Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH HIPERTENSI PADA NY.

NAMA: LIDIANA PUSPITA LESTARI


TINGKAT 3A
NIM 200052

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALA KESELAMATAN PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021

DAFTAR ISI
Judul Halaman ...............................................................................................................i

Daftar Isi ........................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan .........................................................................................................1

A.Latar Belakang ...........................................................................................................1

B.Rumusan Masalah ......................................................................................................2

C.Tujuan Penelitian ........................................................................................................2

Bab II Tinjauan Teoritis Keperawatan ...........................................................................4

A.Definisi Hipertensi .....................................................................................................4

B.Etiologi Hipertensi .....................................................................................................4

C.Manifestasi Klinis ......................................................................................................5

D.Patofisiologi ...............................................................................................................6

E.Komplikasi .................................................................................................................6

F.Data Penunjang ...........................................................................................................7

G.Penatalaksanaan .........................................................................................................8

H.Pengkajian Keperawatan ............................................................................................9

I.Diagnosa Keperawatan ................................................................................................12

J.Interensi Keperawatan .................................................................................................12

K.Evaluasi ......................................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan


darah diatas normal yang dapat mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas). Hipertensi berarti tekanan darah di dalam pembuluh-pembuluh
darah sangat tinggi yang merupakan pengangkut darah dari jantung yang memompa
darah keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh (Aryantiningsih & Silaen, 2018).
Setiap peningkatan 20 mmHg tekanandarahsistolikatau 10 mmHg tekanan darah
diastolik dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik dan
stroke. Terkontrolnya tekanan darah dapat menurunkan risiko kematian, penyakit
kardiovaskular, dan stroke (Sudarsono et all).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), prevalensi tekanan darah tinggi
tahun 2014 pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas sekitar 22%. Penyakit ini juga
menyebabkan 40% kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke.
Selain secara global, hipertensi juga menjadi salah satu penyakit tidak menular yang
paling banyak di derita masyarakat Indonesia (57,6%), di dalam (Jumriani et all, 2019).
Secara nasional hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi penduduk dengan
tekanan darah tinggi sebesar 34,11%. Prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan
(36,85%) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki (31,34%). Prevalensi di perkotaan
sedikit lebih tinggi (34,43%) dibandingkan dengan perdesaan (33,72%). Prevalensi
semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur (Kemenkes RI, 2019). Semakin
meningkatnya prevalensi Hipertensi dari tahun ketahun di karenakan jumlah penduduk
yang bertambah, aktivitas fisik yang kurang dan pola hidup yang tidak sehat. Pola hidup
yang tidak sehat tersebut antara lain adalah diet yang tidak sehat misalnya tinggi gula,
lemak dan garam, dan kurang mengonsumsi makanan berserat. Selain itu adalah
penggunaan tembakau dan alkohol (Sri & Herlina, 2016). Pola hidup yang tidak sehat
pada penderita hipertensi pada pasien dengan hipertensi perencanaan dan tindakan
asuhan keperawatan yang dapat di lakukan diantaranya yaitu memantau tanda-tanda
vital pasien, pembatasan aktivitas tubuh, istirahat cukup, dan pola hidup yang sehat
seperti diet rendah garam, gula dan lemak, dan berhenti mengkonsumsi rokok, alkohol
serta mengurangi stress (Aspiani, 2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana asuhan keperawatan keluarga klien dengan hipertensi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada pasien


dengan hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a) Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada pasien yang


mengalami hipertensi.
b) Mampu menegakkan diasnosa keperawatan keluarga pada pasien yang
mengalami hipertensi.
c) Mampu menyusun perencanaan keperawatan keluarga pada pasien yang
mengalami hipertensi.
d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan keluarga pada pasien yang
mengalami hipertensi.
e) Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan keluarga pada pasien yang
mengalami hipertensi.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

A. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Kemenkes RI, 2019). Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi terjadi karena adanya peningkatan
kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup akibat susunan saraf simpati sehingga
terjadi peningkatan kontraktilitas serat-serat otot jantung dengan cara vasokontriksi
selektif pada organ perifer. Jika hal ini terjadi secara terus menerus otot jantung akan
menebal (hipertropi) dan mengakibatkan fungsi jantung sebagai pompa menjadi
terganggu (Mutaqin and Kumala, 2011). Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan
darah yang abnormal di dalam arteri yang menyebabkan meningkatkan risiko terhadap
stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Martha,
2012) . Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi manula, hipertensi diartikan sebagai tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan
diastolik ≥ 90 mmHg (Smeltzer, 2008). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali
pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor resiko yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal
(Tagor, 2010)

B. Etiologi Hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan
tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :

a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau


transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016).

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu : (Kemenkes RI,


2019; Putri Dafriani, 2019) 1) Hipertensi essensial (primer) Hipertensi primer
merupakan kasus hipertensi yang 90% belum diketahui penyebabnya secara pasti.
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti : faktor
genetik, stress dan psikologis, serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan
penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium). 2) Hipertensi
sekunder Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat ditentukan
melalui tanda-tanda di antaranya kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar
tiroid (hipertiroid), dan penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).

C. Manifestasi klinis

Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan yang
dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku,
penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala
umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama pada
pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab sekunder
hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Perbedaan hipertensi esensial dan sekunder evaluasi jenis hipertensi dibutuhkan untuk
mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan peningkatan
berat badan, faktor gaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan penderita bepergian
dan makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia
tua pada pasien dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar
mengarah ke hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme,
kram otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema,
gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah membulat,
mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan tidak adanya riwayat
hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi sekunder (Adrian, 2019).

D. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari


angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah
meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di
hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan
volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya
akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya
akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Smeltzer, 2015; Suling, 2018).

E. Komplikasi

Corwin dalam Manuntung (2018) menyebutkan ada beberapa komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita hipertensi yaitu :

a. Stroke Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
b. Infark miokard Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
aterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah
tersebut.
c. Gagal ginjal Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Rusaknya glomerolus
mengakibatkan darah akan mengalir ke unit- unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
d. Gagal jantung Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa
darah kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di
paru, kaki, dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paru-paru
menyebabkan sesak nafas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki
bengkak.

F. Data Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti: hipokoagulabilitas,
anemia.
2. BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3. Glukosa: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
4. Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal.
b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG: dapat menunjukan pola regangan, di mana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan
ginjal.
e. Foto thorax : menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung (Nisa, 2017).

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi Penatalaksanaan pada penderita hipertensi dapat dilakukan


dengan cara farmakologis dan non farmakologis diantaranya : (Smeltzer, 2015; Putri
Dafriani, 2019; Nurrahmanto, 2021)

a. Terapi farmakologi Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian


antihipertensi. Cara menurunkan tekanan darah dengan antihipertensi (AH) telah
terbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler seperti stroke, iskemia
jantung, gagal jantung kongestif dan memberatnya hipertensi. Jenis obat antihipertensi
yang sering digunakan adalah diuretika, alfa-blocker, beta-blocker, penghambat neuron,
vasodilator, antagonis kalsium, dan penghambat ACE (Putri Dafriani, 2019)

b. Terapi nonfarmakologi

1) Pola diet Pola diet hipertensi dapat dilakukan dengan pendekatan DASH (Dietary
Approaches to Stop Hipertension), yaitu mengkonsumsi makanan yang kaya akan buah,
rendah lemak atau bebas lemak hewani. Diet DASH menganjurkan mengkonsumsi
makanan yang kaya akan kalium, magnesium, kalsium dan serat serta menganjurkan
untuk mengurangi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, kolesterol,
daging merah, minuman yang tinggi gula dan garam.

2) Pemberian edukasi atau penyuluhan


Edukasi dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan masing-masing pada penderita
hipertensi sehingga penderita hipertensi memiliki sikap dan perilaku patuh terhadap
penatalaksanaan hipertensi.

3) Aktivitas fisik Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik
seharihari atau berolahraga secara teratur seperti senam aerobik atau jalan cepat selama
30-40 menit sebanyak 3 – 4 kali seminggu. Olahraga meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL) yang dapat mengurangi hipertensi terkait aterosklerosis. 4)
Penghentian konsumsi rokok dan alkohol Pada kebanyakan kasus, merokok dan minum
alkohol dapat menaikkan tekanan darah sistolik. Nikotin yang terhirup dapat terserap ke
dalam tubuh dapat mengaktifkan hipofisis untuk mengaktifkan kelenjer adrenal
sehingga kelenjar adrenal mensekresikan epinefrin atau adrenalin yang dapat membuat
pembuluh darah mengalami vasokontriksi sehingga menaikkan tekanan darah.

5) Penurunan stress Kemampuan tubuh merespon stress akan menentukan status


kesehatan seseorang. Kadar hormon adrenalis yang tinggi akan meningkatkan tekanan
darah, denyut nadi dan fungsi pernapasan. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam
tatalaksana stress seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol system saraf
yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

6) Terapi herbal Pengobatan dengan herbal menjadi pilihan karena murah, mudah
didapat dan efek samping yang minimal. Terapi herbal adalah terapi komplementer
menggunakan tumbuhan yang berkhasiat obat. Khasiat antihipertensi yang dimiliki
herbal diantaranya adalah kalium, memiliki kandungan antioksidan, memiliki
kandungan diuretik, antiandrenergik dan vasodilator. Beberapa tanaman herbal yang
bisa menurunkan tekanan darah misalnya: bayam, biji bunga matahari, alpukat,
mentimun, bawang putih, daun seledri, belimbing, mengkudu, serta pegagan.

H. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
1) Identitas klienMeliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah
sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang Pengkajian yang mendukung keluhan utama
dengan memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain
yang menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan buram, mual ,detak
jantung tak teratur, nyeri dada.
d. Riwayat kesehatan Dahulu Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit
jantung, penyakit ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit
hipertensi , penyakit metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi
saluran kemih, dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-
lain
f. Aktivitas / istirahat
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
g. Sirkulasi
1) Gejala :
a) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup dan
penyakit serebrovaskuler
b) Episode palpitasi
2) Tanda :
a) Peningkatan tekanan darah
b) Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis, takikardia
c) Murmur stenosis vulvular
d) Distensi vena jugularis e) Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi
perifer)
f) Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda
h. Integritas ego
1) Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
2) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan
meledak, otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara.
i. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit ginjal
pada masa yang lalu.
j. Makanan / cairan
1) Gejala :
a) Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol b) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun)
c) Riwayat penggunaan diuretic
2) Tanda :
a) Berat badan normal atau obesitas
b) Adanya edema
c) Glikosuria
d) Neurosensori
3) Gejala :
a) Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
b) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan abur, epistakis)
4) Tanda :
a) Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi bicara, efek, proses
piker b) Penurunan kekuatan genggaman tangan
k. Nyeri / ketidaknyamanan Gejala : angina ( penyakit arteri koroner /
keterlibatan jantung), sakit kepala
l. Pernapasan
1) Gejala :
a) Disnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja, takipnea, ortopnea. Dispnea
b) Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum
c) Riwayat merokok
2) Tanda :
a) Distress pernapasan / penggunaan otot aksesori pernapasan
b) Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)
c) Sianosis m. Keamanan Gejala : gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi
postural.
n. Pembelajaran / penyuluhan
Gejala :
1) Factor risiko keluarga: hipertensi,aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes
mellitus. 2) Factor lain, seperti orang afrika-amerika, asia tenggara, penggunaan
pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
o. Rencana pemulangan Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah/
perubahan dalam terapi obat.

I. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis.

Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusaka jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat an berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab
1 Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis abses, amputasi, terbakar, terpotong. mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1 Mengeluh nyeri"
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis waspada posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4 Frekuensi nadi meningkat
5 Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
(tidak tersedia)

Objektif
1 Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3 Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

j. Intervensi keperawatan

, Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

Definisi: mengidentifikasi dan mengelolah pengalaman sensorik atau emosional yang


berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak lambat
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan:
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
Terapeutik
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan strategi meredahkan nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian analgetik

k. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan antara
proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari proses
keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut
digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan
lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti
&Muryanti, 2017)

Anda mungkin juga menyukai