OLEH :
2021
PELAKSANAAN PPI DIMASA PANDEMI
Corona virus Disease 19 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), yang mulai teridentifikasi pertama
kali di Wuhan-China Desember 2019. Sebagai upaya pengendalian terhadap penyebaran
SARS-COV-2 pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan pembatasan sosial termasuk
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan
Penanganan COVID-19.
Masyarakat juga dihimbau untuk tidak bepergian termasuk ke fasilitas kesehatan kecuali jika
sangat memerlukannya. pelaksanaannya peraturan tersebut diturunkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman PSBB.
WHO menentukan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu negara :
Pelayanan :
1. ALUR PASIEN
2. SKRINING
Skrining pada Pasien dan Pengunjung
Skrining pada petugas Rumah Sakit
3. TRIASE
Protocol pencegahan dan pengendalian infeksi : dengan prosedur stndar untuk mengelola
covid-19 tersedia dan telah dilaksanakan serta semua staf rumah sakit telag disosialisasikan
tentang protocol tersebut yang harus mencakup mekanisme pemantauan berkala.
Alat pelindung diri yang memadai : (masker bedah dan medis, pespirator N95 atau FFP2,
sarung tangan, gaun pelindung dan pelindung mata) tersedia dan mudahh diakses oleh semua
staf rumah sakit yang ditunjuk untuk berinteraksi dengan kasus covid-19.
Staf dilatih : untuk mengenali dan menskrining semua kasus degaan covid-19 pada titik
kontak mereka dengan rumah sakit, dan pemeriksaan ini mencakup semua pasien,
pengunjung, dan staf rumah sakit.
Ruang isolasi : tersedia untuk pasirn suspect, probable, dan konfirmasi dengan
petunjuk/tanda yang jelas, perlengkapan yang memadai dan ventilasi yang cukup.
Sarana dan prasana : untuk penerapan kebersihan tangan pada area masuk rumah sakit
seperti tempat cuci tangan dengan air mengalir/handsanitizer, tempat sampah tertutup pada
lokasi-lokasi strategis.
Tersedia media edukasi seperti poster protocol Kesehatan dan ilustrasi : di dalam rumah
sakit dan di lokasi strategis di sekitar rumah sakit, termasuk informasi tentang mencuci
tangan, etika pernapasan dan jaga jarak.
Panduan teknis pencegahan dan pengendalian infeksi : staf rumah sakit diberikan edukasi
dan sosialisasi baik secara langsung maupun online tentang teknis pencegahan dan
pengendalian infeksi, terutama tentang kebersihan tangan, kebersihan pernapasan, etika
batuk, jarak sosial dan penggunaan alat pelindung.
Kebijakan tersedia dan telah diterapkan : memastikan semua tempat tidur rumah sakit
ditempatkan dengan jarak minimal 1 meter
Bersihkan permukaan rumah sakit dan ambulans : didisinfeksi sesuai dengan pedoman
pencegahan pengendalian infeksi.
Pengelolaan limbah : rumah sakit memiliki infrastruktur dan protocol untuk pengelolaan
limbah termasuk pengelolaan limbah biologis dan klinis.
Data orang yang masuk keruangan perawatan pasien covid-19 : data yang tercatat seperti
nama, alamat rumah, alamat email, nomor ponsel.
Mengelola jenazah : tersedia ruangan yabg cukup dan pedoman untuk mengelola jenazah
orang yang meninggal karena covid-19 termasuk pedoman untuk menyediakan pemakaman
yang aman dan bermartabat.
JURNAL
EBN :
Sebanyak 77 % tindakan PPI di RSUD Tebet sudah dilakukan sesuai SOP rumah sakit.
RSUD Tebet memiliki peluang yang cukup besar untuk meningkatkan upaya PPI di rumah
sakit. Potensi ketersediaan sumber daya manusia yang masih terbilang muda, lama kerja yang
masih berpotensi untuk semakin meningkat, keseragaman tingkat pendidikan D3 keperawatan
dan belum diikutinya pelatihan PPI merupakan celah sekaligus potensi yang dapat
dimanfaatkan oleh RSUD Tebet. RSUD Tebet sudah memiliki kebijakan rumah sakit yang
baik, yang ditunjukkan dengan adanya struktur organisasi komite PPI yang sudah melibatkan
unit –unit lainnya dan tersediannya SOP yang mendukung pelaksanaan program PPI. Akan
tetapi struktur komite belum mengacu pada kebijakan Kementerian Kesehatan dan peran
komite PPI dirasakan belum maksimal, salah satunya adalah peran pengawasan dari komite
medik melalui IPCN.
Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang tindakan pemasangan infus, mengganti
perban, menyuntik dan penanganan limbah sudah baik. Di RSUD Tebet sudah dilakukan
pelaporan kejadian HAIs oleh perawat IPCLN dan IPCN yang prosesnya dimulai dari
pengumpulan data, analisa, evaluasi hingga pelaporan. Hasil uji bivariat menunjukkan
terdapat hubungan yang bermakna antara lama kerja perawat, kebijakan dan pelaporan
kejadian infeksi (HAIs) perawatdengan tindakan PPI. Variabel yang paling besar dan paling
kuat pengaruhnya terhadap tindakan PPI meliputi tindakan mengganti perban, memasang
infus, menyuntik dan penanganan limbah medis paska tindakanadalah pelaporan kejadian
infeksi (HAIs).