Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN

TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN APD


DALAM PENANGANAN KLIEN COVID-19 DI RS HERMINA
TANGERANG TAHUN 2020

DISUSUN OLEH :
LISBERTH CHRISTINA S
NIM : 17214185

KEPERAWATAN NON REGULER


STIKES YATSI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kasus positif virus Corona atau Covid-19 di Indonesia pertama kali pada
Senin (02/03/2020). Pertama kali diumumkan oleh Presiden Joko Widodo. Sejak
hari itu, jumlah kasus positif Corona semakin bertambah dari hari ke hari. Ada
pasien yang meninggal dunia, banyak juga yang dinyatakan negatif dan akhirnya
sembuh.
Data Kemenkes RI 15 April 2020, pukul 12.00 WI, jumlah pasien yang
dinyatakan positif atas virus ini bertambah 297 orang dengan demikian total
menjadi 5.136 kasus positif Corona. Banten menduduki peringkat 5 kasus Corona,
216 kasus positif, 27 pasien sembuh, 36 orang meninggal. Maka sudah sepantasnya
Presiden Indonesia menetapkan Corona sebagai bencana nasional.
Perawat sebagai “garda terdepan” Indonesia perangi Covid-19 ini dituntut
mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Berdaarkan data PPNI ada 12
perawat yang meninggal duni terkait Corona Covid-19. Data tersebut dicatat dari 12
Maret – 11 April 2020. Ketua Umum PPNI Harif Fadilah menyebut, ke-12 perawat
yang meninggal dalam kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Tingkat Kepatuhan
Perawat Terhadap Penggunaan APD dalam Penanganan Klien Covid-19”

B. Rumusan Masalah
Di Kota / KabupatenTangerang tercatat ada 14 kasus terkonfirmasi Covid-19,
53 pasien masih dirawat. Kasus positif Covid-19 pertama di Banten adalah dokter
di RSUD Lebak. Pengetahuan diharapkan mumpuni mengenai penyakit pandemi
ini, sebagai tim garda terdepan. Maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
“Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan tingkat kepatuhan
perawat terhadap penggunaan APD dalam penangaan klien Covid-19 di RS
Hermina Tangerang 2020?”
C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pengetahuan perawat dengan kepatuhan
perawat terhadap penggunaan APD dalam penangan COVID-19 di RS
Hermina Tangerang.
2) Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pendidikan dan pelatihan perawat
mengenai penyakit COVID-19 tahun 2020
b. Mengetahui gambaran pengetahuan perawat RS Hermina Tangerang
mengenai penyakit COVID-19 tahun 2020
c. Mengetahui gambaran pengetahuan perawat terhadap pentingnya
penggunaan APD dalam penanganan klien diduga COVID-19 di RS
Hermina Tangerang tahun 2020
d. Mengetahui gambaran tingkat kepatuhan perawat dalam penggunaan
APD dalam penanganan klien diduga COVID-19 di RS Hermina
Tangerang tahun 2020

D. Manfaat Penelitian
1) Bagi Institusi
Dapat menelaah lebih lanjut mengenai pengetahuan perawat mengenai
COVID-19 terhadap kepatuhan perawat mengenakan APD sehingga dapat
memberikan pembekalan kepada mahasiswa untuk mengembangkan
promosi dan pendidikan kesehatan yang menarik terkait pelayanan
COVID-19.
2) Bagi Perawat
Mendapatkan gambaran dan informasi pengetahuan perawat terhadap
kepatuhan penggunaan APD dalam penanganan klien diduga COVID-19
di RS Hermina Tangerang 2020
3) Bagi Peneliti
Mendapatkan pengalaman secara nyata dalam melakukan penelitian dalam
bidang kesehatan khususnya pelayanan keperawatan pandemi COVID-19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Corona Virus


Coronavirus adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocronavirinae
dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini yang
dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia, termasuk manusia. Pada
manusia, coronavirus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya
ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti; SARS, MERS,
dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan.
Dalam kondisi saat ini, virus corona bukanlah suatu wabah yang bisa
diabaikan begitu saja. Jika dilihat dari gejalanya, orang awam akan mengiranya
hanya sebatas influenza biasa, tetapi bagi analisis kedokteran virus ini cukup
berbahaya dan mematikan. Saat ini di tahun 2020, perkembangan penularan virus
ini cukup signifikan karena penyebarannya sudah mendunia dan seluruh negara
merasakan dampaknya termasuk Indonesia.
Mengantisipasi dan mengurangi jumlah penderita virus corona di
Indonesia sudah dilakukan di seluruh daerah. Diantaranya dengan memberikan
kebijakan membatasi aktifitas keluar rumah, kegiatan sekolah dirumahkan,
bekerja dari rumah (work from home), bahkan kegiatan beribadah pun
dirumahkan. Hal ini sudah menjadi kebijakan pemerintah berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan yang sudah dianalisa dengan maksimal tentunya.
Terkait aktifitas yang dirumahkan sudah menjadi kebijakan dalam kondisi
khusus yang harus dilakukan. Kebijakan ini diharapkan mampu mengatasi
masalah yang terjadi di masyarakat. Kebijakan ini ditetapkan oleh beberapa pihak
terutama pemerintah yang diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan dan
kepentingan masyarakat. Makna dari pelaksanaan kebijakan publik merupakan
suatu hubungan yang memungkinkan pencapaian tujuan-tujuan atau sasaran
sebagai hasil akhir dari kegiatan yang dilakukan pemerintah. Kekurangan atau
kesalahan kebijakan publik akan dapat diketahui setelah kebijakan publik tersebut
dilaksanakan. Keberhasilan pelaksanaan kebijakan publik dapat dilihat dari
dampak yang ditimbulkan sebagai hasil evaluasi atas pelaksanaan suatu kebijakan.
Kebijakan dalam pelayanan kesehatan dapat dipandang sebagai aspek
penting dalam kebijakan sosial. Karena kesehatan merupakan faktor penentu bagi
kesejahteraan sosial. Orang yang sejahtera bukan saja orang yang memiliki
pandapatan atau rumah yang memadai, namun melainkan orang yang sehat, baik
secara jasmani maupun rohani. Di Inggris, Australia dan Selandia Baru, pelayanan
kesehatan publik diorganisir oleh lembaga yang disebut The National Health
Service. Lembaga ini menyediakan pelayanan perawatan kesehatan dasar gratis
hampir bagi seluruh warga negara.

B. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD), telah digunakan bertahun-tahun lamanya
untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat pada petugas yang
bekerja pada suatu tempat perawatan kesehatan.
APD meliputi sarung tangan, masker, pelindung mata, gaun, kap, apron
dan alas kaki. APD yang sangat efektif terbuat dari kain yang diolah atau bahan
sintetis yang dapat menahan air, darah dan cairan lain untuk menembusnya
(Tietjen, 2004).
1) Sarung Tangan
Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi,
tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya untuk
mencegah kontaminasi silang. Sarung tangan harus dipakai kalau menangani
darah, sekresi dan ekskresi (kecuali keringat). Petugas kesehatan menggunakan
sarung tangan untuk tiga alasan, yaitu:
a) Mengurangi resiko petugas kesehatan terkena infeksi dari pasien..
b) Mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien.
c) Mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan mikro
organisme yang dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lain.
2) Masker
Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar dari sewaktu petugas
kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk, bersin dan juga mencegah cipratan
darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut
petugas kesehatan.
3) Pelindung Mata
Pelindung mata melindungi petugas kesehatan dari cipratan darah atau cairan
tubuh lainnya yang terkontaminasi dengan pelindung mata.
4) Gaun Penutup
Pemakaian utama dari gaun penutup adalah untuk melindungi pakaian petugas
pelayanan kesehatan. Gaun penutup diperlukan sewaktu melakukan tindakan, bila
baju tidak ingin kotor.
5) Kap (penutup rambut)
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala, tujuan utamanya adalah melindungi
pemakainya dari semprotan dan cipratan darah dan cairan tubuh lainnya.
6) Apron
Apron dibuat dari karet atau plastik sebagai suatu pembatas air di bagian depan
dari tubuh petugas kesehatan. Apron harus dipakai kalau sedang membersihkan
atau melakukan tindakan dimana darah atau cairan tubuh akan tumpah.
7) Alas Kaki
Alas kaki dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam atau
dari cairan yang jatuh atau menetes ke kaki. Sepatu bot dari karet atau kulit lebih
melindungi, tapi harus selalu bersih dan bebas dari kontaminasi darah atau cairan
tubuh lainnya.

C. Tinjauan Tentang Kepatuhan


Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti suka menurut, taat pada
perintah, aturan, berdisiplin. Kepatuhan adalah ketaatan dalam melakukan sesuatu
yang dianjurkan (Depdikbud, 2016).
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap intruksi
atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik
diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter (Stanley,
2007).
Menurut Stanley (2007), kepatuhan seseorang sangat berhubungan
dengan :
1. Interaksi kompleks antara dukungan keluarga dan pengalaman.
2. Interaksi perilaku dengan kepercayaan kesehatan seseorang
3. Kepercayaan yang ada sebelumnya.
Kepatuhan adalah merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang
tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan. Perilaku kesehatan
merupakan perilaku kepatuhan, menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo
(2003) faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah
sebagai berikut :
1. Faktor-faktor predisposisi (Prodisposing Factors) yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai tradisi. Seorang ibu mau
membawa anaknya ke posyandu, karena tahu bahwa disana akan dilakukan
penimbangan anak untuk mengetahui pertumbuhannya serta akan memperoleh
imunisasi untuk mencegah penyakit. Tanpa adanya pengetahuan ini, ibu
tersebut mungkin tidak akan membawa anaknya ke posyandu.
2. Faktor-faktor pemungkin (Enabling Factors) adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud
dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit,
makanan bergizi. Sebuah keluarga yang sudah tahu masalah kesehatan
mengupayakan keluarganya untuk menggunakan air bersih, makan bergizi dan
sebagainya. Tetapi apabila keluarga tersebut tidak mampu mengadakan
fasilitas itu semua, maka dengan terpaksamenggunakan air kali, makan
seadanya.
3. Faktor-faktor penguat (Reinforcing Factors) adalah faktor yang mendorong
atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang
tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidakmelakukannya. Perlu
adanya contoh-contoh perilaku sehat dari paratokoh masyarakat.
Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2003) mengklasifikasikan perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:
1. Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu tindakan atau kegiatan seseorang
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk tindakan untuk
mencegah penyakit,memelihara makanan, sanitasi.
2. Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan
mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit, meliputi kemampuan untuk
mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta usaha mencegah penyakit.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni tindakan atau kegiatan
yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh
kesembuhan.

D. Kerangka Teori

2.1 Konsep Corona Virus


2.2 Alat Pelindungan Diri
2.3 Tinjauan Kepatuhan

Hubungan
pengetahuan dan
1. Tingkat Pengetahuan kepatuhan
Perawat
2. Tingkat Pendidikan
Perawat
3. Usia Perawat
4. Usia Kerja
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL & HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan,
(Notoatmodjo, 2005).

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Usia
Kepatuhan
2. Usia Kerja
3. Pendidikan

Gambar 3.1 Kerangka konsep

B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel berdasarkan keterangan
alat ukurnya secara tepat dan cermat, (Aziz, 2007).

Tabel 3.2.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur

Variabel Perawat Melihat Lembar 1. <2 tahun Nominal


Dependen : pelaksana rekap data cheklist 2. 2-5 tahun
karyawan tetap perawat di 3. >5 tahun
Usia Kerja dan kontrak HRD RS
Hermina
Tangerang
kemudian
dicatat di
lembar
cheklist

Variabel Umur yang Melihat Lembar 1.<20 tahun Ordinal


Independen : terhitung mulai rekap data cheklist 2.20-35 tahun
Usia saat dilahirkan perawat RS 3.>35 tahun
sampai berulang Hermina
tahun. Tangerang,
kemudian
dicatat di
lembar
cheklist

Variabel Proses Melihat Lembar 1. D3 Ordinal


Independen : pembelajaran rekap data check 2. S1
Pendidikan secara formal perawat RS list 3. S1 PROFESI
yang pernah Hermina
responden ikuti Tangerang,
dengan bukti kemudian
ijazah terakhir dicatat di
lembar
cheklist
Variabel Tingkat perilaku Kuisioner Lembar 1. Ya Nominal
Dependen : taat pada standar checklis 2. Tidak
Kepatuhan operasional t
penggunaan perlindungan
APD diri.

C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara usia perawat dengan pengetahuan perawat
mengenai Covid-19 di RS Hermina Tangerang 2020
2. Ada hubungan antara usia kerja dengan kepatuhan perawat
menggunakan APD dalam menangani Covid-19 di RS Hermina
Tangerang 2020
3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
penggunaan APD dalam menangani Covid-19 di RS Hermina
Tangerang 2020
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain dan Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif
korelatif dan pendekatan cross sectional. Penelitian ini untuk . Pendekatan Cross
sectional dilakukan karena pada saat pengumpulan data dilakukan bersamaan
dengan penelitian.

B. Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian ini menggunakan lembar checklist untuk usia,
pendidikan, riwayat seksio terdahulu dan komplikasi penyakit.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian


1. Waktu Penelitian
Waktu dilakukan penelitian ini adalah sejak bulan Maret – Mei 2020
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di RS Hermina Tangerang

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat di RS Hermina
Tangerang tahun 2020 sejumlah 220 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau
diukur. Sampel diperoleh dari perhitungan rumus Slovin
n = N/N(d)2 + 1
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05
n = 220/220(0,05)2+1
n = 220/0.55 +1 = 220/1.55 = 141.9 Dibulatkan menjadi 142 orang
Teknik pengambilan sample menggunakan simple random
sampling.
Kritersia Inklusi Responden :
1. Perawat pelaksana karyawan tetap
Kriteria Eksklusi Responden :
1. Perawat pelaksana karyawan kontrak

E. Manajemen Data
1. Uji Coba Instrumen
Pengujian dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrument.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan
instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa
kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang
sama (Sugiyono, 2010).
2. Pengolahan Uji Coba
Peneliti menggunakan software komputer untuk menghitung validitas dan
reliabilitas instrumen. Hasil Uji Coba
a. Validitas
Butir pertanyaan akan dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel
untuk taraf kesalahan 5%.
b. Reliabilitas
Butir pernyataan dikatakan dapat reliabel jika nilai r lebih dari 0.7.
3. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data baik data primer
maupun data sekunder. Data sekunder didapatkan dari bagian HRD
Rumah sakit berupa usia, lama bekerja, dan tingkat pendidikan .
Sedangkan data primer diambil dari pengisian langsung kuesioner
mengenai pengetahuan perawat mengenai Covid-19 dan APD.
a. Organisasi Pengumpul data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti menemui Kaprodi
Keperawatan STIKES YATSI untuk meminta surat izin penelitian yang
akan diberikan kepada pihak RS Hermina Tangerang. Langkah
selanjutnya adalah menunggu persetujuan dari pihak RS Hermina
Tangerang dan merencanakan pengambilan data primer dan data
sekunder.
b. Input Data ke dalam Instrument
Memasukkan jawaban-jawaban ke dalam tabel data kemudian
dimasukkan kembali ke data view aplikasi SPSS.
c. Data Entry
1) Coding
Coding adalah pengklasifikasian jawaban-jawaban responden ke dalam
kategori yang telah ditetapkan. Pengklasifikasian ini dilakukan dengan
cara memberikan tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing
jawaban. Tanda/kode ini dapat disesuaikan dengan pengertian yang lebih
menguntungkan peneliti, sehingga tanda-tanda tersebut dibuat oleh
peneliti sendiri. Tujuan dari coding data ini adalah mempermudah pada
saat entry data dan analisa data.
2) Checking
Checking adalah memeriksa data dan kuesioner yang telah diisi
responden dalam kategori kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, dan
relevansi jawaban.
3) Cleaning
Cleaning data atau pembersihan data merupakan kegiatan memeriksa
kembali apakah ada data yang sudah dimasukkan tersebut ada yang tidak
sesuai dengan ketentuan. Kesalahan dapat terjadi pada saat entry data
maupun pada saat coding. Cleaning data dapat dilakukan dengan cara
melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel dan menilai
kelogisannya.
4. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah suatu proses memperoleh data dan atau ringkasan
berdasarkan suatu kelompok data mentah untuk dihasilkan informasi
yang diperlukan (Setiadi, 2007). Ada beberapa kegiatan yang dilakukan
peneliti dalam melakukan pengolahan data, yaitu :
a. Deskripsi data Univariat
Deskripsi data univariat dilakukan pada setiap variabel penelitian. Pada
umumnya analisis ini menyampaikan distribusi dan persentase dari tiap
variabel. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel
Usia, riwayat seksio caesaria, komplikasi penyakit dan pengetahuan ibu.
b. Bivariat
Untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel, maka dilakukan
analisis bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan pada penelitian ini
adalah menggunakan Chi Square. Uji Chi Square dilakukan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu untuk menggunakan
kontrasepsi metode operasi wanita (MOW). Untuk mengetahui hasil
kemaknaan perhitungan statsitik, dalam penelitian ini digunakan tingkat
kepercayaan 95% sehingga α = 5%.
5. Analisis Data
Analisis data merupakan langkah selanjutnya dari data mentah untuk
memperoleh makna yang bermanfaat bagi pemecahan masalah penelitian.
Dalam tahap ini data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu.
Dalam pengolahan ini mencakup tabulasi data dan perhitungan-
perhitungan statistik, bila diperlukan uji statistik.
6. Etika Penelitian
a. Respect for person
b. Justice
c. Beneficience dan Non Malaficence

REFERENSI

Hakim, L., 2015, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat


pelindung diri (APD) oleh Pekerja Radiasi Pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Di Wilayah Kota Palembang Tahun 2004 (Tesis), Universitas Indonesia, Jakarta.

KEMENKES RI. 2020. Profil Kementerian Kesehatan – Sehat Negeriku.


sehatnegeriku.kemenkes.go.id . Jakarta

Marlina, D, 2010, Analisis Kepatuhan Petugas Terhadap Prosedur Mutu


Laboratorium Sesuai ISO 17025:2005 DI Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
Palembang. Universitas Indonesia. Tesis

Wawan, A., dkk., 2010, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia, Nuhamedika, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai