD : 167/84 mmHg
7. Melakukan prosedur untuk meningkatkan
 Nadi : 92 x/menit

8
41

kenyamanan (mis, pijat, pengaturan posisi,  RR : 20 x/menit


terapi akupresur) A : Masalah Gangguan Pola Tidur belum teratasi
8. Menyesuaikan jadwal pemberian obat dan atau P : Intervensi dilanjutkan
tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga
9. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
10. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
11. Menganjurkan menghindari
makanan/minuman yang menggangu tidur
1. Mengidentivitasi gangguan fungsi tubuh S:
26-12-2022 2. Memonitor kelelahan fisik dan mental  Pasien mengatakan badan lemas
Dx. 3 3. Memonitor pola dan jam tidur  sempoyongan saat berdiri
4. Memonitor lokasi dan ketidak nyamanan O :
selama melakukan aktivitas  K/U Lemas
5. menyediakan lingkungan yang nyaman dan  Frekuensi jantung meningkat
rendah stimulus (mis pencahayaan, suara, Nadi : 92 x/menit
kunjungan) A : Masalah Intoleransi Aktivitas belum teratasi
6. Melakukan lakukan rentang gerak pasif atau P : Intervensi diteruskan
aktif

8
42

7. Memberikan aktivitas distraksi yang


menenangankan
8. Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak bisa berdiri dan berjalan
9. Menganjurkan tirah baring
10. Menganjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
11. Kolaborasi tim ahli gizi tentang
mengingkatkan asupan makanan

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi

1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S:


27-12-2022
frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri  Pasien mengatakan kepala pusing seperti
Dx. I
2. Mengidentifikasi skala nyeri berputar.
3. Mengajarkan teknik non-farmakologis (mis,  Pasien mengatakan nyeri di leher sedikit
terapi pijat, kompres dingin/hangat) untuk berkurang.
mengurangi nyeri O:

8
43

4. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu  Pasien tampak meringis


nyeri  Pasien tampak tidak nyaman.
5. Mengidentifikasi tempat yang tenang dan  TTV :
nyaman  TD : 140/80 mmHg
6. Memberikan posisi bersandar pada kursi atau  Nadi : 92 x/menit
posisi lainnya yang nyaman  RR : 20 x/menit
7. Memberi waktu mengungkapkan perasaan  Skala nyeri : 3
tentang terapi A : Masalah Nyeri Akut belum teratasi
8. Menganjurkan memakai pakain yang nyaman P : Intervensi dilanjutkan
dan tidak sempit
9. Menganjurkan bernapas dalam dan perlahan
10. Berkolaborasi pemberian Analgesik

1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur S: 12.


27-12-2022
2. Mengidentifikasi factor pengganggu tidur  Pasien mengatakan masih sulit untuk tidur
Dx. 2
3. Menciptakan suasana lingkungan yang tenang  Pasien mengatakan sering terbangun di
dan nyaman malam hari
4. Memberi kesempatan klien untuk istirahat tidur O:
5. Menetapkan jadwal tidur rutin  K/U Lemah

8
44

6. Memodifikasi lingkungan (mis, pencahayaan,  Pasien tampak pucat


kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur),  Area bawah mata kehitaman
batasi waktu tidur siang  Durasi tidur ± 4 jam
7. Melakukan prosedur untuk meningkatkan  TTV :
kenyamanan (mis, pijat, pengaturan posisi,  TD : 140/100 mmHg
terapi akupresur)  Nadi : 84 x/menit
8. Menyesuaikan jadwal pemberian obat dan atau  RR : 22 x/menit
tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga
9. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama A : Masalah Gangguan Pola Tidur belum teratasi
sakit P : Intervensi dilanjutkan
10. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
11. Menganjurkan menghindari makanan/minuman
yang menggangu tidur

1. Mengidentivitasi gangguan fungsi tubuh S: 12.


27-12-2022
2. Memonitor kelelahan fisik dan mental  Pasien mengatakan badan masih lemas, dan
Dx. 3
3. Memonitor pola dan jam tidur tidak lagi sempoyongan saat berdiri
4. Memonitor lokasi dan ketidak nyamanan O :
selama melakukan aktivitas  K/U Lemas

8
45

5. menyediakan lingkungan yang nyaman dan  Frekuensi jantung meningkat


rendah stimulus (mis pencahayaan, suara, Nadi : 84 x/menit
kunjungan) A : Masalah Intoleransi Aktivitas belum teratasi
6. Melakukan lakukan rentang gerak pasif atau P : Intervensi diteruskan
aktif
7. Memberikan aktivitas distraksi yang
menenangankan
8. Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak bisa berdiri dan berjalan
9. Menganjurkan tirah baring
10. Menganjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
11. Kolaborasi tim ahli gizi tentang
mengingkatkan asupan makanan

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi

8
46

1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S:


28-12-2022
frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri  Pasien mengatakan pusing berkurang.
Dx. I
2. Mengidentifikasi skala nyeri O:
3. Mengajarkan teknik non-farmakologis (mis,  Pasien tampak rileks
terapi pijat, kompres dingin/hangat) untuk  TTV :
mengurangi nyeri  TD : 130/80 mmHg
4. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu  Nadi : 89 x/menit
nyeri  RR : 20 x/menit
5. Mengidentifikasi tempat yang tenang dan A : Masalah Nyeri Akut teratasi
nyaman P : Intervensi Hentikan
6. Memberikan posisi bersandar pada kursi atau
posisi lainnya yang nyaman
7. Memberi waktu mengungkapkan perasaan
tentang terapi
8. Menganjurkan memakai pakain yang nyaman
dan tidak sempit
9. Menganjurkan bernapas dalam dan perlahan
10. Berkolaborasi pemberian Analgesik

8
47

1. Mengidentifikasi penyebab hipertermi S:


28-12-2022
2. Memonitor suhu tubuh, nadi, pernafasan,  Pasien mengatakan sudah bisa tidur
Dx. 2
tekanan darah, warna dan suhu kulit  Pasien mengatakan sudah tidak terbangun pada
3. Memberikan cairan oral malam hari
4. Melakukan pendinginan eksternal O:
5. Menganjurkan tirah baring  Pasien tampak segar
6. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit  Pasien tampak rileks
intravena  Durasi tidur ± 6 – 7 jam
7. Berkolaborasi pemberian antibiotic, antipiretik
 TTV :
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 82 x/menit
 RR : 22 x/menit
 SPO² : 98%
A : Masalah Gangguan Pola Tidur teratasi
P : Intervensi dihentikan
1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur S:
28-12-2022
2. Mengidentifikasi factor pengganggu tidur  Pasien mengatakan badan tidak lemas lagi
Dx. 3
3. Menciptakan suasana lingkungan yang tenang O :
dan nyaman

8
48

4. Memberi kesempatan klien untuk istirahat  K/U membaik


tidur  Frekuensi jantung normal
5. Menetapkan jadwal tidur rutin Nadi : 84 x/menit
6. Memodifikasi lingkungan (mis, pencahayaan, A : Masalah Intoleransi Aktivitas teratasi
kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur), P : Intervensi di hentikan
batasi waktu tidur siang
7. Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis, pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)
8. Menyesuaikan jadwal pemberian obat dan atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga
9. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
10. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
11. Menganjurkan menghindari
makanan/minuman yang menggangu tidur

8
49

DAFTAR PUSTAKA

Riza Fikriana,Kep.Ns., M.Kep.(2018) Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta:Graha

Ilmu

Triyato, Endang.(2014).Pelayanan Bagi Penderita Hipertensi secara

terpadu.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Endang (2015).Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara

terpadu.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. 2019. Profil Kesehatan Provinsi


Sumatera Selatan. (2019)
Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu. 2020. Profil Kesehatan
Kabupaten Ogan Komering Ulu. (2020)
Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS.Jakarta : Balitbang
Kemenkes RI

Palita, M., Afni, N., & Tasya, Z. (2019). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di
Kelurahan Lembomawo Wilayah Kerja Puskesmas Kawua. Jurnal
Kolaboratif Sains, 2(1).
Sundari, L., & Bangsawan, M. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 11(2), 216-223.
Tika, Tiara Tias. (2021). Pengaruh Pemberian Daun Salam Pada Penyakit
Hipertensi : Sebuah Studi Literatur. Jurnal Medila Hutama, Vol 03 No 01
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai