Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan hak asasi manusia yang harus
dilaksanakan negara. Pemerintah harus melaksanakan prinsip-prinsip good
governance dalam melaksanakan pelayanan publik termasuk pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan salah satunya merupakan tanggungjawab pemerintah,
tentunya dengan dukungan atau partisipasi masyarakat., dengan demikian upaya mewujudkan
kesehatan rakyat yang diprogramkan pemerintah, peranan warga negara untuk memelihara diri,
lingkungan dan masyarakat adalah sangat penting. Ini berarti bahwa pemeliharaan kesehatan
diri, lingkungan dan masyarakat merupakan kunci pokok tercapainya kesehatan secara
keseluruhan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi
pelayanan :
1. Kuratif (pengobatan);
2. Preventif (upaya pencegahan);
3. Promotif (peningkatan kesehatan);
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Puskesmas sebagai lembaga yang menangani masalah pelayanan kesehatan mempunyai
peranan yang cukup besar dalam rangka menciptakan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Arti
penting puskesmas ini adalah bahwa puskesmas merupakan salah satu unsur dalam kerangka
tatanan atau sistem kesehatan nasional yang harus dapat memenuhi tujuan pembangunan
kesehatan, yaitu untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Peningkatan kesehatan bagi masyarakat miskin ditinjau secara kuantitatif maupun kualitatif
sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan dari program-program yang telah dilaksanakan,
ternyata masih jauh dari harapan pemerintah maupun masyarakat. Oleh karena itu, Departemen
Kesehatan mengambil kebijakan baru berupa Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi
Masyarakat Miskin (PJKMM) atau yang lebih dikenal dengan Askeskin. Program ini sebagai
bentuk dari dikeluarkannya SK Menteri kesehatan Nomor 1241/Menskes/SK/XI/2004, tanggal
12 November 2004, yang menugaskan PT. Askes (Persero) dalam pengelolaan program
Askeskin. Akan tetapi sejak tahun 2008 Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menegaskan
bahwa program Askeskin (Asuransi Kesehatan Rakyat Miskin) telah diubah menjadi
Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), sesuai dengan Kepmenkes No. 125 Tahun 2008,
termasuk juga perubahan nama supaya tidak identik dengan PT. Askes. Kebijakan baru itu
antara lain penyaluran dana langsung dari Kantor Perbendaharaan Kas Negara (KPKN)
Departemen Keuangan langsung ke rumah sakit melalui bank yang ditunjuk.
Tata laksana kepesertaan telah ditentukan secara nasional, yaitu 19,1 juta Rumah Tangga
Miskin (RTM). Berdasarkan jumlah sasaran nasional tersebut Menteri Kesehatan (Menkes)
membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota.
Sasaran Jamkesmas merupakan masyarakat atau anggota keluaga miskin dalam suatu
wilayah, sedangkan kriteria miskin itu sendiri adalah:
1. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
2. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
3. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
4. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
5. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
6. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
7. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan 0,5 Ha, buruh
tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan
di bawah Rp. 600.000 per bulan.
8. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga adalah tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya
SD.
9. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000, seperti
sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.
Jamkesmas merupakan bentuk kebijakan baru dari pemerintah dalam rangka melanjutkan
program-program sebelumnya berkaitan dengan penyelenggaraan jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi keluarga miskin yang dinilai gagal dalam tahap implementasi. Kegagalan
program sebelumnya memberi dampak tersendiri bagi keluarga miskin yang menginginkan
pelayanan kesehatan yang murah tetapi berkualitas. Karena itulah Jamkesmas sangat
diharapkan mampu menutupi kelemahan-kelemahan program kesehatan bagi masyarakat
miskin sebelumnya.
Sebagai bagian dari organisasi pemerintah yang melayani kesehatan masyarakat di tingkat
bawah, maka Puskesmas dituntut untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatannya
agar masyarakat puas dengan pelayanan yang diberikan sehingga masyarakat akan lebih
tertarik untuk memanfaatkan jasa kesehatan di Puskesmas. Untuk dapat memaksimalkan
pelayanan kepada masyarakat luas maka Puskesmas sebagai salah satu instansi publik harus
senantiasa melakukan berbagai kebijakan yang dapat menarik minat pasien untuk
memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan yang ada, dan semua ini sangat bergantung pada
pegawainya, yaitu dengan memperlihatkan semangat kerja yang terus semakin baik.
Layanan yang dilakukan lebih mengarah pada pengobatan atau pelayanan kesehatan di
tingkat pertama (sebelum dilakukan perujukan ke rumah sakit) yaitu :
1. Balai Pengobatan Umum;
2. Balai Pengobatan Gigi;
3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA);
4. Keluarga Berencana (KB);
5. Rontgen (Radiologi);
6. Rekam Jantung;
7. Laborat;
8. Rawat Inap;
9. Pelayanan Obstetri Neonafal Obsensial Dasar (Poned);
10. Penanganan Penyakit Menular (P2M).
Pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas sebagai contoh di Desa Nogosari Boyolali
berlaku secara umum, artinya semua lapisan masyarakat dapat mengaksesnya, artinya keluarga
miskin atau kaya dilayani oleh petugas puskesmas. Perbedaan yang mendasar pada peserta
Jamkesmas adalah biaya pelayanan, yang semuanya digratiskan atau ditanggung oleh
pemerintah melalui PT. Askes, asalkan semua persyaratan telah dipenuhi dengan baik dan
lengkap. Pelayanan yang lebih banyak di akses oleh peserta Jamkesmas adalah pengobatan
umum, kesehatan ibu dan anak (KIA). Sementara itu pelayanan kesehatan yang menjadi hak
peserta PJKMM adalah pelayanan yang tersedia pada fasilitas kesehatan yang ditunjuk dalam
lingkungan propinsi, rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Rawat jalan tingkat pertama (RJTP), dilaksanakan pada Puskesmas dan jaringannya,
meliputi :
a. Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan;
b. Pemeriksaan fisik;
c. Laboratorium sederhana (darah, urine, feses rutin);
d. Tindakan medis kecil/sederhana;
e. Pemeriksaaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut/tambal;
f. Pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan balita;
g. Pelayanan KB dan penyembuhan efek samping;
h. Pemberian obat standar sesuai indikasi medis.
2. Rawat inap tingkat pertama (RITP), dilaksanakan pada Puskesmas Perawatan, meliputi
:
a. Akomodasi rawat inap;
b. Konsultasi medis;
c. Pemeriksaaan fisik;
d. Laboratorium sederhana (darah, urine, feses rutin);
e. Tindakan medis kecil/sederhana;
f. Pemberian obat standar dan bahan/alat kesehatan habis pakai selama masa perawatan;
g. Persalinan normal (termasuk di Puskesmas non perawatan).
3. Pelayanan gawat darurat (emergency) termasuk pelayanan ambulans untuk rujukan
gawat darurat.
Fasilitas pelayanan di atas merupakan hak peserta Jamkesmas yang harus dilayani oleh
petugas terkait (puskesmas dan rumah sakit). Dengan adanya layanan kesehatan tersebut
berusaha untuk melayani segala lapisan masyarakat untuk berobat atau lainnya termasuk dari
pasien yang menggunakan jasa Jamkesmas. Walaupun dengan model pembiayaan yang minim
(dianggaarkan Rp. 5.000/orang), pihak puskesmas tetap dituntut untuk memberikan pelayanan
yang maksimal, yaitu mengedepankan akuntabilitas, responsibilitas, orientasi pelayanan dan
efisien.
Kondisi yang ada selama ini ternyata masih prosedural, artinya persyaratan administratif
tetap harus dilakukan oleh peserta bila menginginkan pelayanan Jamkesmas. Kondisi ini
semata-mata lebih merujuk atau berpedoman pada prosedur pelaksana sehingga
pertanggungjawaban program serta anggaran dapat lebih baik.
Selain didukung oleh petugas dari bidang kesehatan dan tenaga non kesehatan, puskesmas
Desa Nogosari Boyolali juga memiliki berbagai keunggulan dibanding puskesmas lain, yaitu
memiliki ruang rawat inap, sarana radiologi dan peralatan (KB) pria lengkap. Adapun fasilitas
dan peralatan lain yang dimiliki sebagai penunjang untuk kegiatan pelayanan kesehatan,
adalah: