Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHAADAP LAJU KUNJUNGAN PASIEN RAWAT

JALAN PADA MASA PANDEMI (STUDI KASUS RUMAH SAKIT NON RUJUKAN COVID-19)

KELOMPOK 14

1. AMIRUDDIN ISLAMI MQ. BABA 332211460038


2. DEWI SARTIKA 332211460055
3. HARDI HUTAHURUK 332211460058
4. SAKTIANI RAHAYU AMIRUDDIN 332211460024
5. TITA OKTARA IZZA 332211460043

DOSEN MATA KULIAH:

Zaharuddin, SE., MM., Ph.D


Dr. supriyadi, S.T.P., M. Pd.

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI
2021

1
I. PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Pada penghujung tahun 2019 semua negara di dunia dibayangi rasa takut dan khawatir atas
ancaman kehadiran virus baru yang dinilai berbahaya, dikenal dengan nama Covid-19. Cina adalah
negara pertama yang mengalami efek tragis dari virus tersebut utamanya di Kota Wuhan. Masyarakat
sipil dan tenaga kesehatan tak luput menjadi ganasnya serangan dari virus Covid-19. Ada yang
berhasil diselamatkan, namun ada pula yang tidak. Pada masa itu Negara Cina menjadi sorotan
pelbagai negara dunia termasuk Indonesia. Negara kita mulai melakukan upaya-upaya preventif sedini
mungkin dengan maksud agar sebaran virus mematikan tersebut tidak sampai ke Indonesia. Namun,
faktanya padatrisemester pertama awal tahun 2020 hal mengejutkan terjadi dimana ada dua orang
warga Kota Depok dinyatakan positif konfirmasi Covid-19 akibat adanya kontak langsung dengan
pihak asing yang ternyata juga positif virus tersebut. Media massa cetak maupun elektronik secara
berkelanjutan menampilkan dan menyuguhkan pemberitaan terkait perkembangan penyebaran virus
juga laju kenaikan angka pasien di pelbagai daerah utamanya DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan
dan kota-kota penyangga seperti Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi tak luput menjadi sorotan
mengingat laju penyebaran virus Covid-19 terbilang cepat. Ini terbukti hanya dalam hitungan
mingguan dan bulanan masyarakat sipil maupun tenaga kesehatan dinyatakan positif Covid-19.

Gambar 1. Jumlah kasus per hari dan jumlah kumulatif kasus konfirmasi yang dilaporkan di
Indonesia per 28 Mei 2020. Sumber: https://covid19.go.id

Merujuk pada informasi di atas, maka dapat menjadi sinyal bagi pemerintah untuk sigap
mengambil keputusan yang tegas dalam waktu singkat. Hal ini bertujuan agar laju kenaikan
pasien positif Covid-19 dapat ditekan dan dikendalikan untuk masing-masing kota di seluruh
Indonesia. Aksi nyata pemerintah diwujudkan dengan dibentuknya Satuan Gugus Tugas
Penanganan Covid-19 (Satgas) dan melakukan dikotomi rumah sakit, yaitu rumah sakit rujukan
dan rumah sakit non rujukan Covid-19 yang tersebar di pelbagai provinsi, kabupaten, maupun
kotamadya.
Berdasarkan paparan di atas penjelasan terkait pengelompokan kategori rumah sakit
disampaikan oleh Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan RI
(Kemenkes),yaitu Rita Rogayah. Beliau mengatakan, bahwa sampai dengan 11 Oktober 2020
Indonesia telah memiliki 903 rumah sakit (RS) rujukan Covid-19. Dijelaskan pula, bahwa 903
rumah sakit tersebut terdiri dari 132 RS rujukan Covid-19 berdasarkan Surat Keputusan (SK)
Menteri Kesehatan dan 771 RS rujukan Covid-19 berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur.
2
Adanya tambahanRS rujukan Covid-19 ini diharapkan kapasitas rumah sakit yang mempunyai
ruangan isolasi pun meningkat.
Tidak hanya sebatas membentuk Satgas dan penyediaan fasilitas kesehatan bagi
masyarakat, langkah nyata pemerintah selanjutnya adalah dengan menyelenggarakan program
vaksin massal. Jenis vaksin yang digunakan seperti Sinovac, Astrazeneca, Moderna, dan Phizer.
Pemberian vaksin tersebut diberikan berdasarkan tingkat prioritas utamanya untuk para tenaga
kesehatan, tenaga pelayanan publik, kelompok masyarakat lanjut usia, tenaga pendidik,
mahasiswa, masyarakat rentan dan umum, sampai pada anak sekolah berusia 12 tahun ke atas.
Program vaksinasi nasional sebagai upaya pemerintahuntuk melindungi rakyat Indonesia dari
ancaman virus Covid-19.
Informasi laju pencapaian Program Vaksinasi Nasional Covid-19 terhitung mulai Januari
sampai dengan Oktober 2021 terus meningkat. Pencapaian itu berlaku untuk dosis ke-1 maupun
dosis ke-2 yang telah diberikan kepada mereka para sasaran dan target penerima vaksin di seluruh
Indonesia. Informasi yang diperoleh dari hasil penelusuran situs resmi Kementerian Kesehatan RI
(Kemenkes), menjelaskan bahwasasaran vaksinasi (target nasional) adalah sebesar 208. 265. 720
juta jiwa, total vaksinasi dosis ke-1 sebesar 109. 005. 627 juta jiwa (52, 34 persen), dan total
vaksinasi dosis ke-2 sebesar 64. 008. 898 juta jiwa (30, 37 persen). Laju pencapaian Program
Vaksinasi Nasional Covid-19 tersebut dipastikan akan terus meningkat. Hal ini dikarenakan
semakin gencar dan giatnya pihak pemerintah pusat maupun di daerah untuk melaksanakan
program vaksinasi nasional secara berkelanjutan. Penjelasan tersebut dapat ditampilkan secara
grafis pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Usaha pemerintah pusat yang bersinergi dengan pemerintah daerah untuk menekan laju
kenaikan pasien konfirmasi positif Covid-19 dalam kurun waktu satu tahun lebih ini terbilang
membuahkan hasil. Aksi sigap pemerintah ditunjukkan dengan membentuk Satuan Gugus Tugas
(Satgas), penyediaan fasilitas kesehatan dengan adanya rumah sakit rujukan Covid-19, dan
Program Vaksinasi Nasional. Kini, kasus konfirmasi pasien positif Covid-19 di pelbagai daerah
perlahan mulai menurun ditunjukkan secara grafis pada Gambar 4.1 dan 4.2. Selanjutnya diiringi
pula dengan menurunnya tingkat kunjungan pasien rawat inap ke rumah sakit rujukan Covid-19.
Selain itu keberhasilan lain adalah meningkatnya pasien yang dinyatakan sembuh, ini dijelaskan
pada Gambar 2.

Gambar 2. Cakupan vaksinasi Covid-19 dosis ke-1dan dosis ke-2 di Indonesia berdasarkan
capaian. Sumber : https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines

3
Gambar 3. Cakupan vaksinasi Covid-19 dosis ke-1dan dosis ke-2 di Indonesia berdasarkan
sasaran target penerima vaksin. Sumber:https://twitter.com/KemenkesRI/status/

Gambar 4.1 Kasus konfirmasi positif Covid-19 per harian secara nasional terhitung tahun 2020-
2021. Sumber:https://covid19.go.id/peta-sebaran-covid19

Gambar 4.2 Kasus konfirmasi positif Covid-19 per bulan mulai September-Oktober 2021 secara
nasional. Sumber : JHU CSSE COVID-19 Data
4
Gambar 5. Kasus pasien sembuh Covid-19 per harian secara nasional terhitung tahun 2020-
2021.Sumber : https://covid19.go.id/peta-sebaran-covid19

Setelah satu demi satu masalah mampu ditangani, namunkenyataan masalah tidak hanya
berhenti di situ saja. Selama ini yang selalu menjadi atensipemerintah dan masyarakat adalah
seputar laju fluktuasi angka seperti kasus konfirmasi positif Covid-19, pasien sembuh, pasien
meninggal, dan program vaksinasi nasional. Semenjak dikotomi rumah sakit dalam rangka
penanggulangan pandemi Covid-19 muncul masalah baru, utamanya pada rumah sakit non
rujukan Covid-19. Menurut hasil penelusuran yang dihimpun penulis bersumber dari beberapa
situs media daring, bahwa terjadi laju penurunan kunjungan pasien rawat jalan yang signifikan
tidak hanya pada masa pandemi, tetapi juga pada masa tatanan baru (new normal) saat ini.
Direktur RSGM UGM, Dr. drg. Julita Hendrartini, M.Kes.,AAK., menyebutkan pandemi
Covid-19 telah memengaruhi operasional rumah sakit. Pandemi Covid-19 juga berimbas pada
rumah sakit non rujukan Covid-19. Wabah virus corona menyebabkan penurunan kunjungan
pasien rawat jalan maupun rawat inap non Covid-19. Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan
tingkat okupansi. Dia mengatakan situasi tersebut tidak hanya terjadi pada rumah sakit yang
berada di Indonesia. Semua rumah sakit di dunia menghadapi persoalan yang sama. Sementara
memasuki fase tatanan kenormalanan baru, Julita menekankan pentingnya penataan ulang
pelayanan di rumah sakit menyesuaikan kondisi normal baru. Penyusunan strategi yang tepat
untuk memulihkan kondisi rumah sakit perlu dilakukan. Salah satunya dengan strategi branding
mulai dari identifikasi layanan-layanan yang menguntungkan di rumah sakit, layanan apotik,
mendorong sarana promosi kreatif dengan media sosial, serta menghubungi pasien yang loyal dan
sering berkunjung ke rumah sakit.
Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), Lia G Partakusuma dalam
keterangan pers “Update RS Darurat Wisma Atlet: Dampak PPKM terhadap Tingkat Hunian
Rumah Sakit” mengatakan bahwa kunjungan pasien non Covid-19 ke rumah sakit (RS) turun 80
persen. Pasalnya, pasien takut tertular. Selain itu, kini sebagian RS menambah kapasitas ruang
rawat pasien Covid-19 sehingga ruang rawat pasien non Covid-19 berkurang.Jadi tingkat
kedatangan pasien-pasien non Covid-19 ini bukan agak sedikit turun melainkan turun sekali.
Dengan beralihnya ruang rawat non Covid-19 menjadi ruang rawat Covid-19, maka jumlah
pasien non Covid-19 menurun. Keinginan mereka untuk ke RS menjadi rendah. Ditambahkan
pula oleh Lia G Partakusuma, bahwa untuk datang ke rumah sakit pasien non Covid-19 kini
berpikir dua kali. Mereka takut datang ke RS karena muncul rasa khawatir tertular. Inilah yang
menjadi salah satu penyebab jumlah kedatangan turun sekali, hanya sekitar 20 persen pasien
rawat jalan yang rutin datang kembali ke RS.

5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merumuskan beberapa pertanyaan antara lain
sebagai berikut:
1. Bagaimana bauran strategi kualitas pelayanan?
2. Bagaimana hubungan antara pengaruh kualitas pelayanan terhadap laju kunjungan pasien rawat
jalan di rumah sakit non rujukan Covid-19.

1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ilmiah antara lain sebagai berikut:
1. Mengetahui bauran strategi kualitas pelayanan.
2. Mengetahui hubungan antara pengaruh kualitas pelayanan terhadap laju kunjungan pasien rawat
jalan di rumah sakit non rujukan Covid-19.

6
II. STUDI PUSTAKA

2.1 Strategi Kualitas


2.1.1 Definisi Strategi
Strategi merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup dari suatu perusahan untuk
mencapai sasaran atau tujuan perusahaan yang efektif dan efisien, perusahaan harus bisa
menghadapi setiap masalah-masalah atau hambatan yang datang dari dalam perusahaan maupun
dari luar perusahaan.
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan, dalam pengembangannya konsep
mengenai strategi harus terus memiliki perkembangan dan setiap orang mempunyai pendapat atau
definisi yang berbeda mengenai strategi. Strategi dalam suatu dunia bisnis atau usaha sangatlah di
butuhkan untuk pencapaian visi dan misi yang sudah di terapkan oleh perusahaan, maupun untuk
pencapaian sasaran atau tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
Menurut David (2011:18-19) Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka
panjang yang hendak dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi georafis, diversifikasi, akusisi,
pengembangan produk, penetrasi pasar, pengetatan, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan atau
joint venture. Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak
dan sumber daya perusahaan dalam jumlah besar. Jadi strategi adalah sebuah tindakan aksi atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang
telah di tetapkan

2.1.2 Definisi Kualitas


Kualitas merupakan kemampuan suatu produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
pelanggannya. Terdapat tiga pendekatan dalam hal ini, yang pertama kualitas berbasis pengguna
dimana kualitas tergantung kepada audiensnya. Pendekatan ini biasanya digunakan oleh orang
pemasaran dan pelanggan. Kedua, kualitas berbasis manufaktur yang biasanya diterapkan oleh
manajer produksi. Dalam pendekatan ini kualitas suatu barang berarti pemenuhan standar dan
membuat produk dengan benar sejak awal. Ketiga adalah kualitas itu berbasis produk yang
memandang bahwa kualitas sebagai variabel yang pesisi dan dapat dihitung.
Kualitas Pelayanan (Service Quality) dapat di definisikan sebagai sesuatu yang
didapatkan oleh konsumen dari penyedia jasa dalam hal ini perusahaan atau organisasi dengan
mengacu pada indikator kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan mensyaratkan sebuah
perusahaan/organisasi bisnis untuk mampu melakukan “delivery” pelayanan maksimal kepada
konsumen dengan tujuan agar konsumen mendapatkan kepuasan dan pada akhirnya menjadi
pelanggan yang setia atau fanatik (Ismail & Yunan. 2016). Lebih lanjut, Ismail & Yunan (2016)
menyatakan bahwa kualiatas pelayanan yang bersifat nyata (tangible) seperti empati, responsif,
jaminan, keandalan dan kepekaan memiliki dampak yang positif terhadapkepuasan konsumen dan
menjadikanya konsumen yang loyal (customer loyalty) khususnya dalam dunia kesehatan.
Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan,dan gawat darurat. Sedangkan menurut WHO
(World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat.

7
1. Dimensi Kualitas
Menurut Prof. David Garvin, penulis buku Managing Quality: The Strategic and
Competitive Edge, menyatakan bahwa ada delapan dimensi yang dimiliki kualitas. Delapan
dimensi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Performance (kinerja); Karakterisrik dasar dari sebuah produk.
b. Durability (daya tahan); Lamanya sebuah produk bertahan sebelum produk tersebut harus
diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk, maka semakin besar
pula daya tahan produk.
c. Conformance (kesesuaian); Kesesuaian kinerja dan mutu produk dengan standar, minimalisasi
kecacatan produk.
d. Perceived quality (mutu/kualitas yang diterima); Mutu/kualitas yang diterima dan dirasakan
oleh konsumen.
e. Features (fitur); Karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk
atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
f. Aesthetics (estetika); Penampilan produk yang bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk
dari produk.
g. Reliability (reliabilitas); Probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak
dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinnan terjadinya kerusakan, maka
produk tersebut dapat diandalkan.
h. Serviceability (kemudahan perbaikan); Kemudahan servis atau perbaikan produk ketika
dibutuhkan.

2. Pengaruh kualitas
Kualitas merupakan elemen yang penting dari proses produksi dan operasi. Alasan-alasan
yang membuat kualitas menjadi elemen penting antara lain sebagai berikut.
a. Reputasi Perusahaan
Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang produk baru perusahaan, kebiasaan pekerjanya,
dan hubungan dengan pemasoknya. Semakin bagus kualitas suatu produk yang diketahui oleh
publik sebagai konsumen, semakin baik reputasi perusahaan di mata konsumen.
b. Kehandalan Produk
Perusahaan dalam merancang dan menghasilkan produk tidak boleh sembarangan. Kualitas harus
diperhatikan di mana produk tersebut tidak boleh merugikan konsumen ataupun mengakibatkan
kerusakan dan kecelakaan.
c. Keterlibatan Global
Kualitas adalah hal penting yang menarik perhatian konsumen di mana pun konsumen tersebut
berada. Produk-produk perusahaan yang akan bersaing di pasar internasional harus memenuhi
ekspektasi akan kualitas, desain, dan harganya secara global.

2.2 Bauran Kualitas Pelayanan


Sebuah rumah sakit merupakan institusi kesehatan yang berfungsi menyelenggarakan upaya
kesehatan baik kuratif, preventif, promotif, dan rehabilitatif. Rumah sakit terdiri dari unit-unit utama

8
meliputi instalasi gawat darurat, instalasi rawat jalan, dan instalasi rawat inap termasuk unit perawatan
Intensif Care Unit (ICU), serta dilengkapi unit-unit penunjang seperti instalasi laboratorium, instalasi
radiologi, instalasi bedah, instalasi rehabilitasi medik, instalasi gizi, dan unit-unit penunjang lain, serta
Administrasi Umum dan Keuangan.
Supaya sebuah rumah sakit dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat dengan rumah
sakitrumah sakit lain yang berada di sekelilingnya, maka setiap pusat pendapatan (revenue center)
yang ada di rumah sakit tersebut harus dapat menghasilkan pendapatan yang optimal sesuai target dan
standar yang telah ditetapkan. Sedangkan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 190/Menkes/SK/II/2004 Tanggal 26 Februari 2004 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 250/ Menkes/PER/III/2008 tanggal 11 Maret 2008, mempunyai kedudukan sebagai
Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik dengan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan
kesehatan terhadap penderita penyakit paru secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan,
pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di bidang penanggulangan penyakit
paru. Sebagai rumah sakit pemerintah, Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu tidak ditujukan untuk
mencari laba (nirlaba), melainkan ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan paru secara
menyeluruh (holistic) termasuk rumah sakit non-rujukan covid-19 kepada masyarakat sesuai amanah
Undang-Undang, secara konsisten memusatkan perhatiannya pada pemberianlayanan kesehatan paru
terbaik atau pelayanan prima kepada pasiennya.
Dalam usahanya memberikan pelayanan prima tersebut, rumah sakit memerlukan sumber
pembiayaan yang sebagian didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dan
sebagian lain dibebankan kepada rumah sakit sendiri untuk mencari sumber-sumber pendapatan
sendiri. Apalagi sejak tanggal 26 Juni 2007 Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu resmi ditetapkan
menjadi rumah sakit yang menggunakan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan Layanan Umum (PPK-
BLU) yang harus mampu untuk tumbuh dengan pola bisnis yang sehat dan diharapkan dari tahun ke
tahun semakin mampu mengurangi beban subsidi dari APBN. Untuk mencari sumber pendanaan
tersebut, Rumah Sakit menyusun rencana strategis lima tahunan dan rencana bisnis anggaran yang
disusun tahunan, sebagai panduan tentang arah kegiatan, kebutuhan pengeluaran anggaran, dan
rencana pemenuhan kebutuhan anggaran tersebut.
Dengan demikian seluruh pusat pendapatan (revenue center) termasuk di dalamnya instalasi rawat
jalan harus menyusun target pendapatan yang optimal dan jangan sampai penyusunan target
pendapatan over budget (irasional) atau under budget (pesimistis). Sebagai Badan Layanan Umum
Rumah Sakit (BLU RS) , dalam kaitan dengan pelayanan, nilai yang paling optimal untuk penilaian
perbandingan tenaga dokter dan pasien yang dilayani di instalasi rawat jalan adalah 1 orang dokter
merawat 25-30 orang pasien per hari. Begitu juga perbandingan perawat dengan pasien adalah 1 orang
perawat melayani 25-30 orang pasien per hari.
Dari sekian banyak unit revenue center yang ada di Rumah Sakitnon rujukan covid-19, penulis
berminat untuk mengamati fenomena yang terjadi di instalasi rawat jalan yang menurut penulis,
keadaan realisasi pendapatannya belum optimal, karena masih under budget. Realisasi pendapatan
tersebut merupakan fungsi dari perkalian antara banyaknya kunjungan pasien rawat jalan indikasi
covid dengan rasa takut berkunjung ke RS karena takut di covidkan. Sehingga dengan demikian,

9
banyak dan sedikitnya pasien yang berkunjung ke instalasi rawat jalan rumah sakit Non rujukan
Covid-19 sangat mempengaruhi target pendapatan dan produktivitas kerja tenaga yang ada di instalasi
rawat jalan.
Dari uraian di atas diperoleh gambaran bahwa tingkat volume kunjungan pasien ke instalasi rawat
jalan Rumah Sakit non rujukan covid-19 merupakan faktor penting yang dapat memengaruhi
pencapaian target anggaran pendapatan Rumah sakit yang optimal, dan merupakan salah satu faktor
penting yang akan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja dokter dan perawat di instalasi rawat
jalan, yang menjadi salah satu indikator penilaian tingkat kinerja kesehatan Rumah Sakit Badan
Layanan Umum. Kunjungan pasien ke Rumah sakit non-rujukan covid-19.

2.3 Profil Rumah Sakit Non Rujukan Covid-19


Sejak pandemi coronavirus disease 2019 (COVID-19) melanda di berbagai negara, pelayanan
kesehatan mendapatkandampak yang cukup signifikan. Berdasarkan laporan dari WHO, dampak
pandemi COVID-19 dirasakan pada pelayanan kesehatan esensial di 90 persen negara. Pandemi
COVID-19 juga memengaruhi kapasitas ekonomi global. Dampak dari restriksi kegiatan dan
mobilisasi pada seluruh sektor menyebabkan pendapatan pemerintah serta individu menjadi menurun
sehingga dapat berdampak pada pemenuhan kebutuhan dasar. Kondisi ini juga menyebabkan
distribusi logistik dan kebutuhan esensial menjadi terhambat. Pada sektor pelayanan kesehatan,
kombinasi kondisi pelik dari menurunnya kapasitas finansial fasilitas layanan kesehatan, rantai
distribusi alat kesehatan dan obat-obatan yang terhambat, serta kebijakan pembatasan kunjungan ini
menyebabkan pelayanan kesehatan mengalami perubahan. Hal ini akan memengaruhi berbagai
strategi peningkatan kesehatan yang telah diupayakan oleh fasilitas kesehatan guna mewujudkan
building blocks yang sudah dirancang oleh WHO.
Meskipun pemerintah dan fasilitas kesehatan telah melakukan berbagai mitigasi untuk menjaga
kualitas layanan kesehatan namun masih terdapat dampak negatif pada cakupan utilisasi layanan
kesehatan. Menurunnya pemanfaatan layanan kesehatan ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
faktor demografi, kebijakan maupun faktor psikologis baik dari pasien maupun petugas kesehatan
sendiri. Pada konteks global perubahan utilisasi layanan kesehatan disebabkan oleh menurunnya
kunjungan pasien, perubahan prosedur diagnosis, menurunnya jumlah pasien rawat inap, dampak pada
layanan gawat darurat dan peningkatan penggunaan e-health pada pelayanan kesehatan selama
pandemi. Di Tiongkok, utilisasi pelayanan kesehatan menurun hingga 40,8 persen. Hal ini juga terjadi
di Korea Selatan, India dan berbagai negara lainnya, tak terkecuali Indonesia.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah yang luas. Harmonisasi kebijakan
pelayanan kesehatan pada masa pandemi COVID-19 antara pemerintah pusat dan daerah dijaga guna
menjamin kualitas pelayanan yang prima oleh fasilitas kesehatan. Akan tetapi, dalam kajian nasional
sebelumnya, isu ketidakmerataan layanan kesehatan dan berbagai masalah layanan kesehatan lainnya
masih sering dihadapi oleh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia meskipun upaya harmonisasi
telah dilakukan. Pada situasi pandemi COVID-19 ini, terdapat banyak dampak dan tantangan yang
dihadapi oleh fasilitas layanan kesehatan di Indonesia seperti fluktuaksi kasus pasien COVID-19 dan
pemberlakuan restriksi massal aktivitas masyarakat seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB)
dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Rumah sakit menjadi salah satu institusi
pelayanan kesehatan yang memiliki beban ganda, yaitu melakukan pelayanan kesehatan konvensional

10
dan pelayanan kesehatan kepada pasien COVID-19 guna menjalankan program pemerintah pusat dan
daerah. Rumah sakit juga didorong untuk meningkatkan kapasitas layanan COVID-19 baik untuk
skrining, vaksinasi hingga perawatan inap pasien.
Pelayanan kesehatan non COVID-19 mendapatkan dampak yang cukup banyak terkait konsentrasi
layanan dan kebijakan-kebijakan kesehatan yang telah dibuat oleh pemerintah tersebut. Studi
terdahulu telah mencoba mengidentifikasi bagaimana dampak dari situasi pelayanan rumah sakit di
Indonesia namun masih terfragmentasi pada lingkup institusi atau daerahnya masing-massing. Kajian
berupa sistesis penelitian terdahulu perlu dilakukan untuk menjawab: bagaimanakah dampak pandemi
COVID-19 terhadap pelayanan kesehatan oleh rumah sakit di Indonesia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi dampak pandemi COVID-19 terhadap pelayanan kesehatan non COVID-19
pada lingkup rumah sakit umum di Indonesia.

2.4 Penelitian Terdahulu


Pandemi COVID-19 telah menjadi masalah global sejak kemunculannya di Wuhan, Cina pada
akhir tahun 2019. Penyebarannya sangat cepat. Negara-negara yang terdampak sangat tidak siap pada
saat terjadi lonjakan jumlah penderita COVID-19 yang memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
Pengalaman di Cina menunjukkan bagaimana upaya yang sangat ketat dalam pembatasan pergerakan
manusia mampu mengatasi penyebaran COVID-19. Pada awalnya, di Wuhan ditemukan 27 kasus
pneumonia virus corona baru yang dinamai sebagai 2019- nCoV. Kemudian secara resmi WHO
menamainya sebagai COVID-19. Pada 23 Januari 2020, Wuhan diisolasi oleh pemerintah. Dibangun
dua rumah sakit sementara yang selesai dalam waktu 7 hari. Hingga tengah malam tanggal 17
Februari 2020, terdapat 72.436 kasus yang dikonfirmasi secara kumulatif, 58.016 kasus yang
dikonfirmasi di Cina daratan, 6.242 kasus yang diduga, secara kumulatif 1.868 kasus kematian,
12.552 kasus sembuh dan dipulangkan dari rumah sakit.
Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19 juga mengalami hal yang serupa. Kesiagaan
baru mulai ditunjukkan setelah ada kasus terkonfirmasi COVID-19 yang dilaporkan pada 2 Maret
2020. Kasus positif terus bertambah dari hari ke hari secara eksponensial. Mulai muncul transmisi
lokal di daerah-daerah . Pada tanggal 13 April 2020, dikeluarkanlah Keputusan Presiden Republik
Indonesia yang menyatakan bahwa wabah COVID-19 sebagai bencana nasional. Untuk mengatasi
penyebaran COVID-19, berbagai peraturan dan kebijakan dikeluarkan pemerintah Indonesia antara
lain pemberlakuan social atau physical distancing, sosialisasi cuci tangan yang benar, belajar dan
bekerja dari rumah, pemakaian masker bagi orang yang sakit maupun sehat, pembatasan sosial
berskala besar , himbauan untuk tidak mudik.
Data dari laporan Dinas Kesehatan kabupaten/ kota dan rumah sakit rujukan COVID-19 di Daerah
Istimewa Yogyakarta sampai tanggal 31 Oktober 2020 menunjukkan jumlah positif COVID-19
meninggal sebanyak 93 orang, positif COVID-19 sembuh sebanyak 3147 orang, kasus terkonfirmasi
COVID-19 sebanyak 3835 orang. Data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di
Indonesia sampai 31 Oktober 2020 menunjukkan jumlah suspek COVID-19 sebanyak 67.900 orang,
spesimen yang diperiksa sebanyak 29.001, kasus konfirmasi COVID-19 sebanyak 410.088, sembuh
sebanyak 337.801, dan meninggal sebanyak 13.869. Data dari WHO sampai 31 Oktober 2020
menyatakan secara global jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 sebanyak 45.523.063 dan kematian

11
sebanyak 1.186.596 orang. Untuk kawasan Asia Tenggara, jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19
sebanyak 9.196.384 orang.

12
III. ANALISIS

Setelah melakukan penelusuran artikel penelitian pada basis data Google Scholar, Pubmed, dan
Emerald didapatkan 1.002 artikel terkait pelayanan kesehatan di masa pandemi COVID-19. Sebanyak 12
Artikel dikeluarkan karena adanya duplikasi dan sebanyak 874 artikel dikeluarkan karena ketidaksesuaian
dengan konteks penelitian sehingga didapatkan 116 artikel untuk masuk ke tahap selanjutnya. Alur seleksi
artikel penelitian yang disintesis dalam penelitian ini seperti pada Gambar 1. Artikel kemudian diskrining
dan dikaji secara mendalam mengenai isi serta kesesuaian dengan konteks penelitian. Hasil akhir
didapatkan 19 artikel yang memenuhi syarat kelayakan untuk dilakukan review. Ekstraksi data dari 19
artikel terpilih terdapat pada Tabel 1. Dari 19 artikel yang digunakan untuk dianalisis, terdapat 15
(79persen) artikel dengan jenis penelitian kuantitatif dan 4 (21persen) artikel berjenis penelitian kualitatif.
Sebanyak 17 (89persen) artikel merupakan artikel penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah dan 2
(11persen) artikel merupakan publikasi konferens ilmiah. Mayoritas artikel yang didapatkan menggunakan
desain survey study, yaitu sebanyak 16 (84persen) artikel dan sisanya sebanyak 3 (16persen) artikel adalah
penelitian studi kasus.

Gambar 6. Diagram Alir Penyeleksian Artikel Penelitian


Berdasarkan Diagram Alir PRISMA.

13
Hasil dari sintesis artikel yang telah tersaring didapatkan sebanyak tujuh tema dampak dari pandemi
COVID-19 terhadap pelayanan kesehatan secara umum yang diselenggarakan oleh rumah sakit di
Indonesia.

3.1 Penurunan Jumlah Pasien


Pandemi COVID-19 menyebabkan penurunan jumlah kunjungan yang cukup signifikan terhadap
pelayanan kesehatan rumah sakit pada berbagai departemen pelayanan kesehatan. Penurunan kunjungan
pasien ini dirasakan sejak awal pandemi berlangsung. Perbedaan yang signifikan tampak pada perubahan
jumlah kunjungan pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2019. Dalam kajian ini, jumlah kunjungan pasien
menurun pada unit rawat jalan, rawat inap, unit gawat darurat dan pasien bedah. Berbagai unit bedah
mengalami penurunan jumlah pasien yang cukup signifikan. Kunjungan pasien saraf harian dilaporkan
menurun dengan jumlah yang fluktuaktif dan tindakan bedah saraf menurun hingga]. Jumlah pasien saraf
yang mendapatkan rawat inap secara bermakna berbeda dibandingkan sebelum pandemi. Pada kasus
bedah secara umum, tren tindakan bedah juga mengalami penurunan hampir 2 kali lipat dengan penurunan
terbesar terjadi pada tindakan bedah untuk kasus onkologi. Tindakan pembedahan pada pasien dengan
kanker mammae dilaporkan mengalami penurunan yang paling tinggi. Meskipun terjadi penurunan jumlah
pasien, rerata length of stay (avLOS) dan waktu tunggu operasi pada kasusonkologi tidak berbeda antara
sebelum dan selama pandemi COVID-19 berlangsung.
Pada kasus pediatrik, penurunan jumlah kunjungan juga terjadi selama pandemi COVID-19
berlangsung. Penurunan jumlah pasien anak terjadi pada unit rawat jalan dan unit bedah. Pada unit
gawatdarurat tidak terdapat penurunan yang signifikan selama pandemi COVID-19. Cakupan imunisasi
bayi berusia <12 bulan menurun hingga lebih dari separuh dibandingkan sebelum pandemi COVID-19.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan ibu enggan mengimunisasikan anaknya ke rumah sakit adalah
karena komorbid yang dimiliki pada kelompok bayi dan ibu dengan HIV/AIDS (BIHA). Pada konteks
pandemi COVID-19 di Indonesia, kebijakan restriksi massal aktivitas masyarakat menyebabkan
mobilisasi pasien untuk mengakses layanan kesehatan menjadi terhambat sehingga juga menurunkan
jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit.

3.2 Modifikasi Pelayanan Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan


Untuk menjamin pelayanan kesehatan yang komprehensif dan tetap menjaga protokol kesehatan
pencegahan COVID-19, rumah sakit telah melakukan serangkaian upaya mitigasi. Petugaskesehatan
menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap ketika memberikan pelayanan kepada seluruh pasien.
Penggunaan APD yang paling banyak digunakan adalah masker medis, face shield, sarung tangan lateks
dan gaun medis. Sebagai langkah skrining, pasien yang berkunjung dilakukan pemeriksaan suhu tubuh
dan dianjurkan untuk mencuci tangan sebelum masuk ke rumah sakit. Pada beberapa kasus, hasil
pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi COVID-19 dibutuhkan sebelum menjalankan prosedur
medis. Strategi lain adalah dengan memberlakukannya pengurangan jam praktik dokter dan jumlah
kunjungan pasien pada unit pelayanan rawat jalan atau pemeriksaan diagnostik khusus. Hal ini bertujuan
untukmengurangi penumpukan pasien dan interaksi yang terlalu lama baik antar pasien maupun pasien
dengan petugas di rumah sakit yang dapat meningkatkan risiko penularan COVID-19. Pembatasan jumlah
kunjungan secara langsung dapat memberikan dampak negatif bagi kontinuitas pasien yang menjalani
pengobatan rutin. Migrasi pelayanan kesehatan menggunakan bantuan teknologi digital dilakukan sebagai

14
upaya untuk menanggulangi hal tersebut. Penggunaan telemedisin sebagai alternatif layanan kesehatan
jarak jauh dilakukan pada berbagai unit pelayanan. Penggunaan telemedisin yang paling banyak
digunakan adalah telekonsultasi.
Tabel 1. Deskripsi Artikel Terpilih dan Skor Mixed Methods Appraisal Tool (MMAT)

Penulis Tahun Jenis Hasil

Yaunin et al. [36] 2021 Kuantitatif Mayoritas kesehatan mental dokter normal. Terdapat dokter yang merasa
stres, depresi dan ansietas sedang selama pandemi. Depresi, ansietas dan stres
terjadi karena meningkatnya beban kerja, kelelahan, ketakutan, tekanan sosial
seperti diskriminasi.
Setyono et al. [28] 2021 Kuantitatif Terjadi penurunan jumlah kunjungan baik pada unit rawat jalan dan unit rawat
inap saat pandemi COVID-19.
Putra et al. [24] 2021 Kuantitatif Terjadi penurunann jumlah kasus bedah pada setiap departemen bedah dan
setiap unit telah melakukan berbagai mitigasi untuk mengatasi penurunan
tersebut.
Prasetyono [34] 2021 Kuantitatif Penggunaan telekonsultasi sebagai alternatif konsultasi dokter dengan pasien.
Nurani, Kaseke & 2021 Kuantitatif Terjadi penurunan kualitas pelayanan kesehatan pada unit pelayanan
Mongan [31] kemoterapi karena keterbatasan tempat tidur dan waktu tunggu memanjang.
Zein et al. [32] 2021 Kuantitatif Terdapat strategi perubahan pelayanan pada pemeriksaan gastroenterologi dan
penggunaan teknologi digital sebagai mitigasi.
Prabowo et al. 2021 Kuantitatif Pasien merasakan dampak psikologis berupa ketakutan dan ansietas selama
[37] pandemi COVID-19 sehingga kunjungan ke rumah sakit menurun.
Utami, Pinzon & 2021 Kualitatif Terdapat kendala pada manajemen rumah sakit dalam menjamin pelayanan
Meliala rumah sakit di masa pandemi dan perlu beberapa strategi untuk
memaksimalkan upaya pelayanan kesehatan.
Santoso et al. [23] 2020 Kuantitatif Terjadi penurunan jumlah bedah artheroplasti total pada kasus bedah pinggang
dan lutut selama pandemi COVID-19 karena kebijakan pembatasan sosial
berskala besar.
Suryaningtyas et 2020 Kuantitatif Terjadi penurunan jumlah kunjungan baik pada unit rawat jalan dan bedah
al. [22] serta pelatihan residen saraf terganggu selama pandemi COVID-19.
Yuniarti, Paryanti 2020 Kuantitatif Tercapainya penambahan return of assets pada 2020 dan terjadi perubahan
& Tejaningsih utilisasi berdasarkan indikator penggunaan tempat tidur (avLOS, BOR, BTO
[39] dan TOI)
Sembiring, 2020 Kuantitatif Terdapat peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pada pasien non COVID-
Nurwahyuni & 19 karena jumlah kunjungan yang menurun.
Sulistiadi [40]
Felicia & Suarca 2020 Kuantitatif Terjadi penurunan jumlah bayi yang diimunisasi selama pandemi COVID-19
[25] dengan faktor komorbid yang paling banyak dilaporkan memengaruhi
kunjungan pasien.
Fitra, Harahap & 2020 Kuantitatif Terjadi penurunan jumlah kasus bedah onkologi dan perubahan kualitas
Zulfiqar [29] pelayanan bedah onkologi.
Asriati & Hakam 2020 Kualitatif Penyesuaian alur dan layanan pasien di rumah sakit sesuai protokol kesehatan
[33] dan migrasi ke teknologi digital serta SIMRS dalam manajemen pasien agar
lebih cepat.

15
Penulis Tahun Jenis Hasil

Panjaitan et al. 2020 Kuantitatif Terdapat peningkatan kelelahan kerja pada tenaga kesehatan karena beban
[41] ganda pelayanan dengan faktor utama adalah pada kelelahan fisik dan
psikologis.
Sabarudin et al. 2020 Kuantitatif Terdapat kekurangan pada dimensi mutu pelayanann yaitu kurangnya SOP
[42] pendukung meskipun sebagian dimensi lain sudah baik.
Handoko et al. 2020 Kuantitatif Terjadi penurunan jumlah pasien radioterapi selama pademi COVID-19
[26]h karena kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat.
Gunadi et al.[27] 2020 Kuantitatif Terdapat penurunan jumlah kasus bedah digesti, urologi, neonatus dan
onkologi anak selama pandemi COVID-19. Penurunan jumlah pasien anak
rawat jalan namun kasus emergensi anak tidak berubah selama pandemi
COVID-19.

Peningkatan penggunaan telemedisin ini meningkat hingga 600 persen secara nasional selama
pandemi berlangsung. Selain itu, strategi migrasi pendaftaran pasien dilakukan secara online, baik
melalui laman website rumah sakit, telemedisin, sosial media maupun pesan pribadi lewat WhatsApp
atau SMS. Maksimalisasi penggunaan sistem informasi rumah sakit (SIMRS) sebagai manajemen data
pasien yang memeriksakan diri dan klaim asuransi, seperti BPJS, juga menjadi strategi rumah sakit
untuk mempercepat pelayanan pasien di masa pandemi COVID-19

3.3 Perubahan Penggunaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit


Rumah sakit melakukan modifikasi tata letak dan utilisasi ruangan yang digunakan bagi pasien saat
berkunjung ke rumah sakit . Pemisahan ruangan poli batuk dilakukan oleh beberapa rumah sakit. Utilisasi
tempat tidur pasien mengalami perubahan antara sebelum dan selama pandemi COVID-19. Pada
pelayanan pengobatan penyakit kronis, seperti kemoterapi, pengurangan jumlah tempat tidur pasien
dilaporkan sebagai bentuk pelaksanaan dari protokol kesehatan pencegahan COVID-19. Jarak antar
tempat tidur diperlebar hingga 60 cm. Pelayanan pasien kemoterapi yang sebelumnya membutuhkan
penambahan tempat tidur kini dibatasi sehingga pasien harus menunggu giliran untuk mendapatkan
tempat tidur. Average length of stay (avLOS) pasien menurun karena angka mortalitas yang meningkat
semasa pandemi sehingga nilai bed occupation rate (BOR) dan bed turn over (BTO) menurun sedangkan
nilai turn over interval (TOI) memanjang sekitar 1 hari karena pembatasan penggunaan tempat tidur.
Selain itu, banyak tempat tidur pasien umum dialih fungsikan sebagai sarana pendukung pada unit
pelayanan khusus COVID-19. Pada pelayanan rawat jalan, pemberian jarak duduk dilakukan dengan
memberikan label silang pada tempat duduk yang tidak boleh dipakai. Perubahan ini akhirnya berdampak
pada penurunan jumlah pasien yang berkunjung ke rumah sakit seperti temuan dalam studi ini.

3.4 Perubahan Kualitas Pelayanan Kesehatan


Terdapat temuan yang cukup menarik dalam kajian ini dimana terdapat hasil yang berbeda dari
kualitas pelayanan kesehatan oleh rumah sakit pada masa pandemi COVID-19. Kajian dari Fitra, Harahap
& Zulfiqar serta Sembiring, Nurwahyuni dan Sulistiadi justru menunjukkan terjadi peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan oleh rumah sakit di Indonesia jika dibandingkan sebelum pandemi COVID-19
berlangsung. Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah pasien non COVID-19 yang ditangani oleh rumah
sakit sehingga fokus pelayanan lebih maksimal. Kondisi ruang pemeriksaan, kenyamanan jadwal
pelayanan, kemampuan tenaga kesehatan dalam menangani komplain, perhatian tenaga kesehatan kepada
pasien dan kejelian perawat dalam membantu pemeriksaan dirasakan lebih baik pada masa pandemi
16
COVID-19. Selain itu karena diberlakukannya pembatasan jam praktik, maka waktu asesmen pasien dan
perawatan pasien dirasa lebih cepat dan efisien oleh pasien. Berbeda dengan hasil studi lain menunjukkan
terjadinya penurunan kualitas pelayanan kesehatan oleh rumah sakit di masa pandemi COVID-19. Akibat
kebijakan pengurangan jumlah dan utilisasi tempat tidur, pasien menjadi harus menunggu untuk
mendapatkan fasilitas tempat tidur ataupun rawat inap . Pada pelayanan kemoterapi pasien harus
menunggu 5-7 hari lebih lama dari standar yang suda ditetapkan (<3 hari) saat masa pandemic.

3.5 Penambahan Beban Kerja Tenaga Kesehatan


Pada masa pandemi COVID-19, tenaga kesehatan menghadapi tantangan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang berisiko tinggi paparan virus COVID-19 dengan keterbatasan fasilitas dan obat
. Selain itu, tenaga kesehatan di rumah sakit menjadi lebih sibuk karena banyak yang diperbantukan di
ruang perawatan khusus COVID-19. Banyaknya pasien yang harus dilayani dan berkurangnya tenaga
kesehatan menyebabkan beban kerja tenaga kesehatan menjadi lebih berat. Beban kerja yang berat akan
menyebabkan kelelahan dan menurunkan performa kerja. Salcha menyatakan bahwa perawat pada masa
pandemibanyak yang mengalami stres akibat beban kerja yang berlebihan saat menghadapi kondisi
pandemi dimana kasus COVID-19 tidak mudah diprediksi. Total beban kerja dan tingkat kesehatan mental
staf yang merawat pasien secara signifikan lebih buruk terlebih ketika mendapatkan beban ganda sebagai
tim pelayanan di ruang perawatan pasien COVID-19. Oleh karena itu, perlu ada kebijakan dan peraturan
yang jelas dari pihak rumah sakit untuk mengurangi kelelahan kerja pada tenaga Kesehatan dalam situasi
pandemi ini.

3.6 Dampak Psikologi


Semenjak munculnya COVID-19 di Indonesia, tenaga kesehatan harus bekerja dengan sistem
kerja baru, melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat dan menggunakan APD saat berinteraksi
dengan pasien karena berisiko tinggi untuk terpapar COVID-19. Paparan langsung dari pasien menjadi
salah satu prediktor kesehatan mental tenaga kesehatan. Seiring pertambahan kasus terkonfirmasi COVID-
19, baik petugas medis maupun non medis yang bekerja di rumah sakit mengalami tekanan fisik dan
psikologis. Petugas kesehatan yang memiliki dukungan sosial yang rendah dan pengalaman kerja yang
lebih sedikit cenderung lebih berisiko mengalami masalah kesehatan mental. Pengurangan stigma,
memastikan sistem dukungan yang memadai seperti alat pelindung diri dan dukungan keluarga dapat
menjadi strategi esensial untuk mengatasi isu ini. Pandemi COVID-19 tidak hanya memberikan masalah
psikologis bagi petugas kesehatan namun juga memberikan pengaruh pada jumlah kunjungan pasien di
rumah sakit. Jumlah kunjungan rumah sakit menurun secara signifikan sejak adanya pandemi COVID-19,
seperti halnya temuan dalam kajian ini, menunjukkan bahwa tingkat stress, kecemasan dan ketakutan akan
paparan COVID-19 menjadi alasan pasien enggan berkunjung ke rumah sakit.

3.7 Strategi Manajerial bagi Pelayanan Kesehatan


Pada masa pandemi COVID-19 berbagai masalah baru dapat terjadi. Salah satu perubahan yang
ditemukan pada kajian ini yaitu perubahan pada strategi manajerial bagi pelayanan kesehatan terkait
kesiapan rumah sakit dalam menghadapi bencana COVID19. Efektivitas manajemen koordinasi antar unit
menjadi salah satu perhatian rumah sakit, tenaga manajerial yang belum terlatih, dokumentasi yang belum
lengkap, komunikasi internal dan eksternal yang belum sinergi serta supply chain alat kesehatan dan
farmasi mengalami kesulitan di awal pandemi pada beberapa rumah sakit di Indonesia. Defisit tenaga
Kesehatan menyebabkan rumah sakit melakukan rekrutmen relawan non medis dan pengalokasian SDM
sesuai kompetensi untuk mendukung jalannya pelayanankesehatan. Selain itu banyak dukungan
17
sumbangan yang diberikan oleh pihak eksternal kepada rumah sakit di awal pandemi. Pada Standar
Operasional Prosedur (SOP) dan pengawasan pelaksanaan mendapatkan perhatian khusus serta dilakukan
dekontaminasi terhadap alat APD dan lingkungan. Kebijakan rumah sakit harus secara komprehensif
untuk mengurangi transmisi dari dan kepada pasien non COVID-19 serta tenaga Kesehatan.

18
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Merujuk pada paparan beberapa bab sebelumnya, maka disimpulkan sebagai berikut:
1. Bauran kualitas pelayanan rumah sakit meliputi delapan aspek,yaitu Performance (kinerja),
Durability (daya tahan), Conformance (kesesuaian), Perceived quality (mutu/kualitas yang
diterima), Features (fitur), Aesthetics (estetika), Reliability (reliabilitas), dan
Serviceability (kemudahan perbaikan).
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan rumah sakit terhadap laju kunjungan
pasien rawat jalan selama masa pandemi.

4.2 Saran
Pandemi COVID-19 memiliki dampak yang signifikan terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit di
Indonesia. Pada kajian ini ditemukan beberapa masalah pelayanan kesehatan di masa pandemi COVID-19
di Indonesia seperti penurunan jumlah pasien, modifikasi pelayanan oleh tenaga kesehatan, perubahan
kualitas pelayanan kesehatan, perubahan penggunaan sarana dan prasarana rumah sakit, perubahan
kualitas pelayanan kesehatan, penambahan beban kerja tenaga kesehatan, dampak psikologis, dan strategi
manajerial bagi pelayanan kesehatan.
Temuan ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pemangku kebijakan dalam
memformulasikan strategi pelayanan kesehatan rumah sakit pada masa pandemi COVID-19. Selain itu,
peneliti lain diharapkan dapat melakukan studi yang lebih dalam terkait isu pelayanan kesehatan oleh
rumah sakit di masa pandemi COVID-19 yang ditemukan dalam kajian ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

A. Pak, O. A. Adegboye, A. I. Adekunle, K. M. Rahman, E. S. McBryde, and D. P. Eisen, “Economic


Consequences of the COVID-19 Outbreak: the Need for Epidemic Preparedness,” Front. Public
Heal., vol. 8, no. May, pp. 1–4, 2020, doi: 10.3389/fpubh.2020.00241.

C. Maspero, A. Abate, D. Cavagnetto, M. El Morsi, A. Fama, and M. Farronato, “Available Technologies,


Applications and Benefits of Teleorthodontics. A Literature Review and Possible Applications
during the COVID-19 Pandemic,” J. Clin. Med., vol. 9, no. 6, p. 1891, 2020, doi:
10.3390/jcm9061891.

Kemenkes RI, Surat Edaran Nomor HL 02.01/Menkes/2/2021 tentang Peningkatan Kapasitas Perawatan
Pasien Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pada Rumah Sakit Penyelenggara Pelayanan
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Lingkungan Kementerian Kesehatan. Indonesia:
Kementerian Kesehatan RI, 2021.

M. J. Page et al., “The PRISMA 2020 Statement: An Updated Guideline for Reporting Systematic
Reviews,” BMJ, vol. 372, no. n71, 2021, doi: 10.1136/bmj.n71.

N. Sakib, T. Akter, F. Zohra, A. K. M. I. Bhuiyan, M. A. Mamun, and M. D. Griffiths, “Fear of COVID-


19 and Depression: A Comparative Study Among the General Population and Healthcare
Professionals During COVID-19 Pandemic Crisis in Bangladesh,” Int. J. Ment. Health Addict.,
2021, doi: 10.1007/s11469-020-00477-9.

T. Santoso, “Relasi Pusat-Daerah Dalam Menangani Covid-19 Di Indonesia,” J. Ilmu Adm. Media
Pengemb. Ilmu dan Prakt. Adm., vol. 17, no. 2, pp. 161–177, 2020, doi: 10.31113/jia.v17i2.571.

WHO, “COVID-19 Continues to Disrupt Essential Health Services in 90persen of Countries,” 2021.
https://www.who.int/news/item/23-04-2021-covid19-continues-to-disrupt-essential-health-
servicesin-90-of-countries.

WHO, “Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Situation Report-64,” 21 Juli 2021, 2021.
https://cdn.who.int/media/docs/defaultsource/searo/indonesia/covid19/external-situationreport-
64_21-july-2021.pdf?sfvrsn=e9aec4fa_5.

Y. Mahendradhata et al., The Republic of Indonesia Health System Review, vol. 7, no. 1. 2017.

Y. Shang, H. Li, and R. Zhang, “Effects of Pandemic Outbreak on Economies: Evidence From
Business History Context,” Front. Public Heal., vol. 9, no. March, pp. 1–12, 2021,
doi:10.3389/fpubh.2021.632043.

20
21

Anda mungkin juga menyukai