Anda di halaman 1dari 5

PENGURUS PUSAT

PERKUMPULAN PENGENDALIAN INFEKSI INDONESIA


PERDALIN Sekretariat:
Eighty Eight@Kasablanka Office Tower Lt. 10 Unit E
JI. Casablanca Kav. 88-Jakarta Selatan 12870
SNASIC
Telp: 0813 8939 3030 - 0821 1332 2010
Email pengendalianinfeksi@gmail.com
Website: www.perdalin.com

Nomor: 004/SK/PP.PERDALIN/V2022 Jakarta, 10 Januari 2022.


Lamp
Hal Referensi PP Perdalin.

Kepada Yth.
Dr. Daeng M Faqih, SH, MH
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia ( PB IDI )
di
Tempat

Dengan hormat,

Sehubungan dengan terbitnya Surat PB IDI Nomor 05964/PB/A.3/12/2021 tanggal 22


Desember 2021 perihal Perintah Organisasi, yang disadari akan memberikan dampak besar di
tataran praktis, maka perkenankan kami menyampaikan beberapa asupan berdasarkan kaji
risiko dan referensi Pengurus Pusat Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (PP.
PERDALIN):
1. Mengingat bahwa varian Omicron dilaporkan lebih mudah menular, kami setuju
bahwa dokter dalam menjalankan profesinya wajib untuk:
a. Menjaga keselamatan sebagai keutamaan serta meningkatkan
diri
kewaspadaan dan kecematan dalam melakukan triage sebagai langkah deteksi
dini pasien Covid-19 terutama varian Omicron, melalui pemeriksaan fisik dan
modalitas penunjang.
b. Mendapatkan vaksinasi Covid-19 hingga dosis ketiga dengan segera.
c. Meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan (termasuk menjaga
kebersihan tangan) dan perlindungan diri (menggunakan masker dengan
benar) terutama ketika berinteraksi dengan sesama tenaga kesehatan maupun
interaksi sosial di masyarakat.
d. Melaporkan apabila melihat timbulnya kasus baru yang dicurigai akibat varian
Omicron untuk dilakukan WGS.
e. Mengurangi mobilisasi.

2. Terkait penggunaan APD, dengan mempertimbangkan bahwa penularan virus SARS


CoV-2 selain kontak langsung juga melalui cairan respirasi dalam partikel droplet
atau aerosol, dengan port d' entry adalah hidung, mata dan mulut, maka perkenankan
kami menyampaikan bahwa sejak awal pandemi Covid-19 hingga saat munculnya
varian Omicron saat ini, WHO tidak pernah merekomendasikan penggunaan
Covid-19.
cover allhazmat dalam menjalankan perawatan pasien
Rekomendasi WHO 12 Juli 2021, mengarahkan bahwa APD yang digunakan adalah
APD berbasis pencegahan transmisi (transmission based precaution). Dalam hal ini,
terutama adalah penggunaan masker dan gaun pelindung, sedangkan APD lain
disesuaikan dengan jenis tindakan yang akan dikerjakan. Jika melaksanakan
pelayanan pada pasien Covid-19 tanpa tindakan aerosol cukup masker medis,
sedangkan untuk tindakan penghasil aerosol menggunakan masker respirator
partikulat (N9S/sejenis). Untuk perlindungan badan disarankan menggunakan gaun
pelindung, dapat reuseable ldisposable, sedangkan cover alll hazmat tidak
direkomendasikan, karena:
a. Tidak lebih aman daripada gaun karena berisiko self-contamination jika
petugas tidak faham bagaimana cara melepas dengan benar.
b. Bahan yang waterproof dan desain cover all membuat tidak nyaman karena
panas dan menyulitkan gerak petugas
C. Kurang sesuai dengan azas cost effectiveness.
d. Berpotensi terjadi penambahan volume limbah medis.

Terkait varian Omicron, WHO memberikan update rekomendasi tanggal 22 Desember


2021 terkait penggunaan masker sebagai berikut:
a. Masker yang disarankan adalah respirator (FFP2, FFP3, NIOSH approved N95
atau yang sejenis/lebih tinggi) atau masker medis bersama APD lain (gaun,
sarung tangan dan pelindung mata), dalam menangani pasien suspek dan
confirm Covid-19.
Penggunaan respirator disarankan pada kondisi ventilasi yang buruk atau
ventilasi tidak dipelihara dengan baik, dan proteksi yang lebih tinggi untuk
tenaga kesehatan.
b. Respirator seharusnya dipakai saat melakukan tindakan penghasil aerosol, dan
jika bekerja di ruangan intensi semi-intensif dan emergensi dimana sering
dilakukan tindakan penghasil aerosol.
c. Masker yang digunakan harus dipastikan fit tidak terdapat kebocoran sekitar
masker dan tetap mematuhi kewaspadaan yang lain.

3. Terkait hal pemeriksaan swab rutin (antigen atau PCR) setiap 2 minggu sekali, hingga
saat ini kami belum berhasil menemukan pedoman terkait. Dalam memberikan
perlindungan bagi semua tenaga kesehatan, pada tanggal 2 februari 2021 WHO telah
mengeluarkan rekomendasi bahwa pencegahan Covid-19 harus dilakukan berdasarkan
kaji risiko secara terukur. Tingkat risiko dapat dibagi menjadi risiko rendah, sedang,
tinggi dan sangat tinggi. Perlindungan yang diberikan mengikuti hierarchy of controls
yaitu meliputi perbaikan sarana (engineering/environmental controls), administrative
controls termasuk pengaturan jam dan tempat kerja, penggunaan APD yang optimal,
dan pelaksanaan kewaspadaan isolasi. Untuk pemeriksaan antigen/PCR Covid-19
sebagai skrining tenaga kesehatan, dapat dilakukan berdasarkan tingkat risiko yang
dihadapi (diketahui antara lain melalui risk assessment dan contact tracing), jadi tidak
dikerjakan secara rutin dan menyeluruh pada semua dokter.
Pada tanggal 23 Desember 2021 terkait varian Omicron, WHO menekankan
pentingnya vaksinasi hingga suntikan ketiga dan implenmentasi hierarchy of controls,
termasuk pembatasan pintu akses ke fasilitas Kesehatan hingga memungkinkan
skrining aktif terhadap petugas, pengunjung terhadap kepatuhannya menggunakan
masker dan menjaga jarak.
Adapaun jika swab rutin tiap 2 minggu ini dilaksanakan pada dokter maka akan dapat
menimbulkan konsekuensi sebagai berikut:

a. Biaya pemeriksaan antigen/ PCR meningkat drastis dan akan menjadi kendala
Siapa pihak yang akan menanggung biaya tersebut.
b. Dapat menimbulkan kecemburuan bagi tenaga Kesehatan lain (perawat, bidan,
ATLM, radiografer dll) yang juga memberikan pelayanan langsung kepada
pasien Covid-19.
C. Pelaksanaan pemeriksaan akan memberikan load pekerjaan tambahan bagi
laboratorium selain pemeriksaan yang diperlukan untuk pasien dan skrining
epidemiologi, dan hal ini akan berpotensi menyebablkan exhausted
laboratorium pemeriksa.
d. Potensi memberikan rasa aman palsu, sehingga menjadi kurang patuh protokol
Kesehatan, karena merasa sudah rutin dilakukan swab, sedangkan pencegahan
infeksi yang efektif justru dengan pelaksanaan kewaspadaan standar (Protokol
Kesehatan).

Demikian asupan yang dapat kami berikan, dan berdasarkan pada hal-hal di atas, besar
harapan kami, agar dapat meberikan manfaat kepada PB IDI sebagai bahan pertimbangan
dalam membuat kebijakan.

Atas perhatian dan kerjasamanya selama ini diucapkan terima kasih.

Pengurus Pusat
Perkumpulan Pengendalian Infeksi Indonesia

Prof.Dr.dr.H. Irawan Satari.SpAK),M.Trop.Paed. Dr.Ronald Irwanto,SpPD-KPTILFINASIM


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Tembusan:
1. Yth, Ketua Perdalin Cabang
2. Pertinggal.
Referensi:
1. WHO, Update with Consideration of Omicron - Interim cOVID-19 Infection
Prevention and Control in the Health care setting when COVID-19 is suspected or
confirmed, Desember 23, 2021.
2. WHO, WHO recommendations on mask use by helath workers, in light of the
Omicron variant of concern, Interim guidelines, Desember 22, 2021.
3. WHO, Infection prevention and control during health care when coronavirus disease
(COVID-19) is suspected or confirmed, July 12, 2021.
4. WHO, coVID-19: Occupational helath and safety for health workers, Interim
guidance, February 2, 2021.
S. WHO, Rational use of personal protective equipment for COVID-19 and
considerations during severe shortages, Interim guidance, Desember 23, 2020.
6. WHO, Technical specifications of personal protective equipment for COVID-19,

Interim guidance, November 13, 2020.


7. WHO, Advice on the use of masks in the context of COVID-19, Interim guidance,
June 5, 2020.
COVID-19 and
8. WHO, Rational use of personal protective equipment for
considerations during severe shortages, Interim guidance, April6,
2020.
9. Tim Penyusun, Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri (APD) Dalam Menghadapi
Wabah Covid-19, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan,
2020.
10. WHO, Rational use of personal equipment (PPE) for coronavirus disease (COVID-

19), Interim guidance, March 19, 2020.


care when novel coronavirus
11. WHO, Infection prevention and cotrol during health
2020.
(nCoV) infection is suspected, Interim guidance, January 10,
PERKUMPULAN PENGENDALIAN INFEKSI INDONESIA (PERDALIN)
PERDALIN Berkedudutan di Kota Administrasi Jakarta Pusat, sesuai Salinan Akta Nomor 08 Tanggal 18 September Z008 yang dibuat oleh My. Anisah Abubakar,
di Kota Adminiístras
dibuat oleh RR Yuliana Tutiek Setia Murni, SH, MH yang berkedudukan
SH, dan Sainam Akta Nomor 34 Tanggal 28 April 2017 yang Direktur Jenderal Administrasi Hokum Umum
NASIC Jatarta Puset, maka PERDAUN disahtan sebagai badan hokum pada Tanggal 12 Mei 2017 oleh
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indanesia.

PERTUMBUHAN JUMLAH PESERTA KEGIATAN ILMIAH SEBARAN CABANG PERDAUN DI INDONESIA


MITRA KEGIATAN
)
2017-2020
h
Crgam
HOPE ******

DMSI PERKUMPULAN
Dhdat

Urganisasi Humas

GABUNGAN PROFESI
Ltbang
lilih
Category 1

Series1
Category 2

Series 2
Category 3 Category
Series 3
4

Dokter Spesialis. Dokter Umum Perawat. Bidan. * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

VISI dan MISI


KONSEP DAN PRINSIP PPI
AREA KERJA Menjadi organisasi seminat yang
e g t k a n protesanainme a n

pengetsruan tenEA Kegehatm d j


aten
oenasional trkait
usil

MUTL Pencegyahan Pengendalian Infeksi adalak iemu professional yang berperan daam

peningkatan proxu
EKESELAMATAN
KTP PASIEN periaku(ehaviar Science
Tidak toleransi terhadap irfeksi (Zera n s
tan di indonesia
dalam bidang Pengendakan infrksa
enjadikan praktik Pn seDag u d y
o berdranian
epeetingan berdasaran a

INFEKSI FASYANKES
Talerance to iecto penyenasilitasi secaraa
jejaring antar organisasi dan individu . k a a cetuAaran anformasi dalam
ckatkan ouksi inah para
ngRata maionui maupun inerasoniy

RESISTENSI ANTIMIKROBA Prinsipnya adalah memutuskan rartai


calar penceranan 0an Drdang perngendalsan t n t e k S * A d

p K KAng ter kant


pemdaran pengendlian infeks

Anda mungkin juga menyukai