Anda di halaman 1dari 53

Mardiana Ahmad

Magister Ilmu Kebidanan Sekolah Pascasarjana


Universitas Hasanuddin
Disampaikan pada pelatihan KLR& Sadanis
Angkatan II. BBPK Makassar,
Selasa 09 Maret 2022
Data Diri
Nama : Dr. Mardiana Ahmad,S.SiT.,M.Keb
TTL : Polewali 04 September
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa/Agama : Indonesia/Islam
Alamat Kantor : Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Kampus Unhas, Makassar
Alamat Rumah : BTN Mitra Ranggong Indah Blok A/No 3 Antang
HP : 08124250780
ID Scopus : 5721-362-6287
ID Sinta : 6195696
ID Orcid : 0000-0002-0798-0457
Mind Map presentation Indikator Kasil Belajar:
1. Menjelaskan pentingnya PI
2. Menjelaskan siklus penularan penyakit
3. Mampu menjelaskan berapa besar risiko
Hasil Belajar; infeksi akibat kerja di fasilitas Kesehatan
1. Menerapkan Pencegahan Infeksi 4. Mampu membuat perogram PI dapat berjalan

Indikator Kasil Belajar:


1. Mampu menjelaskan bagaimana membuat
nakes aman dari penularan infeksi
2. Melakukan perlindungan Spesifik 2. Mampu melakukan proses PI yang dilakukan
jika terpapar

Materi: Metode Pembelajaran


1. Pencegahan Infeksi 1. Tatap Maya/virtual
2. Perlindungan Spesifik 2. Brain storming
3. Praktik lapangan
Introduction
Healthcare Associated Infections (HAIs); kejadian infeksi tidak hanya berasal dari
rumah sakit, tetapi juga dapat dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Tidak
terbatas infeksi kepada pasien namun dapat juga kepada petugas kesehatan dan
pengunjung yang tertular pada saat berada di lingkungan fasilitas pelayanan
kesehatan (PMK.27, 2017).

Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah


→fasilitas pelayanan kesehatan secara konsisten melaksanakan program PPI.
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan upaya untuk memastikan
perlindungan kepada setiap orang terhadap kemungkinan tertular infeksi dari
Data
Angka infeksi HAIs pada RS di Indonesia mencapai 15,74%.(Widyanita & Listiowati,
2014).

Secara global hasil penelitian menunjukkan bahwa cuci tangan dapat


menurunkan kejadian infeksi nosokomial sebesar 30% (Sari & Cahyawati, 2017).
Brain storming

? Pencegahan Infeksi Dan Perlindungan Spesifik


▪ Pencegahan penularan infeksi kepada klien dan pasien, dan
▪ Perlindungan bagi tenaga kesehatan di semua tingkatan dengan
menyediakan lingkungan kerja yang aman
Gambar 1. Rantai Infeksi (Chain of Infection)
1. Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi yang selanjutnya disingkat
PPI ; upaya untuk mencegah dan
meminimalkan terjadinya
infeksi pada pasien, petugas,
pengunjung, dan masyarakat
sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan.
Tujuan Dan Sasaran
Meningkatkan kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Sasaran Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan disusun
digunakan oleh seluruh pelaku pelayanan di fasilitas pelayanan
kesehatan yang meliputi tingkat pertama, kedua, dan ketiga.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk


memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap
kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan
disaat menerima pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas
kesehatan
Strategi pencegahan dan pengendalian
infeksi terdiri dari:

1. Peningkatan daya tahan penjamu, imunisasi aktif atau imunisasi pasif, Promosi kesehatan

secara umum termasuk nutrisi yang adekuat → meningkatkan daya tahan tubuh.

2. Inaktivasi agen penyebab infeksi, dapat dilakukan metode fisik maupun kimiawi.

3. Memutus mata rantai penularan. Merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah

penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya bergantung kepeda ketaatan

petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan


Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan tangan/Handhygiene ▪ Kewaspadaan standar
2. Alat Pelindung Diri (APD) diberlakukan terhadap
3. Peralatan perawatan pasien semua pasien, tidak
4. Pengendalian lingkungan tergantung
5. Pemrosesan peralatan pasien dan terinfeksi/kolonisasi.
penatalaksanaan linen ▪ Kewaspadaan standar
6. Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas disusun untuk mencegah
kesehatan kontaminasi silang
7. Penempatan pasien sebelum diagnosis
8. Hand hygiene respirasi/Etika batuk diketahui dan beberapa
merupakan praktek rutin,
9. Praktek menyuntik yang aman
meliputi:
10.Praktek PI untuk prosedur lumbal punksi
MEMBUAT TENAGA KESEHATAN LEBIH AMAN

1. Cuci tangan rutin selama 10-15 detik sebelum dan setelah


kontak dengan klien.
2. Pakai sarung tangan
3. Gunakan alat pelindung diri yang tidak tembus air.
4. Gunakan praktik kerja yang aman
Tips Pencegahan Infeksi

Daftar praktik PI yang harus diikuti pada saat melakukan tes IVA atau krioterapi

1. Cuci tangan dengan sabun dan air secara merata setiap akan melakukan
pemeriksaan.
2. Minta klien membersihkan bagian genitalnya sebelum dilakukan PD
3. Gunakan peralatan dan sarung tangan DTT (atau steril).
4. Buang sampah dengan benar.
5. Dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang segera setelah digunakan
6. Cuci tangan dengan sabun dan air secara merata setelah melepas sarung tangan
Apa yang harus dilakukan ketika terpapar ?

1. Paparan pada kulit atau selaput mukosa, cuci bagian yang terpapar segera
dengan sabun dan air, kemudian bilas sampai bersih untuk menghilangkan
partikel yang berpotensi menularkan.
2. Jika terjadi luka tusuk atau tersayat, biarkan darah mengalir. Bersihkan dan
bilas luka dengan air dan sabun. (Irigasi dengan saline, alkohol atau iodine
belum terbukti dapat menurunkan risiko infeksi HBV atau HIV, dan
bahkan dapat menyebabkan iritasi dan bekas luka.)
3. Untuk paparan pada mata, cuci mata segera dengan air, kemudian lakukan
irigasi selama 30 menit dengan saline normal
Tenaga kesehatan yang terpapar darah atau cairan tubuh
lain?
paparan berisiko tinggi jika:
▪ Harus diberi informasi lengkap tentang ▪ Luka pada tenaga kesehatan cukup dalam,
pilihan pengobatan sehingga mereka bisa ▪ Jelas terlihat darah pada alat yang
melakukan pilihan. menyebabkan luka, atau
▪ Jika tersedia, agen ▪ Luka tersebut disebabkan karena alat
antiretroviral→zidovudine (ZDV atau AZT), tersebut sebelumnya diletakkan di vena atau
harus diberikan dalam waktu 1–2 jam arteri klien.
setelah paparan dengan risiko penularan
tertinggi.
▪ Tenaga kesehatan harus mengetahui agen ▪ Pengobatan harus dilanjutkan selama
antiretroviral apa yang tersedia dan 4 mgg.
dimana bisa memperolehnya ▪ Semua petugas yang mungkin
terpapar harus segera dites minimal 6
mgg setelah terpapar,
Menjaga Tempat Kerja yang nyaman

▪ menerapkan praktik-praktik yang dianjurkan


▪ harus senantiasa diterapkan sebelum, selama dan
setelah melakukan tiap tindakan.
▪ kelalaian dalam menerapkan praktik rutin dapat
menimbulkan dampak membahayakan keselamatan
tenaga kesehatan dan klien /pasien

Infeksi dan penularan penyakit, seperti hepatitis


B dan HIV/AIDS, dapat dihindari.
Menjaga Tempat Kerja yang nyaman

Alat Perlindungan Diri (APD); Tetapkan indikasi penggunaannya


Perlengkapan yang wajib dengan mempertimbangkan ;
digunakan untuk melindungi a. Risiko terpapar,dinamika transmisi
b. Cara memakai yang “BENAR”
pekerja dari bahaya yang bisa c. Cara melepas yang “BENAR”
menyebabkan cedera atau d. Cara mengumpulkan (disposal)
penyakit serius terkait setelah dipakai.
pekerjaannya.

Unsur yang harus dipatuhi dalam


penggunaan APD ?
Standar APD pada pelayanan IVA
SADANIS Jenis APD:

a. mengacu pada Standat APD • Masker 3 Ply


untuk penanganan covid-19 di • Gown
Indonesia, yaitu: Kelompok • Pelindung mata (pada
Tenaga Kesehatan (Dokter, Bidan, risiko percikan cairan
Petugas laborat) sampel)
b. Lokasi/cakupan Pengambilan • Sarung tangan karet sekali
sampel non pernafasan yang pakai
tidak menimbulkan aerosol. • Headcap
• Sepatu Pelindung
Skema pemasangan dan Pelepasan APD COVID-19
Skema pemasangan dan Pelepasan APD COVID-19
PROSES PENCEGAHAN INFEKS

1. Dekontaminasi

Tiga langkah dasar


pemrosesan alat, sarung
tangan, sarung tangan 2. Pencucian,
bedah dan bahan lain:

3. Sterilisasi atau
DTT
Peralatan medis tersebut dibagi 3 jenis yaitu :
1. Peralatan medis kritikal: Peralatan masuk atau dipergunakan &
berhubungan dengan jaringan steril atau sistem pembuluh, peredaran darah
dan saraf, Misal : peralatan medis untuk operasi,kateter jantung dan
perawatan gigi. wajib disterilkan dengan sterilisator
2. Peralatan medis semi kritikal: Peralatan dipergunakan akan kontak dengan
membran mukosa, Misal : selang oksigen dan masker oksigen. disterilkan
dengan Desinfectan Tingkat Tinggi (DTT)
3. Peralatan medis non kritikal: Peralatan dipergunakan hanya kontak dengan
permukaan kulit saja, misal: alat pengukur darah dan stetoskop.
Pembersihan menggunakan deterjen atau alkohol 70%.

dr. Earl Spaulding


Urutan langkah Dekontaminasi
Step 1:
Setelah selesai melakukan IVA atau Krioterapi, dan saat memakai sarung tangan, buang benda-
benda yang terkontaminasi (swab dan sampah lain) ke dalam wadah tahan bocor (yang memiliki
tutup kencang atau kantung plastic
Step 2:
Rendam speculum dalam wadah yang plastic berisi laruta klorin 0.5% selama 10 menit sebelum
alat-alat dibersihkan
Sebelum merendam jarum dan alat suntik, isi spuit dengan larutan klorin (Cegah penularan
virus HIV/HBV )
Step 3:
Semua permukaan harus didekontaminasi dengan menggunakan lap yang telah dibashi larutan
klorin
Step 4:
Celupkan kedua tangan yg masih memakai sarung tangan ke dalam ember yg berisi larutan
klorin 0.5%. Melepaskan kedua sarung tangan dengan membalik bagian dalam ke luar
Urutan langkah Disinfeksi Tingkat Tinggi

Disinfeksi tingkat tinggi dengan merebus, mengukus, atau menggunakan bahan


kimia dapat diterima untuk pemrosesan akhir alat-alat dan sarung tangan yang
telah digunakan untuk IVA atau krioterapi.

Peralatan bedah (yang terbuat dari besi) dan sarung tangan bedah harus dikukus
atau direbus selama 20 menit kemudian dianginkan hingga kering.

Peralatan dapat direndam selama 20 menit dalam larutan klorin 0,1% yang disiapkan
dengan air yang telah dimasak, glutaraldehid 2 – 4%, atau formaldehid² 8%, dibilas
hingga bersih dalam air masak dan dikeringkan dengan dianginkan.

Segera gunakan atau simpan maksimal selama 1 minggu dalam wadah yang telah di DTT dan
ditutup rapat
Urutan langkah Sterilisasi
▪ Peralatan dan sarung tangan bedah dapat disterilisasi dengan autoclaf.
▪ Jika perlu, peralatan berbahan metal dapat disterilisasi dengan panas kering.
▪ Sterilisasi uap/otoklaf: 121°C (250 °F) dengan tekanan 106 kPa (15 lb/in2)
selama 20 menit untuk alat/bahan yang tidak dibungkus; 30 menit untuk
alat/bahan yang dibungkus.
▪ Biarkan semua alat/bahan hingga benar-benar kering sebelum dikeluarkan.

Panas kering (Dry heat):


• 1700C (340°F) selama 60 menit (total siklus waktu-dengan menaruh alat
kedalam oven, dipanaskan hingga 170°C, hitung waktu selama 1 jam kemudian
di dinginkan – adalah 2 sampai 22 jam atau,
• 1600C (320°F) selama 2 jam (total siklus waktu adalah 3 sampai 32 jam)
Catatan

▪ Catatan : Sterilisasi panas kering (1700C selama 60 menit) dapat digunakan hanya
untuk peralatan berbahan metal.

▪ Penyimpanan : peralatan yang tidak dibungkus harus digunakan segera atau


di simpan dalam wadah steril dan kering (hanya 1 minggu).
▪ Peralatan yang dibungkus, seperti sarung tangan bedah, dapat disimpan
maksimal selama 1 minggu jika paket tetap kering dan utuh dan maksimal
selama 1 bulan jika disimpan rapat dalam kantung plastik.
Membuat larutan Klorin
Disinfeksi Tingkat Tinggi

1. Kimiawi → larutan klorin 0,1%, glutaraldehyde 2–4% atau formaldehyde 8%.

Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan Menggunakan larutan Kimia.


hanya empat bahan kimia yang diijinkan untuk digunakan dalam DTT di
seluruh dunia:
▪ klorin,
▪ glutaraldehid,
▪ formaldehid (formalin), dan
▪ hydrogen peroxide

DTT hanya efektif jika peralatan dan bahan lain dicuci lebih dahulu sampai
benar-benar bersih kemudian dibilas sebelum di DTT.
Disinfeksi Tingkat Tinggi

2. Merebus
▪ Rebus selama 20 menit. Waktu dihitung sejak air mulai mendidih dan semua alat harus
benar-benar terendam dalam air.
▪ Tidak boleh menambahkan apapun ke dalam wadah setelah air mulai mendidih.
▪ Setelah direbus selama 20 menit, keluarkan alat-alat dengan menggunakan
korentang/forceps yang telah di-DTT, letakkan ke dalam wadah yang telah di-DTT
kemudian biarkan hingga dingin dan keringkan dengan dianginkan.

▪ Gunakan alat dan bahan lain segera/biarkan dalam wadah yang tertutup, kering,
dan telah di DTT.
▪ (Wadah yang digunakan untuk mengeringkan alat hanya dapat dipakai untuk
menyimpan jika tidak ada air di dasar wadah tersebut.)
▪ Simpan paling lama 1 minggu.
Disinfeksi Tingkat Tinggi

3.Mengukus
▪ Mengukus sarung tangan bedah telah digunakan
sebagai langkah terakhir dalam pemrosesan sarung
tangan selama beberapa tahun di Indonesia dan di
negara-negara lain di Asia Tenggara(McIntosh et al.,
1994).

Dalam penelitian tersebut, alat pengukus (dandang)


yang digunakan terdiri dari:
▪ Dandang bagian paling bawah (diameter sekitar 31
cm) untuk merebus air;
▪ Satu, dua atau tiga susun panci pengukus yang
berlubang dasarnya agar uap dapat menembus Alat pengukus yang digunakan
dan air kembali jatuh ke dasar dandang; dan untuk DTT
▪ Tutup dandang di bagian paling atas.
Sterilisasi

1. Sterilisasi Uap
• 121°C, tekanan pada 106 kPa
• 20 ‘ untuk alat tidak terbungkus
• 30’ untuk alat yang dibungkus
2. Sterilisasi panas kering (oven)
• 170 °C selama 1 jam, waktu dihitung setelah suhu yang diinginkan tercapai
• 160 °C, utk alat tajam(gunting,jarum)selama 2 jam
3. Sterilisasi Kimia
• Glutaraldehid 2-4% (cydex),direndam sekurang-kurangnya 10 jam
• Formaldehid 8%,direndam 24 jam
• Bilas dengan air steril,sebelum digunakan Kembali, atau sebelum disimpan
2. Perlindungan Spesifik

Pengertian APD
Pemeliharaan dan Penyimpanan APD
Alat pelindung diri membutuhkan pemeliharaan dan penyimpanan
yang benar. Berikut adalah cara yang digunakan:
1. Sebelum memulai bekerja, memastikan semua alat perlindungan
diri tersedia dan berfungsi dengan baik.
2. Alat pelindung diri yang telah kadaluarsa, rusak, harus segera
dibuang sesuai prosedur pembuangan yang berlaku.
3. Setelah pemakaian alat pelindung diri, selalu melakukan
pembersihan dengan benar.
4. Menyimpan alat pelindung diri dari debu, sinar matahari secara
langsung agar terjaga keberfungsiannya
APD
Sampah medis

1. Tidak terkontaminasi 2. Terkontaminasi

▪ Membawa MO yang berpotensi


menularkan infeksi kepada orang
▪ Tidak memberikan risiko infeksi: yg kontak, baik nakes maupun
kertas,botol,wadah plastic yg masyarakat
digunakan di dalam klinik, ▪ Bekas pembalut, sampah dari
▪ Dapat dibuang ditempat sampah kamar operasi,alat-alat yg dapat
umum melukai

Anda mungkin juga menyukai