PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3. Tenaga kesehatan
BAB II
JENIS DAN PENGGUNAAN
Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai
penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi
pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit. Apabila digunakan
dengan benar, APD bertindak sebagai penghalang antara bahan infeksius (misalnya
virus dan bakteri) dan kulit, mulut, hidung, atau mata (selaput lendir) tenaga
kesehatan dan pasien. Penghalang memiliki potensi untuk memblokir penularan
kontaminan dari darah, cairan tubuh, atau sekresi pernapasan. Selain itu praktik
pengendalian infeksi lainnya seperti mencuci tangan, menggunakan pembersih
tangan berbasis alkohol, dan menutupi hidung dan mulut saat batuk dan bersin
dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, dapat meminimalkan penyebaran
infeksi dari satu orang ke orang lain. Penggunaan APD yang efektif mencakup
pemindahan dan atau pembuangan APD yang terkontaminasi dengan benar untuk
mencegah terpaparnya pemakai dan orang lain terhadap bahan infeksius.
A. Jenis APD
Jenis APD yang direkomendasikan untuk disediakan dalam penanganan
COVID-19 adalah:
1. Masker bedah (surgical/facemask)
Masker bedah terdiri dari 3 lapisan material dari bahan non woven (tidak di
jahit), loose - fitting dan sekali pakai untuk menciptakan penghalang fisik
antara mulut dan hidung pengguna dengan kontaminan potensial di
lingkungan terdekat sehingga efektif untuk memblokir percikan (droplet) dan
tetesan dalam partikel besar.
2. Masker N95
Pelindung mata berbentuk seperti kaca mata yang terbuat dari plastik
digunakan sebagai pelindung mata yang menutup dengan erat area
sekitarnya agar terhindar dari cipratan yang dapat mengenai mukosa.
Pelindung mata/goggles digunakan pada saat tertentu seperti aktifitas
dimana kemungkinan risiko terciprat /tersembur, khususnya pada saat
prosedur menghasilkan aerosol, kontak dekat berhadapan muka dengan
muka pasien COVID-19.
5. Gaun (gown)
Gaun adalah pelindung tubuh dari pajanan melalui kontak atau droplet
dengan cairan dan zat padat yang infeksius untuk melindungi lengan dan
area tubuh tenaga kesehatan selama prosedur dan kegiatan perawatan
pasien. Persyaratan gaun yang ideal antara lain efektif barrier (mampu
5 |Panduan APD Covid-19 PPI RAPB
mencegah penetrasi cairan), fungsi atau mobilitas, nyaman, tidak
mudah robek, pas di badan (tidak terlalu besar atau terlalu kecil),
biocompatibility (tidak toksik), flammability, odor, dan quality
maintenance. Jenis gaun antara lain gaun bedah, gaun isolasi bedah dan
gaun non isolasi bedah. Menurut penggunaannya, gaun dibagi menjadi 2
yaitu gaun sekali pakai (disposable) dan gaun dipakai berulang (reuseable).
a. Gaun sekali pakai
Gaun sekali pakai (disposable) dirancang untuk dibuang setelah satu kali
pakai dan biasanya tidak dijahit (non woven) dan dikombinasikan dengan
plastik film untuk perlindungan dari penetrasi cairan dan bahan yang
digunakan adalah synthetic fibers (misalnya polypropylene, polyester,
polyethylene).
b. Gaun dipakai berulang (reuseable)
Gaun dipakai berulang terbuat dari bahan 100% katun atau 100%
polyester, atau kombinasi antara katun dan polyester. Gaun ini dapat
dipakai berulang maksimal sebanyak 50 kali dengan catatan tidak
mengalami kerusakan.
I II
Gambar 5.I : Gaun isolasi bedah (area A,B, dan C merupakan area kritikal
tingkat tinggi); II : gaun bedah (area A dan B merupakan area kritikal tingkat
tinggi ) (Sumber : CDC, 2020)
COVID-19 adalah penyakit pernapasan yang berbeda dari Penyakit virus Ebola (EVD),
yang ditularkan melalui cairan tubuh terinfeksi. Oleh karena terdapat perbedaan dalam hal
transmisi, persyaratan APD untuk COVID-19 berbeda dari yang diperlukan untuk EVD.
Secara spesifik , coverall (kadang disebut APD Ebola) tidak dipersyaratkan saat mengelola
pasien COVID-19.
(Rational use of personal protective equipment (PPE) for coronavirus
disease (COVID-19) WHO)
6. Celemek (apron)
Apron merupakan pelindung tubuh untuk melapisi luar gaun yang digunakan
oleh petugas kesehatan dari penetrasi cairan infeksius pasien yang bisa
terbuat dari plastik sekali pakai atau bahan plastik berkualitas tinggi yang
dapat digunakan kembali (reuseable) yang tahan terhadap klorin saat
dilakukan desinfektan.
Gambar 6. Apron
7. Sarung Tangan
Sarung tangan dapat terbuat dari bahan lateks karet, polyvinyl chloride
(PVC), nitrile, polyurethane, merupakan pelindung tangan tenaga kesehatan
dari kontak cairan infeksius pasien selama melakukan perawatan pada
pasien. Sarung tangan yang ideal harus tahan robek, tahan bocor,
biocompatibility (tidak toksik) dan pas di tangan. Sarung tangan yang
digunakan merupakan sarung tangan yang rutin digunakan dalam
perawatan, bukan sarung tangan panjang.
8. Pelindung Kepala
9. Sepatu pelindung
Sepatu pelindung dapat terbuat dari karet atau bahan tahan air atau bisa
dilapisi dengan kain tahan air, merupakan alat pelindung kaki dari percikan
cairan infeksius pasien selama melakukan perawatan. Sepatu pelindung
harus menutup seluruh kaki bahkan bisa sampai betis apabila gaun yang
digunakan tidak mampu menutup sampai ke bawah.
B. Penggunaan APD
Penggunaan APD memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi :
a. Risiko terpapar
Alat pelindung diri digunakan oleh orang yang berisiko terpajan dengan
pasien atau material infeksius seperti tenaga kesehatan, petugas
kebersihan, petugas instalasi sterilisasi , petugas laundri dan petugas
ambulans di Fasyankes.
b. Dinamika transmisi.
d. Pelindung kepala
f. Sepatu pelindung
c) Masker N95,
d) Pelindung kepala,
g) Sepatu pelindung
APD yang dipakai untuk merawat pasien terduga atau terkonfirmasi Covid19
harus dikategorikan sebagai material infeksius. Tidak diperlukan prosedur
khusus dan penanganannya sama dengan linen infeksius yang lain. Semua
APD baik disposable atau reuseable harus dikemas secara terpisah
(dimasukkan ke dalam kantong plastik infeksius atau tempat tertutup) yang
diberi label dan anti bocor. Hindari melakukan hal-hal di bawah ini :
a. Meletakkan APD di lantai atau di permukaan benda lain (misal di atas
loker atau di atas meja).
b. Membongkar kembali APD yang sudah dimasukkan ke kantong plastik
infeksius atau tempat tertutup.
c. Mengisi kantong plastik infeksius atau tempat tertutup berisikan APD
terlalu penuh.
9 |Panduan APD Covid-19 PPI RAPB
A. Jenis APD yang digunakan pada kasus COVID-19, berdasarkan tempat layanan
kesehatan, profesi dan aktivitas petugas menurut WHO a
Target
petugas Jenis APD yang
Lokasi Jenis Aktivitas
atau digunakan
pasien
Fasilitas kesehatan
Fasilitas Rawat Inap ,IGD, Kamar Operasi dan Penunjang
Ruang Petugas Merawat secara langsung ✓ Masker bedah
perawatan kesehatan pasien ✓ Gaun/ Gown
pasien , IGD, COVID-19 ✓ Sarung tangan Pelindung
Kamar operasi mata
(goggles) dan atau
✓ Pelindung wajah (face
shield)
✓ Pelindung kepala
✓ Sepatu pelindung
Tindakan yang ✓ Masker N95
menghasilkan aerosol ✓ Gaun/gown
(seperti intubasi trakea, ✓ Sarung tangan
ventilasi non invasive, ✓ Pelindung mata (goggles)
trakeostomi, resusitasi dan atau
jantung paru, ventilasi ✓ Pelindung wajah (face
manual sebelum intubasi, shield)
nebulasi ,bronskopi,
✓ Pelindung kepala
pengambilan swab,
✓ Celemek (apron)
pemeriksaan gigi seperti
✓ Sepatu pelindung
scaler ultrasonic dan
highspeed air driven,
pemeriksaan hidung dan
tenggorokan dll)
Area administrasi Seluruh staf, Tugas yang bersifat ✓ Menggunakan masker bedah
termasuk administratif dan tidak ada
petugas kontak langsung dengan
kesehatan. pasien COVID-19
19
Keterangan:
a. Setelah digunakan, APD harus dibuang di tempat sampah infeksius (plastik
warna kuning) untuk dimusnahkan di incenerator.
b. APD yang akan dipakai ulang dimasukan ke tempat linen infeksius dan
dilakukan pencucian sesuai ketentuan.
c. Petugas yang melakukan pemeriksaan menggunakan thermo scan
(pengukuran suhu tanpa menyentuh pasien), thermal imaging cameras, dan
obeservasi atau wawancara terbatas, harus tetap menjaga jarak minimal 1 m
Contoh penggunaan APD pada saat merawat pasien suspek atau konfirmasi
COVID-19
Gambar 10: contoh Scrub Suit atau baju kerjaandi setelah selesai
Keterangan:
Masker bedah direkomendasikan oleh WHO dipakai apabila melakukan perawatan bagi pasien
baik yang negative maupun positif COVID-19, sedangkan CDC mengindikasikan masker N95
sebagai preferred, sedangan masker bedah sebagai acceptable alternative apabila melakukan
perawatan bagi pasien suspek dan confirmed COVID-19. Masker N95 oleh WHO di indikasikan
hanya apabila petugas kesehatan akan melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol seperti
intubasi trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi, resusitasi jantung paru, ventilasi manual sebelum
intubasi, nebulasi dan bronskopi, pemeriksaan gigi seperti scaler ultrasonic dan high-speed air
driven, pemeriksaan hidung dan tenggorokan, pengambilan swab.
CDC mengindikasikan masker N95 sebagai preferred, sedangan masker bedah sebagai
acceptable alternative apabila melakukan perawatan bagi pasien tersangka dan positif
COVIDmenakupkan telapak tangan di depan masker N95 kemudian meletakkan di depan -19.
Petugas kesehatan memasang masker N95 dengan cara hidung, mulut dan dagu. Tarik tali pertama
ke atas kepala kemudian tarik tali berikutnya ke arah belakang kepala. Tali tidak boleh dipasang
silang. Kuatkan segel yang ada di masker agar menutup rapat. Selanjutnya lakukan Fit test dengan
cara menarik nafas yang akan menyebabkan masker N95 mengempis, kemudian tiup masker untuk
merasakan adanya aliran udara di dalam masker.
Keterangan :
Apabila petugas kesehatan akan melakukan tindakan aerosol maka petugas kesehatan dapat
menambahkan pelindung wajah (face shield) setelah pemasangan pelindung kepala dengan
menempatkan bando face shield di atas alis dan pastikan pelindung wajah menutupi seluruh
wajah sampai ke dagu
WHO dan CDC sampai saat ini tidak mempersyaratkan coverall, namun
apabila fasilitas pelayanan kesehatan menyediakan sebagai alternatif, maka
langkah – langkah pemakaian APD dengan coverall adalah sebagai berikut:
Untuk pelepasan APD harus dilakukan dengan seksama serta urutan yang benar
agar tidak mengkontaminasi diri sendiri, serta menyebarkan infeksi pada lingkungan.
Keterangan:
Apabila petugas menggunakan pelindung wajah (face shield), buka face shield
perlahan dengan memegang belakang face shield lalu dilepaskan dan menjauhi
wajah petugas kemudian pelindung wajah di masukkan ke dalam kotak tertutup.
Lakukan desinfeksi tangan sebelum membuka pelindung mata (goggles)
Keterangan:
Apabila menggunakan Masker N95 maka buka masker N95 dengan cara sedikit
menundukkan kepala kemudian menarik keluar tali yang berada di belakang kepala
terlebih dahulu lalu menarik keluar tali di atas kepala dan pegang talinya kemudian
dimasukkan ke tempat sampah infeksius
1. Menghitung jumlah ketersediaan dan angka rata – rata utilisasi APD yang
dimiliki saat ini
2. Memprioritaskan penggunaan gaun yang tersedia untuk kegiatan : prosedur
aerosol, perawatan pasien dengan transmisi kontak yang lebih tinggi seperti
mengganti baju pasien, memandikan, memindahkan, mengganti linen,
mendampingi ke toilet, penggunaan alat atau perawatan luka
Topi renang
✓ Topi hiking
Alat pelindung diri sebaiknya digunakan sekali pakai (disposible) namun pada saat
krisis maka APD dapat digunakan kembali setelah dilakukan pembersihan,
pencucian, desinfeksi dan penyimpanan yang benar.
B. Masker N95
Masker N95 dapat digunakan kembali setelah dilakukan penyimpanan atau
sterilisasi yang benar. Masker N95 yang telah digunakan kemudian dilepas tidak
boleh menyentuh bagian dalam dan luar masker. Apabila tersentuh, tenaga
kesehatan harus segera melakukan kebersihan tangan.
Ada beberapa metode agar masker N95 dapat kembali digunakan seperti :
DAFTAR PUSTAKA