Anda di halaman 1dari 7

Tugas UAS Matakuliah K3 Rumah Sakit

Essay Peran Satefy Terkait Standar Precaution Safety dengan Penanganan Covid-19

Oleh:
Mas Amaliyah 101914253007

Dosen Pengampu :
Endang Dwiyanti, Dra. M.Kes.

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
PENDAHULUAN
Coronavirus-19 (COVID) telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO
(WHO,2020). Coronavirus adalah zoonosis atau virus yang ditularkan antara hewan dan
manusia. Virus dan penyakit ini diketahui berawal di kota Wuhan, Cina sejak Desember
2019. Per tanggal 21 Maret 2020, jumlah kasus penyakit ini mencapai angka 275,469 jiwa
yang tersebar di 166 negara, termasuk Indonesia. Presiden Republik Indonesia telah
menyatakan status penyakit ini menjadi tahap Tanggap Darurat pada tanggal 17 Maret 2020.
Presiden juga telah mengeluarkan Keputusan Presiden No. 7 Tahun 2020 tentang Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Corona yang diketuai oleh Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Gugus Tugas ini bertujuan untuk meningkatkan
ketahanan nasional di bidang kesehatan; mempercepat penanganan COVID-19 melalui
sinergi antar kementerian/ lembaga dan pemerintah daerah; meningkatkan antisipasi
perkembangan eskalasi penyebaran COVID19; meningkatkan sinergi pengambilan
kebijakan operasional; dan meningkatkan kesiapan dan kemampuan dalam mencegah,
mendeteksi, dan merespons terhadap COVID-19 (Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19, 2020).
Standar precaution atau universal precaution adalah tindakan pengendalian infeksi
sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, pada semua
tempat pelayanan dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi (Nursalam &
Kurniawati, 2009). universal precaution adalah tindakan petugas kesehatan agar dalam
melaksanakan pekerjaannya tidak menimbulkan infeksi silang, yakni infeksi dari
dokter/petugas kesehatan ke pasien dan sebaliknya atau dari pasien satu ke pasien lainnya.
Namun saat wabah covid-19 seperti sekarang standar precaution perlu diterapkan dimanapun
untuk penanganan pasien yang terinfeksi covid-19. Penerapan standar precaution bertujuan
untuk mengendalikan infeksi secara konsisten, memastikan standar adekuat bagi mereka
yang tidak di diagnosis atau tidak terlihat seperti berisiko, mengurangi risiko bagi petugas
kesehatan dan pasien, asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya (Nursalam & Kurniawati,
2009). Dalam essay ini akan dibahas bagaimana seorang safety merencanakan hingga
melaksanakan standar precaution yang perlu dipersiapan di tempat kerja dan pekerja terkait
penanganan dan pencegahan covid-19, selain itu agar pekerja dapat tetap produktif selama
masa pandemic covid-19, dan dapat beradaptasi melalui pola hidup (New Normal).

PEMBAHASAN
a. Peran Safety dalam Penanganan Wabah
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK. 01.07/MENKES/328/2020
tentang panduan pencegahan dan pengendalian corona virus disease 2019 (COVID-19)
di tempat kerja yang menyatakan perusahaan harus menyiapkan beberapa perlengkapan
untuk menghadapi masa pandemic. Pekerja safety atau K3 disini merupakan perwakilan
dari pihak manajemen perusahaan yang mendapat tanggung jawab terkait pelaksanaan
persiapan pencegahaan COVID-19 ditempat kerja. Beberapa peranan petugas K3 yang
dijelaskan pada peraturan tersebut, dijelaskan bahwa pekerja K3 melakukan pemantauan
kesehatan pekerja secara proaktif, meliputi beberapa hal seperti :
1) Sebelum masuk kerja, terapkan Self-Assessment Risiko COVID-19 pada seluruh
pekerja untuk memastikan pekerja yang akan masuk kerja dalam kondisi tidak
terjangkit COVID-19. Memberikan form instrumen self-assement yang terdapat
diperaturan yang berlaku pada pekerja.
2) Selama bekerja, masing-masing satuan kerja/bagian/divisi melakukan pemantauan
pada semua pekerja jika ada yang mengalami demam/batuk/pilek.
3) Mendorong pekerja untuk mampu deteksi diri sendiri (self-monitoring) dan
melaporkan apabila mengalami demam/sakit tengorokan/batuk/pilek selama bekerja.
4) Bagi pekerja yang baru kembali dari perjalanan dinas ke negara/daerah terjangkit
COVID-19 pekerja diwajibkan melakukan karantina mandiri di rumah dan
pemantauan mandiri selama 14 hari terhadap gejala yang timbul dan mengukur suhu
2 kali sehari. Mengawasi terkait penggunaan form pemantauan mandriri pada
karantina / isolasi mandiri yang diberikan pada pekerja yang melakukan isolasi
mandiri.
5) Berkoordinasi dengan dinas kesehatan, dinas ketenagakerjaan dan puskesmas
setempat dalam melakukan sosialisasi, pemantauan dan pembinaan serta
pendampingan bagi tempat kerja dalam pencegahan dan pengendalian COVID-19,
serta wajib melaporkan kepada dinas kesehatan apabila terdapat pekerja terkena
covid-19, dan mengkomunikasikan tentang pasien yang berstatus konfirmasi positif
dengan puskesmas untuk dilakukan pelacakan kontak di lingkungan tempat kerja.
b. Standar Precaution untuk Pencegahan COVID-19
Menurut Noviana (2016) dasar pemahaman dan penerapan kewaspadaan universal
(universal precaution) disarana pelayanan kesehatan untuk mengurangi resiko infeksi
yang ditularkan melalui darah. Kewaspadaan universal, meliputi :
1) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah melakukan
tindakan/ perawatan.
2) Penggunaan alat pelindung yang sesuai untuk setiap tindakan.
3) Pengelolaan dan pembuangan alat-alat tajam dengan hati-hati.
4) Pengelolaan limbah yang tercemar darah/ cairan tubuh dengan aman.
5) Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan melakukan dekontaminasi,
desinfeksi dan sterilisasi yang benar.
6) Melakukan skrining adanya infeksi virus secara dini untuk mencegah penyebaran
virus ke lingkungan sekitar.
Sesuai pedoman pencegahan pengendalian COVID-19 yang dikeluarkan oleh
kementerian kesehatan menyatakan bahwa setiap petugas yang berada di lokasi maupun
jenis aktivitas dekat dengan suspect covid-19 maka harus menerapkan protocol
kesehatan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pihak manajemen perusahan
harus menerapkan strategi dalam penanganan dan pencegahan covid-19 seperti :
1) Melakukan rekayasa engineering pencegahan penularan seperti pemasangan
pembatas atau tabir kaca bagi pekerja yang melayani pelanggan, dan menyediakan
area/ruangan tersendiri untuk observasi pekerja yang ditemukan gejala saat dilakukan
skrining. Penggunaan lift: batasi jumlah orang yang masuk dalam lift, buat penanda
pada lantai lift dimana penumpang lift harus berdiri dan posisi saling membelakangi.
Penggunaan tangga: jika hanya terdapat 1 jalur tangga, bagi lajur untuk naik dan
untuk turun, usahakan agar tidak ada pekerja yang berpapasan ketika naik dan turun
tangga. Jika terdapat 2 jalur tangga, pisahkan jalur tangga untuk naik dan jalur tangga
untuk turun.
2) Melakukan kebersihan tangan dan kebersihan/etika batuk. Petugas kesehatan harus
menerapkan “5 momen kebersihan tangan”, yaitu: sebelum menyentuh orang lain,
sebelum melakukan prosedur kebersihan atau aseptik, setelah berisiko terpajan cairan
tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien atau suspect, dan setelah bersentuhan
dengan lingkungan pasien, termasuk permukaan atau barang-barang yang tercemar.
Kebersihan tangan mencakup: mencuci tangan dengan sabun dan air atau
menggunakan antiseptik berbasis alcohol, mencuci tangan dengan sabun dan air
ketika terlihat kotor; dan Kebersihan tangan juga diperlukan ketika menggunakan dan
terutama ketika melepas APD.
3) Melakukan pengendalian administratif seperti Larangan masuk kerja bagi pekerja,
tamu/pengunjung yang memiliki gejala demam/nyeri tenggorokan/batuk/pilek/sesak
nafas. pekerja yang masuk dalam golongan rentah seperti pekerja usia yang lebih tua,
adanya penyakit penyerta seperti Diabetes, hipertensi, gangguan paru dan gangguan
ginjal, adanya kondisi immunocompromised/penyakit autoimun dan kehamilan
disarankan untuk dipindah bagian yang pekerjaannya dapat dilakukan dari rumah atau
work from home (WFH).
4) Penggunaan APD
Semua orang yang berkontak erat dengan suspect covid-19 wajib menggunakan APD
lengkap sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Orang-orang yang termasuk
kontak erat antara lain petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan
membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa menggunakan APD sesuai
standar. Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus (termasuk
tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan
hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Orang yang bepergian bersama (radius 1
meter) dengan segala jenis alat angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Dalam pedoman pencegahan
dan penangan covid-19 yang dikeluarkan oleh Kemenkes, menjelaskan mengenai
jenis alat pelindung diri (APD) terkait COVID-19 berdasarkan lokasi, petugas dan
jenis aktivitas pada (lampiran 11). Untuk APD standar yang digunakan antara lain
masker N95 atau FFP2, gaun, sarung tangan, pelindung mata (kacamata google atau
pelindung wajah), dan sepatu boots atau sepatu tertutup. Selain itu pada penggunaan
APD yang perlu diperhatikan, cara pemakaian dan pelepasan APD juga perlu
diperhatikan, rincian petunjuk cara pemakaian dan pelepasan APD untuk protocol
covid-19 dapat dilihat dalam pedoman pencegahan dan penangan covid-19 yang
dikeluarkan oleh Kemenkes (Lampiran 16) (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Cara
pemakaian dan pelepasan APD tersebut, diadopsi dari standar WHO, terdapat 13
langkah untuk penggunaan APD dan 16 langkah pelepasan APD. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan saat penggunaan APD antara lain :
a) Jika sepatu boot tidak tersedia, gunakan sepatu tertutup (anti selip tanpa tali sepatu,
menutupi dorsum kaki dan pergelangan kaki) dan penutup sepatu (anti selip dan
kedap air)
b) Jangan gunakan plester untuk merekatkan sarung tangan. Jika sarung atau lengan
coverall tidak cukup panjang, buat lubang ibu jari (atau jari tengah) di dalam
lengan coverall untuk memastikan lengan bawah anda tidak terpapar saat banyak
bergerak. Beberapa model coverall memiliki lingkaran jari yang melekat pada
lengan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melepas APD yaitu Saat bekerja pada
ruang perawatan pasien, sarung tangan luar harus diganti antar pasien dan sebelum
keluar (ganti setelah merawat pasien terakhir). Teknik ini memerlukan ukuran sarung
tangan yang sesuai. Saat sarung tangan luar terlalu ketat atau sarung tangan luar
terlalu longgar dan /atau tangan terlalu berkeringat, sarung tangan luar mungkin perlu
dilepas secara terpisah, setelah melepas apron. Dekontaminasi sepatu bot yang tepat
meliputi mencelupkan sepatu ke larutan klorin 0,5% ( dan bersihkan kotoran dengan
sikat toilet jika terlalu banyak lumpur dan atau material organic) dan bersihkan semua
sisi dengan larutan klorin 0,5%. Setidaknya sekali sehari sepatu boot harus
didesinfeksi dengan merendam dalam larutan klorin 0,5% selama 30 menit,
kemudaian dibilas dan dikeringkan (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
KESIMPULAN
Standar precaution atau universal precaution adalah tindakan pengendalian infeksi
sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, pada semua
tempat pelayanan dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi. universal precaution
adalah tindakan petugas kesehatan agar dalam melaksanakan pekerjaannya tidak
menimbulkan infeksi silang, yakni infeksi dari dokter/petugas kesehatan ke pasien dan
sebaliknya atau dari pasien satu ke pasien lainnya. Namun saat wabah covid-19 seperti
sekarang standar precaution perlu diterapkan dimanapun untuk penanganan pasien yang
terinfeksi covid-19. Oleh sebab itu perusahaan wajib menyediakan standar precaution
ditempat kerja, sebagai wujud kewaspadaan terhadap adanya infeksi penularan COVID-19
di tempat kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. (2020). Pedoman Penanganan Cepat


Medis dan kesehatan Masyarakat COVID-19 di Indonesia. Jakarta: Gugus Tugas
Percepatan Penanganan COVID-19.
Kementerian Kesehatan Menteri RI . (2020). Kepmenkes RI No.
HK.01.07/MENKES/328/2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan Menteri RI .
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Noviana, N. (2016). Konsep Penularan Infeksi HIV/AIDS,Seksualitas dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: CV. Trans Info Media .
Nursalam, & Kurniawati, N. (2009). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi . Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai