Anda di halaman 1dari 4

NO.

INDIKATOR ANALISA TINDAK LANJUT


1. Bed Occupancy Rate (BOR) Penurunan BOR yang disebabkan adanya : 1. Membuat edaran dan kebijakan terkait
 Untuk mengetahui tingkat - Penurunan jumlah kunjungan pasien dan pelayanan pasien yang tetap menerapkan
pemanfaatan, mutu dan jumlah kasus covid-19 yang dirawat di protokol kesehatan, misalnya dengan
efisiensi pelayanan rumah rumah sakit penjadwalan pasien terutama pasien anak
sakit penurunan jumlah kasus covid-19 yang 2. Sosialisasi kepada masyarakat dengan
sangat signifikan di pertengahan bulan menitikberatkan pada pemisahan pelayanan
Agustus hingga Desember 2021. Namun antar pasien covid-19 dan non covid-19,
pada bulan Juli 2021, jumlah kasus sebagai upaya mengurangi transisi
covid-19 menunjukkan tren peningkatan penularan covid-19. Misalnya pada
tertinggi sejak adanya kasus covid-19 di pelayanan operasi untuk pasien covid-19
bulan April 2020 dan pasien non covid-19 dipisah lokasinya.
- Adanya kebijakan BPJS terkait aturan untuk pasien Covid-19 dikerjakan di Kamar
rujukan berjenjang, RSUD Sidoarjo Operasi IGD dengan prosedur yang telah
adalah Rumah sakit dengan Tipe B, diatur dengan regulasi
dengan adanya aturan tersebut 3. Update, evaluasi dan monitoring
memungkinkan pasien sulit pelaksanaan kebijakan pelayanan
mendapatkan rujukan ke RSUD Sidoarjo pasien/SOP Pelayanan Pasien
sebelum mendapat pelayanan kesehatan 4. Mendorong layanan unggulan dan
primer terlebih dahulu. mengurangi TT pada ruangan isolasi
- tingkat hunian yang rendah akibat terjadi 5. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
pandemi Covid-19, banyak pasien yang sesuai standar profesi, standar pelayanan
takut berobat ke RSUD Sidoarjo, rumah sakit, standar operasional yang
dikarenakan RSUD Sidoarjo ditetapkan berlaku, dan etika profesi.
sebagai rumah sakit rujukan Covid-19, 6. Menerapkan konsep pelayanan prima
Masyarakat khawatir dan takut adanya melalui optimalisasi sistem dan prosedur
penularan virus corona di area Rumah pelayanan, efisiensi proses pelayanan,
Sakit sehingga pemakaian tempat tidur di membudayakan mutu pelayanan
Instalasi rawat inap juga menurun. 7. Melakukan penyempurnaan sistem
- Beberapa fasilitas rawat inap yang informasi rumah sakit dan penanganan
dialihfungsikan sebagai ruang perawatan komplain pasien
isolasi untuk pasien Covid-19
NO. INDIKATOR ANALISA TINDAK LANJUT
2. Bed Turn Over (BTO) penurunan pemakaian per tempat tidur Tetap menjaga mutu kualitas pelayanan
 frekuensi pemakaian tempat selama tahun 2021, dikarenakan penurunan dengan menerapkan prosedur yang sudah di
tidur pada satu periode, jumlah kunjungan pasien dan jumlah kasus tetapkan terutama kebersihan tempat tidur
berapa kali tempat tidur covid-19 yang dirawat di rumah sakit. pasien dan penerapan 6 SKP
dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu. Idealnya
dalam satu tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai
40-50 kali, atau 10-12 kali per
triwulan.
3. Turn Over Interval (TOI) Penurunan Angka TOI dikarenakan terjadi upaya menjaga kualitas layanan terutama
 rata-rata hari dimana tempat Penurunan jumlah kunjungan pasien dan dalam hal sarana prasarana tetap dijaga. Salah
tidur tidak ditempati dari jumlah kasus covid-19 yang dirawat di rumah satunya adalah pembersihan tempat tidur
telah diisi ke saat terisi sakit. sehingga tempat tidur kosong lebih menggunakan meliseptol tiap kali tempat tidur
berikutnya. Indikator ini lama. selesai dipakai, sehingga kejadian infeksi
memberikan gambaran - nosokomial dapat dihindari.
tingkat efisiensi penggunaan Angka TOI menunjukkan satu tempat tidur
tempat tidur. Idealnya tempat tidak terisi sampai terisi berikutnya kurang
tidur kosong tidak terisi pada lebih 4 hari, dikarenakan penurunan jumlah
kisaran 1-3 hari. kasus covid-19 yang sangat signifikan di
pertengahan bulan Agustus hingga
Desember 2021.
4. Average Length of Stay (ALOS) Lama pasien dirawat sangat tergantung dari
 rata-rata lama rawat seorang diagnosa penyakit yang diderita si pasien.
pasien. Indikator ini Semakin berat dan kompleks penyakit yang
disamping memberikan diderita maka akan semakin lama pasien
gambaran tingkat efisiensi, dirawat. kasus yang ditangani adalah kasus
juga dapat memberikan covid-19 baik tanpa komorbid maupun
gambaran mutu pelayanan, dengan komorbid. Kasus covid-19 dengan
komorbid memiliki kecenderungan ALOS
yang lebih lama dibandingkan dengan kasus
NO. INDIKATOR ANALISA TINDAK LANJUT
covid-19 tanpa komorbid.
Untuk pasien non covid-19 sudah membaik
dan memungkinkan dirawat di rumah segera
dipulangkan karena dikhawatirkan terjadi
infeksi nosokomial.

5. Gross Death Rate (GDR) Angka kematian yang cukup tinggi mayoritas
 angka kematian umum untuk terdapat di ruang ICU Isolasi, dimana kondisi
setiap 1000 penderita keluar. pasien yang masuk sudah dalam keadaan
kritis dan telah mengalami komplikasi. Jumlah
kasus penyakit terbanyak yang dilarikan
dalam kondisi kritis adalah kasus diabetes
dan penyakit paru. Kedua jenis penyakit ini
saling berkaitan erat untuk menjadikan
komorbid pada salah satu jenis penyakit
tersebut.
kasus diabetes dan penyakit paru baik
dengan/atau tanpa komplikasi dengan kondisi
umum yang tidak terlalu baik dan sering
mengalami relaps.
Yang menjadikan angka GDR tinggi adalah
Sebagian besar pasien datang dengan
kondisi yang sudah tidak baik, karena pasien
takut untuk datang ke pelayanan kesehatan
sejak awal ada keluhan. Sehingga ketika
datang kerumah sakit atau di rujuk ke rumah
sakit, pasien sudah dalam kondisi parah
6. Net Death Rate (NDR) Pasien rawat inap di RSUD Sidoarjo sekitar 1. Meningkatkan kualitas pelayanan
 angka kematian 48 jam 90% adalah pasien BPJS, dengan kelas (kecepatan, ketersediaan) DPJP, dan
setelah dirawat untuk tiap-tiap Rumah Sakit tipe B, di mana pasien yang fasiltas pendukung melalui Rapat koordinasi
NO. INDIKATOR ANALISA TINDAK LANJUT
1000 penderita keluar diterima adalah pasien rujukan dari PPK I dan antar DPJP dan KSM yang difasilitasi Bid
tipe di bawahnya dengan severity level 1-2, Yanmed setelah hasil dari Audit Kematian
dengan demikian angka NDR tinggi lebih oleh Komite Medik
disebabkan oleh tingkat keparahan kondisi 2. Meningkatkan komunikasi efektif antar
pasien yang dirujuk atau yang datang ke pemberi asuhan pelayanan
rumah sakit. 3. Meningkatkan sarana prasarana dan
peralatan untuk pelayanan pasien kritis/
Kasus kematian terbanyak > 48 jam adalah terminal.
kasus covid-19 dengan Pneumonia berat.

Anda mungkin juga menyukai