Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

PRAKTEK LAPANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENGENDALIAN


PANDEMI COVID-19 DI DI BADAN PENYELENGGARAAN JAMINAN
SOSIAL KESEHATAN (BPJS) KOTA MAKASSAR SULAWESI SELATAN
(Analisis Prospektif Etika dan Hukum Kesehatan)

TIM PENYUSUN :
FIRMAN
LIDYA SORAYA
MARINA (M012020040)
MAGISTER ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NEGARA
KONSENTRASI ADMINISTRASI PELAYANAN KESEHATAN
POLITEKNIK STIA LAN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan karunianya kami
telah menyelesaikan Laporan magang ini yang berjudul “Praktek Lapangan
Pelaksanaan Program Pengendalian Pandemi Covid-19 Di Di Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) Kota Makassar
Sulawesi Selatan” Sholawat beriringan salam kami kirimkan kepada
junjungan Alam Nabi Muhammad Saw.
Dalam penyelesaian penulisan Laporan Magang, kami mendapat
bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya.
Namun kami menyadari bahwa Laporan magang ini mungkin masih
ditemukan kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan guna perbaikan di masa yang
akan datang.
Makassar, Desember 2021

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada tahun 2020, masyarakat dunia menjadi saksi munculnya


virus corona jenis baru yang menyebabkan penyakit coronavirus disease
atau yang sekarang dikenal sebagai COVID-19. Virus ini pertama kali
muncul di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, pada akhir 2019 dan
dengan cepat menyebar dari hanya satu kota ke seluruh wilayah China
hanya dalam 30 hari.1 Hampir semua negara saat ini terdampak oleh
merebaknya penularan COVID-19
Penyebaran virus yang belum ditemukan penawarnya itu hingga
kini tak terkendali. Sudah 200 lebih negara di dunia melaporkan adanya
kasus terpapar virus corona dimana Covid-19 ini merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2), jenis baru corona virus yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia dimana pada kasus yang berat
dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal,
bahkan kematian yang telah dinyatakan sebagai bencana non-alam
berupa wabah / pandemi maupun sebagai kedaruratan Kesehatan
masyarakat.
Covid-19 sudah memakan korban hingga ratusan orang meninggal
dan puluhan ribu lainnya terinfeksi. Virus ini mudah sekali menyebar.
Komisi Kesehatan Nasional China mengkonfirmasi virus corona dapat
ditularkan dari manusia ke manusia yang terinfeksi. Bahkan virus itu bisa
saja menempel di salah satu tempat dekat pasien corona.
Pada tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global. Keputusan WHO itu
dikeluarkan ketika virus corona telah menyebar di 118 negara dan
menginfeksi lebih dari 121.000 orang di Asia, Eropa, Timur Tengah, dan
Amerika.
Kasus pertama COVID-19 di Indonesia ini, didapat melalui
penelusuran Kementerian Kesehatan RI. “Orang Jepang ke Indonesia
bertemu siapa, ditelusuri dan ketemu. Ternyata, orang yang terkena virus
corona berhubungan dengan dua orang, ibu 64 tahun dan putrinya 31
tahun," kata Jokowi. Penanganan kasus pertama virus corona Wuhan tak
hanya berfokus pada kedua pengidapnya. Demi penularan lebih jauh,
pemerintah juga mengisolasi rumah pengidap COVID-19 di kota
Depok. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, rumah
warga Depok yang positif mengidap virus corona telah diisolasi.
Sampai tanggal 7 Oktober 2021, Indonesia telah melaporkan
4.224.487 kasus positif menempati peringkat pertama terbanyak di Asia
Tenggara. Dalam hal angka kematian, Indonesia menempati peringkat
ketiga terbanyak di Asia dengan 142.494 kematian. Namun, angka
kematian diperkirakan jauh lebih tinggi dari data yang dilaporkan lantaran
tidak dihitungnya kasus kematian dengan gejala Covid-19 akut yang
belum dikonfirmasi atau dites. Sementara itu, diumumkan 4.054.246
orang telah sembuh, menyisakan 27.747 kasus yang sedang dirawat.
Pemerintah Indonesia telah menguji 27.334.864 orang dari total 269 juta
penduduk, yang berarti hanya sekitar 101.389 orang per satu juta
penduduk.
Untuk di Makassar sendiri Penanganan kasus Covid-19  saat ini
masih perlu dievaluasi. Sebab, meski kasus harian dilaporkan kecil,
namun laporan mingguan justru masih mengalami peningkatan Sejak
awal masuknya Virus Covid-19 di kota Makassar.Hal tersebut
dikemukakan Ahli Epidemiologi Unhas, Ansariadi. Menurutnya, laporan
mingguan yang mengalami peningkatan Sejak awal merebaknya kasus
dan perlu diantisipasi dini oleh pemerintah kota agar kasus ke depannya
tetap terkontrol. Jumlah kasus per minggu masih terus meningkat di
Makassar sejak lima minggu terakhir awal munculnya Kasus Covid-19 di
Kota Makassar.
Perlu evaluasi pelaksanaan pengendalian selama ini, khususnya
upaya penemuan kasus melalui test, trace dan isolasi yang selama ini
dilakukan, dan segera dilakukan perbaikan untuk memutuskan rantai
penularan. Termasuk pengawasan terhadap kasus dengan isolasi
mandiri. Peningkatan kasus baru setiap minggunya akan berakibat pada
meningkatkan hunian di RS karena Covid-19.
Banyaknya regulasi dan kebijakan dalam pengendalian pandemic
covid-19 yang di keluarkan oleh pemerintah membuat banyak perubahan
dalam aspek pelayananan kesehatan khususnya di kota makassar.
Hampir di semua fasilitas kesehatan membuat alur pelayanan yang ketat
untuk membantu pemerintah dalam melawan virus covid ini. Tak hanya
alur pelayanan, bahkan fasilitas kesehatan berbondong bonding
membuat program-program untuk membantu pemerintah dalam
penanggulangan covid-19 baik itu dari aspek promotive, preventif, kuratif
bahkan sampai aspek rehabilitative. Namun banyaknya program –
program yang muncul tidak hanya menimbulkan dampak postif saja tetapi
di kalangan masyarakat banyak terdapat masalah – masalah yang timbul
terutama dalam aspek etika.Banyak terdapat isu isu dalam masyarakat
terkait program penanganan Pengendalian Covid-19 yang pemerintah
keluarkan, sehingga pemerintah mempunyai tanggung jawab yang besar
tidak hanya dalam bagaimana percepatan pengendalian Covid-19 ini
segera tertangani akan tetapi dari segi pemberian edukasi ke masyarakat
dan pemahaman ke masyarakat akan bahaya covid-19 itu sendiri serta
edukasi dalam hal pencegahannya.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengevaluasi pelaksanaan program pengendalian
pandemi Covid19 dari prospektif Etika Dan Hukum Kesehatan pada
program Isolasi/karantina di Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial
(BPJS ) Kesehatan Kota Makassar, dalam hal ini terkait pembayaran
Klaim Penanganan Isolasi/karantina pasien Covid-19 dilayanan
kesehatan .
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengindentifikasi masalah dan mengevaluasi pelaksanaan
program Klaim Isolasi/karantina di Layanan Kesehatan dalam
pengendalian Pandemi Covid dalam prospektif Etika (kebenaran
dan kebaikan program).
b. Untuk mengindentifikasi masalah dan mengevaluasi pelaksanaan
program Pembayaran Klaim Isolasi/karantina di Layanan
Kesehatan dalam pengendalian Pandemi Covid di Kota Makassar,
dalam prospektif Hukun Kesehatana (kesesuaian antara aturan
dengan pelaksanaannya).
1.3 Identifikasi Masalah
Penanggulangan pandemi COVID-19 tidak hanya dilaksanakan dari
sisi penerapan protokol kesehatan, namun juga perlu mendapat dukungan
dari beberapa stake holder yang terkait. Dalam Hal Ini Pihak BPJS Kota
Makassar juga mempunyai andil dalam memberikan layanan Berupa
Jaminan Klaim Covid19 serta verifikasi yang lebih akurat dan standar
sehingga hak hak para petugas yang bekerja di Layanan kesehatan
pemerintah maupun swasta dalam hal Penanganan Perawatan
Isolasi /Karantina Pasien Covid-19 bisa lebih merata serta lebih akurat
dan Transparan.
BPJS Kesehatan Kota Makassar dan BPJS yang ada diseluruh
Indonesia mendapatkan penugasan dari pemerintah untuk memverifikasi
klaim pelayanan kesehatan pasien COVID-19 di rumah sakit. Mandat
tersebut tertuang dalam surat dari Menteri Koordinator Pemberdayaan
Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Nomor
S.22/MENKO/PMK/III/2020 tentang Penugasan Khusus Verifikasi Klaim
COVID-19.Proses verifikasi klaim pembayaran berkaitan dengan
Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/238/2020 tentang
Petunjuk Teknis Klaim Penggantian Biaya Perawatan Pasien Penyakit
Infeksi Emerging Tertentu Bagi Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan
Pelayanan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).Dimana dalam
mengajukan klaim penanganan COVID-19,terlebih dahulu rumah sakit
mengajukan permohonan pengajuan klaim melalui email ke Direktur
Jenderal Pelayanan Kesehatan. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan
Kementerian Kesehatan, ditembuskan ke Dinas Kesehatan, dan BPJS
Kesehatan untuk dilakukan verifikasi. Berkas pendukung verifikasi diajukan
melalui aplikasi Eklaim INA-CBGs.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dapat memberikan uang muka
paling banyak 50 persen dari jumlah klaim yang diajukan. Berkas pasien
COVID-19 yang dapat diajukan untuk diklaim biayanya adalah yang
dirawat sejak tanggal 28 Januari 2020.Setelah rumah sakit mengajukan
permohonan dan melengkapi berkas, BPJS Kesehatan akan melakukan
verifikasi terhadap klaim sesuai dengan ketentuan yang ada dalam
petunjuk teknis klaim penggantian biaya perawatan Penanganan Covid-19
di rumah sakit dan selanjutnya, BPJS Kesehatan mendapat waktu tujuh
hari untuk memverifikasi klaim sesuai ketentuan dalam petunjuk teknis
klaim penggantian biaya perawatan.
Selanjutnya, BPJS Kesehatan akan menerbitkan berita acara
verifikasi pembayaran tagihan klaim pelayanan kepada Kementerian
Kesehatan. BPJS Kesehatan diberi waktu tujuh hari kerja untuk melakukan
proses verifikasi klaim. Setelah BPJS Kesehatan menyerahkan berita
acara verifikasi, Kemenkes akan membayarkan klaim kepada rumah sakit
dengan nominal yang sudah dikurangi uang muka. Biaya klaim akan
ditransfer ke rekening rumah sakit oleh Kemenkes dalam kurun waktu tiga
hari kerja.
BPJS Kesehatan Kota Makassar dan kementerian/lembaga terkait
telah menyiapkan hal-hal pendukung proses verifikasi klaim, seperti
kesiapan sistem informasi dan prosedur, aplikasi penunjang, serta
sosialisasi kepada verifikator BPJS Kesehatan dan rumah sakit.
BPJS Kesehatan Kota Makassar sangat siap melaksanakan
penugasan ini. Pengalaman melaksanakan verifikasi klaim yang akuntabel,
transparan sesuai dengan prinsip good governance, sudah menjadi hal
yang wajib dilakukan oleh BPJS Kesehatan Kota Makassar khususnya
selama mengelola program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia
Sehat (JKN-KIS). Dengan adanya ketentuan di atas, diharapkan dapat
memperlancar tugas BPJS Kesehatan dalam melakukan verifikasi
terhadap klaim pelayanan kesehatan akibat Covid-19.
Sebagai informasi, sumber pembiayaan klaim pasien COVID-19
berasal dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) dan atau sumber lainnya yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu,
berdasarkan ketentuan pengajuan klaim, jika pasien sudah membayar
biaya perawatan, maka rumah sakit harus mengembalikan biaya tersebut.
Masa kedaluarsa klaim adalah tiga bulan setelah status pandemi/wabah
dicabut oleh pemerintah. Sementara itu, kriteria pasien yang dapat diklaim
biaya perawatannya adalah pasien yang sudah terkonfirmasi positif
COVID-19, Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan Orang Dalam
Pemantauan (ODP) yang berusia di atas 60 tahun dengan atau tanpa
penyakit penyerta, serta ODP berusia kurang dari 60 tahun dengan
penyakit penyerta, baik itu WNI ataupun WNA yang dirawat di rumah sakit
di wilayah negara Indonesia.
Menemani BPJS Kesehatan, Dinas Kesehatan memiliki tugas
melakukan pembinaan dan pengawasan. Adapun, Kementerian Kesehatan
RI berperan melakukan pembayaran klaim, pemberian uang muka, dan
menyelesaikan dispute claim. Untuk itu, diperlukan kehati-hatian,
akuntabilitas, transparansi, dan profesionalisme dari masing-masing pihak
dalam menjalankan tanggung jawabnya untuk meminimalisir terjadinya
potensi fraud. Dalam penugasan khusus verifikasi klaim Covid-19, ada
beberapa titik potensi fraud yang harus kita waspadai. Misalnya dari
pasien, ada ketidaksesuaian identitas. Risiko fraud bisa ditemukan pada
profil rumah sakit, kompetensi, sarana-prasarana, tata coding, dan input
klaim pada aplikasi.
Ada sejumlah tantangan dalam mencegah masalah pada klaim
Covid-19, seperti regulasi yang baru terbit setelah pelayanan diberikan
kepada pasien, pemahaman terhadap regulasi yang belum sama antara
beberapa pihak pemberi layanan Covid-19 dengan pihak BPJS
Kesehatan , belum optimalnya kepatuhan terhadap regulasi dan kebijakan
yang berlaku, serta adanya pasien Covid-19 yang memiliki identitas lebih
dari satu nomor dalam pengajuan klaim oleh rumah sakit.
1.4 Peran BPJS Kesehatan Kota Makassar
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan Kota
Makassar memegang peranan penting dalam upaya penanggulangan
pandemic covid -19 di Sulawesi Selatan. Program percepatan seperti
yang telah diinformasikan sebelumnya bahwa BPJS Kesehatan diberi
penugasan khusus oleh pemerintah untuk melakukan proses verivikasi
klaim rumah sakit atas pemberian pelayanan kesehatan akibat bencana
wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Melalui Surat Menteri
Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan ( Menko PMK )
Nomor :S.22/MENKO/PMK/III/2020 Tentang Penugasan Khusus
Verifikasi Klaim Covid-19.

Metode Praktek Lapangan


1. Persiapan
a. Persiapan administrasi
1) Membuat surat pengantar dari kampus Politeknik STIA-LAN
Makassar yang ditujukan ke Badan Penyelenggaraan Jaminan
Sosial Kesehatan Kota Makassar

2) Mengembangkan alat pendukung pengumpulan data: Formulir


Wawancara, Kuestioner dan Daftar Observasi
b. Persiapan Teknis
1) Melakukan observasi kegiatan lapangan yang akan dilakukan
2) Melakukan wawancara kepada pihak yang diberikan wewenang
dan tanggung jawab terhadap pemberian informasi terkait
penanganan layanan Klaim Covid -19 yang ada di kota
Makassar
3) Melakukan observasi kegiatan proses Verifikasi Data klaim
Pasien Covid -19 di Layanan Kesehatan yang ada di Kota
Makassar
4) Mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan proses
Verifikasi Data klaim Pasien Covid -19 di Layanan Kesehatan
yang ada di Kota Makassar
5) Mengolah data dan menganalisis data yang telah didapatkan
dilapangan.
1.5 Sasaran, Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Sasaran
a. Kepala BPJS Kesehatan Kota Makassar atau yang mewakili.
b. Kepala Bagian yang terkait dalam pemberian informasi mengenai
proses proses verifikasi klain Pasien Covid-19.
c. Petugas / verifikator sebagai orang yang pertama yang terlibat
dalam masalah masalah yang terjadi dilapangan saat melakukan
verifikasi data.
2. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan kunjungan lapangan dilakukan selama 5 hari
kunjungan kerja berdasarkan hari kerja di BPJS Kesehatan Kota
Makassar. Kegiatan dimulai pada hari Senin 18 Oktober 2021 dengan
agenda pemasukan surat kunjungan Kuliah Lapangan ke bagian
Administrasi BPJS Kesehatan Kota Makassar secara bertahap dan
pengumpulan data dan informasi rampung pada tanggal 5 Desember
2021.Kegiatan ini berlangsung lama Mengingat menunggu petugas
yang berwenang menyiapkan waktu luang dalam memberikan
informasi informasi terkait proses Verifikasi data Klaim Pasien Covid-
19 yang ada di Rumah Sakit.
3. Lokasi Praktek Lapangan
Pelaksanaan praktek lapangan dilakukan di Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS ) Kesehatan Kota Makassar
yang beralamat di Jl. AP.Pettarani No.78 Makassar.
BAB II
TINJAUAN TEMPAT PRAKTEK LAPANGAN

A. Gambaran Umum Pelayanan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial


Kesehatan Kota Makassar
1.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
Mengacu kepada Undang-Undang nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menjelaskan fungsi dan tugas
BPJS Kesehatan sebagai berikut:
 Tugas dan Fungsi
BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan
kesehatan. 
Dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional bahwa Jaminan kesehatan
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi
sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS
Kesehatan bertugas untuk :
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta.
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi
kerja.
c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta.
e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan
sosial.
f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan
kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan social
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program
jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat
B. Demografi
Kondisi Kepesertaan BPJS Kesehatan Kota Makassar Per
November 2021, kepesertaan secara nasional sudah mencapai 83 persen
atau 226 juta sudah terdaftar sebagai peserta dari 272 juta penduduk
Indonesia. Khusus di wilayah Sulsel, capaiannya sebesar 89 persen atau
8,1 juta warga Sulsel sudah menjadi peserta desa/kelurahan, yang
memiliki 4 suku daerah yaitu suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja.
BPJS Kesehatan Kota Makassar terus mendorong penambahan jumlah
kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-
KIS). Hal itu untuk memenuhi target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) sebesar 98 persen pada tahun 2024
mendatang.
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Makassar, dr Greisthy Borotoding
melanjutkan masih ada 1 juta penduduk yang belum menjadi peserta JKN-
KIS di Sulsel. Khusus di wilayah Kantor Cabang Makassar yang meliputi
Makassar, Jeneponto, Takalar, Pangkep, dan Maros, capaiannya sudah
92 persen. Lebih spesifik lagi, khusus Kota Makassar, warga yang sudah
menjadi peserta JKN-KIS sudah mencapai 96 persen. Targetnya, tahun
2022 mendatang sudah naik menjadi 98 persen.
Sepanjang tahun 2021, BPJS Kesehatan Kedeputian Wilayah
Sulselbartramal telah bekerja sama dengan 927 Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (Puskesmas, klinik pratama, dokter prakter perorangan,
dll), 112 Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (rumah sakit) yang
tersebar di 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulsel.
Dengan jumlah pemanfaatan layanan kesehatan sepanjang tahun
2021 sebesar 9,5 juta dengan pemanfaatan per hari 37.918 kasus.
C. Gambaran Umum Kerjasama dengan Layanan Kesehatan dalam
penanganan Covid-19
Sejak Awal pandemi Covid-19 Masuk ke Makassar, pemerintah
mebuat kebijakan dalam hal penetapan Tempat rujukan penyangga Covid-
19 agar penyebaran covid -19 tidak meluas penyebarannya dilayanan
kesehatan dimana di layanan kesehatan seperti Rumah sakit sangat
rawan terjadinya Penularan baik terhadap petugas kesehatan terlebih lagi
kepada Masyarakat yang melakukan pemeriksaan kesehatan.
Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor
:955/III/Tahun 2020 tentang Penetapan Rumah Sakit Penyangga
Penanggulangan Covid-19 Provinsi Sulawesi Selatan, terdapat 46 Rumah
Sakit yang Tersebar diseluruh kota Makassar dan diluar Kota Makassar.
D. Visi dan Misi Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan
Kota Makassar
1. Visi
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial(BPJS) Kesehatan Kota
Makassar menetapkan Visi sebagai berikut :
“Terwujudnya Jaminan Kesehatan yang Berkualitas tanpa Diskriminasi”
2. Misi
Untuk mendukung visi, maka dibuat misi sebagai berikut :
1. Memberikan Layanan Terbaik kepada peserta dan Masyarakat.
2. Memperluas Kepesertaan ProgramJaminan Kesehatan Mencakup
Seluruh Penduduk Indonesia.
3. Bersama Mejaga Kesinambungan Finansial Program Jaminan
Kesehatan.
E. Struktur Organisasi
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Pelaksanaan praktek kerja lapangan di Badan Penyelenggaraan


Jaminan Sosial (BPJS ) Kesehatan Kota Makassar ini dilakukan sebanyak 5
kali Kunjungan. Kegiatan dimulai pada hari Senin 18 Oktober 2021 dengan
agenda pemasukan surat kunjungan Kuliah Lapangan ke bagian Administrasi
BPJS Kesehatan Kota Makassar secara bertahap dan pengumpulan data
dan informasi rampung pada tanggal 5 Desember 2021.Kegiatan ini
berlangsung lama Mengingat menunggu petugas yang berwenang
menyiapkan waktu luang dalam memberikan informasi informasi terkait
proses Verifikasi data Klaim Pasien Covid-19 yang ada di Rumah Sakit.
Selama Proses Wawancara kami menghimpun beberapa Pertanyaan
pertanyaan yang kami sampaikan ke Pihak BPJS Kesehatan Kota Makassar
yang terdiri dari 18 Pertanyaan yang kami berikan dan semuanya mendapan
respon dan timbal balik dari pertayaan yang kami sampaikan. Adapun
pertanyaan pertayaan kami anatara lain ;
1. Apa yang menjadi syarat untuk pengklaiman isolasi pelayanan kesehatan
akibat covid 19 ?
2. Apa peran dan tugas Bpjs dalam pengklaiman isolasi pelayanan
kesehatan akibat covid 19 di rumah sakit ?
3. Bagaimana alur pengajuan Klaim Covid_19 dalam isolasi pelayanan
kesehatan di bpjs ?
4. Apakah pengajuan ini dilakukan secara manual atau melalui aplikasi ?
5. Apa Kendala dan permasalahan yang sering terjadi dalam hal pengajuan
klaim isolasi covid -19 pada BPJS kesehatan ?
6. Apa saja permasalahan internal rumah sakit menyangkut standar
perawatan dan prosedur klaim covid-19
7. Apa saja kendala dalam persepsi standar klaim verifikator BPJS-K ?
8. Bagaimana perkembangan pembayaran klaim rumah sakit yang
menangani pasien covid – 19 ?
9. Bagaimana peran bpjs kesehatan dalam upaya penanggulangan covid-
19 ?
10. Apa harapannya untuk BPJS kesehatan terkait penugasan khusus
tersebut ?
11. Apakah Terdapat Perbedaan Persepsi Standar Klaim yang di berikan oleh
pihak BPJS dengan pihak pemberi layanan Kesehatan.
12. Apakah Pihak Petugas BPJS dan Baik Efektif Efesien Petugas Layanan
Kesehatan yang menangani Isolasi/ Karantina Pasien Covid Sedah
memahami Aturan terkait Standar Perawatan dan Standar Klaim yang bisa
dibayarkan?
13. Apakah semua Rumah sakit dan Pemberi Layanan Yang memberikan
Isolasi Pasien Covid sudah mendapatkan Hak Hak nya dalam Hal Klaim ?
14. Bagaimana Pihak BPJS bisa menjamin Transparansi pemberian Jaminan
Klaim Rumah sakit yang menangani Isolasi Covid yang begitu Besar ?
15. Apakah pembayaran Klaim Dana Penanganan Isolasi Covid di Instansi
Kesehatan sudah Tepat Sasaran atau belum ?
16. Bagaimana dengan Pasein Covid 19 Yang tidak terdaftar di BPJS apakah
bisa Pihak Rumah sakit untuk mendapatkan ganti rugi Klaim
penanganannya?
17. Apakah Verifikator BPJS sudah Profesional dalam memahami
permasalahan terkait Pasien dan ruang Isolasi Pasien Covid19 ?
18. Bagaimana Petugas/ Pihak BPJS dalam menangani Klaim Rumah sakit
yang sudah terlanjur banyak, dengan berbagai variasi dampak atau
besarnya biaya Klaim Isolasi ??
Adapun kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut :

18/10/2021 8/11/2021 9/11/2021 20/11/2021 28/11/2021 5/12/2021

Kegiatan

Persuratan

Melapor ke
Bagian
Informasi
Layanan

Observasi

wawancara I

Wawancara 2

Membuat
Laporan
BAB IV

PEMBAHASAN

Proses Verifikasi Klaim Isolasi/Karantina Pasien Covid 19 merupakan


penentu utama dalam memberikan hak hak para peserta Pemberi Layanan
Covid 19 yang ada dikota Makassar. Hal ini mengacu pada Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 4344 Tahun 2021 tentang petunjuk teknis Klaim
Penggantian Biaya Pelayanan Pasien Covid-19 Bagi Rumah Sakit
Penyelenggara Pelayanan covid-19 , BPJS Kesehatan diamanatkan untuk
berperan dan berkontribusi dalam penanganan Covid-19 . Dimana tugas
Utamanya adalah Melakukan pengelolaan Administrasi Klaim , Verifikasi
Tagihan ,Pembayaran Tagihan Klaim , dan Membuat Berita Acara Hasil
Verifikasi Tagihan kepada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Adapun Alur Pengajuan KlaiM Covid-19 Sebagai Berikut ;
Pertama, rumah sakit mengajukan email permohonan pengajuan ke
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan melalui Direktur Pelayanan
Kesehatan Rujukan Kemenkes, ditembuskan ke Dinas Kesehatan (Dinkes)
dan BPJS Kesehatan untuk verifikasi. Adapun, berkas pendukung verifikasi
diajukan melalui aplikasi Eklaim INA-CBGs. Nantinya, Kemenkes dapat
memberi uang muka maksimal 50 persen dari jumlah klaim yang diajukan.
Berkas klaim Covid-19 yang dapat diajukan adalah milik pasien yang dirawat
sejak Selasa (28/1/2020).
Selanjutnya, BPJS Kesehatan mendapat waktu tujuh hari untuk
memverifikasi klaim sesuai ketentuan dalam petunjuk teknis klaim
penggantian biaya perawatan. Kemudian, Kemenkes akan membayar biaya
klaim yang sudah dikurangi uang muka ke rekening rumah sakit dalam kurun
waktu tiga hari kerja. Sumber pembiayaan klaim pasien Covid-19 berasal dari
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) dan sumber lain sesuai peraturan perundang-undangan.
Adapun Jika pasien sudah membayar biaya perawatan, maka rumah sakit
harus mengembalikannya.Masa kedaluwarsa klaim adalah tiga bulan setelah
status pandemi atau wabah dicabut pemerintah.
Sementara itu, mereka yang dapat melakukan klaim biaya perawatan
adalah pasien positif Covid-19, serta Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan
Orang Dalam Pemantauan (ODP) berusia di atas 60 tahun dengan atau
tanpa penyakit penyerta.Selain itu, ODP berusia kurang dari 60 tahun dengan
penyakit penyerta yang dirawat di rumah sakit juga dapat melakukan klaim.
Selama Masa praktek lapangan kami melontarkan beberapa pertanyaan
dan wawancara yang kami himpun dalam satu draft lembar pertanyaan
seperti yang telah kami paparkan dalam bab sebelumnya. Dari hasil
wawancara tersebut kami melihat bahwa selama ini proses prose verifikasi
telah melalui tahap dan prosedur sesuai dengan pedoman yang ada dimana
semua mengacu Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) Nomor
HK.01.07/MENKES/238/2020.Kepmen itu berisi tentang Petunjuk
Teknis Klaim Penggantian Biaya Perawatan Pasien Penyakit
Infeksi Emerging Tertentu bagi Rumah Sakit yang Menyelenggarakan
Pelayanan Covid-19.
Adapun kendala kendalan tekhnis dilapangan yang dialami oleh para
petugas Verifikator BPJS Kesehatan Kota Makassar antara lain ;
1. Banyak Pihak rumah sakit mengajukan berkas klaim yang kurang lengkap
atau bahkan belum mengajukan klaim sama sekali.
2. Belum optimalnya pemahaman rumah sakit tentang petunjuk teknis
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tentang pengajuan klaim Covid-19.
3.Terjadinya Dispute Klain Covid-19 Antara BJPS Kesehatan dengan
Fasilitas Kesehatan atas klaim yang diajukan.
Ketiga permasalahan ini masih sering terjadi sejak pengajuan awal saat
pandemi covid-19 sampai sekarng.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara melalui pihak yang terkait
dalam pelaksanaan program Klaim Isolasi/Karantina Pasien covid 19 pada
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan Kota Makassar, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Dalam perspektif Etika dan Hukum Kesehatan maka kegiatan diatas
telah sesuai dengan perspektif etika dalam memverifikasi data Tagihan Klaim
Covid-19.
Proses verifikasi data di lingkungan BPJS Kesehatan Kota Makassar telah
memenuhi Standar yang ada, orang orang yang terlibat dalam proses
verifikasi adalah orang yang sudah Ahli dalam menangani dalam proses
Verifikasi data dan sudah sesuai dengan bidangnya masing masing.
Kegiatan Verifikasi harus ditempatkan orang orang yang Profesional
dalam melakukan proses Verifikasi, Agar dapat mempercepat proses Klaim
Covid-19 yang nantinya akan di teruskan Ke Kementerian Kesehatan RI.
Sehingga kedepannya Arus CashFlow Rumah sakit pemberi Layanan
Penanganan Covid-19 bisa tetap terjaga.Tidak hanya itu Petugas Verifikator
BPJS Kesehatan juga harus menjungnjung Nilai kode etik dalam menjaga
kerahasiaan Data pasien yang terverifikasi.
BPJS Kesehatan selalu berupaya melindungi data pribadi peserta melalui
penerapan tata kelola teknologi informasi dan tata kelola data sesuai
ketentuan, standar, dan undang-undang yang berlaku.
Melalui Proses wawancara kami mendapatkan informasi Bahwa saat
ini Kemkes telah menyelesaikan pembayaran tahap pertama pelayanan
Covid-19 tahun 2021 sebesar Rp 16,14 triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar
Rp 5,6 triliun diperuntukkan bagi pembayaran tunggakan klaim pelayanan
tahun 2020 untuk bulan pelayanan Maret-Desember. Jumlah tersebut
digunakan untuk membayar klaim kepada 1.373 RS, terdiri dari 803 RS
swasta, 415 RSUD, 58 RS TNI, 33 RS Polri, 30 RS Kemkes, 23 RS BUMN,
dan 11 RS kementerian lainnya.Paling besar dan paling banyak
pembayarannya adalah RS swasta, kemudian urutan kedua RSUD dan
urutan ketiga RS Kemkes, dan RS lainnya. dana Rp 5,6 triliun yang
dibayarkan merupakan bagian dari dispute klaim tahun 2020 yang mencapai
Rp 22,085 triliun. Sedangkan sisanya, masih dalam proses penyelesaian
yang dilakukan secara bertahap.
Sebagaimana diketahui, klaim RS swasta yang menangani pasien
Covid-19 belum dibayarkan secara penuh oleh pemerintah, termasuk klaim
tahun lalu. Padahal, RS swasta ikut merawat pasien Covid-19 sehingga ada
konsekuensi biaya yang muncul. Jika klaim yang diajukan dan belum dibayar
otomatis mempengaruhi kapasitas RS swasta untuk melayani pasien.

STUDI KASUS KLAIM ISOLASI COVID-19


Coronavirus Disease 2019 atau yang sering biasa disebut Covid-19
merupakan sebuah pandemi yang tak pelak usai hingga saat ini wabah ini
sudah mengakibatkan sejumlah perubahan besar dalam berbagai sektor
salah diantaranya yaitu sektor ekonomi. Kasus kematian Covid-19 kian hari
kian meningkat.
Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per 3 April
menyebutkan kasus positif Covid-19 sejumlah 1.821.703 jiwa, sembuh
sejumlah 1.669.119 jiwa, dan meninggal sejumlah 50.578 jiwa. betapa sangat
membahayakannya Covid-19 ini.
Namun dalam program Pembayaran Klaim Isolasi/ Karantina Covid-19
ini memunculkan polemik baru dimana tak sedikit masyarakat yang menerima
dengan begitu saja adanya program ini. banyak pro kontra untuk program
Pembayaran Klaim Isolasi/ Karantina Covid-19 yang diberlakukan
pemerintah. “Apakah Program Pembayaran Klaim Isolasi/ Karantina Covid-
19 Sudah betul betul merata dan sesuai dengan Standart verifikasi ”
Pembayaran Klaim Isolasi/ Karantina Covid-19 merupakan salah satu
dari sekian banyak program pemerintah dalam menanggulangi wabah Covid-
19 ini. sebagaimana tercantum dalam Keputusan Presiden No.12 Tahun
2020 tentang Penetapan Bencana Non alam Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (COVID19) sebagai Bencana Nasional.
Program Pembayaran Klaim Isolasi/ karantina Covid ini memakan biaya
yang cukup banyak dimana bertujuan dengan dibayarkannya Klaim Isolasi
Covid-19 ini dapat memperlancar Arus CashFlow Rumah sakit agar semua
pelayanan yang ada dirumahsakit dapat berjalan dengan lancar.
Tetapi program pemerintah terkait dengan Pembayaran Klaim Isolasi/
Karantina Covid-19 ini menuai pro dan kontra terlebih dengan adanya berita
kebocoran data Pasien sebesar 279 Juta WNI yang mengharuskan BPJS
Kesehatan menempuh jalur Hukum agar penyelesaian kasus ini segera
tertangani.
Belum lagi adanya isu isu terkait masih banyaknya Layanan Kesehatan
yang belum mendapatkan Hak Haknya terkait Klaim. Hal ini diakibatkan oleh
masalah Dispute Klaim, dimana Apabila terjadi dispute maka BPJS
Kesehatan akan memverifikasi lagi klaim yang diajukan setelah rumah sakit
melakukan perbaikan terhadap kelengkapan syarat yang dipersyaratkan. Jika
masih dispute (yang kedua kali) maka hasil verifikasi dispute tersebut ditarik
lagi secara otomatis oleh Kemenkes untuk dilakukan penetapan dispute
penyelesaian). Penetapan dispute oleh Yankes dengan status
diterima/dibayar atau status ditolak akan dilakukan penyesuaian pada status
klaim di BPJS Kesehatan secara otomatis.
Kemenkes juga mengeluarkan kebijakan terkait tata cara verifikasi klaim
oleh BPJS Kesehatan yang terdiri dari verifikasi administrasi dan verifikasi
pelayanan pasien. Verifikasi Administrasi Ketika mengajukan klaim, tim
verifikasi melakukan pemeriksaan administrasi terhadap kelengkapan berkas
klaim yang disampaikan oleh rumah sakit dengan cara memeriksa
kesesuaian berkas klaim dengan berkas yang dipersyaratkan. Selanjutnya,
tim akan mencocokkan tagihan yang diajukan dengan bukti pendukung yang
dilampirkan. Jika berkas tidak lengkap, maka rumah sakit melengkapi
kekurangan berkas yang diperlukan. Verifikasi pelayanan pasien Sementara
itu, untuk verifikasi klaim pelayanan pasien, verfikator wajib memastikan
kelengkapan berkas klaim. Kemudian, verifikator melakukan penghitungan
biaya pelayanan dan lama pelayanan sesuai dengan pelayanan yang telah
diberikan pihak rumah sakit kepada pasien. Hasil verifikasi oleh BPJS
Kesehatan dalam bentuk Berita Acara Hasil Verifikasi Klaim disampaikan
kepada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan cq. Direktur Pelayanan
Kesehatan Rujukan. Hasil ini kemudian ditembuskan ke Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan untuk pengawasan fungsional terhadap berkas
klaim. Jika diperlukan, verifikasi dapat dilakukan di rumah sakit yang
mengajukan klaim.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Sudah sesuai pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 4344
Tahun 2021 tentang petunjuk teknis Klaim Penggantian Biaya
Pelayanan Pasien Covid-19 Bagi Rumah Sakit Penyelenggara
Pelayanan covid-19, BPJS Kesehatan diamanatkan untuk berperan dan
berkontribusi dalam penanganan Covid-19 .
2. Alur Pengajuan Klaim Covid-19 sudah sesuai SOP Pelayanan
Kesehatan Rujukan Kemenkes.
3. Penentuan sasaran klaim biaya perawatan sudah sesuai yaitu pasien
positif Covid-19, serta Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang
Dalam Pemantauan (ODP) berusia di atas 60 tahun dengan atau tanpa
penyakit penyerta.Selain itu, ODP berusia kurang dari 60 tahun.
4. Proses verifikasi telah melalui tahap dan prosedur sesuai dengan
pedoman yang ada dimana semua mengacu Keputusan Menteri
Kesehatan (KMK) Nomor HK.01.07/MENKES/238/2020.
5. Dalam perspektif Etika dan Hukum Kesehatan maka kegiatan diatas
telah sesuai dengan perspektif etika dalam memverifikasi data Tagihan
Klaim Covid-19.
6. Proses verifikasi data di lingkungan BPJS Kesehatan Kota Makassar
telah memenuhi Standar yang ada, orang orang yang terlibat dalam
proses verifikasi adalah orang yang sudah Ahli dalam menangani dalam
proses Verifikasi data dan sudah sesuai dengan bidangnya masing
masing.
REFERENSI

1. Ambarwati W.2021 pembiayaan pasien covid – 19 dan dampak keuangan


terhadap rumah sakit yang melayani pasien covid – 19 di indonesia
periode maret 2020 -desember 2020
2. Susanti M. 2018 Tinjauan Peran Koder Untuk Klaim BPJS Kesehatan
Dalam Pelaksanaan JKN Di RSU Darmayu Ponorogo
3. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang  penetapan bencana
non alam penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai
Bencana Nasional.
4. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease (COVID-19) ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 2020
oleh Presiden Joko Widodo.
5. Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
6. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 Revisi 5,
Kementerian Kesehatan RI, diterbitkan Bulan Juli Tahun 2020.
7. Arikusnadi N., Sudirman S., 2020 Studi Penyebab Pengembalian Berkas
Klaim Bpjs Kesehatan Di Rumkit Bhayangkara
8. M N Bustan. Etika Pelayanan Kesehatan. Penerbit Masagena Press. 2016.
9. Indar., Marwah Thaha., L. Ismaniar. Dimensi Hukum Pencegahan dan
Penanggulangan Covid19. Penerbit Pustaka Pelajar. 2021
10. Irwandy. 2018., Kajian Literature : Evaluasi Pelaksanaan Program
Jaminan Kesehatan Nasional Di Indonesia
11. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 Tentang Pengadaan Vaksin
dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penaggulangan Pandemi
COVID-19
12. Keputusan Menteri Kesehatan Kepmenkes Nomor
HK.01.07/MENKES/446/2020 tentang Petunjuk
13. Permenkes Nomor 28 Tahun 2020 dan Permenkes Nomor 84 Tahun
2020
14. CNN Indonesia 2020. Alasan klaim BPJS kesehatan pasien covid-19
bermasalah
LAMPIRAN

Gambar 1 : Kantor BPJS Kesehatan Pettarani


Gambar 2 : Proses observasi dan wawancara

Gambar 3 : Proses wawancara

Anda mungkin juga menyukai