1. Peningkatan daya tahan penjamu, imunisasi aktif atau imunisasi pasif, Promosi kesehatan
secara umum termasuk nutrisi yang adekuat → meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi, dapat dilakukan metode fisik maupun kimiawi.
3. Memutus mata rantai penularan. Merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah
Daftar praktik PI yang harus diikuti pada saat melakukan tes IVA atau krioterapi
1. Cuci tangan dengan sabun dan air secara merata setiap akan melakukan
pemeriksaan.
2. Minta klien membersihkan bagian genitalnya sebelum dilakukan PD
3. Gunakan peralatan dan sarung tangan DTT (atau steril).
4. Buang sampah dengan benar.
5. Dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang segera setelah digunakan
6. Cuci tangan dengan sabun dan air secara merata setelah melepas sarung tangan
Apa yang harus dilakukan ketika terpapar ?
1. Paparan pada kulit atau selaput mukosa, cuci bagian yang terpapar segera
dengan sabun dan air, kemudian bilas sampai bersih untuk menghilangkan
partikel yang berpotensi menularkan.
2. Jika terjadi luka tusuk atau tersayat, biarkan darah mengalir. Bersihkan dan
bilas luka dengan air dan sabun. (Irigasi dengan saline, alkohol atau iodine
belum terbukti dapat menurunkan risiko infeksi HBV atau HIV, dan
bahkan dapat menyebabkan iritasi dan bekas luka.)
3. Untuk paparan pada mata, cuci mata segera dengan air, kemudian lakukan
irigasi selama 30 menit dengan saline normal
Tenaga kesehatan yang terpapar darah atau cairan tubuh
lain?
paparan berisiko tinggi jika:
▪ Harus diberi informasi lengkap tentang ▪ Luka pada tenaga kesehatan cukup dalam,
pilihan pengobatan sehingga mereka bisa ▪ Jelas terlihat darah pada alat yang
melakukan pilihan. menyebabkan luka, atau
▪ Jika tersedia, agen ▪ Luka tersebut disebabkan karena alat
antiretroviral→zidovudine (ZDV atau AZT), tersebut sebelumnya diletakkan di vena atau
harus diberikan dalam waktu 1–2 jam arteri klien.
setelah paparan dengan risiko penularan
tertinggi.
▪ Tenaga kesehatan harus mengetahui agen ▪ Pengobatan harus dilanjutkan selama
antiretroviral apa yang tersedia dan 4 mgg.
dimana bisa memperolehnya ▪ Semua petugas yang mungkin
terpapar harus segera dites minimal 6
mgg setelah terpapar,
Menjaga Tempat Kerja yang nyaman
1. Dekontaminasi
3. Sterilisasi atau
DTT
Peralatan medis tersebut dibagi 3 jenis yaitu :
1. Peralatan medis kritikal: Peralatan masuk atau dipergunakan &
berhubungan dengan jaringan steril atau sistem pembuluh, peredaran darah
dan saraf, Misal : peralatan medis untuk operasi,kateter jantung dan
perawatan gigi. wajib disterilkan dengan sterilisator
2. Peralatan medis semi kritikal: Peralatan dipergunakan akan kontak dengan
membran mukosa, Misal : selang oksigen dan masker oksigen. disterilkan
dengan Desinfectan Tingkat Tinggi (DTT)
3. Peralatan medis non kritikal: Peralatan dipergunakan hanya kontak dengan
permukaan kulit saja, misal: alat pengukur darah dan stetoskop.
Pembersihan menggunakan deterjen atau alkohol 70%.
Peralatan bedah (yang terbuat dari besi) dan sarung tangan bedah harus dikukus
atau direbus selama 20 menit kemudian dianginkan hingga kering.
Peralatan dapat direndam selama 20 menit dalam larutan klorin 0,1% yang disiapkan
dengan air yang telah dimasak, glutaraldehid 2 – 4%, atau formaldehid² 8%, dibilas
hingga bersih dalam air masak dan dikeringkan dengan dianginkan.
Segera gunakan atau simpan maksimal selama 1 minggu dalam wadah yang telah di DTT dan
ditutup rapat
Urutan langkah Sterilisasi
▪ Peralatan dan sarung tangan bedah dapat disterilisasi dengan autoclaf.
▪ Jika perlu, peralatan berbahan metal dapat disterilisasi dengan panas kering.
▪ Sterilisasi uap/otoklaf: 121°C (250 °F) dengan tekanan 106 kPa (15 lb/in2)
selama 20 menit untuk alat/bahan yang tidak dibungkus; 30 menit untuk
alat/bahan yang dibungkus.
▪ Biarkan semua alat/bahan hingga benar-benar kering sebelum dikeluarkan.
▪ Catatan : Sterilisasi panas kering (1700C selama 60 menit) dapat digunakan hanya
untuk peralatan berbahan metal.
DTT hanya efektif jika peralatan dan bahan lain dicuci lebih dahulu sampai
benar-benar bersih kemudian dibilas sebelum di DTT.
Disinfeksi Tingkat Tinggi
2. Merebus
▪ Rebus selama 20 menit. Waktu dihitung sejak air mulai mendidih dan semua alat harus
benar-benar terendam dalam air.
▪ Tidak boleh menambahkan apapun ke dalam wadah setelah air mulai mendidih.
▪ Setelah direbus selama 20 menit, keluarkan alat-alat dengan menggunakan
korentang/forceps yang telah di-DTT, letakkan ke dalam wadah yang telah di-DTT
kemudian biarkan hingga dingin dan keringkan dengan dianginkan.
▪ Gunakan alat dan bahan lain segera/biarkan dalam wadah yang tertutup, kering,
dan telah di DTT.
▪ (Wadah yang digunakan untuk mengeringkan alat hanya dapat dipakai untuk
menyimpan jika tidak ada air di dasar wadah tersebut.)
▪ Simpan paling lama 1 minggu.
Disinfeksi Tingkat Tinggi
3.Mengukus
▪ Mengukus sarung tangan bedah telah digunakan
sebagai langkah terakhir dalam pemrosesan sarung
tangan selama beberapa tahun di Indonesia dan di
negara-negara lain di Asia Tenggara(McIntosh et al.,
1994).
1. Sterilisasi Uap
• 121°C, tekanan pada 106 kPa
• 20 ‘ untuk alat tidak terbungkus
• 30’ untuk alat yang dibungkus
2. Sterilisasi panas kering (oven)
• 170 °C selama 1 jam, waktu dihitung setelah suhu yang diinginkan tercapai
• 160 °C, utk alat tajam(gunting,jarum)selama 2 jam
3. Sterilisasi Kimia
• Glutaraldehid 2-4% (cydex),direndam sekurang-kurangnya 10 jam
• Formaldehid 8%,direndam 24 jam
• Bilas dengan air steril,sebelum digunakan Kembali, atau sebelum disimpan
2. Perlindungan Spesifik
Pengertian APD
Pemeliharaan dan Penyimpanan APD
Alat pelindung diri membutuhkan pemeliharaan dan penyimpanan
yang benar. Berikut adalah cara yang digunakan:
1. Sebelum memulai bekerja, memastikan semua alat perlindungan
diri tersedia dan berfungsi dengan baik.
2. Alat pelindung diri yang telah kadaluarsa, rusak, harus segera
dibuang sesuai prosedur pembuangan yang berlaku.
3. Setelah pemakaian alat pelindung diri, selalu melakukan
pembersihan dengan benar.
4. Menyimpan alat pelindung diri dari debu, sinar matahari secara
langsung agar terjaga keberfungsiannya
APD
Sampah medis