JALAN PADA MASA PANDEMI (STUDI KASUS RUMAH SAKIT NON RUJUKAN COVID-19)
KELOMPOK 14
1
I. PENDAHULUAN
Gambar 1. Jumlah kasus per hari dan jumlah kumulatif kasus konfirmasi yang dilaporkan di
Indonesia per 28 Mei 2020. Sumber: https://covid19.go.id
Merujuk pada informasi di atas, maka dapat menjadi sinyal bagi pemerintah untuk sigap
mengambil keputusan yang tegas dalam waktu singkat. Hal ini bertujuan agar laju kenaikan
pasien positif Covid-19 dapat ditekan dan dikendalikan untuk masing-masing kota di seluruh
Indonesia. Aksi nyata pemerintah diwujudkan dengan dibentuknya Satuan Gugus Tugas
Penanganan Covid-19 (Satgas) dan melakukan dikotomi rumah sakit, yaitu rumah sakit rujukan
dan rumah sakit non rujukan Covid-19 yang tersebar di pelbagai provinsi, kabupaten, maupun
kotamadya.
Berdasarkan paparan di atas penjelasan terkait pengelompokan kategori rumah sakit
disampaikan oleh Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan RI
(Kemenkes),yaitu Rita Rogayah. Beliau mengatakan, bahwa sampai dengan 11 Oktober 2020
Indonesia telah memiliki 903 rumah sakit (RS) rujukan Covid-19. Dijelaskan pula, bahwa 903
rumah sakit tersebut terdiri dari 132 RS rujukan Covid-19 berdasarkan Surat Keputusan (SK)
Menteri Kesehatan dan 771 RS rujukan Covid-19 berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur.
2
Adanya tambahanRS rujukan Covid-19 ini diharapkan kapasitas rumah sakit yang mempunyai
ruangan isolasi pun meningkat.
Tidak hanya sebatas membentuk Satgas dan penyediaan fasilitas kesehatan bagi
masyarakat, langkah nyata pemerintah selanjutnya adalah dengan menyelenggarakan program
vaksin massal. Jenis vaksin yang digunakan seperti Sinovac, Astrazeneca, Moderna, dan Phizer.
Pemberian vaksin tersebut diberikan berdasarkan tingkat prioritas utamanya untuk para tenaga
kesehatan, tenaga pelayanan publik, kelompok masyarakat lanjut usia, tenaga pendidik,
mahasiswa, masyarakat rentan dan umum, sampai pada anak sekolah berusia 12 tahun ke atas.
Program vaksinasi nasional sebagai upaya pemerintahuntuk melindungi rakyat Indonesia dari
ancaman virus Covid-19.
Informasi laju pencapaian Program Vaksinasi Nasional Covid-19 terhitung mulai Januari
sampai dengan Oktober 2021 terus meningkat. Pencapaian itu berlaku untuk dosis ke-1 maupun
dosis ke-2 yang telah diberikan kepada mereka para sasaran dan target penerima vaksin di seluruh
Indonesia. Informasi yang diperoleh dari hasil penelusuran situs resmi Kementerian Kesehatan RI
(Kemenkes), menjelaskan bahwasasaran vaksinasi (target nasional) adalah sebesar 208. 265. 720
juta jiwa, total vaksinasi dosis ke-1 sebesar 109. 005. 627 juta jiwa (52, 34 persen), dan total
vaksinasi dosis ke-2 sebesar 64. 008. 898 juta jiwa (30, 37 persen). Laju pencapaian Program
Vaksinasi Nasional Covid-19 tersebut dipastikan akan terus meningkat. Hal ini dikarenakan
semakin gencar dan giatnya pihak pemerintah pusat maupun di daerah untuk melaksanakan
program vaksinasi nasional secara berkelanjutan. Penjelasan tersebut dapat ditampilkan secara
grafis pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Usaha pemerintah pusat yang bersinergi dengan pemerintah daerah untuk menekan laju
kenaikan pasien konfirmasi positif Covid-19 dalam kurun waktu satu tahun lebih ini terbilang
membuahkan hasil. Aksi sigap pemerintah ditunjukkan dengan membentuk Satuan Gugus Tugas
(Satgas), penyediaan fasilitas kesehatan dengan adanya rumah sakit rujukan Covid-19, dan
Program Vaksinasi Nasional. Kini, kasus konfirmasi pasien positif Covid-19 di pelbagai daerah
perlahan mulai menurun ditunjukkan secara grafis pada Gambar 4.1 dan 4.2. Selanjutnya diiringi
pula dengan menurunnya tingkat kunjungan pasien rawat inap ke rumah sakit rujukan Covid-19.
Selain itu keberhasilan lain adalah meningkatnya pasien yang dinyatakan sembuh, ini dijelaskan
pada Gambar 2.
Gambar 2. Cakupan vaksinasi Covid-19 dosis ke-1dan dosis ke-2 di Indonesia berdasarkan
capaian. Sumber : https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines
3
Gambar 3. Cakupan vaksinasi Covid-19 dosis ke-1dan dosis ke-2 di Indonesia berdasarkan
sasaran target penerima vaksin. Sumber:https://twitter.com/KemenkesRI/status/
Gambar 4.1 Kasus konfirmasi positif Covid-19 per harian secara nasional terhitung tahun 2020-
2021. Sumber:https://covid19.go.id/peta-sebaran-covid19
Gambar 4.2 Kasus konfirmasi positif Covid-19 per bulan mulai September-Oktober 2021 secara
nasional. Sumber : JHU CSSE COVID-19 Data
4
Gambar 5. Kasus pasien sembuh Covid-19 per harian secara nasional terhitung tahun 2020-
2021.Sumber : https://covid19.go.id/peta-sebaran-covid19
Setelah satu demi satu masalah mampu ditangani, namunkenyataan masalah tidak hanya
berhenti di situ saja. Selama ini yang selalu menjadi atensipemerintah dan masyarakat adalah
seputar laju fluktuasi angka seperti kasus konfirmasi positif Covid-19, pasien sembuh, pasien
meninggal, dan program vaksinasi nasional. Semenjak dikotomi rumah sakit dalam rangka
penanggulangan pandemi Covid-19 muncul masalah baru, utamanya pada rumah sakit non
rujukan Covid-19. Menurut hasil penelusuran yang dihimpun penulis bersumber dari beberapa
situs media daring, bahwa terjadi laju penurunan kunjungan pasien rawat jalan yang signifikan
tidak hanya pada masa pandemi, tetapi juga pada masa tatanan baru (new normal) saat ini.
Direktur RSGM UGM, Dr. drg. Julita Hendrartini, M.Kes.,AAK., menyebutkan pandemi
Covid-19 telah memengaruhi operasional rumah sakit. Pandemi Covid-19 juga berimbas pada
rumah sakit non rujukan Covid-19. Wabah virus corona menyebabkan penurunan kunjungan
pasien rawat jalan maupun rawat inap non Covid-19. Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan
tingkat okupansi. Dia mengatakan situasi tersebut tidak hanya terjadi pada rumah sakit yang
berada di Indonesia. Semua rumah sakit di dunia menghadapi persoalan yang sama. Sementara
memasuki fase tatanan kenormalanan baru, Julita menekankan pentingnya penataan ulang
pelayanan di rumah sakit menyesuaikan kondisi normal baru. Penyusunan strategi yang tepat
untuk memulihkan kondisi rumah sakit perlu dilakukan. Salah satunya dengan strategi branding
mulai dari identifikasi layanan-layanan yang menguntungkan di rumah sakit, layanan apotik,
mendorong sarana promosi kreatif dengan media sosial, serta menghubungi pasien yang loyal dan
sering berkunjung ke rumah sakit.
Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), Lia G Partakusuma dalam
keterangan pers “Update RS Darurat Wisma Atlet: Dampak PPKM terhadap Tingkat Hunian
Rumah Sakit” mengatakan bahwa kunjungan pasien non Covid-19 ke rumah sakit (RS) turun 80
persen. Pasalnya, pasien takut tertular. Selain itu, kini sebagian RS menambah kapasitas ruang
rawat pasien Covid-19 sehingga ruang rawat pasien non Covid-19 berkurang.Jadi tingkat
kedatangan pasien-pasien non Covid-19 ini bukan agak sedikit turun melainkan turun sekali.
Dengan beralihnya ruang rawat non Covid-19 menjadi ruang rawat Covid-19, maka jumlah
pasien non Covid-19 menurun. Keinginan mereka untuk ke RS menjadi rendah. Ditambahkan
pula oleh Lia G Partakusuma, bahwa untuk datang ke rumah sakit pasien non Covid-19 kini
berpikir dua kali. Mereka takut datang ke RS karena muncul rasa khawatir tertular. Inilah yang
menjadi salah satu penyebab jumlah kedatangan turun sekali, hanya sekitar 20 persen pasien
rawat jalan yang rutin datang kembali ke RS.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merumuskan beberapa pertanyaan antara lain
sebagai berikut:
1. Bagaimana bauran strategi kualitas pelayanan?
2. Bagaimana hubungan antara pengaruh kualitas pelayanan terhadap laju kunjungan pasien rawat
jalan di rumah sakit non rujukan Covid-19.
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ilmiah antara lain sebagai berikut:
1. Mengetahui bauran strategi kualitas pelayanan.
2. Mengetahui hubungan antara pengaruh kualitas pelayanan terhadap laju kunjungan pasien rawat
jalan di rumah sakit non rujukan Covid-19.
6
II. STUDI PUSTAKA
7
1. Dimensi Kualitas
Menurut Prof. David Garvin, penulis buku Managing Quality: The Strategic and
Competitive Edge, menyatakan bahwa ada delapan dimensi yang dimiliki kualitas. Delapan
dimensi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Performance (kinerja); Karakterisrik dasar dari sebuah produk.
b. Durability (daya tahan); Lamanya sebuah produk bertahan sebelum produk tersebut harus
diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk, maka semakin besar
pula daya tahan produk.
c. Conformance (kesesuaian); Kesesuaian kinerja dan mutu produk dengan standar, minimalisasi
kecacatan produk.
d. Perceived quality (mutu/kualitas yang diterima); Mutu/kualitas yang diterima dan dirasakan
oleh konsumen.
e. Features (fitur); Karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk
atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
f. Aesthetics (estetika); Penampilan produk yang bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk
dari produk.
g. Reliability (reliabilitas); Probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak
dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinnan terjadinya kerusakan, maka
produk tersebut dapat diandalkan.
h. Serviceability (kemudahan perbaikan); Kemudahan servis atau perbaikan produk ketika
dibutuhkan.
2. Pengaruh kualitas
Kualitas merupakan elemen yang penting dari proses produksi dan operasi. Alasan-alasan
yang membuat kualitas menjadi elemen penting antara lain sebagai berikut.
a. Reputasi Perusahaan
Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang produk baru perusahaan, kebiasaan pekerjanya,
dan hubungan dengan pemasoknya. Semakin bagus kualitas suatu produk yang diketahui oleh
publik sebagai konsumen, semakin baik reputasi perusahaan di mata konsumen.
b. Kehandalan Produk
Perusahaan dalam merancang dan menghasilkan produk tidak boleh sembarangan. Kualitas harus
diperhatikan di mana produk tersebut tidak boleh merugikan konsumen ataupun mengakibatkan
kerusakan dan kecelakaan.
c. Keterlibatan Global
Kualitas adalah hal penting yang menarik perhatian konsumen di mana pun konsumen tersebut
berada. Produk-produk perusahaan yang akan bersaing di pasar internasional harus memenuhi
ekspektasi akan kualitas, desain, dan harganya secara global.
8
meliputi instalasi gawat darurat, instalasi rawat jalan, dan instalasi rawat inap termasuk unit perawatan
Intensif Care Unit (ICU), serta dilengkapi unit-unit penunjang seperti instalasi laboratorium, instalasi
radiologi, instalasi bedah, instalasi rehabilitasi medik, instalasi gizi, dan unit-unit penunjang lain, serta
Administrasi Umum dan Keuangan.
Supaya sebuah rumah sakit dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat dengan rumah
sakitrumah sakit lain yang berada di sekelilingnya, maka setiap pusat pendapatan (revenue center)
yang ada di rumah sakit tersebut harus dapat menghasilkan pendapatan yang optimal sesuai target dan
standar yang telah ditetapkan. Sedangkan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 190/Menkes/SK/II/2004 Tanggal 26 Februari 2004 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 250/ Menkes/PER/III/2008 tanggal 11 Maret 2008, mempunyai kedudukan sebagai
Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik dengan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan
kesehatan terhadap penderita penyakit paru secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan,
pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di bidang penanggulangan penyakit
paru. Sebagai rumah sakit pemerintah, Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu tidak ditujukan untuk
mencari laba (nirlaba), melainkan ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan paru secara
menyeluruh (holistic) termasuk rumah sakit non-rujukan covid-19 kepada masyarakat sesuai amanah
Undang-Undang, secara konsisten memusatkan perhatiannya pada pemberianlayanan kesehatan paru
terbaik atau pelayanan prima kepada pasiennya.
Dalam usahanya memberikan pelayanan prima tersebut, rumah sakit memerlukan sumber
pembiayaan yang sebagian didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dan
sebagian lain dibebankan kepada rumah sakit sendiri untuk mencari sumber-sumber pendapatan
sendiri. Apalagi sejak tanggal 26 Juni 2007 Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu resmi ditetapkan
menjadi rumah sakit yang menggunakan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan Layanan Umum (PPK-
BLU) yang harus mampu untuk tumbuh dengan pola bisnis yang sehat dan diharapkan dari tahun ke
tahun semakin mampu mengurangi beban subsidi dari APBN. Untuk mencari sumber pendanaan
tersebut, Rumah Sakit menyusun rencana strategis lima tahunan dan rencana bisnis anggaran yang
disusun tahunan, sebagai panduan tentang arah kegiatan, kebutuhan pengeluaran anggaran, dan
rencana pemenuhan kebutuhan anggaran tersebut.
Dengan demikian seluruh pusat pendapatan (revenue center) termasuk di dalamnya instalasi rawat
jalan harus menyusun target pendapatan yang optimal dan jangan sampai penyusunan target
pendapatan over budget (irasional) atau under budget (pesimistis). Sebagai Badan Layanan Umum
Rumah Sakit (BLU RS) , dalam kaitan dengan pelayanan, nilai yang paling optimal untuk penilaian
perbandingan tenaga dokter dan pasien yang dilayani di instalasi rawat jalan adalah 1 orang dokter
merawat 25-30 orang pasien per hari. Begitu juga perbandingan perawat dengan pasien adalah 1 orang
perawat melayani 25-30 orang pasien per hari.
Dari sekian banyak unit revenue center yang ada di Rumah Sakitnon rujukan covid-19, penulis
berminat untuk mengamati fenomena yang terjadi di instalasi rawat jalan yang menurut penulis,
keadaan realisasi pendapatannya belum optimal, karena masih under budget. Realisasi pendapatan
tersebut merupakan fungsi dari perkalian antara banyaknya kunjungan pasien rawat jalan indikasi
covid dengan rasa takut berkunjung ke RS karena takut di covidkan. Sehingga dengan demikian,
9
banyak dan sedikitnya pasien yang berkunjung ke instalasi rawat jalan rumah sakit Non rujukan
Covid-19 sangat mempengaruhi target pendapatan dan produktivitas kerja tenaga yang ada di instalasi
rawat jalan.
Dari uraian di atas diperoleh gambaran bahwa tingkat volume kunjungan pasien ke instalasi rawat
jalan Rumah Sakit non rujukan covid-19 merupakan faktor penting yang dapat memengaruhi
pencapaian target anggaran pendapatan Rumah sakit yang optimal, dan merupakan salah satu faktor
penting yang akan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja dokter dan perawat di instalasi rawat
jalan, yang menjadi salah satu indikator penilaian tingkat kinerja kesehatan Rumah Sakit Badan
Layanan Umum. Kunjungan pasien ke Rumah sakit non-rujukan covid-19.
10
dan pelayanan kesehatan kepada pasien COVID-19 guna menjalankan program pemerintah pusat dan
daerah. Rumah sakit juga didorong untuk meningkatkan kapasitas layanan COVID-19 baik untuk
skrining, vaksinasi hingga perawatan inap pasien.
Pelayanan kesehatan non COVID-19 mendapatkan dampak yang cukup banyak terkait konsentrasi
layanan dan kebijakan-kebijakan kesehatan yang telah dibuat oleh pemerintah tersebut. Studi
terdahulu telah mencoba mengidentifikasi bagaimana dampak dari situasi pelayanan rumah sakit di
Indonesia namun masih terfragmentasi pada lingkup institusi atau daerahnya masing-massing. Kajian
berupa sistesis penelitian terdahulu perlu dilakukan untuk menjawab: bagaimanakah dampak pandemi
COVID-19 terhadap pelayanan kesehatan oleh rumah sakit di Indonesia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi dampak pandemi COVID-19 terhadap pelayanan kesehatan non COVID-19
pada lingkup rumah sakit umum di Indonesia.
11
sebanyak 1.186.596 orang. Untuk kawasan Asia Tenggara, jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19
sebanyak 9.196.384 orang.
12
III. ANALISIS
Setelah melakukan penelusuran artikel penelitian pada basis data Google Scholar, Pubmed, dan
Emerald didapatkan 1.002 artikel terkait pelayanan kesehatan di masa pandemi COVID-19. Sebanyak 12
Artikel dikeluarkan karena adanya duplikasi dan sebanyak 874 artikel dikeluarkan karena ketidaksesuaian
dengan konteks penelitian sehingga didapatkan 116 artikel untuk masuk ke tahap selanjutnya. Alur seleksi
artikel penelitian yang disintesis dalam penelitian ini seperti pada Gambar 1. Artikel kemudian diskrining
dan dikaji secara mendalam mengenai isi serta kesesuaian dengan konteks penelitian. Hasil akhir
didapatkan 19 artikel yang memenuhi syarat kelayakan untuk dilakukan review. Ekstraksi data dari 19
artikel terpilih terdapat pada Tabel 1. Dari 19 artikel yang digunakan untuk dianalisis, terdapat 15
(79persen) artikel dengan jenis penelitian kuantitatif dan 4 (21persen) artikel berjenis penelitian kualitatif.
Sebanyak 17 (89persen) artikel merupakan artikel penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah dan 2
(11persen) artikel merupakan publikasi konferens ilmiah. Mayoritas artikel yang didapatkan menggunakan
desain survey study, yaitu sebanyak 16 (84persen) artikel dan sisanya sebanyak 3 (16persen) artikel adalah
penelitian studi kasus.
13
Hasil dari sintesis artikel yang telah tersaring didapatkan sebanyak tujuh tema dampak dari pandemi
COVID-19 terhadap pelayanan kesehatan secara umum yang diselenggarakan oleh rumah sakit di
Indonesia.
14
upaya untuk menanggulangi hal tersebut. Penggunaan telemedisin sebagai alternatif layanan kesehatan
jarak jauh dilakukan pada berbagai unit pelayanan. Penggunaan telemedisin yang paling banyak
digunakan adalah telekonsultasi.
Tabel 1. Deskripsi Artikel Terpilih dan Skor Mixed Methods Appraisal Tool (MMAT)
Yaunin et al. [36] 2021 Kuantitatif Mayoritas kesehatan mental dokter normal. Terdapat dokter yang merasa
stres, depresi dan ansietas sedang selama pandemi. Depresi, ansietas dan stres
terjadi karena meningkatnya beban kerja, kelelahan, ketakutan, tekanan sosial
seperti diskriminasi.
Setyono et al. [28] 2021 Kuantitatif Terjadi penurunan jumlah kunjungan baik pada unit rawat jalan dan unit rawat
inap saat pandemi COVID-19.
Putra et al. [24] 2021 Kuantitatif Terjadi penurunann jumlah kasus bedah pada setiap departemen bedah dan
setiap unit telah melakukan berbagai mitigasi untuk mengatasi penurunan
tersebut.
Prasetyono [34] 2021 Kuantitatif Penggunaan telekonsultasi sebagai alternatif konsultasi dokter dengan pasien.
Nurani, Kaseke & 2021 Kuantitatif Terjadi penurunan kualitas pelayanan kesehatan pada unit pelayanan
Mongan [31] kemoterapi karena keterbatasan tempat tidur dan waktu tunggu memanjang.
Zein et al. [32] 2021 Kuantitatif Terdapat strategi perubahan pelayanan pada pemeriksaan gastroenterologi dan
penggunaan teknologi digital sebagai mitigasi.
Prabowo et al. 2021 Kuantitatif Pasien merasakan dampak psikologis berupa ketakutan dan ansietas selama
[37] pandemi COVID-19 sehingga kunjungan ke rumah sakit menurun.
Utami, Pinzon & 2021 Kualitatif Terdapat kendala pada manajemen rumah sakit dalam menjamin pelayanan
Meliala rumah sakit di masa pandemi dan perlu beberapa strategi untuk
memaksimalkan upaya pelayanan kesehatan.
Santoso et al. [23] 2020 Kuantitatif Terjadi penurunan jumlah bedah artheroplasti total pada kasus bedah pinggang
dan lutut selama pandemi COVID-19 karena kebijakan pembatasan sosial
berskala besar.
Suryaningtyas et 2020 Kuantitatif Terjadi penurunan jumlah kunjungan baik pada unit rawat jalan dan bedah
al. [22] serta pelatihan residen saraf terganggu selama pandemi COVID-19.
Yuniarti, Paryanti 2020 Kuantitatif Tercapainya penambahan return of assets pada 2020 dan terjadi perubahan
& Tejaningsih utilisasi berdasarkan indikator penggunaan tempat tidur (avLOS, BOR, BTO
[39] dan TOI)
Sembiring, 2020 Kuantitatif Terdapat peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pada pasien non COVID-
Nurwahyuni & 19 karena jumlah kunjungan yang menurun.
Sulistiadi [40]
Felicia & Suarca 2020 Kuantitatif Terjadi penurunan jumlah bayi yang diimunisasi selama pandemi COVID-19
[25] dengan faktor komorbid yang paling banyak dilaporkan memengaruhi
kunjungan pasien.
Fitra, Harahap & 2020 Kuantitatif Terjadi penurunan jumlah kasus bedah onkologi dan perubahan kualitas
Zulfiqar [29] pelayanan bedah onkologi.
Asriati & Hakam 2020 Kualitatif Penyesuaian alur dan layanan pasien di rumah sakit sesuai protokol kesehatan
[33] dan migrasi ke teknologi digital serta SIMRS dalam manajemen pasien agar
lebih cepat.
15
Penulis Tahun Jenis Hasil
Panjaitan et al. 2020 Kuantitatif Terdapat peningkatan kelelahan kerja pada tenaga kesehatan karena beban
[41] ganda pelayanan dengan faktor utama adalah pada kelelahan fisik dan
psikologis.
Sabarudin et al. 2020 Kuantitatif Terdapat kekurangan pada dimensi mutu pelayanann yaitu kurangnya SOP
[42] pendukung meskipun sebagian dimensi lain sudah baik.
Handoko et al. 2020 Kuantitatif Terjadi penurunan jumlah pasien radioterapi selama pademi COVID-19
[26]h karena kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat.
Gunadi et al.[27] 2020 Kuantitatif Terdapat penurunan jumlah kasus bedah digesti, urologi, neonatus dan
onkologi anak selama pandemi COVID-19. Penurunan jumlah pasien anak
rawat jalan namun kasus emergensi anak tidak berubah selama pandemi
COVID-19.
Peningkatan penggunaan telemedisin ini meningkat hingga 600 persen secara nasional selama
pandemi berlangsung. Selain itu, strategi migrasi pendaftaran pasien dilakukan secara online, baik
melalui laman website rumah sakit, telemedisin, sosial media maupun pesan pribadi lewat WhatsApp
atau SMS. Maksimalisasi penggunaan sistem informasi rumah sakit (SIMRS) sebagai manajemen data
pasien yang memeriksakan diri dan klaim asuransi, seperti BPJS, juga menjadi strategi rumah sakit
untuk mempercepat pelayanan pasien di masa pandemi COVID-19
18
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Merujuk pada paparan beberapa bab sebelumnya, maka disimpulkan sebagai berikut:
1. Bauran kualitas pelayanan rumah sakit meliputi delapan aspek,yaitu Performance (kinerja),
Durability (daya tahan), Conformance (kesesuaian), Perceived quality (mutu/kualitas yang
diterima), Features (fitur), Aesthetics (estetika), Reliability (reliabilitas), dan
Serviceability (kemudahan perbaikan).
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan rumah sakit terhadap laju kunjungan
pasien rawat jalan selama masa pandemi.
4.2 Saran
Pandemi COVID-19 memiliki dampak yang signifikan terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit di
Indonesia. Pada kajian ini ditemukan beberapa masalah pelayanan kesehatan di masa pandemi COVID-19
di Indonesia seperti penurunan jumlah pasien, modifikasi pelayanan oleh tenaga kesehatan, perubahan
kualitas pelayanan kesehatan, perubahan penggunaan sarana dan prasarana rumah sakit, perubahan
kualitas pelayanan kesehatan, penambahan beban kerja tenaga kesehatan, dampak psikologis, dan strategi
manajerial bagi pelayanan kesehatan.
Temuan ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pemangku kebijakan dalam
memformulasikan strategi pelayanan kesehatan rumah sakit pada masa pandemi COVID-19. Selain itu,
peneliti lain diharapkan dapat melakukan studi yang lebih dalam terkait isu pelayanan kesehatan oleh
rumah sakit di masa pandemi COVID-19 yang ditemukan dalam kajian ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI, Surat Edaran Nomor HL 02.01/Menkes/2/2021 tentang Peningkatan Kapasitas Perawatan
Pasien Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pada Rumah Sakit Penyelenggara Pelayanan
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Lingkungan Kementerian Kesehatan. Indonesia:
Kementerian Kesehatan RI, 2021.
M. J. Page et al., “The PRISMA 2020 Statement: An Updated Guideline for Reporting Systematic
Reviews,” BMJ, vol. 372, no. n71, 2021, doi: 10.1136/bmj.n71.
T. Santoso, “Relasi Pusat-Daerah Dalam Menangani Covid-19 Di Indonesia,” J. Ilmu Adm. Media
Pengemb. Ilmu dan Prakt. Adm., vol. 17, no. 2, pp. 161–177, 2020, doi: 10.31113/jia.v17i2.571.
WHO, “COVID-19 Continues to Disrupt Essential Health Services in 90persen of Countries,” 2021.
https://www.who.int/news/item/23-04-2021-covid19-continues-to-disrupt-essential-health-
servicesin-90-of-countries.
WHO, “Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Situation Report-64,” 21 Juli 2021, 2021.
https://cdn.who.int/media/docs/defaultsource/searo/indonesia/covid19/external-situationreport-
64_21-july-2021.pdf?sfvrsn=e9aec4fa_5.
Y. Mahendradhata et al., The Republic of Indonesia Health System Review, vol. 7, no. 1. 2017.
Y. Shang, H. Li, and R. Zhang, “Effects of Pandemic Outbreak on Economies: Evidence From
Business History Context,” Front. Public Heal., vol. 9, no. March, pp. 1–12, 2021,
doi:10.3389/fpubh.2021.632043.
20
21