The longer it takes for coronavirus to spread the population, the more time hospitals have to
prepare (Drew Harris, 2020)
https://www.nytimes.com/article/flatten-curve-coronavirus.html?smid=wa-share
Rekomendasi Strategi Penanganan COVID-19
di Indonesia
• 16 Maret 2020: Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19
menyampaikan
• Mengatasi wabah COVID-19 dengan menitikberatkan pada isu ketersediaan layanan dan kesiapan
tenaga kesehatan, Upaya pengendalian penyebaran, Mitigasi dampak beserta komunikasi publik
untuk menjaga stabilitas dan dampak sosial
• 7(tujuh) dimana point no 4: Memastikan tersedianya layanan kesehatan yang optimal
dan aman dengan penjelasan point c: Presiden dan Satgas COVID-19 perlu
memastikan keamanan dan keselamatan tenaga penyedia layanan kesehatan,
terutama garda terdepan, baik dokter,perawat, pekerja laboratorium, hingga
cleaning service dengan menjamin ketersediaan alat pelindung diri yang
lengkap dan memadai, termasuk masker dan gaun isolasi segera, yang hingga saat
ini dirasakan masih sangat kurang.
Gugus Tugas Covid 19 Bali telah Melaksanakan
• koordinasi dan komunikasi antar Pemerintah dan dengan masyarakat dengan kolaborasi yang
kuat dari Presiden, Kementerian Kesehatan,Pemerintah Pusat dan Daerah, Seluruh Tim Ahli
Kesehatan dan Masyarakat Sipil dan menyampaikan informasi terkait COVID-19 sehingga
masyarakat mendapatkan informasi yang transparan, jelas, dan menyeluruh terkait kondisi
terkini wabah COVID-19 di Indonesia.
DAYA TAMPUNG/KAPASITAS
Model: Goals of community mitigation for KAMAR DI RUMAH SAKIT
RUJUKAN (404/14 RS)
pandemic influenza
Keselamatan tenaga medis
dan kesembuhan penderita
dan penambahan kasus
positif yang terkendali
Source: Adapted from: CDC. Interim pre-pandemic planning guidance: community strategy for pandemic influenza
mitigation in the United States—early, targeted, layered use of nonpharmaceutical interventions. Atlanta, GA: US
Department of Health and Human Services, CDC; 2007. https://stacks.cdc.gov/view/cdc/11425.
Regulasi penguatan SDM Dokter
• Spektrum Utama Covid 19 dengan tanda Pnemonia menempatkan DPJP Paru,
Bidang Infeksi dan Respirasi serta Dokter Umum menjadi garda pertama terpapar
sebagai penjaga marwah keluhuran profesi serta Dokter lain yang menangani kasus
rutin non wabah
• Kondisi ini mendorong keluarnya keputusan konsil kedokteran indonesia nomor
18/kki/kep/iii/2020 tentang kewenangan dokter penanggung jawab penanganan
pasien di fasilitas pelayanan kesehatan pada masa darurat bencana wabah penyakit
akibat corona virus disease 2019 (covid-19) di indonesia. Menimbang ketersediaan
tenaga medis sesuai kewenangan dan kompetensinya, Kesiapan bekerja dalam
berbagai kondisi dan perlindungan
• keberadaan dokter spesialis paru, dokter spesialis penyakit dalam-subspesialis pulmonologi,
dokter spesialis penyakit dalam-subspesialis penyakit tropik infeksi, dokter spesialis anak-
subspesialis respirologi, dokter spesialis anak-subspesialis infeksi dan penyakit tropis, dokter
spesialis anak-subspesialis emergensi dan rawat intensif anak, serta dokter spesialis anastesi-
subspesialis terapi intensif, perlu didukung oleh dokter dan dokter spesialis lainnya untuk
dapat melakukan penanganan pasien Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dengan
pneumonia di fasilitas pelayanan kesehatann
• bahwa semua dokter, termasuk dokter spesialis, sudah mempunyai kompetensi penanganan
kasus pneumonia sampai level 4;
• bahwa dalam kondisi negara menghadapi masa darurat bencana wabah penyakit akibat
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), semua Dokter dan Dokter Gigi perlu meningkatkan
kesiapsiagaan dalam menjalankan praktik kedokteran dengan menjaga profesionalisme dan
tradisi luhur profesi kedokteran serta tetap mengupayakan perlindungan pada pasien dan
keselamatan diri;
Ketika semua orang harus menjauh dari Corona:
• Dokter-petugas medis beserta keluarga sebaliknya mendekat
dan menghadapi bahaya untuk Kehidupan pribadinya,
Keluarga -Perkawinan, kebebasan ekspresif & HARUS siap
untuk dilecehkan.
• Pertahanan mental kesadaran para dokter ditengah
keterbatasan ilmu dan kemampuan untuk bisa survive dengan
inovasi juga disertai oleh kemarahan karena ketidak jelasan2
terhadap keputusan yang terpaksa diambil dan harus diambil.
• Medsos yang tanpa ampun mengambil alih perilaku, emosi
dengan dis-informasi mengubah pembenaran menjadi bully(
lihat video video tentang pasien dengan informasi instant)
memicu level amigdala menjadi dominan