Anda di halaman 1dari 8

1.

Gambaran umum layanan kesehatan kab sidoarjo ( perjalanan panjang RS mulai tahun ga enak itu

Sejarah berdirinya RSUD Kabupaten Sidoarjo dimulai pada tahun 1956 yang ditetapkan melalui
Peraturan Daerah Tingkat II Sidoarjo oleh DPRD Swatantra Tk. II Sidoarjo tentang Pemakaian Rumah
Sakit dan Poliklinik yang berlokasi di Jl. dr. Soetomo Sidoarjo. Pada tahun 1972, lokasi
rumah sakit dipindah dari Jl. dr. Soetomo Sidoarjo ke Jl. Mojopahit 667 Sidoarjo sampai
dengan sekarang.
Dalam perkembangannya RSUD Kabupaten Sidoarjo mengalami pembenahan pembangunan
fisik, peningkatan kelas dan pelayanan. Peningkatan Kelas pada tahun 1972 menjadi Rumah Sakit tipe
D, tahun 1978 meningkat menjadi tipe C dengan SK Menteri Kesehatan Nomor: 134/ Menkes/ SK/
IV/ 78 dan Instruksi Gubernur KDH Prop. Jatim No 16 jo. Nomor: 26/ 1983 dengan pelayanan
meliputi 4 (empat) dokter spesialis dasar (Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, dan Kandungan)
plus THT dan Syaraf dengan kapasitas tempat tidur 182 dan instalasi penunjang meliputi radiologi,
laboratorium, farmasi, gizi.
Pada tahun 1979 pula, dibangun ruang paviliun dengan kapasitas 39 tempat tidur. Tahun 1980
rumah sakit sudah dapat menerima pasien rawat inap sebanyak 221 tempat tidur. Tahun 1997 RSUD
menjadi RSUD Tipe B Non pendidikan dengan SK Menteri Kesehatan Nomor: 478/ Menkes/ SK/
1997 dan Perda Nomor: 11/ 1998. Pada tahun 1998 RSUD menjalankan proses uji coba menjadi Unit
Swadana yang kemudian tahun 1999 menjadi Unit Swadana Daerah.
Mulai tahun 2005 sampai dengan 2008 secara resmi sistem keuangan RSUD Kabupaten Sidoarjo
mengikuti keputusan Mendagri Nomor: 29 Tahun 2002 tentang pengelolaan keuangan daerah dimana
rumah sakit menyetor seluruh pendapatan yang diperolehnya ke kas daerah. Sehingga status RSUD
Kab.Sidoarjo adalah Rumah Sakit Pemerintah Tipe B Non Pendidikan milik Pemerintah Daerah
Kab.Sidoarjo, teknis fungsional di bawah Dinas Kesehatan dan teknis operasional di bawah Bupati.
Berdasarkan Keputusan Bupati Sidoarjo Nomor: 188/ 229/ 404.1.1.2/ 2008 tanggal 8 September
2008 tentang RSUD Kabupaten Sidoarjo Sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah Yang Menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, maka sejak 1 Januari 2009 RSUD Kabupaten
Sidoarjo menerapkan Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah dengan status BLUD Penuh
dimana RSUD Kabupaten Sidoarjo berhak untuk mengelola keuangannya sendiri.
Pada tanggal 25 Oktober 2015 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No :
HK.02.03/1/1889/2013 RSUD Kabupaten Sidoarjo ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan. Status
RSUD Kabupaten Sidoarjo merupakan Rumah Sakit Tipe B Pendidikan milik Pemerintah Daerah
Kabupaten Sidoarjo.

2. Kondisi layanan kesehatan di sidoarjo dan sekitarnya saat ini sebagai latar belakang ( lembaga
layanan, jenis penyakit, pertumbuhan penduduk, sistem kesehatan nasional dll)

KASUS RUJUKAN RAWAT JALAN TERBANYAK RSUD


SIDOARJO
(2018-2021)

KASUS RUJUKAN
KASUS RUJUKAN MASUK
KELUAR

1. Penyakit Jantung Kanker Payudara


2. CKD Stage 5.
KASUS RUJUKAN RAWAT INAP TERBANYAK RSUD SIDOARJO (2018-2021)

1. Kanker;
2. Gagal Ginjal;
3. Gagal Jantung;
4. Kasus Congenital;
5. Eklamsia, dll.

10 Diagnosis Terbanyak Kematian Tahun 2021


No Diagnosis Jumlah

1 Coronavirus Infection, Unspecified 1.111


2 Other Viral Pneumonia 283
3 Chronic Kidney Disease, Stage 5 169
4 Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus Without
Complications 128
5 Cerebral infarction, unspecified 102
6 Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus With Renal
Complications 62
7 Intracerebral Haemorrhage In Hemisphere, Cortical 61
8 Tuberculosis of lung, without mention of bacteriological or
histological confirmation 58
9 Other and unspecified cirrhosis of liver 56

10 Intracerebral Haemorrhage, Multiple Localized 41

10 Diagnosis Rujukan Rawat Jalan Tahun 2021


No Diagnosis Jumlah

1 Malignant Neoplasm Of Breast, Unspecified 107

2 Other Nonorganic Psychotic Disorders 61

3 Malignant Neoplasm Of Cervix Uteri, Unspecified 48

4 Malignant Neoplasm Of Ovary 35

5 Diabetic Retinopathy 32

6 Malignant Neoplasm Of Nasopharynx, Unspecified 29

7 Residual Schizophrenia 25

8 Glaucoma Suspect 25
9 Follow-up Examination After Surgery For Malignant
23
Neoplasm
10
Presence Of Intraocular Lens 22

10 Diagnosis Rujukan Rawat Inap Tahun 2021


No Diagnosis Jumlah

1 Malignant Neoplasma 6

2 Pneumothorax, unspecified 4

3 Other and unspecified intestinal obstruction 3

4 Chronic ischaemic heart disease, unspecified 3

5 Singleton, born outside hospital 3

6 Congenital Malformation 2

7 Pleural effusion, not elsewhere classified 2


Non-insulin-dependent diabetes mellitus with peripheral
8 2
circulatory complications

9 Calculus of gallbladder without cholecystitis 2

Congenital absence, atresia and stenosis of anus without


10 2
fistula

Tahun 2021
1. Pembangunan gedung Kanker Terpadu (Radioterapi dan Kemoterapi) Tahap II.
2. Optimalisasi layanan ESWL.
3. Pembangunan Gedung IPS, IPL, IKFM dan Parkir Karyawan.
4. Pengembangan ruang rekonstitusi obat.
5. Pengembangan layanan Bedah Digestif
6. Renovasi Gedung CSSD
7. Optimalisasi layanan inseminasi buatan.
8. Optimalisasi layanan operasi Non invasive.
9. Optimalisasi Pelayanan Bank Darah.

Tahun 2022
1. Pengembangan layanan kanker terpadu.
2. Pengembangan Layanan Forensik medikolegal.
3. Pembangunan gedung GDH Barat.
4. Renovasi ruang bengkel rehabilitasi medis.
5. Peningkatan kelas Rumah Sakit menjadi Kelas A.
6. Pengembangan
7. Training Centre

Tahun 2023
1. Optimalisasi Layanan Kanker terpadu.
2. Pengembang an layanan stroke centre dan CV
3. Pengembangan gedung IRJ, Pusat Diklit dan Hostel
4. Kamar Operasi Hibrid Kardio vaskuler

Tahun 2024
Pengembangan layanan Hand Clinic Surgery.
Pengembangan layanan klinik okupasi.
Pengembangan layanan neuro invansive.

Tahun 2025
1. Pengembangan layanan Sport klinik.
2. Pengembangan Layanan vitrio retina.

Tahun 2026
1. Pengembangan layanan Bedah anak.
2. Pengembangan layanan Bedah jantung.

KELAS STTANDAR BPJS KESEHATAN


● Sebagai gambaran, kelas rawat inap standar (KRIS): BPJS Kesehatan akan
menghapus kebijakan kelas yang selama ini berlaku.
● Sudah direncanakan, kelas BPJS Kesehatan yang saat ini terdiri dari kelas 1, 2, dan 3
akan dihapuskan, disusul dengan berlakunya Tarif Tunggal.
Adapun rancangan 12 konsep kriteria kelas standar JKN adalah:
1. Bahan Bangunan
Bahan bangunan tidak boleh memiliki porositas bangunan yang tinggi. Sebab, struktur
bangunan rumah sakit yang baik tidak memiliki porositas (pori) yang tinggi. Sehingga
semakin tidak berpori atau padat struktur bangunan (contoh: dinding) maka jaminan mutu
dan keselamatan pasien semakin baik.
2. Minimal Luas Lantai Tempat Tidur
Untuk kelas Standar PBI JKN luas lantai minimal tempat tidurnya 7,2 meter persegi (m2),
dan kelas standar non PBI JKN 10 m2. Kemudian jarak antar tempat tidur di ruangan adalah
2,4 meter.
3. Jarak antar Tepi Tempat Tidur
Jarak antara tepi samping tempat tidur terdekat harus ≥ 1,2 meter. Kemudian untuk jarak
antar tepi TT dengan dinding samping minimal 75 cm. bagian kepala (bed head) dapat
menempel pada dinding.
Kemudian, standar TT minimal panjang 206 meter, lebar 90 meter dan tinggi 50-80 meter
(bisa di adjust).
4. Jumlah Maksimal TT per Ruangan
Jumlah maksimalnya ada 6 tempat tidur untuk kelas standar PBI JKN dan 4 tempat tidur untuk
non PBI JKN.

5. Nakas per Tempat Tidur


Di kelas standar ditetapkan setiap TT harus memiliki nakas 1 buah baik untuk kelas PBI
maupun Non PBI.

6. Suhu Ruangan
Pengaturan suhu dalam ruangan rawat inap harus berada pada rentang 20 hingga 26 derajat
Celsius.
7. Ventilasi Udara
Ventilasi udara harus memenuhi standar frekuensi pertukaran udara melalui pengukuran
menggunakan alat bantu velocity meter/ anemometer.
8. Pencahayaan Ruangan
Pencahayaan ruangan buatan harus mengikuti kriteria yang ditetapkan dengan standar 250
lux untuk penerangan dan 50 lux untuk pencahayaan tidur diukur dengan lux meter pada
bidang kerja (tempat tidur).
9. Tirai atau Partisi antar Tempat Tidur
Tirai partisi antar TT diatur dengan rel yang dibenamkan di plafon dengan bahan tidak
berpori/tidak menyerap air.
10. Spesifikasi Kelengkapan TT
Setiap tempat tidur harus dilengkapi dengan minimal 2 kotak kontak dan tidak boleh
percabangan atau sambungan langsung tanpa pengamanan arus, outlet oksigen tersentral
dan nurse call yang terhubung dengan nurse station.

3. Hasil kajian, Renstra/RSB merekomendasikan RSUD sidoarjo harus naik kelas A


1. RSUD Kabupaten Sidoarjo merupakan Rumah Sakit kelas B Pendidikan yang memiliki
700 TT perawatan yang ditunjang dengan pelayanan yang cukup lengkap, alat medis
canggih, serta SDM yang kompeten.
2. Berdasarkan PMK No. 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan RS dan PP No. 47
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan, RSUD Kabupaten
Sidoarjo sudah dapat menaikkan kelas menjadi RS kelas A. Perubahan kelas RS
dilakukan dengan Self Assessment atas kemampuan pelayanan, SDM, fasilitas
kesehatan, dan sarana penunjang sesuai ketentuan Klasifikasi Rumah Sakit.
3. Pendapat stakeholders utama (dokter spesialis dan/atau sub spesialis, top manajemen,
dewan pengawas, pemerintah Kabupaten Sidoarjo) terhadap perubahan kelas RSUD
Kabupaten Sidoarjo menjadi RS kelas A;
4. Menilai kesesuaian kondisi kelayakan pelayanan RSUD Kabupaten Sidoarjo dengan
persyaratan rumah sakit kelas A (analisis geografi, demografi, sosio-ekonomi, morbiditas
dan mortalitas, kebijakan dan regulasi pengembangan wilayah sektor perumahsakitan,
self assessment aspek internal Rumah Sakit);

4. Peluang dan tantangannya ( Marketing Mix )


PELUANG
1. Jika ada penghapusan sistem rujukan berjenjang BPJS, RSUD Kelas A dapat menerima rujukan
langsung dari seluruh kelas RS;
2. Tarif paket Ina-CBG’s RS Kelas A lebih tinggi dibanding RS tipe yang lain;
3. RS Kelas A Pendidikan lebih dipercaya dalam mengemban amanat baik terkait dana hibah maupun
menjadi pusat penelitian;
4. Meningkatkan daya kepercayaan masyarakat karena pelayanannya lengkap;
5. Berdirinya RS Krian, Sidaorjo Barat, sebagai pemasok pasien;
6. Branding RSUD Kabupaten Sidoarjo sebagai RS Kelas A lebih unggul karena ditunjuk sebagai
rujukan jantung nasional;
7. Kabupaten Sidoarjo memiliki RS yang dapat melayani masyarakat dengan pelayanan yang lengkap,
luas, dan tuntas; dan
8. Dapat membuka lapangan kerja baru sesuai Program Prioritas Daerah Kabupaten Sidoarjo.

TANTANGAN
1. Perlu memastikan ketersediaan SDM, fasilitas, dan pelayanan (spesialis / sub-spesialis) sehingga tidak
ada lagi kasus rujukan keluar atau kasus yang tidak dapat ditangani di RS Kelas B;
2. Pasien relatif lebih sedikit dari pada RS kelas B;
3. Wacana pemerintah terkait single tarif BPJS, perlu pertimbangan matang pada struktur tarif yang
sudah ditetapkan;
4. Perombakan struktur organisasi dengan menambah alokasi SDM menyesuaikan PP No. 72 Tahun
2019
5. Masih terdapat gap pelayanan dibandingkan pelayanan RS kelas A di Provinsi Jawa Timur;
6. Rebranding RSUD Kabupaten Sidoarjo sebagai RS Kelas A, karena mempertimbangkan persaingan
RS Kelas A di Provinsi Jawa Timur.

5. Memperkuat jejaring (sistem satelit, sister hospital dll )


1. RS ANTRIAN ANDROID --RSUD Kab. Sidoarjo melaunching salah satu inovasi terbaru sekian
inovasi smart hospital dari RSUD Kab. Sidoarjo yaitu Inovasi Santri Android dalam acara
Sosialisasi Pekan Santri Android. Dimana Layanan untuk pendaftaran pemeriksaan kesehatan di
RSUD sekarang bisa melalui aplikasi Santri RS dan bisa di download di Google Playstore.
Sehingga sekarang tidak perlu repot lagi dalam mengantri dan mendaftar pemeriksaan kesehatan di
RSUD Kab. Sidoarjo.
2. SIOKO ( Sistem Informasi Kamar Operasi ) RSUD Sidoarjo

3. LERES ( Layanan Elektronik Resep ) RSUD Sidoarjo

Sister hospital

disebabkan antara lain karena masih ada kasus rujukan yang belum tepat sehingga belum layak tagih
oleh BPJS solusi yang dilakukan adalah seleksi administrasi awal pada saat skrining pasien, serta
pelaksanaan pelayanan sesuai dengan PPK, SOP dan aturan BPJS. Rencana tindak lanjut adalah
pelaksanaan audit, telaah/kajian terhadap kasus-kasus rujukan yang tidak dapat diterima oleh BPJS
serta dengan sudah berjalannya SISRUTE diRSUD Sidoarjo. Dilakukan monitoring dan evaluasi
dengan telaah dan kajian oleh rekam medik, verifikasi dan komite medik. Optimalisasi Sistem Jejaring
dan Kemitraan. Jumlah Rumah Sakit Jejaring yang Dibina Target jumlah rumah sakit jejaring yang
dibina adalah ……………………………………Rencana tindak lanjutnya adalah koordinasi dengan
Bagian Hukum dan kerjasama untuk Perjanjian Kerja Sama(PKS) dengan rumah sakit jejaring regional
dalam bidang rujukan, pendidikan, referal dan management dan melakukan pembinaan dengan rumah
sakit jejaring yang sudah ada PKS dengan RSUD Sidoarjo. Dilakukan monev rumah sakit jejaring
yang merujuk pasien yang sesuai dan tidak sesuai dengan kasus rujukan tersier. Jumlah Kegiatan
Kemitraan dengan Sister Hospital Target jumlah kegiatan kemitraan dengan sister hospital
sebanyak……. sementara terealisasi ……, yaitu kegiatanHemodialisis, rujukan pelayanan
pengembangan SDM tentang jantung dan pembuluh darah, PPDS Urologi, penelitian dan pengabdian
masyarakat mahasiswa PPDS.

6.Dukungan kebijakan dari Pemerintah daerah khususnya dalam hal kebijakan rujukan tertutup
Optimalisasi Peran Pemerintah Daerah dalam Mendukung Percepatan Pencapaian Program Jaminan
Kesehatan Nasional, dan pada akhir kegiatan menghasilkan beberapa rekomendasi dalam mewujudkan
UHC. aerah memiliki peran penting menuju jaminan kesehatan nasional, dibutuhkan sebuah evaluasi
untuk mendorong peran dari pemerintah daerah karena sejauh ini dalam perjalanannya BPJS belum
bisa mewujudkan tujuan dari JKN, tentu hal ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak salah
satunya yaitu pemerintah daerah. aitu peningkatan akses, peningkatan mutu, pemerataan equity,
efisiensi, dan sustainibilitas dalam program JKN serta didorong dengan visi misi Presiden  yang
tertuang dalam 9 Agenda Program Nawa Cita yang salah satunya yaitu Indonesia Sehat

Anda mungkin juga menyukai