Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMEMSTER (UTS) GENAP TAHUN AKADEMIK

2021/2022

Mata Kuliah(Kode/Kls) : MANAJEMEN MUTU LAYANAN RUMAH


SAKIT
Semester : Ganjil (3)
SKS : 2 (dua)
Mahasiswa : FATHIR QUR ANIYYAH
NPM : 1211201090

Soal UTS manajemen mutu layanan Rumah Sakit

Buatlah kajian mengenai pengruh Pandemi terhadap kendali mutu Rumah Sakit di
Unit Gawat Darurat atau ditempat kerja saudara, dengan membandingkan keadaan2
berikut :
Before Pandemi
Within Pandemi
New normal era
Long covid
Other Condtion
Kajian meliputi : Latar belakang
Rumusan masalah
Pembahasan
Hasil
Kesimpulan
Saran

SELAMAT UJIAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia kesehatan terdapat berbagai seperangkat aturan yang mengatur
terkait akan kesehatan diantaranya diatur didalam Pasal 4 Undang-Undang No. 36
tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyebutkan, “Setiap orang berhak atas
kesehatan”. Sehingga didalam isi pasal tersebut memiliki suatu pemaknaan yaitu
(setiap individu memiliki suatu hak yang sama rata tanpa terkecuali berkaitan
dengan suatu kesehatan didalamnya berkaitan dengan untuk dapat hidup sehat dan
mendapatkan suatu pelayanan kesehatan)
Unit gawat darurat adalah pintu gerbang yang terpenting saat pasien masuk ke
rumah sakit, melakukan pemeriksaan awal kasus gawat darurat serta melakukan
respon time dan life saving yang baik. Sebelum terjadi pandemi, ugd
menggunakan system triase seperti unit gawat darurat pada umumnya Tetapi
semenjak adanya pandemi semua pasien yang masuk ugd dianggep kuning serta
harus melakukan beberapa screening dan pemeriksaan penunjang diantaranya
swab antigen/Pcr, foto thorax. Sebelum pandemic kunjungan pasien meningkat,
tetapi saat pandemic kunjungan mulai menurun disebabkan karna adanya
ketakutan masyarakat dan berita- berita yang tersebar dimasyarakat. Ugd terkesan
penuh karna pada saat diugd membutuhkan waktu observasi dan perbaikan
kondisi umum.
Pada masa pembatasan ini, fasilitas layanan kesehatan pun mengurangi
layanan kesehatan untuk pasien umum (pasien non COVID-19) agar fokus dalam
memberikan layanan pandemi COVID-19 serta untuk mengurangi risiko
penularan di fasilitas kesehatan. Tidak dapat dipungkiri situasi ini berdampak
besar pada kehidupan masyarakat terutama perekonomian dikarenakan
pembatasan sosial yang terjadi di masyarakat sehingga pemerintah Indonesia
berusaha mencari alternatif dengan melakukan relaksasi PSBB secara bertahap
untuk bisa menyelamatkan ekonomi. Inisiatif inilah yang lebih dikenal dengan
masa adaptasi kebiasaan baru.
Masa adaptasi kebiasaan barudiartikan sebagai perubahan perilaku untuk tetap
menjalankan aktivitas normal. Dalam kaitannya dengan situasi pandemik COVID-
19, masa adaptasi kebiasaan baru dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan baru
yang memungkinkan masyarakat hidup “berdampingan” dengan COVID-19,
yakni masyarakat dapat melakukan kegiatan seperti biasa namun dengan
mengikuti protokol kesehatan yang ada (menerapkan pola hidup bersih sehat,
menjaga jarak dan mengurangi kontak fisik dengan orang lain, dan lainnya) untuk
menghindari penularan dan penyebaran virus. Yang menjadi indikator kunci
adalah kapasitas pengujian laboratorium yang memadai dan memiliki strategi
pengujian yang jelas untuk mengidentifikasi kasus secara andal.

B. RUMUSAN MASALAH
Kepadatan jumlah kunjungan di IGD adalah masalah keamanan pasien yang
utama terkait dengan hasil pasien yang buruk, peningkatan rawat inap (LOS) yang
lama, ketrlambatan untuk triase dan perawatan, yang dapat mengancam keselatan
pasien. Hal ini seharusnya menjadi perhatian berbagai pihak. Oleh karena itu
dengan adanya rumusan masalah tentang “Bagaimana kendali mutu rumah sakit
pada saat sebelum pandemic, saat pandemic, new era, with other condition??”

C. PEMBAHASAN
Pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu di Rumah Sakit telah menjadi
harapan dan tujuan utama dari masyarakat/pasien, petugas kesehatan, pengelola
dan pemilik Rumah Sakit serta regulator. Bahkan di masa pandemik COVID-19 ini
pun pelayanan kesehatan tetap dapat dijalankan dengan mengutamakan
keselamatan pasien dan tenaga kesehatan yang bertugas.
Pelayanan kesehatan di masa adaptasi kebiasaan baru akan sangat berbeda
dengan keadaan sebelum COVID-19. Rumah Sakit perlu menyiapkan prosedur
keamanan yang lebih ketat dimana Protokol PPI diikuti sesuai standar. Prosedur
penerimaan pasien juga akan mengalami perubahan termasuk penggunaan masker
secara universal, prosedur skrining yang lebih ketat, pengaturan jadwal kunjungan,
dan pembatasan pengunjung/ pendamping pasien bahkan pemisahan pelayanan
untuk pasien COVID-19 dan non COVID-19.
Prinsip utama pengaturan Rumah Sakit pada masa adaptasi kebiasaan baru
untuk menyesuaikan layanan rutinnya adalah:
• Memberikan layanan pada pasien COVID-19 dan non COVID-19 dengan
menerapkan prosedur skrining, triase dan tata laksana kasus.
• Melakukan antisipasi penularan terhadap tenaga kesehatan dan pengguna
layanan dengan penerapan prosedur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI), penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di unit kerja dan
pemenuhan Alat Pelindung Diri (APD).
• Menerapkan protokol pencegahan COVID-19 yaitu: harus mengenakan
masker bagi petugas, pengunjung dan pasien, menjaga jarak antar orang
>1m dan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d
60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.
• Menyediakan fasilitas perawatan terutama ruang isolasi untuk pasien kasus
COVID-19.
• Terintegrasi dalam sistem penanganan COVID-19 di daerah masing-masing
sehingga terbentuk sistem pelacakan kasus, penerapan mekanisme rujukan
yang efektif dan pengawasan isolasi mandiri dan berkoordinasi dengan
Dinas Kesehatan setempat.
• Melaksanakan kembali pelayanan yang tertunda selama masa pandemik
COVID-19
Untuk dapat memenuhi prinsip-prinsip tersebut, Rumah Sakit dianjurkan:
 Membuat pembagian dan pengaturan zona risiko COVID-19 dan pembatasan
akses masuk di Rumah Sakit.
 Pemanfaatan teknologi informasi untuk inovasi layanan kesehatan seperti:
a. Sistem pendaftaran melalui telepon atau secara online untuk membatasi
jumlah orang yang berada di Rumah Sakit dalam waktu yang bersamaan.
Pada aplikasi daftar online pasien juga dapat diminta mengisi kajian
mandiri COVID-19 untuk memudahkan dan mempersingkat proses skrining
ketika mengunjungi Rumah Sakit.
b. Layanan telemedicine untuk mengurangi jumlah orang yang berada di
Rumah Sakit.
c. Rekam medik elektronik
d. Sistem pembayaran secara online / melalui uang elektronik
 Mengembangkan sistem “drug dispencing” dimana pasien yang telah
menerima layanan telemedicine tidak perlu datang ke Rumah Sakit hanya
untuk mengambil obat. Rumah Sakit dapat mengembangkan layanan
pengantaran obat atau bekerjasama dengan penyedia jasa lain untuk
mengantarkan obat kepada pasien. Dalam penerapan layanan antar obat harus
memperhatikan prosedur pelayanan farmasi di Rumah Sakit
D. HASIL
Memodifikasi trige ugd sebelum dan setelah pandemic, new normal ataupun
kondisi tertentu, petugas kesehatan kita dituntut untuk melakukan perubahan dan
kebiasaan yang baru, yang bertujuan memisahkan pelayanan yang akan diberikan,
mana yang pasien igd non covid dan mana pasien igd covid agar tidak bercampur
jadi satu. Pemisahan area ini meliputi area resiko tinggi dan resiko rendah atau
area IGD Covid dan non Covid. Area IGD Covid letaknya terpisah dengan IGD
non Covid baik itu secara permanen atau sementara yang ditandai dengan penanda
khusus yang jelas. Adanya pembatasan pengunjung/penunggu pasien di Rumah
Sakit khususnya di IGD dimaksudkan untuk mengurangi mobilisasi/kerumunan
dan keramaian serta mencegah penyebaran COVID-19 di lingkungan Rumah
Sakit sehingga keamanan dan keselamatan pasien serta tenaga kesehatan tetap
terjaga
Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) merupakan teknologi informasi
berbasis internet yang dapat menghubungkan data pasien secara timbal balik, dari
tingkat layanan lebih rendah ke tingkat layanan lebih tinggi atau sederajat, vertikal
maupun horizontal dengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses
rujukan pasien. (Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes RI, 2019).
Kebijakan permohonan penggunaan aplikasi sisrute ke Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota ini tertuang dalam surat edaran Direktur Jenderal
Pelayanan Kesehatan No. YR.04.02/III/6014/2018, salah satu aplikasi terintegrasi
yang ada di dalam sisrute adalah Telemedicine.

E. KESIMPULAN
Secara garis besar kegiatan di IGD rumah sakit secara umum terdiri dari :
1) Menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan menangani
kondisi akut atau menyelamatkan nyawa dan/atau kecacatan pasien.
2) Menerima pasien rujukan yang memerlukan penanganan lanjutan/definitif dari
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
3) Merujuk kasus-kasus gawat darurat apabila rumah sakit tersebut tidak mampu
melakukan layanan lanjutan (Permenkes RI No. 47 tahun 2018).
Fasilitas Pelayanan Kesehatan seperti Puskesmas, Klinik, maupun RS di era
pandemi COVID-19 akan sangat berbeda dengan sebelum adanya COVID-19.
Rumah Sakit perlu menerapkan prosedur screening lebih ketat dalam hal
penerimaan pasien, pembatasan pengunjung/pendamping pasien, kewaspadaan
standar protokol PPI juga harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur, dan bahkan
memisahkan pelayanan untuk pasien COVID-19 dan non COVID-19 agar
memberi rasa aman dan nyaman kepada pasien, penunggu/pengunjung, maupun
petugas kesehatan yang sedang bekerja serta mengurangi terjadinya resiko infeksi
nosokomial di Rumah Sakit

F. SARAN
 Melakukan skrinning baik menggunakan kriteria gejala ataupun riwayat
epidemiologi
 Menggunakan apd sesuai pedoman penggunaan apd dalam hal ini PPI
diperketat sesuai pedoman PPI
 Minimal melakukan 3M ( mencuci tangan memakai sabun, menjaga jarak
antar orng kurang lebih 1m, memakai masker dengan benar)
 Melakukan vaksinasi yang dicanangkan oleh pemerintah
 Membatasi pengunjung RS terutama di Igd yang dimaksudkan dalam hal
ini membatasi mobilisasi

Anda mungkin juga menyukai