TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau sering disebut tekanan darah tinggi yaitu tekanan darah sistolik diatas
120-140 mmHg dan distolik diatas 80-90 mmHg, seseorang dikatakan hipertensi apabila
tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko paling
berpengaruh terhadap penyakit jantung, pembuluh darah dan penyakit ginjal kronik.
Hipertensi dapat dicegah bila beberapa faktor resiko terjadinya hipertensi dibatasi seperti
merokok, asupan garam berlebih, obesitas, dan stres (yogiantoro 2013, Mills et al 2016).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis yang serius yang secara
signifikan meningkatkan risiko jantung, otak, ginjal, dan penyakit lainnya. Diperkirakan 1,13
miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar (dua pertiga) tinggal di
negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2015, 1 dari 4 pria dan 1 dari 5
wanita menderita hipertensi. Kurang dari 1 dari 5 orang dengan hipertensi memiliki masalah
terkendali. Hipertensi adalah penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Salah satu
target global untuk penyakit tidak menular adalah untuk mengurangi prevalensi hipertensi
sebesar 25% pada tahun 2025. (WHO, 2019).
b. Klasifikasi Hipertensi
c. Komplikasi Hipertensi
1) Stroke
2) Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal atau dikenal denga glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah
akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang
sering dijumpai pada hipertensi kronik (Triyanto, 2014).
Enselopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat).
Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron
di sekitarnya kolap dan terjadi koma (Triyanto, 2014)
4) Retinopati
Semakin lama seseorang menderita hipertensi dan semakin tinggi tekanan darah,
maka semakin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Salah satu kerusakan yang dapat
ditimbulkan yaitu kerusakan pembuluh darah pada retina sehingga menyebabkan kerusakan
pada saraf mata. Hal tersebut diaibatkan oleh aliran darah yang buruk, okulasi arteri dan vena
retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita retinopati
hipertensif pada awalnya tidak menunjukkan gejala, namun pada stadium akhir dapat
menyebabkan kebutaan (Nuraini, 2015).
d. Faktor Resiko
1) Faktor yang tidak dapat dirubah
a) Genetik
Faktor yang mempengaruhi hipertensi adalah genetik dimana hipertensi merupakan
salah satu penyakit yang paling kompleks dengan pola pewarisan berdasar genetik mencapai
30%. Dalam hal ini, peningkatan tekanan darah merupakan ekspresi fenotipe. Lebih dari 50
gen yang berkaitan dengan hipertensi telah diteliti dan jumlah tersebut masih terus
bertambah. Hipertensi merupakan salah satu gangguan genetik yang bersifat kompleks. Pada
70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi didalam keluarga. Apabila
riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih
besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada kembar monozigot (satu telur), apabila salah
satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetic mempunyai peran
didalam terjadinya hipertensi. Jika salah satu dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi
maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi (Triyanto,2014).
b) Usia
Akibat pertambahan umur dan proses penuaan, serabut kolagen di pembuluh darah
dan dinding arteriol bertambah sehingga dinding pembuuh tersebut mengeras. Dengan
berkurangnya elastisitas ini, daerah yang dioengaruhi tekanan sistolik akan menyempit
sehingga tekanan darah rata-rata meningkat. Hal tersebut karena adanya perubahan struktur
pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi sempit dan dinding pembuluh darah
menjadi kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik. Semakin
meningkatnya usia, didapatkan kenaikan tekanan darah diastole rata-rata walaupun tidak
begitu nyata juga terjadi kenaikan angka prevalensi hipertensi tiap kenaikan kelompok
dekade umur (Adam, 2019).
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun
(45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui
bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi
tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi sehingga tidak
mendapatkan pengobatan (Kemenkes RI, 2018).
c) Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik pretest pada
laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Hasil penelitian ini sesuai teori Kozier
(2011), bahwa faktor yang mempengaruhi tekanan darah salah satunya adalah jenis kelamin
dimana setelah masa pubertas wanita cenderung memiliki tekanan darah lebih rendah dari
pria pada usia yang sama. Wanita pada usia produktif mempunyai tekanan darah lebih rendah
dari pria pada usia yang sama. Kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dengan
dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk
peningkatan tekanan darah diastolik. Pria diduga lebih mepunyai gaya hidup yang beresiko
terhadap peningkatan tekanan darah. Prevalensi hipertensi pada wanita sesudah menopouse
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Angka kejadian hipertensi pada wanita umur lebih dari 65
tahun, lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal
(Berman, Snyder, & Frandsen, 2016).
b) Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang tinggi dapat mencegah atau memperlambat peningkatan tekanan
darah dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Hal tersebut berkaitan dengan
kelebihan berat badan atau obesitas. Aktivitas yang tinggi dapat mengurangi dan mencegah
obesitas serta mengurangi asupan garam ke tubuh, karena dengan aktivitas yang tinggi akan
menyebabkan tubuh berkeringat dan garam akan keluar dari tubuh bersama keringat.
Aktivitas fisik aerobic selama 30-45 menit secara teratur dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan mencegah terjadinya hipertensi (Adam, 2019).
c) Merokok
Merokok merupakan faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah, jantung serta
peningkatan tekanan darah. Mengisap rokok dapat meningkatkan denyut jantung seseorang
sampai 30%. Salah satu kadungan yang ada pada rokok adalah nikotin. Nikotin pada rokok
menyebabkan kecanduan dan merangsang pelepasan adrenalin sehingga kerja jantung lebih
cepat dan kuat, akhirnya terjadi peningkatan tekanan darah (Adam, 2019).
e) Konsumsi Alkohol
Konsumsi minuman alkohol secara berlebihan akan berdampak buruk pada kesehatan
jangka panjang. Salah satu akibat dari konsumsi alkohol yang berlebihan tersebut adalah
terjadinya peningkatan tekanan darah. Alkohol dapat menyebabkan terjadinya hipertensi
karena alkohol dapat meningkatkan keasaman darah, sehingga darah menjadi kental dan
jantung dipaksa memompa. Selain itu, konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka
panjang akan menyebabkan peningkatan kadar kortisol dalam darah yang berdampak pada
peningkatkan aktivitas renin-angiotensin aldosteron system (RAAS) (Jayanti et al., 2018)
e. Patofisiologi Hipertensi
Triyanto (2014) mengatakan bahwa meningkatnya tekanan darah di dalam arteri dapat
terjadi melalui beberapa cara. Salah satunya yaitu pada lansia tekanan darah akan meningkat
karena dinding arteri menebal dan kaku akibat adanya arteriosklerosis. Pembuluh darah arteri
besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang
pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit dari biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan darah.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) mengkerut sementara waktu karena adanya
perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah
dalam tubuh meningkat sehinga tekanan darah juga meningkat.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang untuk
sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik
tubuh terhadap ancaman dari luar), meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung,
dan juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperbesar arteriola di daerah
tertentu (seperti otot rangka yang memerlukan pasokan oksigen yang lebih banyak),
mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume
darah dalam tubuh, melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (non
adrenalin), yaitu merangsang jantung dan pembuluh darah. Faktor stress merupakan salah
satu faktor pencetus terjadinya peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormon
epinefrin dan norepinefrin.
f. Penatalaksanaan Hipertensi
1) Farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pasien hipertensi
derajat1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah >6 bulan menjalani pola
hidup sehat (nonfarmakologi). Golongan obat antihipertensi yang banyak digunakan antara
lain :
a) Diuretika Thiazide
b) Beta Blocker
Golongan Beta Blocker bekerja dengan cara memperlambat kerja jantung melalui
pengurangan kontraksi otot-otot jantung dan menurunkan tekanan darah. Penurunan tekanan
darah yang diberikan peroral berlangsung lambat. Efek ini mulai terlihat dalam 24 jam
sampai 1 minggu setelah terapi dimulai. Selain efek sampingnya dapat diperkirakan, obat
golongan beta blocker ini sering digunakan sebagai obat pilihan pertama misalnya
propanolol, atenolol.
Mekanisme kerja Calcium Channel Blocker adalah dengan jalan menghambat influx
ke dalam otot polos arteri dan dengan memperlebar arteriol perifer sehingga dapat
mengurangi tekanan darah.golongan obat antihipertensi ini menurunkan tekanan darah secara
efektif. Indikasi pemberiannya terutama hipertensi sistolik pada lansia. Misalnya amlopidin,
niedipin.
2) Non Farmakologi
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah,
dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada seseorang yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko
kardiovaskuar lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal , yang
harus dijalani setidaknya selama 4-6 bulan. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh
banyak guidelines dalam pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular
adalah :
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayur dan buah-
buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti
menghindari diabetes dan dislipidemia.
Salah satu cara menjaga kestabilan tekanan darah dengan mengkonsumsi sayur dan
buah. Zat gizi yang dapat menunjang kesehatan dan membantu penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi adalah kalium, kalsium, magnesium, dan serta asam (PERSAGI dan
AsDI, 2019).
Di Indonesia, makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisional pada
kebanyakan daerah. Tidak jarang pula penderita tidak menyadari kandungan garam pada
makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet
rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada penderita
hipertensi derajat ≥2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/hari.
d) Olahraga
Walaupun konsumsi alkohol belum menjadi pola hidup yang umum di Indonesia,
namun konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan berkembangnya
pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per
hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan
demikian, membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu dalam
penurunan tekanan darah.
f) Berhenti merokok
Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat menurunkan
tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit
kardiovaskular, dan penderita sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
Diet DASH bertujuan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dan
dapat digunakan sebagai langkah preventif terhadap penyakit hipertensi. Diet DASH dapat
digunakan dengan tujuan untuk terapi penurunan berat badan serta penurunan kadar
kolesterol. (PERSAGI, 2019)
a. Energi cukup, jika pasien dengan berat badan115% dari berat badan ideal
disarankan untuk diet rendah kalori dan olahraga
b. Protein cukup, menyesuaikan dengan kebutuhan pasien
c. Karbohidrat cukup, menyesuaikan dengan kebutuhan pasien
d. Membatasi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol
e. Asupan natrium dibatasi <2300 mg/hari, jika penurunan tekanan darah belum
mencapai target dibatasi hingga mencapai 1500 mg/hari
f. Konsumsi kalium 4700 mg/hari, terdapat hubungan antara peningkatan asupan
kalium dan penurunan asupan rasio Na-K dengan penurunan tekanan darah
g. Memenuhi kebutuhan asupan kalsium harian sesuai usia untuk membantu
penurunan tekanan darah, asupan kalium >800 mg/hari dapat menurunkan tekanan
darah sistolik hingga 4 mmHg dan 2 mmHg tekanan darah diastolik
h. Asupan magnesium memenuhi kebutuhan harian (DRI) serta dapat ditambah
dengan suplementasi magnesium 240 – 1000 mg/hari dapat menurunkan tekanan
darah sistolik 1,0 – 5,6 mmHg
i. Pada pasien hipertensi dengan penyakit penyerta lainya, seperti penyakit ginjal
kronik dengan hemodialisis atau sirosis hati maka syarat dan prinsip diet harus
dimodifikasi/disesuaikan dengan kondisi penyakit.
Protein hewani Ikan, daging unggas tanpa Daging merah bagian lemak, ikan
kulit, telur maksimal 1 kaleng, kornet, sosis, ikan asap,
butir/hari ati, ampela, olahan daging
dengan natrium
Pepaya (Carica papaya L.), salah satu buah introduksi yang telah lama dikenal
berkembang luas di Indonesia, merupakan tanaman monodioecious (berumah tunggal
sekaligus berumah dua). Pepaya adalah jenis tanaman herba, batangnya berongga biasanya
tidak bercabang dan tingginya dapat mencapai 10 meter. Daunnya merupakan daun tunggal
dan berukuran besar, tangkai daun berukuran panjang dan berongga. Bunganya terdiri dari
tiga jenis yaitu: bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna. Bentuk buah beragam dari
yang bentuknya bulat sampai lonjong.
Buah pepaya merupakan salah satu dari sekian banyak buah yang mengandung
kalium tinggi dan serat. Selain itu, pepaya merupakan salah satu buah yang paling mudah
didapatkan. Pepaya mempunyai banyak kandungan mineral. Buah pepaya masak seberat 100
gram mempunyai kandungan kalium sebesar 257 mg dan natrium sebesar 3 mg (Wahyuni &
Suryani, 2017). Kalium mempunyai fungsi mempertahankan keseimbangan cairan intrasel.
Menurut Kowalski (2010), rasio ideal jumlah kalium dan natrium adalah lima banding satu.
Pepaya mengandung antioksidan yang tinggi yaitu vitamin C sehingga mampu mencegah
kerusakan sel oleh karena radikal bebas (Farwati, 2012)
Pepaya mempunyai efek antihipertensi dengan cara menurunkan beban kerja jantung
dengan cara kandungan diuretik yang meningkatkan pelepasan air dan garam natrium.
Kalium juga menjaga kestabilan elektrolit tubuh melalui pompa kalium natrium yamg
mengurangi jumlah air dan garam dalam tubuh. Hasil mendukung penelitian lain yang
menggunakan buah-buahan (mentimun dan tomat) kaya kalium, tinggi serat, dan minim
natrium efektif untuk menurunkan tekanan darah (fhadilah, sucipto, & judha, 2019).
c. Tomat
Tomat merupakan salah satu sayuran yang umum dikonsumsi di dunia. Tanaman
tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah
satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat
ditanam secara luas didataran rendah sampai dataran tinggi, pada lahan bekas sawah dan
lahan kering (Alex, 2011).
Tomat merupakan salah satu sumber makanan yang kaya akan vitamin C, vitamin E,
kalium, serat, dan protein. Tomat mengandung kalium 245 mg/100 g. Kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan mengurangi natrium dalam urine dan air dengan cara yang
sama seperti diuretik dengan cara keseimbangan cairan elektrolit tubuh (Ramdhani 2015).
B. Kerangka Konsep
Faktor resiko
hipertensi:
1. Keturunan
Hipertensi
2. Gaya hidup
3. Pola makan
4. Berat badan
5. Merokok
6. Stress Penatalaksanaan
Farmakologi Non-Farmakologi
Minuman fungsional
(madu, jahe, kayu
manis)
Penurunan Tekanan
Darah pada Pasien
Hipertensi
Keterangan :
= Variable Diteliti