Anda di halaman 1dari 81

COVID-19

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

Tim Pengulas:
dr. Aziza Ariyani, SpPK
dr. Asep Purnama, SpPD-FINASIM
dr. Rima Melati, MKK, SpAk, SpOk
Dr. dr. Rita Kusriastuti, MSc
Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M.Kes, FISPH, FISCM
dr. Yohanes Agus Sudarmanto, MKes

Dikembangkan dengan hibah dari Project HOPE.


Copyright © Brown University, 2020. Dirilis di bawah
Creative Commons license Attribution-NonCommercial-
NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0
Tujuan

1. Memahami prinsip dan praktik Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), dengan fokus
pencegahan penularan pada pasien lain, petugas, pengunjung faskes dan masyarakat.
2. Memahami cara penyampaian pencegahan terjadinya penularan kepada pasien suspek
COVID-19.
3. Memahami langkah kewaspadaan standard dan kewaspadaan berbasis transmisi dalam PPI
4. Memberi rekomendasi sesuai standard dalam PPI untuk kasus suspek, probable, dan
terkonfirmasi COVID-19
5. Memahami tata cara berkomunikasi kepada masyarakat agar pelaksanaan berlangsung
sesuai standard PPI dengan menggunakan sumber daya yang ada.
6. Memahami cara dekontaminasi APD yang direncanakan dipakai kembali (reuse).
3

Garis Besar Presentasi


Langkah-langkah Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) COVID-19

● Di Fasyankes
● Deteksi awal dan pengendalian sumber penularan
● Kewaspadaan standard
● Pencegahan transmisi kontak, droplet dan airborne
● Mengelola pasien COVID-19, pengunjung, dan petugas kesehatan
● Di Masyarakat
•Penilaian untuk perawatan di rumah
•Kriteria karantina
•Strategi pencegahan masyarakat
•Komunikasi
4
Pentingnya PPI

Di Rumah Sakit (RS) dan Fasyankes


● Mencegah rumah sakit dan fasyankes sebagai lokasi penularan antar
pasien,kepada pengunjung dan petugas kesehatan.
● Pasien dengan penyakit penyerta (komorbid) lebih berisiko mengalami
komplikasi lebih berat akibat infeksi COVID-19.
● Prioritas perlindungan petugas kesehatan karena bertugas di lini
terdepan.
1. Membentuk tim tanggap darurat/satgas COVID-19 di
setiap fasilitas kesehatan dan tetapkan peran dan
tanggung jawab yang spesifik untuk setiap anggota.
2. Buat area skrining untuk deteksi awal.
3. Ketika ditemukan penyebaran di masyarakat,
Langkah PPI anggaplah setiap pasien berpotensi positif COVID-19.
untuk COVID-19 4. Terapkan langkah kewaspadaan standar (kebersihan
di Fasyankes tangan, APD, dekontaminasi alat, etika batuk,
penempatan pasien dan disinfeksi lingkungan).
5. Terapkan langkah kewaspadaan berbasis transmisi
droplet, kontak, airborne
6. Cerdas memilih, menggunakan serta
melepas APD.
7. Bersiap diri untuk menangani pasien suspek,
probable atau terkonfirmasi COVID-19 yang
Langkah PPI datang di fasyankes.
untuk COVID-19 8. Membatasi jumlah pengunjung
di Fasyankes (pendaftaran melalui online/ telpon,
membatasi pengantar, dll).
9. Melakukan penilaian risiko dan
pemantauan untuk petugas kesehatan yang
terpapar.
7

Tujuan PPI di RS dan Fasyankes

1. Menurunkan kemungkinan transmisi


Lindungi diri anda
COVID-19 di fasyankes.
2. Melindungi semua petugas
kesehatan, pasien, pengunjung. Lindungi pasien COVID
3. Mendukung kemampuan petugas dan non-COVID
kesehatan dalam menangani
pandemi COVID-19. Lindungi keluarga dan
masyarakat
8

Prinsip Dasar PPI


1. Fokus skrining sebelum melakukan triase guna melakukan deteksi dini dan isolasi pasien
yang terduga terinfeksi.
2. Menerapkan kewaspadaan standar terhadap semua pasien.
3. Menerapkan kewaspadaan berbasis transmisi droplet dan kontak terhadap pasien
suspek, probable dan terkonfirmasi COVID-19.
4. Memantau kontak dari pasien terkonfirmasi COVID-19.
5. Memantau kemungkinan transmisi berbasis airborne
6. Menerapkan pengendalian administratif dan kebijakan yang tepat (pelatihan untuk
petugas kesehatan, SDM yang memadai ,pengembangan kapasitas).
7. Memodifikasi struktur fasyankes yang ada untuk meminimalisir penyebaran.

WHO .Transmission of SARS Covi 2 implication for infection prevention precautions,July 9.2020
Membentuk Tim Tanggap PPI
9

Di RS dan Fasyankes
• Tetapkan jabatan dan tanggung jawab yang spesifik untuk setiap anggota.
• Lakukan pelatihan sehingga setiap anggota memahami peran dan tanggung jawab
masing-masing.
• Jadwalkan pertemuan mingguan (atau lebih sering, tergantung situasinya) untuk
memberikan update situasional, lakukan penyesuaian terhadap fasyankes, dan
koordinasikan penyampaian pesan kepada masyarakat.
• Menetapkan jalur komunikasi dan pelaporan dalam tim,pilih petugasnya
• Membuat jalur komunikasi dari petugas medis kepada anggota tim sesuai dengan
peran masing-masing.
• Memantau kesehatan para petugas kesehatan yang melayani langsung pasien
(UGD, klinik rawat jalan, dll) secara reguler.
PPI di Fasilitas Layanan Kesehatan 10

Beberapa Poin Penting


• Meninjau kembali rencana dan prosedur tanggap darurat/penanganan wabah yang
sudah ada.
• Mengevaluasi jumlah tenaga dan peralatan medis (APD, peralatan sanitasi, dll.) yang
tersedia setidaknya setiap hari.
• Menerapkan rantai komando untuk pelaporan dan penugasan.
• Mengadopsi penilaian risiko khusus petugas layanan kesehatan( WHO dan K3)
• Memperbarui daftar petugas kesehatan yang bertugas setiap harinya dan ketika ada
perubahan pada rencana PPI ( mis adanya petugas yang terpapar)
• Memberikan daftar identitas kontak, laporan dalam formulir kepada pihak terkait.
11

PPI pada saat Skrining


Deteksi Awal
• Melatih petugas kesehatan mengenali gejala klinis dan faktor risiko untuk kasus
suspek COVID-19.
• Adanya pos skrining di pintu masuk guna memastikan apakah pasien memiliki
gejala dan/atau berpotensi terpapar.
• Skrining menggunakan anamnesis dengan kuesioner untuk faktor risiko COVID-19:
Paparan terhadap kasus suspek.
Adanya gejala klasik - demam, batuk, sesak napas.
Riwayat perjalanan (juga penyebaran pada masyarakat : restauran,tempat
fitness,paduan suara ).
• Pemeriksaan untuk penegakan diagnosis: Laboratorium dan Radiologi.
12
Pencegahan Pengendalian Infeksi
Untuk kasus suspek, probable dan terkonfirmasi COVID-19
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan
Tindakan pencegahan transmisi kontak:
Mencegah penularan virus melalui kontak dengan tangan menyentuh langsung atau tidak langsung
alat dan permukaan benda mati yang terkontaminasi (termasuk stetoskop,termometer) ke selaput
lendir (mata, hidung, mulut).
Tindakan pencegahan transmisi droplet:
Mencegah penularan karena terhirup droplet/percikan mengandung virus dalam jarak <1-2m dari
pasien terkonfirmasi COVID-19 ( > 5 μm)
Tindakan pencegahan transmisi airborne
HANYA BILA dilakukan tindakan yang menghasilkan aerosol/AGP (seperti selama intubasi
endotrakeal, suctioning, nebuliser) atau tempat tertutup dengan ventilasi buruk: untuk mencegah
penularan melalui droplet nuklei ( < 5 μm)
APD Penanganan COVID-19 di Indonesia
13

Prinsip dalam pemilihan APD


• Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik atau
bahaya-bahaya yang dihadapi (percikan, kontak langsung, maupun tidak
langsung).
• Berat APD hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan
rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
• Dapat dipakai secara fleksibel (reusable maupun disposable)
• Tidak menimbulkan bahaya tambahan.
• Tidak mudah rusak.
• Memenuhi ketentuan dari standar yang ada.
• Pemeliharaan mudah.
• Tidak membatasi gerak.
14
APD Penanganan COVID-19 di Indonesia
4 unsur yang harus dipenuhi tentang APD
1. Tetapkan indikasi penggunaan APD dengan mempertimbangkan:
a. Besar risiko paparan
b. Dinamika transmisi.
1) Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan kontak.
2) Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan AGP
2. Cara “memakai“ dengan benar
3. Cara “melepas” dengan benar
4. Cara mengumpulkan (disposal) setelah dipakai yang benar
15

Penempatan Pasien COVID-19 dalam RS dan Fasyankes


Bagian dari Kewaspadaan Standard
• Tempatkan pasien suspek, probable dan terkonfirmasi COVID-19 di ruang isolasi
atau ruang terpisah, ventilasi sesuai standard dan kurangi intensitas keluar
masuk.
• Jika ruang isolasi tidak tersedia/tidak mencukupi, penempatan dapat dilakukan
secara kohorting, yakni menempatkan pasien dengan diagnosis sama dalam satu
ruangan dengan jarak antar tempat tidur >2 meter; dan semua pasien harus
memakai masker, ventilasi memadai.
• Saat dibutuhkan transportasi maupun saat pemulangan, pasien dipasangkan
masker bedah dan ditempatkan di ruang tunggu khusus dengan pintu tertutup.
16

Ruang Pemeriksaan COVID-19


• Batasi transportasi pasien kecuali diperlukan untuk diagnostik dan
tindakan medis.
• Pasien suspek, probable dan terkonfirmasi COVID-19; dan semua
pasien dengan gejala demam atau gangguan pernapasan, harus
memakai masker bedah selama pemindahan.
• Hanya petugas tertentu yang diperbolehkan memasuki ruangan.
• Penugasan staf khusus untuk penanganan pasien COVID-19 dapat
mengurangi risiko penularan ke pasien dan petugas kesehatan lainnya
dan menghemat APD.
Kewaspadaan Standard untuk SELURUH Pasien 17

Kebersihan Tangan

5 saat kebersihan tangan DARI WHO


1. Sebelum menyentuh pasien
2. Sebelum prosedur aseptik dilakukan
3. Setelah terpapar cairan tubuh
4. Setelah menyentuh seorang pasien
5. Setelah menyentuh lingkungan pasien

Kebersihan tangan– dapat salah satu


• Sabun dan air
(Nyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun 2 kali ~= 40-60 detik)
• Cairan berbasis alkohol/handrub ( mengandung 70%
alkohol) dalam waktu 20-30 detik
18
Kewaspadaan Standard untuk SELURUH Pengunjung Fasyankes
Kebersihan Saluran Napas

• Setiap pengunjung Fasyankes wajib menggunakan masker


dan menerapkan etika batuk/bersin (batuk atau bersin harus
menutup hidung dan mulut mereka dengan tisu, saputangan
atau lengan atas bagian dalam dengan muka menjauhi orang
terdekat).
• Membuang tisu di tempat sampah infeksius, melakukan
kebersihan tangan.
• Lakukan kebersihan tangan setelah kontak dengan sekret
saluran napas. Transmisi droplet saat bersin

• Hindari tangan menyentuh mata, hidung atau mulut.


19

https://asset.kompas.com/data/phot
o/2020/03/03/5e5e025c6e746.jpg
20

Kewaspadaan Transmisi Kontak dan Droplet di RS/Fasyankes


• Tim terlatih yang ditunjuk merawat kasus suspek, probable dan terkonfirmasi COVID-19 harus
menurunkan risiko transmisi dan cegah orang yang terpapar.
• Petugas : kebersihan tangan sebelum memasang APD dan sesudah melepas APD
• APD petugas: masker bedah, gogles/face shield, gaun lengan panjang bersih,sarung tangan. Gaun
dan sarung tangan diganti bila pasien dengan MDRO.Dilarang menyentuh area wajah
• Tempatkan pasien di kamar terpisah dengan ventilasi memadai (> 12 ACH )
• Ketika kamar terpisah tidak tersedia/tidak mencukupi, pasien ditempatkan secara kohorting
• Gunakan peralatan sekali pakai bila memungkinkan. Peralatan yang dipakai ulang dibersihkan,
disinfeksi atau sterilisasi sebelum digunakan untuk pasien lain.
• Disinfeksi benda dan permukaan di jangkauan kontak pasien
• Transportasi pasien keluar kamar HANYA untuk keperluan diagnostik atau tindakan medis. Pasien
senantiasa memakai masker bedah.
21

Kewaspadaan Transmisi Airborne di RS/Fasyankes


Selama Tindakan Potensi Produksi Aerosol/Aerosol Generating Procedure (AGP)
• AGP meliputi intubasi endotrakeal, ventilasi non-invasif (BiPAP atau CPAP), nebuliser, O2> 6L
aliran tinggi, trakheostomi, resusitasi kardiopulmoner, ventilasi masker bag-valve sebelum
intubasi, bronkoskopi,induksi sputum,nebulisasi dengan cairan salin hipertonik dan autopsi.
Bagaimana dengan meneran pada inpartu dan tindakan frenulotomy?
• Dianjurkan diadakan ruang isolasi airborne dengan tekanan negatif, pengaturan ventilasi
khusus, bila memungkinkan.
• Jika tersedia, dianjurkan untuk menggunakan Airborne Infection Isolation Room (AIIR) dengan
ventilasi khusus dan pengaturan aliran udara.
• Jika tidak tersedia, tempatkan pasien di ruang tersendiri/privat dengan pintu tertutup
• APD petugas: N95/respirator partikulat( dengan fit test /tes kebocoran )/PAPR ,gaun lengan
Panjang( bila tidak waterresisten dilapis apron),googles/face shield,sarung tangan untuk
mencegah transmisi airborne.
22

Standard Alat Pelindung Diri (APD)


1. Pelindung mata dan pelindung wajah untuk mencegah
transmisi droplet.
2. Gaun lengan panjang (bersih, non-steril) dan sarung
tangan untuk mencegah transmisi kontak.
3. Gunakan satu set APD baru ketika akan merawat pasien,
dan sarung tangan baru saat pindah ke pasien lain.
4. Fokus untuk menghemat dan menggunakan kembali APD
bila dibutuhkan.
5. Kebersihan tangan yang sesuai 5 momen, juga saat
menangani antar pasien.
6. Hindari menyentuh mata, hidung, mulut atau masker.
Jenis APD dan waktu penggunaannya* 23
Masker Masker Gaun/ Sarung Pelindung Face shield Pelindung Celemek Sepatu
Target bedah N95 gown tangan mata kepala (apron) pelindung
petugas (goggles)
Lokasi atau Jenis Aktivitas
pasien

Fasilitas Rawat Inap, IGD, Kamar Operasi dan Penunjang

Dipakai
Merawat secara langsung pasien bersamaan
dengan
COVID-19 atau tanpa
goggle

Tindakan yang menghasilkan


aerosol (seperti intubasi trakea,
Petugas ventilasi non-invasive,
Ruang kesehatan trakeostomi, resusitasi jantung
perawatan paru, ventilasi manual sebelum Dipakai
pasien, intubasi, nebulasi ,bronskopi, bersamaan
IGD, Kamar pengambilan swab, pemeriksaan dengan
gigi seperti scaler ultrasonic dan atau tanpa
operasi goggle
high-speed air driven,
pemeriksaan hidung dan
tenggorokan dll) pada pasien
COVID-19

Sarung ATAU
Cleaning Masuk ke ruang rawat pasien tangan Faceshield
Service COVID-19 rumah
tangga

* Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri, Kementerian Kesehatan 2020, versi 8 April 2020

Digunakan Tidak digunakan


Jenis APD dan waktu penggunaannya* 24

Masker Masker Gaun/ Sarung Pelindung Face Pelindung Celemek Sepatu


bedah N95 gown tangan mata shield kepala (apron) pelindung
Target (goggles)
Lokasi petugas Jenis Aktivitas
atau pasien

Fasilitas Rawat Inap, IGD, Kamar Operasi dan Penunjang


Area yang ATAU
digunakan Pelindung
untuk Semua staf, Semua kegiatan dimana mata
termasuk
transit petugas tidak terjadi kontak langsung
pasien dengan pasien COVID-19
(koridor, kesehatan
bangsal)
Skrining awal dan tidak Jaga jarak ATAU
Petugas terjadi kontak langsung dengan Pelindung
kesehatan pasien mata
(=>1m)
ATAU
Pasien dengan Jaga jarak Pelindung
Area gejala infeksi Semua jenis kegiatan
dengan mata
Triage saluran nafas
pasien
(=>1m)

Pasien tanpa
gejala infeksi Semua jenis kegiatan
saluran nafas

* Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri, Kementerian Kesehatan 2020, versi 8 April 2020

Digunakan Tidak digunakan


Jenis APD dan waktu penggunaannya* 25
Masker Masker Gaun/ Sarung Pelindung Face shield Pelindung Celemek Sepatu
bedah N95 gown tangan mata kepala (apron) pelindung
Target (goggles)
Lokasi petugas atau Jenis Aktivitas
pasien

Fasilitas Rawat Inap, IGD, Kamar Operasi dan Penunjang


Dipakai Sepatu
bersamaan tertutup
Mengerjakan sampel dengan
Laboratorium Analis Lab saluran nafas atau tanpa
goggle

Dipakai
Petugas di Petugas yang melakukan Sarung bersamaan
Instalasi ruang pencucian alat instrumen Tangan dengan
sterilisasi dekontaminasi bedah Panjang atau tanpa
goggle

Di ruang boot
penerimaan Sarung
Menangani linen
Laundry linen infeksius infeksius tangan
dan mesin panjang
infeksius

Bagian Menjaga ATAU


Bagian pendaftaran jarak (<1m) Pelindung
administrasi Pelayanan, petugas Kasir
mata
Seluruh staf, Tugas yang bersifat ATAU
Area termasuk administratif dan tidak Pelindung
administrasi petugas ada kontak langsung mata
kesehatan. dengan pasien COVID-19

* Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri, Kementerian Kesehatan 2020, versi 8 April 2020
Digunakan Tidak digunakan
Jenis APD dan waktu penggunaannya* 26

Masker Masker Gaun/ Sarung Pelindung Face Pelindung Celemek Sepatu


bedah N95 gown tangan mata shield kepala (apron) pelindung
Target (goggles)
Lokasi petugas Jenis Aktivitas
atau pasien

Fasilitas Rawat Jalan


Dipakai
Pemeriksaan fisik pada pasien bersamaan
dengan gejala infeksi saluran dengan atau
nafas. tanpa
goggle

Pemeriksaan fisik pada pasien


Petugas tanpa gejala infeksi saluran
Kesehatan nafas, tetapi melakukan
pemeriksaan bronskopi, Dipakai
pengambilan swab, pemeriksaan bersamaan
dengan atau
gigi seperti scaler ultrasonic dan tanpa
high-speed air driven, goggle
pemeriksaan hidung dan
Ruang tenggorokan dan pemeriksaan
Konsultasi mata

Pasien dengan ATAU


Jaga jarak
gejala infeksi Segala jenis kegiatan >1 m Pelindung
saluran nafas mata
Pasien tanpa ATAU
Jaga jarak
gejala infeksi Segala jenis kegiatan
>1 m Pelindung
saluran nafas mata

Setelah dan di antara kegiatan Sarung ATAU


Cleaning konsultasi pasien dengan infeksi Jaga jarak tangan
service saluran nafas oleh petugas >1 m rumah Pelindung
kesehatan tangga mata
27

Jenis APD dan waktu penggunaannya*


Masker bedah Masker N95 Gaun/ Sarung Pelindung Face shield Pelindung Celemek Sepatu
gown tangan mata kepala (apron) pelindung
Target (goggles)
Lokasi petugas Jenis Aktivitas
atau pasien

Fasilitas Rawat Jalan


Segera pindahkan
pasien ke ruang
isolasi atau ruangan
lain yang terpisah
dengan pasien
Pasien dengan lainnya. Atau
gejala infeksi Segala jenis
kegiatan tempatkan pasien
saluran nafas dengan jarak
Ruang minimal 1 m dengan
Tunggu pasien lainnya.

Pasien tanpa
gejala infeksi Segala jenis
saluran nafas kegiatan

Atau pelindung
Seluruh staf, mata
Area termasuk Pekerjaan
Administrasi petugas administratif
kesehatan

Digunakan Tidak digunakan


Jenis APD dan waktu penggunaannya* 28

Masker Masker N95 Gaun/ Sarung Pelindung Face shield Pelindung Celemek Sepatu
bedah gown tangan mata kepala (apron) pelindung
Target (goggles)
Lokasi petugas Jenis Aktivitas
atau pasien

Fasilitas Rawat Jalan

Petugas ATAU
kesehatan Skrining awal dan tidak Jaga jarak Pelindung
terjadi kontak langsung dengan mata
pasien
(=>1m)

Pasien dengan
gejala infeksi Jaga jarak
saluran nafas dengan
Semua jenis kegiatan pasien
(=>1m)
Area
Triage Pasien tanpa
gejala infeksi
saluran nafas Semua jenis kegiatan

Cleaning ATAU
service Sarung Faceshield
Membersihkan ruang tangan
isolasi rumah
tangga

Digunakan Tidak digunakan


29
Jenis APD dan waktu penggunaannya*
Masker Masker Gaun/ Sarung Pelindung Face Pelindung Celemek Sepatu
Target bedah N95 gown tangan mata shield kepala (apron) pelindung
Lokasi petugas Jenis Aktivitas (goggles)
atau
pasien

Fasilitas Rawat Jalan


Petugas Transport pasien terduga ATAU
Kesehatan COVID-19 ke RS rujukan Faceshield
Hanya bertugas sebagai sopir ATAU
pada proses transport pasien Pelindung
terduga COVID-19 dan area Jaga jarak mata
sopir terpisah dengan area >1m
pasien

Sopir Membantu mengangkat ATAU


pasien dengan suspect COVID- Faceshield
19
Tidak ada kontak langsung ATAU
Ambulans dengan pasien curiga COVID- Pelindung
19 namun area sopir tidak mata
terpisah dengan area pasien

Dilakukan transport ke RS
Pasien rujukan
terduga
COVID-19

Membersihkan setelah atau di Sarung ATAU


Cleaning antara kegiatan pemindahan tangan Faceshield
service pasien curiga COVID-19 ke RS rumah
rujukan tangga
30

POSTER
APD
31

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang Tepat

● Mengurangi kebutuhan APD untuk menghemat persediaan.


○ Batasi akses ke pasien COVID-19 hanya petugas medis yang
dibutuhkan .
○ Menggabungkan beberapa kegiatan untuk mengurangi
masuk ke area pasien (misalnya, pemeriksaan tanda-tanda
vital ketika mengantarkan makanan).
● Gunakan teknologi (telepon, WhatsApp, internet) untuk
mengevaluasi secara klinis kasus terduga COVID-19.
● Pengadaan barier fisik untuk mengurangi paparan COVID-19
(pembatas kaca/plastik)
32

APD pada Perawatan Kasus non-COVID-19 (Perawatan Rutin)

● Pelindung mata
● Masker bedah
● Sarung tangan, ganti tiap pasien dan
lakukan kebersihan tangan

● INGAT: Selalu lakukan praktik


kebersihan tangan yang tepat
33

APD untuk Pasien suspek, probable atau terkonfirmasi COVID-19

• Pelindung mata (goggles/face shield)


• Masker bedah
• Sarung tangan, ganti tiap pasien dan lakukan
kebersihan tangan
• Gaun pelindung lengan panjang (bersih, non-steril)
• Sepatu tertutup (shoe cover)

INGAT: Selalu melakukan praktik kebersihan tangan


yang tepat
34

APD untuk tindakan Aerosol Generating Procedure (AGP)

• Pelindung mata (goggles/face shield)


• Respirator partikulat (N-95)
• Sarung tangan, ganti tiap pasien dan lakukan
kebersihan tangan
• Gaun pelindung lengan panjang (bersih, non-steril)
• Topi atau penutup kepala
• Sepatu tertutup (shoe cover)

INGAT: Selalu melakukan praktik kebersihan tangan


yang tepat
35

Alternatif APD untuk tindakan AGP

Untuk petugas kesehatan yang melakukan tindakan


AGP, gunakan PAPR – Powered Air-Purifying
Respirator (Respirator Pemurni Udara, Versaflo).
DONNING DAN DOFFING 36
Urutan: bisa menghadap kaca/teman asisten

Donning/memakai APD Doffing/melepas APD


1. Masuk anteroom 1. Masuk ke area kotor
2. Cek APD 2. Sarung tangan
3. Lakukan kebersihan tangan 3. Apron/gaun
4. Cover shoes,sepatu, sepatu boot 4. Lakukan handrub
5. Gaun lengan panjang bersih/apron 5. Penutup kepala/topi
6. Masker bedah atau N 96 6. Pelindung mata /googles
7. Pelindung mata/googles 7. Lakukan handrub
8. Penutup kepala/topi 8. Cover shoes,sepatu, sepatu boot
9. Sarung tangan menutup manset 9. Masker bedah atau N 96
10. Lakukan handrub/hand wash
11. Toilet : Mandi keramas
38

“Cara Mengenakan (Don)” APD untuk penanganan


Pasien suspek, probable dan terkonfirmasi COVID-19
Tahap 1
-Identifikasi bahaya dan kelola risiko. Kumpulkan APD yang
diperlukan sesuai dengan pedoman
-Rencanakan di mana Anda harus memakai dan melepas
APD
-Apakah ada rekan yang dapat membantu? Cermin?
-Apakah Anda tahu cara membuang limbah?

Lakukan Tindakan
Kebersihan Tangan
39

Memakai (Donning) APD

Tahap 3
Tahap 2 -Kenakan masker bedah/ N95 dan pelindung
-Pakai gaun mata (misalnya googles/ face shield)

Tahap 4 ***PENTING:
-Kenakan sarung Kebersihan tangan
tangan (menutup harus dilakukan
manset gaun)
40
Melepas (Doff) atau Pelepasan APD
Tahap 1
• Hindari kontaminasi pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar
• Lepaskan bagian yang paling rentan terkontaminasi terlebih dahulu
Lepaskan sarung tangan dan gaun
1. Lepaskan sarung tangan dengan cara mencubit sedikit bagian luar sambil di tarik
mengarah ke depan kemudian sambut dan genggam dengan tangan yang lain
tarik sarung tangan dengan mengait memakai ujung jari kemudian dimasukkan
ke tempat sampah infeksius. LAKUKAN HAND HYGIENE
2. Buka gaun perlahan dengan membuka ikatan tali di belakang kemudian
bungkukkan badan sambil melepas bagian tangan kemudian melipat kearah
depan tempatkan bagian luar gaun menjadi bagian dalam dan gulung kearah
luar kemudian dimasukkan ke wadah infeksius. LAKUKAN HAND HYGIENE
3. Lepaskan APD lainnya,pelindung kepala dan pelindung wajah/ face shield

Tahap 2: Lakukan kebersihan tangan

* Juknis APD, Kementerian Kesehatan, 8 April 2020


Pelepasan APD bagi nakes yang menangani suspek, probable atau Terkonfirmasi COVID-1941

Tahap 3a
• Lepaskan pelindung
wajah dari belakang
• Tempatkan pada
wadah yang aman

Tahap 3b
Pelepasan goggles
• Lepaskan kacamata pelindung
dari belakang
• Letakkan kacamata pelindung
dalam wadah terpisah untuk
dipakai kembali

Tahap 3c
Pelepasan masker
• Lepaskan masker dimulai tali
yang bawah, pegang dan
lepaskan tali yang atas, hindari
menyentuh bagian depan
masker.
• Buang di tempat aman
42

Limbah • Pelindung Mata


gaun (reuse)
sekali pakai • Pelindung wajah

• Pisahkan barang sekali pakai dari barang yang


Contoh dapat digunakan kembali( reuse)
Penempatan APD • Tuliskan di wadahnya terkait penanganannya.
Setelah Pelepasan • Selalu hand hygiene
Penggunaan Kembali dan Disinfeksi APD 43

APD Rekomendasi
• N95 tidak boleh di jemur bawah sinar matahari akan merusak material polypropylene.
• Dekontaminasi:menggantung dengan jepitan kayu dalam oven diatur suhu 70°C selama 30 menit
Masker N95 • Dekontaminasi:menggantung di atas uap air panas dari air mendidih selama 10 menit,penetrasi
baik,menurunkan fungsi filtrasi
• Sabun,Alkohol dan klorin TIDAK dianjurkan karena dapat menurunkan kapasitas penyaringan masker.
Sepatu pelindung • Cuci dengan deterjen pada suhu 20 – 30 oC,disinfektan klorin ,bilas dengan air bersih,jemur.
Pelindung wajah dan • Dapat digunakan kembali setelah dibersihkan dengan lap dg air dan deterjen kemudian dengan larutan
mata disinfektan (klorin),bilas dengan air bersih,keringkan dengan dijemur/di lap bersih

Sarung tangan • Tidak direkomendasikan oleh WHO. penggunaan kembali sarung tangan sekali pakai
• Sarung tangan diganti tiap berganti pasien.

• Gaun (kain atau yang sekali pakai) dapat dikenakan oleh petugas kesehatan saat merawat pasien
terkonfirmasi COVID-19 ;harus diganti bila akan merawat pasien non-COVID-19,pindah Gedung lain
Gaun • Gaun yang tampak kotor atau terkontaminasi cairan tubuh harus dicuci sesuai standard
• Pencucian gaun dilakukan pada suhu 52,7 – 71°C selama minimal 25 menit.
• Disinfektan yang digunakan adalah klorin dengan konsentrasi 1 : 99
44

Pertimbangan Lingkungan
Untuk Pasien Rawat Inap
• Gunakan peralatan medis sekali pakai (disposable) untuk di kamar pasien
• Dekontaminasi permukaan yang sering disentuh (petugas kebersihan lingkungan harus
mengenakan APD yang sama dengan staf medis).
• Dekontaminasi terminal dilakukan saat pasien pulang. Setelah pembersihan dilakukan
pasien berikutnya harus menunggu setidaknya 1-2 jam setelah terjadi pertukaran udara
(bila pertukaran udara 12x perjam maka dalam waktu 35 menit udara dalam ruangan
telah berganti)
Petugas cleaning service/kebersihan lingkungan harus mengenakan APD (gaun, sarung
tangan rumah tangga, masker dan juga face shield-pelindung wajah).
45

Pertimbangan Lingkungan
Untuk Pasien Rawat Inap
Pertukaran udara yang efisien untuk menghilangkan
Kontaminan airborne di udara
46

Perlakuan terhadap Linen


Untuk Pasien Rawat Inap

• Gunakan sarung tangan saat mengumpulkan maupun mengambil


pakaian dan linen pasien
• Jangan mengibaskan linen bekas pakai oleh pasien
• Pencucian sesuai rekomendasi eliminasi virus
• Gunakan suhu terpanas yang dapat ditolerir bahan
47

Encerkan Larutan Klorin Sebagai Disinfektan


● Larutan klorin encer telah terbukti efektif dalam hal memusnahkan berbagai
virus dan bakteri
● Konsentrasi klorin untuk dapat efektif digunakan tergantung pada
peruntukkannya:
● Untuk disinfeksi permukaan lingkungan, diperlukan 0,1% klorin, ditunggu
selama 5 – 10 menit. Bila permukaan tersebut terkena cairan tubuh pasien
dan darah (lebih dari 10 cc), maka diperlukan 0,5% campuran klorin.
● Produk pemutih (sodium hipoklorit, NaOCl) dibuat dalam berbagai konsentrasi di
berbagai belahan dunia (2% - 12%).
○ Seberapa pengenceran larutan tergantung pada produk yang tersedia (mis
Bayclin 5,25%)
48

Pengenceran Disinfektan Berbasis Klorin


Membuat larutan dari cairan klorin:
% hipoklorit dalam cairan pemutih seperti yang tertera pada label –1 =
% hipoklorit dalam larutan yang diinginkan
= total bagian air untuk setiap bagian cairan pemutih

Membuat larutan dari serbuk :


% larutan hipoklorit dalam penggunaan x 1000 =
% hipoklorit dalam butiran/bubuk pada label produk]
= jumlah gram butiran untuk ditambahkan ke setiap liter air.
49

Pengaturan Pengunjung
Batasi jumlah pengunjung dan pertimbangkan melarang
semua kunjungan ke RS/Fasyankes

• Kunjungan singkat oleh keluarga inti pasien dapat dilakukan untuk


pasien terminal dengan mengenakan APD yang sesuai (masker,
pelindung wajah, gaun), physical distancing, hand hygiene dan
protokol kesehatan lainnya.
• Anjurkan penggunaan teknologi bagi keluarga agar tetap terhubung
dengan pasien jika memungkinkan (WhatsApp, video call) atau
untuk menghubungi petugas kesehatan untuk menyampaikan
perkembangan atau keluhan.   
Pemulasaraan Jenazah (1) 50

Kriteria APD saat Prosedur


 
1. Jenazah Pasien Suspek dari dalam PROSEDUR Kebersihan Sarung Masker Respirator Gown tangan
Panjang
Face
tangan tangan bedah shield
rumah sakit sebelum keluar hasil /N.95 kedap air

swab. Penanganan V V V   V V
jenazah diruang
2. Jenazah pasien dari dalam rumah isolasi

sakit yang telah ditetapkan sebagai Memindahkan V V V   V V


jenazah dari
kasus konfirmasi COVID-19. ruang
rawat/ruang
3. Jenazah dari luar rumah sakit, isolasi
dengan riwayat Suspek. Hal ini
termasuk pasien DOA (Death on Pemulasaran
/perawatan
V V V   V V

Arrival) rujukan dari rumah sakit jenazah

lain. Otopsi jenazah V V   V V V


Petugas   V V      
pemakaman
Sumber: Paparan Direktorat Pelayanan Rujukan, Sosialisasi Rev.05, 16 Juli 2020
Pemulasaraan Jenazah (2) 51

• Prinsip pengelolaan: etis, layak sesuai dengan agama,  nilai, norma dan budaya.  Referensi
dari keputusan MUI
• Jenazah harus dipulasarkan di kamar jenazah
• Pemandian jenazah dilakukan setelah tindakan desinfeksi
• Petugas pemandi jenazah dibatasi hanya dua orang.
• Keluarga yang hendak membantu memandikan jenazah hendaknya juga dibatasi serta
menggunakan APD sebagaimana petugas pemandi jenazah.
• Setelah jenazah dimandikan dan dikafankan/diberi pakaian, jenazah dimasukkan ke
dalam kantong jenazah atau dibungkus dengan plastik dan diikat rapat.
• Bila diperlukan pemetian, maka dilakukan cara berikut: jenazah dimasukkan ke dalam peti
jenazah dan ditutup rapat; pinggiran peti disegel dengan sealant/silikon; dan
dipaku/disekrup sebanyak 4-6 titik dengan jarak masing-masing 20 cm. Peti jenazah yang
terbuat dari kayu harus kuat, rapat, dan ketebalan peti minimal 3 cm.

Sumber: Paparan Direktorat Pelayanan Rujukan, Sosialisasi Rev.05, 16 Juli 2020


Pemulasaraan Jenazah (3) 52

• Jenazah pasien suspek atau terkonfimasi COVID-19 dapat dimandikan,


ditutupi dengan kain kafan sebelum dilapisi kantong jenazah dan
dimasukkan dalam peti jenazah
• Jenazah dapat disholatkan walaupun hanya dengan 1 orang
• Jenazah tidak dianjurkan untuk di bawa ke rumah dan harus segera
dikuburkan atau di kremasi
• Rumah duka: Hindari kerumunan dengan sebaiknya membatasi pelayat di
ruang duka tidak lebih dari 30 orang
• Jenazah dapat dikubur di pemakaman umum
• Pemakaman dapat dihadiri oleh keluarga terdekat dengan jumlah terbatas
dan tetap menjaga jarak minimal 2 meter
Sumber: Paparan Direktorat Pelayanan Rujukan, Sosialisasi Rev.05, 16 Juli 2020
INFOGRAFIS
MEMANDIKAN DAN
MEMAKAMKAN JENAZAH
(BERDASARKAN FATWA
MUI NO 18 TH.2020)
54

Memantau dan Mengelola Petugas Kesehatan yang Terpapar


Pedoman Umum
• Setiap fasilitas membutuhkan pedoman yang jelas untuk penilaian risiko, pemantauan
petugas layanan kesehatan yang terpapar, dan kriteria untuk kembali bekerja.
• Hal ini harus dikomunikasikan kepada semua petugas kesehatan di Fasyankes dan
berikan pedoman tertulis sebagai acuan. 
• WHO telah mengembangkan pedoman penilaian:
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331340/WHO-2019-nCov-HCW_risk
_assessment-2020.1-eng.pdf
• Penelusuran nama individu yang kontak dari unit untuk pelaporan dan pemantauan
paparan harus dibuat jelas. 
• Fasyankes harus memiliki kebijakan cuti sakit untuk petugas.
• Kebijakan dan pedoman perlu disesuaikan sebagaimana permintaan petugas dan
perubahan sumber daya. 
55

Definisi Utama
Petugas Kesehatan dan Kontak Jarak Dekat
Petugas Kesehatan:
• Semua orang yang bekerja di fasyankes memiliki kemungkinan terpapar langsung atau tidak
langsung dengan pasien atau cairan tubuh dan permukaan yang terkontaminasi (persediaan medis,
perangkat, dan peralatan, permukaan benda mati di sekitar pasien, atau udara yang
terkontaminasi).
Kontak jarak dekat:
• Berada dalam jarak < 1m dari seseorang yang terpapar COVID-19 selama > 15 menit tanpa APD
yang sesuai (untuk merawat pasien ataupun berada di ruang tunggu).
• Mengalami kontak langsung dengan sekret atau ekskreta pasien (misalnya, terkontaminasi batuk
atau menyentuh tisu bekas pakai dengan tangan) tanpa APD yang tepat dan kebersihan tangan.
56

Memantau dan Mengelola Petugas Kesehatan yang Terpapar


Definisi Risiko Paparan
Paparan berisiko rendah
• Kontak singkat dengan pasien COVID-19 atau kontak dekat ketika pasien dan petugas
layanan kesehatan mengenakan masker bedah.
Paparan berisiko tinggi
• Petugas kesehatan yang telah melakukan kontak dekat dalam waktu yang lama
dengan pasien COVID-19, sementara pasien atau petugas kesehatan tidak memakai
APD, minimal masker bedah.
• Berada dalam ruangan untuk tindakan AGP pada pasien COVID-19 (misalnya,
resusitasi kardiopulmoner, intubasi, ekstubasi, bronkoskopi, terapi nebulizer, induksi
dahak) dan petugas kesehatan tidak memakai APD.
57

Memantau Petugas Kesehatan yang Terpapar

Pemantauan Mandiri
• Petugas kesehatan memantau diri mereka sendiri apakah mereka mengalami gejala
demam dan pernapasan (batuk, sesak napas, sakit tenggorokan).
• Harus diberi kontak petugas yang perlu dihubungi jika mengalami demam atau
gejala pernapasan.

Pemantauan Aktif
• Petugas layanan kesehatan lain atau pejabat kesehatan masyarakat berkomunikasi
melalui telepon, pesan teks atau format elektronik dalam mengamati pekerja yang
mengalami gejala demam atau pernapasan. 
58

Memantau Petugas Kesehatan yang Terpapar

Pemantauan Diri dengan Pengawasan (untuk situasi dimana ada


kekurangan petugas kesehatan di Fasyankes)

• Pada saat di mana petugas kesehatan yang mengalami gejala dijadwalkan


untuk bekerja, petugas kesehatan lainnya dapat mengukur suhu petugas yang
terpapar dan mengamati gejala sebelum mulai bekerja. 
• Atau, petugas kesehatan yang mengalami gejala dapat melaporkan suhu dan
gejala mereka sendiri sebelum mulai bekerja dengan kontak langsung,
panggilan telepon, metode elektronik atau berbasis internet.
59

Risiko Paparan COVID-19 pada Petugas Kesehatan


WHO telah memberikan panduan tentang pengelompokan dan pengelolaan
risiko bagi petugas kesehatan selama wabah COVID-19

Rekomendasi bagi petugas kesehatan dengan risiko TINGGI terpapar COVID-19


● Petugas kesehatan dilarang memberikan perawatan pada pasien untuk jangka waktu
14 hari setelah hari terakhir berinteraksi dengan pasien yang terkonfirmasi COVID-
19.
● Lakukan tes infeksi virus COVID-19.
● Karantina selama 14 hari.
● Fasyankes harus memberikan dukungan psikososial saat masuk karantina serta
kompensasi berkelanjutan.

World Health Organization HCW Risk Assessment,


https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331340/WHO-2019-nCov-HCW_risk_assessment-2020.1-eng.pdf
60

Risiko Paparan COVID-19 pada Petugas Kesehatan


WHO telah memberikan panduan tentang pengelompokan dan pengelolaan
risiko bagi petugas kesehatan selama wabah COVID-19
Rekomendasi bagi petugas kesehatan dengan risiko RENDAH terpapar COVID-19

● Pantau sendiri suhu dan gejala pernapasan setiap hari selama 14 hari setelah hari
terakhir berinteraksi dengan pasien yang terkonfirmasi COVID-19.
● Petugas kesehatan harus menghubungi fasyankes jika ia memiliki gejala yang
mengindikasikan COVID-19.
● Lakukan tindakan pencegahan kontak/droplet saat merawat semua pasien dengan
penyakit pernapasan akut dan lakukan tindakan kewaspadaan standar untuk
merawat semua pasien.

World Health Organization HCW Risk Assessment,


https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331340/WHO-2019-nCov-HCW_risk_assessment-2020.1-eng.pdf
61

Paparan Petugas Kesehatan terhadap COVID-19 di Komunitas


Paparan di Komunitas atau Riwayat Perjalanan
• Petugas kesehatan harus memberi tahu individu/tim yang ditugaskan di fasilitas
mereka tentang paparan yang terjadi di komunitas atau riwayat perjalanan.  
• Mereka harus menjalani pemantauan seperti yang dijelaskan pada slide
sebelumnya.   
• Mereka yang berada dalam kategori berisiko tinggi tidak diperkenankan bekerja
selama 14 hari setelah terpapar.
• Petugas kesehatan yang mengalami tanda-tanda atau gejala COVID-19 harus
menghubungi petugas yang ditugaskan di tempat kerja mereka untuk pemeriksaan
medis sebelum kembali bekerja.
62

Komunikasi dan Pelaporan


Fasyankes
Seseorang atau tim harus ditugaskan untuk menyimpan catatan semua paparan
terkait perawatan kesehatan untuk alasan berikut:
• Untuk memantau jenis paparan (petugas tidak memakai APD yang sesuai,
pasien COVID-19 tidak memiliki masker, paparan terjadi selama prosedur, dll.)
sehingga dapat diberikan edukasi.
• Untuk melacak tanggal petugas kesehatan diisolasi, guna melihat kapan
mereka dapat kembali bekerja.
• Untuk berbagi laporan dengan otoritas lain di dalam fasyankes untuk
memberikan update dan untuk membuat perubahan pada pedoman yang
diperlukan.
1. Penilaian untuk perawatan di rumah

PPI di 2. Kriteria karantina


Masyarakat 3. Strategi pencegahan masyarakat
4. Komunikasi
64

Pentingnya PPI
Di Masyarakat
• Mencegah penyebaran COVID-19 secara cepat di masyarakat agar tidak
terjadi penularan lokal dari orang ke orang.
• Mengedukasi masyarakat luas untuk berperan dalam pencegahan
penularan dengan menerapkan protokol kesehatan (jaga jarak, tidak
keluar rumah bila tidak perlu, pakai masker dan kebersihan tangan).
• Harus ada kerja sama yang baik antara Dinas Kesehatan, Puskesmas
dengan pimpinan wilayah setempat – daftar Tempat Pemeriksaan Lab,
RS rujukan di wilayahnya.
65

PPI di Masyarakat

Skrining untuk Perawatan di Rumah


Pasien yang diperbolehkan pulang harus diskrining sebagai berikut:
1. Bisakah pasien dan keluarga mengikuti sebagian besar rekomendasi dari anjuran
isolasi di rumah (kebersihan tangan, etika batuk, dll)?
2. Apakah rumah pasien tempat yang aman bagi mereka untuk di karantina? 

Kumpulkan kontak pasien atau keluarga pasien (nomor telepon yang benar atau cara
lain). 
Pemantauan gejala (demam, batuk, kesulitan bernapas) harus dilanjutkan di rumah.
66

Rekomendasi untuk Perawatan di Rumah


● Tempatkan pasien di ruangan tersendiri berventilasi baik (dengan jendela terbuka dan pintu
terbuka) jika memungkinkan.
● Batasi kontak pasien dengan orang lain:
○ Batasi pergerakan pasien di rumah
○ Batasi jumlah perawat
○ Semua anggota rumah tangga harus tetap berjarak setidaknya 1 m setiap saat
● Sering cuci tangan setelah kontak.
● Alat Pelindung Diri
○ Masker bedah harus dipakai
○ Perawat harus mengenakan sarung tangan dan masker medis yang dipasang ketat ketika dalam
kontak dekat (mandi, berpakaian) dengan pasien.
○ Pesan utama yang terus disampaikan secara berulang oleh TIM Edukasi Kesehatan🡪 sering cuci
tangan pakai sabun, pakai masker kalau keluar rumah, jaga jarak, jangan berkumpul, jangan
menyentuh bagian wajah, etika batuk.
67

Siapa yang harus di isolasi?

Definisi kontak COVID-19


● Yang memberikan perawatan langsung kepada pasien COVID-19 tanpa APD yang memadai
● Berada dalam ruang tertutup yang sama dengan pasien COVID-19 (termasuk tempat kerja,
ruang kelas, rumah tangga, pertemuan).
● Bepergian dalam jarak dekat <1 meter dengan pasien COVID-19 dalam periode 14 hari setelah
gejala mulai ada gejala pada pasien COVID-19. 

Rekomendasi WHO
● Kontak dari kasus terkonfirmasi harus dikarantina selama 14 hari dari paparan terakhir kepada
pasien.
● Berbagai grup dapat direkomendasikan untuk melakukan proses karantina mandiri
berdasarkan riwayat perjalanan atau paparan lainnya. 
68

Pertimbangan untuk Karantina dan Isolasi (WHO)


Karantina : “pembatasan kegiatan atau pemisahan orang yang tidak sakit, tetapi
mungkin telah terpapar agen atau penyakit menular, dengan tujuan memantau gejala
dan deteksi awal dari kasus-kasus”  
Isolasi : “pemisahan orang sakit dari orang sehat yang dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan” 

Jika memutuskan untuk memulai karantina/isolasi, pihak berwenang harus


memastikan: 
● Pengaturan fisik dan persediaan yang memadai selama periode karantina/isolasi
● Pencegahan dan tindakan pengendalian infeksi yang tepat
● Pemantauan kesehatan terhadap orang yang dikarantina/isolasi
69

Karantina/isolasi

Harus ada informasi yang handal dan terkini untuk masyarakat dan individu
dalam karantina/isolasi

● Orang yang dikarantina/isolasi perlu didukung berbagai sumber daya,


termasuk:
○ Layanan kesehatan
○ Dukungan finansial, sosial dan psikososial
○ Kebutuhan dasar, termasuk makanan, air dan kebutuhan pokok lainnya
● Populasi rentan yang dikarantina/isolasi harus mendapat perhatian dan
pertimbangan yang lebih matang.
70

Mencegah Penyebaran di Komunitas


1. Tata laksana kasus
• Identifikasi dugaan kasus COVID-19/suspek
• Mengisolasi pasien di rumah atau di fasilitas layanan kesehatan berdasarkan
tingkat keparahan gejalanya
• Melakukan tes COVID-19 kepada pasien
• Mengobati gejala yang ada

2. Karantina pada kontak erat


• Kontak erat dengan kasus suspek, probable dan terkonfirmasi COVID-19 harus
dikarantina di rumah mereka dan dipantau hingga 14 hari setelah hari terakhir
paparan. 
71
Mencegah Penyebaran di Komunitas
3. Pembatasan pertemuan
• Jika semakin banyak kasus yang teridentifikasi, pemerintah daerah dapat
menutup atau melarang area publik (teater, acara olahraga, layanan keagamaan,
restoran, bar, dll).
• Otoritas setempat dapat menetapkan batasan untuk pertemuan kelompok apa
pun (contoh, tidak lebih dari 10 atau 25 orang). 
4. Penutupan sekolah, tempat kerja, dll.
5. Pembatasan pergerakan
• Adanya aturan tentang pembatasan pergerakan antar wilayah, kota, maupun
provinsi
• Aturan penggunaan transportasi
72

Upaya Pencegahan di Masyarakat

Langkah – langkah untuk mencegah infeksi dan membatasi penyebaran


penyakit di masyarakat
1. Harus mengenakan masker ketika berada di luar rumah.
2. Cuci tangan secara teratur dan terapkan etika batuk yang baik
3. Hindari menyentuh wajah (terutama mata, hidung, dan mulut)
4. Tetap jaga jarak (1 – 2 meter) dari orang lain
5. Tetap di rumah jika sakit (demam, batuk, gejala pernapasan lainnya)
6. Barrier fisik
Adaptasi perilaku untuk tetap menjalankan kegiatan
normal namun dengan ditambah menerapkan
protokol kesehatan untuk mencegah terjadinya
penularan COVID-19.

Protokol
Adaptasi Kebiasaan
Baru (AKB)

http://promkes.kemkes.go.id/kumpulan-media-adaptasi-kebiasaan-baru
74
• Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi yang baik dan yang dapat dipahami
memungkinkan penggunaan sumber daya yang ada secara bertanggung jawab untuk
melindungi petugas kesehatan, pasien, dan anggota masyarakat.
• PPI dimulai dengan pembentukan tim satgas pada setiap fasyankes. Setiap anggota tim harus
memiliki pemahaman yang jelas tentang peran dan tanggung jawab mereka.
• Mematuhi pedoman dari WHO dan Kementerian Kesehatan RI merupakan hal yang penting
karena segala sesuatu berubah setiap hari selama wabah. 
• Upaya PPI dalam setiap rumah sakit dan fasyankes harus sejalan dengan respon masyarakat
di tingkat daerah dan nasional. 
• Komunikasi dan pelaporan yang baik merupakan kunci keberhasilan PPI dan untuk menjaga
kepercayaan masyarakat. 

Rangkuman
Referensi

• Pedoman Tata Laksana COVID-19, Tim Gugus Tugas COVID-19, Mei 2020, https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/Pedoman%20Tata%20Laksana%20COVID-19.pdf
• Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri, Kementerian Kesehatan 2020, versi 8 April 2020, https://drive.google.com/file/d/1V5OQ3IGials0s2Lq4sK-feluFxaUbvQY/view
• Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), Revisi ke-4 https://drive.google.com/file/d/1eoP99CtWmeLbRKUqazGGaVA-35xJBote/view
• Pedoman dari Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia, Penanganan Jenazah COVID-19 atau Jenazah PDP yang menunggu hasil Lab RT-PCR
• Panduan perlindungan bagi pekerja di Fasyankes dalam masa pandemic covid 19
• Kementrian Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID 19). Maret 2020. Diakses
pada: https://covid19.kemkes.go.id/download/REV-04_Pedoman_P2_COVID-19__27_Maret2020_TTD1.pdf
• Akbar Bhayu Tamtomo. Rizal Setyo Nugroho (Eds). Kompas.com. INFOGRAFIK: Etika Bersin, Batuk, dan Cara Cuci Tangan yang Benar.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/03/143300665/infografik-etika-bersin-batuk-dan-cara-cuci-tangan-yang-benar.
• Anna Sayburn. Are UK doctors getting sufficient protective equipment against covid-19?. BMJ. https://www.bmj.com/content/369/bmj.m1297.
• World Health Organization, https://openwho.org/courses/COVID-19-IPC-EN/items/5ZMmyYO6KlmIVXm7Ep4MwE
• Medscape, https://www.medscape.com/viewarticle/926275
• Wang et al. JAMA; 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=32031570
• World Health Organization Interim Technical Guidance, https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technical-guidance/infection-prevention-and-control
• World Health Organization, https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/who-china-joint-mission-on-covid-19-final-report.pdf
• World Health Organization Case Definition, https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331340/WHO-2019-nCov-HCW_risk_assessment-2020.1-eng.pdf
• World Health Organization Situation Report, https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331340/WHO-2019-nCov-HCW_risk_assessment-2020.1-eng.pdf
• World Health Organization,
https://www.who.int/publications-detail/infection-prevention-and-control-during-health-care-when-novel-coronavirus-(ncov)-infection-is-suspected-20200125
Referensi

• World Health Organization, Clean Hands is Safer Care, https://www.who.int/gpsc/clean_hands_protection/en/


• World Health Organization 5 Moments to Wash Hands, https://www.who.int/gpsc/5may/background/5moments/en/
• World Health Organization, How to Hand Wash, https://www.who.int/gpsc/5may/How_To_HandWash_Poster.pdf?ua=1
• Bourouiba L, et al. J Fluid Mechanics; 2014.
• Centers for Disease Control and Prevention, Transmission-Based Precautions, https://www.cdc.gov/infectioncontrol/basics/transmission-based-precautions.html
• Centers for Disease Control and Prevention, Precautions Guidelines, https://www.cdc.gov/infectioncontrol/guidelines/isolation/precautions.html
• World Health Organization, Rational Use of PPE, https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331215/WHO-2019-nCov-IPCPPE_use-2020.1-eng.pdf
• Centers for Disease Control and Prevention, https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/infection-control/control-recommendations.html
• Centers for Disease Control and Prevention, https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/guidance-risk-assesment-hcp.html
• World Health Organization HCW Risk Assessment, https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331340/WHO-2019-nCov-HCW_risk_assessment-2020.1-eng.pdf
• World Health Organization, Surveillance Guidance, https://www.who.int/publications-detail/global-surveillance-for-human-infection-with-novel-coronavirus-(2019-ncov)
• World Health Organization, Home care,
https://www.who.int/publications-detail/home-care-for-patients-with-suspected-novel-coronavirus-(ncov)-infection-presenting-with-mild-symptoms-and-management-of-contacts
• World Health Organization, Considerations for Quarantine,
https://www.who.int/publications-detail/considerations-for-quarantine-of-individuals-in-the-context-of-containment-for-coronavirus-disease-(covid-19)
• Centers for Disease Control and Prevention, https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/community/index.html
• World Health Organization, https://www.who.int/publications-detail/water-sanitation-hygiene-and-waste-management-for-covid-19
• Centers for Disease Control and Prevention, https://www.cdc.gov/vhf/ebola/clinicians/non-us-healthcare-settings/chlorine-use.html
• Centers for Disease Control and Prevention, https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/php/public-health-communicators-get-your-community-ready.html
• World Health Organization, https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technical-guidance/risk-communication-and-community-engagement
Persyaratan ruang pelayanan isolasi PIE,Dir Fasyankes,kemenkes,Juli 8,2020

Anda mungkin juga menyukai