BAB I
PENDAHULUAN
Belum lama ini kita semua mungkin terheran mendengar berbagai pemberitaan
dimedia massa yang mengangkat realita yang dialami oleh kaum remaja di Indonesia.
Dimulai dari peristiwa seorang remaja putri yang mengalami kehamilan tidak diinginkan
(KTD) melakukan persalinan atau melahirkan bayinya di dalam sebuah bemo yang
dikendarai oleh Bapaknya sendiri, tepat berada di halaman depan Instalasi Rawat Darurat
(IRD) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP).
Kembali terdengar kabar seorang remaja putra yang putus sekolah telah melakukan
pelecehan seksual hingga pemerkosaan terhadap delapan orang remaja putri. Yang
mencengangkan, remaja tersebut mengakui bahwa dirinya sudah terbiasa dan sering
memaksa melakukan hubungan seksual kepada semua remaja putri yang dipacarinya dengan
alasan ingin merasakan keperawanan dari siswi-siswi tersebut.
Kabar berita terakhir mengatakan ada seseorang remaja putri yang menjadi
korbannya, telah mengandung (hamil) tujuh bulan. Tidak berhenti sampai disana, muncul
pula berbagai fakta-fakta negatif tentang remaja. Seperti berbagai tayangan video singkat
yang direkam melalui handphone menggambarkan adegan mesra sepasang remaja melakukan
hubungan layaknya suami-istri ataupun film amatir lainnya yang memperlihatkan perkelahian
beberapa remaja putri sekolah menengah pertama (SMP) memperebutkan seorang remaja
putra. Selain itu, mulai terbuka selubung tirai kriminalitas remaja dimana didapati banyak
klinik dan tenaga medis illegal yang melayani aborsi pasangan remaja secara tidak aman dan
tidak bertanggung-jawab.
Beberapa remaja menggunakan perilaku yang beresiko agar dapat menampakkan
kesehatan mereka. Kasus kematian terbanyak pada remaja adalah kecelakaan yang tidak
disengaja. Sekitar 80% semua kecelakaan motor,yang kedua bunuh diri, ketiga kematian
karena neoplasma,cardiovaskuler dan penyakit kongenital. Dari beberapa ada satu dari empat
remaja juga beresiko tinggi terhadap tindakan kekerasan, PSM, kehamilan tidak disengaja,
kekerasan antar sesama dan tekanan disekolah.
Oleh sebab itu, kami sebagai tenaga kesehatan akan melakukan penyuluhan tentang
pergaulan bebas remaja yang dapat mengganggu kesehatan khususnya siswa-siswi SMA
Negeri 1 Slahung Ponorogo guna menekan angka penyimpangan remaja.
2.1 Advokasi
2.3 Empowerment
Kegiatan
Tahapan Waktu Kegiatan Penyuluhan
Audient
Pendahuluan 5 menit 1. Membuka Mendengar dan
Menjawab
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan maksud dan tujuan
penyuluhan
4. Menggali pengetahuan siswa-
siswi tentang arti remaja
3.4 Evaluasi
4.1 Definisi
Remaja adalah masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan
antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode
transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira
kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja
bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis,
perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah
dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini,
pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak,
dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Ada banyak contoh kenakalan remaja terutama saat ini dimana kenakalan remaja
tersebut sangat banyak di pengaruhi oleh faktor - faktor eksternal.Oleh beberapa ahli
Kenakalan remaja (juvenile delinquency) didefenisikan sebagai suatu perbuatan yang
melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja
atau transisi masa anak-anak dan dewasa.
4.1.2 Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan munculnya tanda sebagai berikut :
A. Perubahan emosi :
1. Sensitive (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa),
2. Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga misalnya
mudah berkelahi
B. Perkembangan intelegensia:
1. Mampu berfikir abstrak,
2. Ingin mengetahui hal hal baru
Hamil usia muda adalah salah satu contoh kasus akibat pergaulan bebas remaja. Pada
saat ini , privatenews banyak sekali menemui kejadian atau kasus kehamilan pada remaja
putri, bahkan kasus tersebut paling banyak dialami pada saat para remaja putri belum
menikah alias hamil di luar nikah. Padahal, kehamilan di usia muda memiliki resiko yang
tinggi , tidak hanya merusak masa depan remaja yang bersangkutan, tetapi juga sangat
berbahaya untuk kesehatannya. Bahkan faktanya saat ini hamil di luar nikah bukanlah
menjadi suatu hal yang tabu dan bahkan cenderung dianggap biasa terjadi dimasyarakat.
Tentu hal ini menjadi pekerjaan tersendiri bagi pemerintah dan pelayan kesehatan untuk
menekan angka pergaulan bebas yang mengakibatkan hamil diluar nikah.
Perempuan yang belum cukup umur disarankan jangan menikah dulu karena organ-
organ reproduksinya belum kuat untuk berhubungan intim atau melahirkan. Remaja hamil
berisiko 4 kali lipat mengalami luka serius dan meninggal saat melahirkan.
Negara-negara di Asia Pasifik bisa dikatakan gagal menangani masalah remaja dan
anak muda. Meski mengalami pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pelayanan kesehatan
secara keseluruhan, namun saat berbicara tentang kesehatan dan hak seksual dan reproduksi,
remaja dan anak muda masih kurang mendapatkan informasi dan tidak terlayani.
"Sebagai contoh, semua negara di wilayah Asia Pasifik memiliki hukum yang
melawan pernikahan anak, tetapi pada banyak negara hampir 50 persen wanita menikah
sebelum usia 18 tahun," ujar Dr Nafis Sadik, Special Envoy of the United Nations Secretary-
General for HIV/AIDS in Asia Pasific dalam acara the 6th Asia Pacific Conference on Sexual
and Reproductive Health and Right 2011 di Grha Sabha Pramana UGM, Yogyakarta, seperti
ditulis Jumat (21/10/2011).
4.2.2 Aborsi
Istilah pacaran muncul sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah
satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi
persaingan untuk mendapatkan pacar. Pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah
sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini
banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak
hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan.
Aborsi pun akhirnya menjadi masalah di Indonesia. Disisi lain aborsi dengan alasan
non medik dilarang dengan keras di Indonesia tapi di sisi lainnya aborsi ilegal meningkatkan
resiko kematian akibat kurangnya fasilitas dan prasarana medis, bahkan aborsi ilegal sebagian
besarnya dilakukan dengan cara tradisonal yang semakin meningkatkan resiko tersebut.
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran janin;
melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak
menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai
pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara
sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke
empat masa kehamilan)
Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medik.Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit
darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik
calon ibu maupun janin yang dikandungnya.Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang
matang dan tidak tergesa-gesah
Angka kematian akibat aborsi mencapai sekitar 11 % dari angka kematian ibu hamil
dan melahirkan, yang diIndonesia mencapai 390 per 100.000 kelahiran hidup, sebuah angka
yang cukup tinggi bahkan untuk ukuran Asia maupun dunia.
Tapi ada satu hal yang perlu digaris bawahi mengenai hal ini. Angka kematian akibat
aborsi itu adalah angka resmi dari pemerintah, sementara aborsi yang dilakukan remaja
karena sebagian besarnya adalah aborsi ilegal. Praktek aborsi yang dilakukan remaja
sebagaimana dilaporkan oleh sebuah media terbitan tanah air diperkirakan mencapai 5 juta
kasus per tahun, sebuah jumlah yang sangat fantastis bahkan untuk ukuran dunia sekalipun.
Dan karena ilegal aborsi yang dilakukan remaja ini sangat beresiko berakhir dengan
kematian.
Kesalahan mereka tidak bisa terlepas dari kesalahan kita juga, baik sebagai orang tua,
pendidik maupun komponen masyarakat lainnya. Oleh karena itulah perlu dicarikan sebuah
solusi yang tepat dalam menangani masalah ini.
Indonesia memang bukan seperti negara maju, dimana mereka sudah berpengalaman
dalam menangani masalah-masalah seperti ini dengan melibatkan semua pihak, baik orang
tua, para guru, teman-temannya di sekolah, tenaga kesehatan bahkan juga pemerintah.
Sementara Indonesia yang merupakan negara yang bertransisi dari masyarakat tradisonalis ke
masyarakat modern bahkan pra modern tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi persoalan
ini. Sehingga aksi-aksi yang dilakukan pun lebih banyak merupakan aksi panik seperti halnya
mengeluarkan siswi hamil tersebut.
Resiko meningkatnya perilaku seks pra nikah dan seks bebas tidak dapat dihindari
akibat perkembangan budaya modern dan meningkatnya usia pasangan nikah. Tapi sangat
disayangkan apabila pemerintah dan juga kalangan pendidik dan komponen masyarakat tidak
memiliki sebuah konsep yang terarah dan jelas untuk menghadap fenomena sosial ini.
Peningkatan usia nikah harusnya juga diikuti dengan pembekalan mengenai sex pada
kalangan remaja sehingga mereka bisa mengendalikan diri dan menjauhi perilaku sex
beresiko tersebut. Akan tetapi budaya sex tabu menempatkan kalangan remaja seperti anak
kecil yang dipandang dan dianggap tidak perlu tau masalah sex.
Selain itu perlu ada jaminan, bila memang pemerintah mengambil kebijakan pro live
seharusnya diikuti kebijakan-kebijakan lain yang sifatnya melindungi hak kalangan remaja
bila mereka mengalami kehamilan di luar nikah , diantaranya hak untuk meneruskan
pendidikan, hak untuk mendapatkan fasilitas perawatan medis dan psikis yang memadai serta
jaminan perawatan terhadap bayi yang akan dilahirkannya.
Apabila jaminan seperti ini tidak mampu disediakan oleh pemerintah maupun
lembaga swadaya masyarakat maupun komponen masyarakat lainnya termasuk orang tua dan
pendidik, maka kebijakan pelarangan aborsi menjadi kontra produktif bagi remaja, dan
pencegahan praktek aborsi ilegal oleh remaja menjadi tidak berarti.
1. Secara ilmu kedokteran ,organ reproduksi untuk gadis dengan umur dibawah 20 tahun ia
belum siap untuk berhubungan seks atau mengandung, sehingga jika terjadi kehamilan
berisiko mengalami tekanan darah tinggi (karena tubuhnya tidak kuat). Kondisi ini biasanya
tidak terdeteksi pada tahap-tahap awal, tapi nantinya menyebabkan kejang-kejang,
perdarahan bahkan kematian pada ibu atau bayinya.
2. Kondisi sel telur pada gadis dibawah 20 tahun , belum begitu sempurna, sehingga
dikhawatirkan bayi yang dilahirkan mengalami cacat fisik.
3. Berisiko mengalami kanker serviks (kanker leher rahim), karena semakin muda usia pertama
kali seseorang berhubungan seks, maka semakin besar risiko daerah reproduksi
terkontaminasi virus.
3. Kelahiran premature
Sebuah usia kehamilan penuh berlangsung selama 40 minggu. Bayi yang lahir
sebelum 37 minggu dapat dikategorikan sebagai bayi prematur. Bayi yang lahir lebih awal,
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah pernapasan, pencernaan, penglihatan,
kognitif, dan masalah lainnya.
6. Depresi postpartum
Remaja perempuan yang hamil mungkin lebih berisiko mengalami depresi
postpartum, yaitu depresi yang dimulai setelah melahirkan bayi. Remaja perempuan yang
merasa down dan sedih, baik saat hamil atau setelah melahirkan, harus berbicara secara
terbuka dengan dokter atau orang lain yang mereka percaya. Depresi dapat mengganggu
merawat bayi yang baru lahir.
7. Merasa sendirian dan terkucilkan
Khusus untuk remaja yang berpikir tidak dapat memberitahu orang tuanya bahwa
sedang hamil, merasa takut, terisolasi, dan merasa sendiri dapat menjadi masalah nyata.
8. Mengalami perdarahan
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang
terlalu lemah dalam proses involusi. Selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel
(bekuan darah yang tertinggal didalam rahim).kemudian proses pembekuan darah yang
lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. Hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-
obatan maupun memakai alat.
10. Persalinan yang lama dan sulit
Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi
karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus
rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal.
Yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia.(Manuaba,1998).
2. Infeksi
Penggunaan peralatan medis yang tidak steril kemudian dimasukkan dalam rahim bisa
menyebabkan infeksi. Selain itu infeksi juga disebabkan jika masih ada bagian janin yang
tersisa dalam rahim.
3.Pendarahan hebat
Ini adalah risiko yang sering dialami wanita yang aborsi. Pendarahan terjadi karena leher
rahim robek dan terbuka lebar. Tentunya hal ini sangat membahayakan jika tidak ditangani
dengan cepat.
4. Kematian
Kehabisan banyak darah akibat pendarahan dan infeksi bisa membuat sang ibu
meninggal.
5. Risiko kanker
Karena leher rahim yang robek dan rusak bisa meningkatkan risiko kanker serviks. Ada
pula risiko kanker lainnya seperti kanker payudara, indung telur dan hati.
6. Depresi
Rasa bersalah dan berdosa yang dialami oleh sipelaku bisa membuatnya mengalami
depresi, trauma pada kehamilan, menyesal ingin bunuh diri dan lainnya.
7. Prematur
Seorang perempuan yang sebelumnya sudah mengalami aborsi, maka dalam
kehamilannya yang berikutnya bisa lebih beresiko mengalami prematur.
8. Organ reproduksi
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan masalah diatas dapat di simpulkan bahwa tingkat pergaulan bebas
diIndonesia mencapai titik menghawatirkan. Pergaulan bebas sangat berpengaruh pada
kesehatan reproduksi. Resiko terburuk dari pergaulan bebas yang mengakibatkan hamil usia
muda dan tindakan aborsi adalah kehilangan nyawa.
Hal ini merupakan tugas tersendiri bagi tenaga kesehatan dan pemerintah. Lebih baik
menghindari suatu yang merugikan daripada menyesal dikemudian hari. Suatu program
pendidikan dan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi memang harus diadakan untuk
mencegah dan menekan angka penyakit seksual bahkan kematian remaja akibat hamil usia
muda dan tindakan aborsi.
Siswa-siswi SMA Negeri 1 Slahung Ponorogo telah menerima dan memahami materi
penyuluhan yang telah disampaikan. Diharapkan siswa-siswi dapat menindaklanjutinya
pemahaman yang didapat dan lebih cermat dalam memilih pergaulan.
5.2 Saran.
1. Harus ada kepercayaan orang tua terhadap remaja. Karena dapat bertanggung jawab terhadap
dirinya dan keluarga. Dengan memberikan penghargaan remaja akan merasa dihargai, dan
sebaliknya ereka pula akan menghargai pula terhadap keluarga
2. Pendidikan agama sejak dini. Saat ini pendidikan agama adalah mencipkan suasana agamis
dikeluarga. Sholat berjamaah, membaca alquran,dan suka menolong orang miskin.
3. Dalam masa pacaran, remaja hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan.
Remaja hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan
kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran.
Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung
selamanya.
4. Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta,
orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan.
Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak
diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orang tua yang dapat menyebabkan
mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi.Apabila usia makin meningkat, orangtua
dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka
tidak salah jalan.
5. Kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks bebas, kalau terus-
menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu suatu saat
akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi
remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tidak begitu kuat.
6. Untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas juga harus dibentengi pula dengan
pendampingan orang tua dan selektivitas dalam memilih teman.
7. Pendidikan dan penyuluhan seks juga diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja
tentang dampak kesehatan yang ditimbulkan dari pergaulan bebas.
8. Pihak sekolah juga diharapkan melakukan pengawasan ketat terhadap siswa-siswinya agar
penyimpangan remaja dapat diminimalkan.
Posting Komentar
Mengenai Saya
iin Kurnia
Nama saya Iin Kurniawati, kuliah di Akbid Harapan Mulya Ponorogo
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2015 (2)
o Mei (2)
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Kenakalan Remaja
satuan acara penyuluhan(SAP) MP-ASI