Dibimbing oleh :
Dr. dr. Shirley Moningkey, M. Kes
Disusun oleh :
dr. Amelia Andriani
01616200062
IEMM 15 / MHM 12
Saat ini seluruh dunia sedang mengalami pandemi COVID-19 yang telah menyebar di
berbagai belahan dunia. Berawal dari kota Wuhan China, pertama kalinya virus jenis baru
ditemukan. Ternyata penyakit ini disebabkan oleh jenis baru dari koronavirus yang diberi nama
SARS-CoV-2 atau disingkat menjadi COVID-19. Wabah COVID-19 ini pertama kalinya
ditemukan di kota Wuhan pada tanggal 1 December 2019, lalu menyebar hampir keseluruh
belahan dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan sebagai pandemi pada
tanggal 11 Maret 2020. Hingga saat ini 23 Maret 2021, total 186 negara dan wilayah terdapat
123.419.065 juta orang kasus yang sudah dikonfirmasi dan dilaporkan secara global saat ini,
yang mengakibatkan lebih dari 2.719.163 juta orang meninggal. 1
COVID-19 sangat mudah menyebar, diduga virus ini menyebar melalui percikan pernapasan
(droplet) lalu masuk kedalam saluran nafas dapat melalui terhirup langsung atau menyentuh
permukaan atau benda yang sudah terkontaminasi lalu menyentuh wajah. Gejala COVID-19
memiliki berbagai gejala dari gejala ringan hingga berat. Biasanya gejala itu muncul 2-14 hari
setelah terpapar virus. Gejala umum dari COVID-19 ini seperti demam, batuk, kelelahan,
hilangnya indra penciuman, hilangnya indra perasa, ruam pada kulit, diare, nyeri sendi, sakit
kepala, sakit tenggorokan, pilek dan sampai sesak nafas. 2 Komplikasi dapat berupa pneumonia
dan penyakit pernapasan akut berat. Pencegahan yang dapat dilakukan sebagai sering mencuci
tangan selama 60 detik, menjaga jarak, menutup mulut ketika batuk atau bersin, memakai
masker. Dalam upaya memutus rantai penyebarnya virus ini, semua negara melakukan
lockdown, termasuk pembatasan perjalan hampir seluruh negara menutup border negaranya,
karantina, pemberlakukan jam malam, penundaan dan pembatalan acara, penutupan sekolah,
universitas dan fasilitas.
Jelas pandemi ini sudah menggangu semua sektor bagian dari kesehatan, ekonomi, sosial,
pariwisata, pendidikan, manufaktur, transportasi, pangan dll. Dari sektor wisata, ketika negara
melalukan lockdown, maka orang akan dilarang masuk kedalam negara tersebut sehingga
berdampak pada penutupan wisata, pembatalan konser, dan acara olahraga. Dari sektor
manufaktur juga para penghasil tekstil dan baju tidak bsa berproduksi lagi dikarekan ada
pembatasan jam kerja dan harus mengarantina diri. Dari sektor ekonomi jelas terjadi akibat dari
efek domino daari melemahkanya sektro-sektor lain. Orang yang tidak bekerja sehingga mereka
tidak dapat bayaran. Dari sektor transportasi banyak transportasi kehilangan penumpangnya
menigingat mobilitas orang-orang terhenti. Dari sektor sosial, lockdown jelas akan mengurangi
aktivitas sosial di masyarakat seperti ibadah dirumah, salat jumat dilarang di masjid untuk
mengurangi penyebaraan COVID-19.
Selain itu sektor yang paling berpengaruh adalah sektor kesehatan. Jelas Rumah Sakit sangat
banyak dihadapi tantangan-tantangan saat pandemi COVID-19 ini. Pengujian dan perawatan
pada pasien yang terkonfirmasi atau dicurigai terinfeksi COVID-19 dan menjaga keamanan para
tenaga kesehatan merupakan tantangaan terbesar yang dihadapi Rumah Sakit saat pandemi ini.
Kekurangan persedian alat pengujian dan hasil pengujian yang lama sangat menyulitkan untuk
memantau kesehatan pasien dan tenaga kesehatan. Dengan adanya masalah kekurangan alat
persediaan pengujian dan hasil pengujian yang lama sehingga membuat pasien lebih lama tinggal
di rumah sakit. Sedangkan yang kita ketahui rumah sakit memiliki kapasitas kamar yang sangat
terbatas dibandingkan dengan kapasitas orang yang memerlukan perawatan. Sehingga ini
menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh rumah sakit juga. Kurangnya jumlah kamar
tidur rumah sakit dibandingkan kebutuhannya.
Rumah sakit jugaa dihadapkan dengan masalah kurangnya alat pelindung diri (APD) untuk
para tenaga kerja. Karena pandemi ini, setiap staff rumaah sakit harus menggunakan alat
pelindung diri untuk melindungi dirinya dengan kecepatan kebutuhan meningkat, dan seiring
dengan masalah rantai pasokan menyebakan menipisnya cadangan alat perlindungan diri di
rumah sakit. Bahkan sampai beberapa rumah sakit yang benar-benar kehabisan alat perlindungan
diri atau tidak ada APD. Disini disebabkan bahwa sumber APD yang tidak pasti dan juga harga
APD yang meningkat.
Tantangan lain yang dialami rumah sakit selama pandemi juga termasuk kekurangan sumber
daya medis (seperti kapasitas rumah sakit, kompetensi staf, ICU, ventilator, thermometer,
disinfektan, perlengkapan pembesih, dll), pendapatan rumah sakit menurun, beban operasional
meningkat, dan kasus terus bertambah.3
BAB II
(dalam aspek Employment, aspek Konsumen, aspek pasokan dan pengadaan dan
aspek teknologi dikaji secara sistematis)
Pandemi COVID-19 yang menyerang Indonesia cukup memberikan dampak yang besar bagi
industri rumah sakit dan pelayanan kesehatan. Dengan jumlah kasus di Indonesia yang mecapai
1.476.452 kasus terkonfirmasi COVID-19, jumlah kematian 39.983 kasus dan 1.312.543 orang
dinyatakan sembuh dari virus ini.4 Dengan situasi ini tidak dapat dipungkuri bahwa
perekonomian sangat berdampak dikarenakan pembatasan sosial yang terjadi. Banyak rumah
sakit negri maupun rumah sakit swasta, tidak hanya diuji kemampuan finansialnya, tetapi juga
system pelayanan kesehatan yang diberikan.
Pelayan kesehatan merupakan sektor yang paling berdampak oleh situasi pandemi ini juga
harus bersiap-siap untuk menghadapi new normal yang ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga
rumah sakit memiliki tantangan terbesar, rumah sakit harus memikirkan Langkah-langkah agar
tetap merawat pasien COVID-19 namun disaat bersamaan juga memberikan pelayan yang
terbaik kepada pasien umum dengan resiko penularan seminimal mungkin, sehingga disebut
sebagai balancing act.5
Jelas ada banyak perbedaan pelayanan kesehatan di era new normal dibandingkan sebelum
adanya COVID-19 ini. Rumah sakit harus menyiapkan prosedur keamaanan yang lebih ketat
dimana agar melindungi tenaga kesehatan dan pasien umum. Sterilasi harus lebih massif
dilakukan disetiap ruangan, setiap sudut dan setiap penggunaan pasien. Prosedur penerimaan
pasien juga mengalami perubahan dari penggunaan wajib masker, screening suhu tubuh,
screening rapid test atau PCR, pengaturan jadwal kunjungan, pembatasan pengunjung dan
pendamping pasien dan bahkan dipisahkan fasilitas untuk pasien COVID-19 dan non COVID-
19.7
Rumah sakit juga harus lebih selektif dalam menerima pasien priotitas dimana kasus-kasus
darurat yang mengancam jiwa dan berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya. Bahkan sebelum
layak menerima perawatan pasien harus memili hasil rapid test atau PCR. Beberapa rumah sakit
juga menggunakan telemedicine untuk meminimalisir tatap muka antara pasien dan tenaga
kesehatan.8
Tantangan rumah sakit mengingat resiko penularan dimasyarakat masih terjadi adalah belum
adanya protokol emergensi yang jelas, kurangnya tenaga kesehatan, kurangnya alat perlindungan
diri (APD), kurangnya kapasitas ranjang, harus mempersiapkan rantai ketersediaan (supply
chain), dan juga metode penanganan alternatif, termasuk memanfaatkan teknologi saat ini agar
dapat membantu menangani permasalahan kesehatan yang dialami masyarakat.9
Saat pandemi ini banyak rumah sakit yang kekurangan kompetensi tenaga kerja seperti
dokter, suster tenaga medis dan lain sebagainya di masa emergency ini. Saat ini, banyak tenaga
medis yang bekerja lebih dari waktu kerja mereka, sehingga menimbulkan kelelahan bagi para
tenaga medis ini. Karena itu, kurangnya tenaga kerja menjadi salah satu tantangan yang
signifikan pada masa-masa sekarang.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh tenaga kesehatan adalah kurangnya
persediaan alat kesehatan, dan pada masa Covid-19 ini persediaan tersebut semakin sulit. Bentuk
virus yang sangat kecil dan tidak terlihat ditambah penyebarannya yang begitu cepat, membuat
rumah sakit dan semua tenaga kesehatan perlu dibekali dengan peralatan yang ideal sehingga
dapat mengurangi resiko mereka ataupun masyarakat akan tertular oleh virus ini.
Saat ini, Rumah Sakit perlu untuk secara cepat mengirimkan testing kit, supply dan juga
peralatan secara cepat. Karena itu, dibutuhkan teknologi yang mumpuni agar dapat secara aman
bisa sampai tujuan. Apalagi di masa ini, kontak langsung sangat tidak disarankan membuat
pengiriman ini membutuhkan bantuan teknologi yang baik sehingga keamanannya dapat tetap
terjaga.
Selain itu, rasa cemas masyarakat untuk datang secara langsung ke fasilitas kesehatan,
membuat industri kesehatan membutuhkan teknologi yang bisa mendukung masyarakat agar
dapat berkonsultasi dengan dokter secara virtual. Maka, teknologi ini menjadi penting disediakan
oleh para pelaku industri kesehatan agar masyarakat tetap bisa merasa aman, nyaman dan tetap
memiliki kepercayaan ketika membutuhkan pelayanan kesehatan.
BAB III
Dengan begitu banyaknya tantangan, rumah sakit perlu melakukan re-desain pelayanan
dengan memperhatikan:6
Selama masa pandemic covid-19, sangatlah penting untuk mengalokasikan sumber daya
dan tenaga kesehatan dengan bijaksana. Rencana strategi untuk pelayanan kesehatan harus
menghemat dan memanfaatkan tenaga kesehatan dari spesialis medis lain. Tenaga kesehatan
terdiri dari banyak posisi dalam berbagai posisi spesialisasi, yang masing-masing memiliki tugas
yang diberikan. Mengingat pandemi ini, tugas mereka perlu disesuaikan. Ini berarti mengurangi
jumlah staf bedah elektif sekaligus melatih staf yang sama ini dalam perawatan kritis
2.2. Aspek pasokan dan pengadaan (Supply chain and Procurement)
Pelaku industri kesehatan perlu bekerja sama dengan pemerintah dan bisnis-bisnis pada
sektor lain supaya bisa mendapatkan peralatan yang memadai agar dapat secara aman menangani
masalah kesehatan ini. Maka dari itu, ketersediaan peralatan ini perlu dilakukan secara masif.
Karena itu, dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak mulai dari skala nasional sampai lokal
supaya bisa memenuhi kuantitas alat kesehatan yang dibutuhkan secara cepat. Peralatan tersebut
merupakan aspek penting untuk mengurangi resiko penyebaran penyakit. Selain itu, dengan alat
kesehatan yang ideal tentunya dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
penanganan masalah kesehatan ini.
Untuk mencapai kepuasan bagi pasien diperlukan peningkatan standar dalam menjaga
mutu pelayanan yang mengacu pada kualitas pelayanan dan fasilitas kesehatan di rumah sakit.
Pasien akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sesuai dengan
harapannya. Kepuasan pasien merupakan suatu tingkat perasaan pasien yang timbul dikarenakan
hasil dari membandingkan kinerja layanan kesehatan yang diterima dengan apa yang
diharapkannya.
Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti persyaratan, prosedur, waktu pelayanan, biaya/tarif, jenis pelayanan, kompetensi
pelaksana, perilaku pelaksana, dan penanganan pengaduan, saran dan masukan. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja Rumah Sakit adalah dengan melakukan
evaluasi mengenai faktor mana yang harus diperbaiki dan ditingkatkan. Setelah diketahui faktor
yang yang membuat pasien tidak puas terhadap pelayanan rumah sakit, maka akan dapat
dilakukan langkah penanganan lanjut terhadap permasalahan yang ada.
Menyeimbangkan kapasitas dan beban per daerah yang lebih terdampak dan lebih tidak
terdampak COVID-19
Mengurangi risiko terpaparnya tenaga kesehatan terhadap COVID-19 dan mengurangi
penggunaan APD
Tenaga kesehatan yang harus karantina atau tidak dapat bertugas di fasilitas layanan
kesehatan tetap dapat bekerja melalui telemedicine
Menjalin kolaborasi online antar spesialis dan tenaga kesehatan ICU dalam menangani
pasien
Meningkatkan kapasitas rumah sakit dan menciptakan kapasitas layanan kesehatan baru
di rumah pasien.
DAFTAR PUSTAKA