Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL SKRIPSI

EDUKASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN


PENGETAHUAN KADER DALAM PENIMBANGAN BALITA DI DESA SAPUGARA
BREE KECAMATAN BRANG REA KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Di Susun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan


Sarjana Terapan Gizi Dan Dietetika
Tahun Akademik 2020/2021

Oleh :

ISMI TOHRIAH
NIM. P07131118060

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MATARAM
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Balita merupakan salah satu aset bangsa yang tidak ternilai, sehingga
harusmendapat perhatian khususnya pertumbuhan dan perkembangannya.
Namundemikian, kondisi balita di Indonesia pada umumnya dan dibeberapa
daerah,kasus gizi kurang maupun gizi buruk masih menunjukkan angka yang
memprihatinkan. Kekurangan gizi pada masa bayi dan anak-anak
selainmeningkatkan risiko penyakit infeksi dan kematian juga dapat terjadi
gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Hamariyana, Syamsianah, &
Winaryati, 2013).
Permasalahan gizi pada anak balita ini erat kaitannya dengan
pemantauan pertumbuhan anak yang belum optimal disebabkan pemahamam
kader tentang tugasnya di posyandu masih kurang. Data tersebut
menunjukkan bahwa dalam waktu 2 tahun terjadi penurunan angka gizi
kurang namun kejadian gizi buruk justru mengalami peningkatan. Hal ini
menunjukkan bahwa permasalahan gizi pada anak balita bukan mengalami
perbaikan akan tetapi menjadi lebih buruk karena kemungkinan yang terjadi
adalah sebaliknya dimana kondisi anak yang gizi kurang bergeser menjadi
gizi buruk. Disisi lain kondisi gizi anak yang memburuk sangat erat kaitannya
dengan pemantauan status gizi yang masih belum berjalan baik, hal ini
terlihat dari partisipasi masyarakat yang masih rendah dan keterampilan
kader yang kurang baik.
Posyandu mempunyai peran penting sebagai salah satu kegiatan
sosial bagiibu-ibu untuk memantau tumbuh kembang anak. Pemantauan
pertumbuhan anakmelalui penimbangan balita yang dilakukan secara berkala
pada setiap bulannyaakan dicatat pada sistem Kartu Menuju Sehat (KMS).
Hambatan kemajuanpertumbuhan berat badan anak dapat segera terlihat
pada kurva pertumbuhan hasilpengukuran periodik yang tertera dan dicatat
pada KMS tersebut. Naik turunnyajumlah anak balita yang mengalami
hambatan pertumbuhan dapat segera terlihatdalam jangka waktu pendek
(bulan) dan dapat segera diteliti lebih jauhpenyebabnya, dan secepat
mungkin dapat dibuat rancangan untuk diambiltindakan penanggulangan
(Nurainun, Ardiani, & Sudaryati, 2012).
Ketelitian, pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam
melakukanpengukuran antropometri sangatlah penting, karena hal ini
menyangkut dengan4pertumbuhan balita. Keterampilan kader yang kurang
dapat menyebabkaninterpretasi status gizi yang salah dan dapat berakibat
pula pada kesalahan dalammengambil keputusan dan penanganan masalah
tersebut. Dengan demikian,kemampuan kader harus dikembangkan untuk
berpotensi secara maksimal,dengan bekal pengetahuan dan keterampilan
yang disesuaikan dengan tugas yangdiemban, dalam mengelola posyandu
agar dapat berperan aktif dalammeningkatkan kesehatan masyarakat
(Handarsari, Syamsianah, Astuti, 2015).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan bahwa
pada tahun 2018 di Indonesia terdapat kasus balita gizi buruk dan gizi kurang
yaitu sebanyak 17,7%. Sementara di NTB terdapat kasus balita gizi buruk dan
gizi kurang sebanyak 29,5% pada tahun 2018 dan tidak ada perubahan dari
tahun 2013. Untuk balita gizi sangat pendek dan pendek di Indonesia terdapat
29,9% sedangkan di NTB yaitu terdapat 25% yang menderita gizi sangat
pendek dan pendek. Untuk balita yang mengalami status gizi kurus dan
sangat kurus terdapat sebanyak 10,2% di Indonesia dan di NTB sebesar
14,4%.(Riset kesehatanDasar, 2018).
Di Kecamatan Brang Rea terdapat balita yang mengalami malnutrisi
sebanyak 406 orang balita pada tahun 2020. Dan yang terbanyak terdapat
pada Desa Sapugara Bree yaitu sebanyak 88 orang balita. Terdapat kasus
balita gizi buruk dan kurang yaitu sebanyak 43 orang balita. Untuk balita gizi
sangat pendek dan pendek terdapat sebanyak 71 orang balita. Dan untuk
balita yang mengalami status gizi kurus dan sangat kurus terdapat sebanyak
14 orang balita.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti dapat
merumuskan pokok permasalahan penelitian sebagai berikut : “Bagaimana
tingkat pengetahuan kader dalam penimbangan balita.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan kader dalam penimbangan balita.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Karakteristik Kader seperti Usia, janis kelamin, lama
menjadi kader, dan pekerjaan
b. Mengetahui tingkat pengetahuan kader tentang langkah penimbangan
balita sebelum dan sesudah diberikan edukasi melalui video .
c. Mengetahui efektifitas penggunaan media video langkah penimbangan
balita oleh kader .

D. Hipotesis
Adanya pengaruh edukasi dengan menggunakan media video untuk
meningkatkan pengetahuan kader dalam penimbangan balita di Desa Tepas
Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat.

E. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan khususnya
megenai dalam penimbangan pada balita.

2. Manfaat Praktik
a. Bagi Kader
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi kader Posyandu
tentang pentingnya dalam penimbangan pada balita.
b. Bagi petugas kesehatan/bidan
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk peningkatan
pemberdayaan dan penggerakan kader Posyandu, sehingga kader
posyandu berperan serta aktif dalam kegiatan dalam penimbangan
pada balita.
c. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menjadi sarana untuk menambah wawasan,
pengalaman, dan melaksanakan penelitian mengenai edukasi dengan
menggunakan media video untuk meningkatkan pengetahuan kader
dalam penimbangan balita.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Kader Posyandu

a. Pengertian Kader

Kader posyandu adalah warga masyarakat yang ditunjuk untuk

bekerja secara sukarela dalam melaksanakan kegiatan yang

berhubungan dengan pelayanan kesehatan sederhana di posyandu.

Kader posyandu dipilih oleh pengurus posyandu dari anggota

masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk

menyelenggarakan kegiatan posyandu. Kriteria kader posyandu

menurut Kemenkes RI (2011), ada tiga, yang pertama, bahwa kader

yang dipilih diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat

sehingga kader lebih mengetahui karakteristik dan memahami

kebiasaan masyarakat. (Zulhaida Lubis&Isyatun Mardiyah Syahri,

2015).

b. Peran Kader

Secara teknis, tugas kader yang terkait dengan gizi adalah

melakukan pendataan balita, melakukan penimbangan serta

mencatatnya dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan makanan

tambahan, mendistribusikan vitamin A, melakukan penyuluhan gizi

serta kunjungan ke rumah ibu yang menyusui dan ibu yang memiliki

balita. Kader diharapkan berperan aktif dan mampu menjadi

pendorong, motivator dan penyuluh masyarakat. Kader diharapkan


dapat menjembatani antara petugas/ahli kesehatan dengan

masyarakat serta membantu masyarakat mengidentifikasi dan

menghadapi/menjawab kebutuhan kesehatan mereka sendiri. Kader

juga diharapkan dapat menyediakan informasi bagi pejabat kesehatan

berwenang yang mungkin tidak dapat mencapai masyarakat langsung,

serta mampu mendorong para pejabat kesehatan di sistem kesehatan

agar mengerti dan merespons kebutuhan masyarakat. Kader dapat

membantu mobilisasi sumber daya masyarakat, mengadvokasi

masyarakat serta membangun kemampuan lokal.

2. Balita

Balita adalah kelompok anak usia 6-24 bulan sebagai periode kritis.

Pada masa ini anak memerlukan zat gizi seimbang baik dari jumlah,

maupun kualitasnya untuk mencapai berat dan tinggi badan yang optimal

(Soeparmanto dalam putri, 2008). Perkembangan dan pertumbuhan pada

masa baduta menjadi faktor keberhasilan pertumbuhan dan

perkembangan anak dimasa yang akan datang (Prasetyawativdalam

Ninggar, 2016).

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh

kembang manusia dikarenakan tumbuh kembang berlangsung cepat.

Pertumbuhan dan perlembangan balita menjadi faktor keberhasilan

pertumbuhan dan perkembangan anak dimasa mendatang ( Prasetyawati,

2011).

Fase terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah masa

bayi dan balita karena pada masa itu saat paling penting bagi orang tua

dalam membangun pondasi pertumbuhan dan perkembangan buah hati.


Proses pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita

merupakan proses yang teramat penting dalam menentukan masa depan

anak baik secara fisik, mental, maupun perilaku. (Maryunani, 2010)

B. Kerangka Konsep

Kader

Edukasi
Dengan
Menggunakan
Media Video

Sebelum Sesudah

Tingkat Pengetahuan Kader


Dalam Penimbangan Balita
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sapugara Bree, Kecamatan Brang

Rea, Kabupaten Sumbawa Barat. Alasan dipilihnya Desa Sapugara Bree

sebagai lokasi penelitian adalah karena masih cukup banyak balita yang

mengalami gizi kurang dan hasil data pekan penimbangan balita Puskesmas

Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat. Data terakhir hasil penimbangan

bulan Agustus 2020 jumlah balita gizi kurang di Pukesmas Brang Rea

sebesar 406 balita, dan yang paling banyak mengalami kejadian gizi kurang

di Puskesmas Brang Rea adalah Desa Sapugara Bree yakni sebesar 88

balita. Jika dibandingkan dengan Desa lain yang dibawah 88 orang balita.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2021 sampai Juni 2021.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah kader Posyandu di Desa

Sapugara Bree, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005).


D. Data Yang Dikumpulkan

1. Data Primer

a. Data identitas kader terdiri dari nama, Usia, janis kelamin, lama

menjadi kader, dan pekerjaan

b. Data tentang tingkat pengetahuan kader tentang langkah

penimbangan balita sebelum dan sesudah diberikan edukasi

melalui video.

c. Menganalisis efektifitas penggunaan media video langkah

penimbangan balita oleh kader

2. Data Sekunder

Data tentang gambaran umum wilayah penelitian yaitu di Desa

Sapugara Bree, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai