Anda di halaman 1dari 4

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI ERA BARU COVID 19

Ahmad Munib,S.Kep.,Ns Perawat UGD RS Aisyiyah Bojonegoro

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang
menyediakan penanganan awal (bagi Pasien yang datang langsung ke Rumah Sakit)/lanjutan
(bagi Pasien rujukan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain ataupun dari PSC 119),
menderita sakit ataupun cedera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. IGD
berfungsi menerima, menstabilkan dan mengatur Pasien yang membutuhkan penanganan
kegawatdaruratan segera, baik dalam kondisi sehari-hari maupun bencana. (Permenkes RI
No. 47 tahun 2018).

Secara garis besar kegiatan di IGD rumah sakit secara umum terdiri dari : 1)
Menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan menangani kondisi akut atau
menyelamatkan nyawa dan/atau kecacatan pasien. 2) Menerima pasien rujukan yang
memerlukan penanganan lanjutan/definitif dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. 3)
Merujuk kasus-kasus gawat darurat apabila rumah sakit teRSebut tidak mampu melakukan
layanan lanjutan (Permenkes RI No. 47 tahun 2018).

Dalam buku panduan teknis pelayanan rumah sakit pada masa adaptasi kebiasaan baru
direktorat jenderal pelayanan kesehatan kementerian kesehatan RI 2020, Pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu di Rumah Sakit telah menjadi harapan dan tujuan utama dari
masyarakat/pasien, petugas kesehatan, pengelola dan pemilik Rumah Sakit serta regulator.
Bahkan di masa pandemik COVID-19 ini pun pelayanan kesehatan tetap dapat dijalankan
dengan mengutamakan keselamatan pasien dan tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan
kesehatan di masa adaptasi kebiasaan baru akan sangat berbeda dengan keadaan sebelum
COVID-19. Rumah Sakit perlu menyiapkan prosedur keamanan yang lebih ketat dimana
Protokol PPI diikuti sesuai standar. Prosedur penerimaan pasien juga akan mengalami
perubahan termasuk penggunaan masker secara univeRSal, prosedur skrining yang lebih
ketat, pengaturan jadwal kunjungan, dan pembatasan pengunjung/ pendamping pasien bahkan
pemisahan pelayanan untuk pasien COVID-19 dan non COVID-19 agar dapat memberikan
pelayan yang aman dan nyaman kepada pengunjung dan meminimalisir terjadinya infeksi
silang di IGD rumah sakit terhadap penunggu, pengunjung dan pasien.

Kasus covid 19 yang menjadi pandemi di umumkan masuk pertama kali di Indonesia
pada tanggal 2 maret 2020 dengan 2 orang suspek dan sampai saat ini sudah genap dua tahun
pandemi covid 19 di Indonesia. Data sebaran covid 19 di Indonesia pada tanggal 2 maret
2022 menunjukkan jumlah kasus positif sebanyak 5.630.096 sedangkan kasus sembuh
sebanyak 4.944.237 dan meninggal 149.036 jiwa. Pada laman https://covid19.go.id/peta-
risiko tanggal 2 maret 2022 kabupaten bojonegoro berada dalam kenaikan resiko sedang.
Sementara jumlah kasus aktif covid 19 di kabupaten bojonegoro pada tanggal 2 maret 2022
sebanyak 443 kaasus ( https://infocovid19.jatimprov.go.id/ ). Meningkatknya kasus harian
covid 19 di kabupaten Bojonegoro di bulan februari setelah beberapa bulan sebelumnya
melandai membutuhkan banyak perhatian dari berbagai pihak, fasilitas rumah sakit yang
sebelumnya menutup fasilitas isolasi covid 19 harus dengan sigap untuk membuka kembali
fasilitas isolasi teRSebut, dengan kasus yang melonjak di bulan februari diperoleh data
kunjungan di IGD RS. Aisyiyah Bojonegoro sebanyak 63,2% pasien yang masuk di RS
Aisyiyah adalah pasien dengan antigen positif yang memiliki kriteria sedang dan harus di
rawat inap. Dengan kunjungan kasus positif yang meningkat dan dengan keteRSedian tempat
tidur ruang isolasi hanya 20 tempat tidur, pasien masih harus nandon di IGD untuk menunggu
keteRSediaan kamar isolasi.

Kebijakan rumah sakit dalam skrining untuk pasien rawat inap di era baru ini adalah
dengan melakukan swab antigen dan photo rontgen dada, Waktu menunggu hasil skrining
COVID-19 yang tidak bisa cepat akan menyebabkan penumpukan pasien di triage IGD
sehingga akan berakibat fatal jika ada salah satu pasien diantaranya positif COVID-19,
kondisi inilah yang menyebabkan adanya rasa cemas dan takut bagi pasien, keluarga dan
petugas IGD terutama perawat igd yang full beRSama dengan pasien.

Berdasarkan permasalahan di atas di perlukan beberapa modifikasi pelayanan


keperawatan di IGD RS Aisyiyah Bojonegoro dalam upaya menjamin kenyamanan,
keamanan, dan pencegahan infeksi silang pada pasien pengunjung dan perawat di IGD RS
Aisyiyah Bojonegoro. Berdasarkan Panduan Teknis Pelayanan Rumah Sakit Pada Masa
Adaptasi Kebiasaan Baru (Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes RI, 2020)
IGD RS Aisyiyah Bojonegoro memodifikasi perawatan dan pelayanan IGD di era baru covid
19 adalah sebagai berikut ;

Memodifikasi triase sesuai dengan era baru dengan tanpa menghilangkan makna dari
triase. Triase adalah memilah kondisi Pasien agar mendapatkan pelayanan yang sesuai
dengan tingkat kegawatdaruratannya. Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE (Airway,
Breathing, Circulation,Disability, Environment) (Permenkes RI No. 47 tahun 2018). Pada
prinsipnya proses triage adalah mengidentifikasi pasien yang memerlukan pertolongan medis
segera, pasien yang dapat ditunda pertolongannya, atau pasien yang mungkin membutuhkan
rujuk ke fasilitas kesehatan lain akibat kondisi tertentu. Sebelum pandemi di RS Aisyiyah
mempunyai penilaian triase yang digunakan setiap harinya di IGD, akan tetapi dengan
adanya pandemi COVID-19 ini mengharuskan Rumah Sakit memodifikasi triage dengan
menambahkan lembar skrining COVID-19 yang bertujuan untuk memisahkan pelayanan
yang akan diberikan, mana pasien yang akan masuk ke IGD kohorting dan mana yang ke
IGD non kohorting sehingga tidak bercampur jadi satu antara pasien Covid dan non Covid.
Sementara untuk proses triase dan screening dari luar atau rujukan dimaksimalkan dengan
proses screening menggunakan telekomunikasi whatsapp dan telepon untuk menentukan
apakah pasien yang akan di rujuk bisa di terima atau tidak.

Yang kedua yaitu pemisahan IGD menjadi dua bagian yaitu IGD kohorting dan igd non
kohorting, kedua bagian IGD ini terletak terpisah satu sama lain,pemisahan ini bertujuan agar
pasien suspek dan pasien non suspek bisa terpisah. Dalam melakukan pelayan keperawatan
petugas keperawatan di bagi menjadi dua tim sesuai dengan area kohorting dan non
kohorting, Diharapkan dengan adanya pemisahan area dan petugas perawatan baik Covid dan
Non Covid akan memberikan rasa aman, nyaman terhadap pasien maupun petugas
keperawatan yang sedang bekerja dan mengurangi resiko terjadinya infeksi silang di IGD.

Terakhir adanya pembatasan pengunjung/penunggu pasien di Rumah Sakit khususnya


di IGD dimaksudkan untuk mengurangi mobilisasi/kerumunan dan keramaian serta
mencegah penyebaran COVID-19 di lingkungan Rumah Sakit sehingga keamanan dan
keselamatan pasien serta tenaga kesehatan tetap terjaga.
Referensi

Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes RI. 2020. Panduan Teknis Pelayanan
Rumah Sakit Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. Jakarta : Kementerian Kesehatan.

Menteri Kesehatan RI. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 2018 Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan.

https://covid19.go.id/peta-risiko

https://infocovid19.jatimprov.go.id/

Anda mungkin juga menyukai