Mardiana Ahmad
• Ontologi bahasa Yunani yang artinya ilmu
tentang yang ada.
• Ontologi menurut istilahilmu yang
membahas sesuatu yang telah ada, baik
secara jasmani maupun secara rohani.
• Dalam aspek Ontologi diperlukan landasan-
landasan dari sebuah pernyataan-pernyataan
dalam sebuah ilmu.
• Landasan-landasan disebut Metafisika
Dasar Ontologi Ilmu
• Proses keilmuan bertujuan untuk memeras
hakikat objek empiris tertentu, untuk
mendapatkan sari yang berupa pengetahuan
mengenai objek tersebut
• Ada 3 hal yang berkaitan dalam mempelajari
ontologi ilmu Metafisika, Probabilitas dan
Asumsi.
ASPEK ONTOLOGI
Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan tertentu hendaknya
diuraikan secara :
a. Metodis; Menggunakan cara ilmiah
b. Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara
teratur dalam suatu keseluruhan
c. Koheren; Unsur-unsurnya tidak boleh mengandung
uraian yang bertentangan
d. Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang
benar (logis)
e. Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu
sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional –
atau secara keseluruhan (holistik)
f. Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau
esensinya
g. Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum
yang berlaku di mana saja.
a. Metafisika
• Secara etimologis metafisika dari kata “meta” dan
“fisika” (Yunani). “meta” berarti sesudah, di belakang
atau melampaui, dan “fisika”, berarti alam nyata.
• Kata fisik (physic) di sini sama dengan “nature”, yaitu
alam.
• Metafisika merupakan cabang dari filsafat yang
mempersoalkan tentang hakikat, yang tersimpul di
belakang dunia fenomenal.
• Metafisika melampaui pengalaman, objeknya diluar hal
yang ditangkap panca indra.
• Metafisika mempelajari manusia, namun yang
menjadi objek pemikirannya bukanlah manusia
dengan segala aspeknya, termasuk
pengalamannya yang dapat ditangkap oleh indra.
• Sosiologi mempelajari manusia dalam bentuk
kelompok serta interaksinya yang dapat
ditangkap indra serta yang berada dalam
pengalaman manusia; begitu juga psikologi,
biologi, dan sebagainya.
• Namun metafisika mempelajari manusia
melampaui atau diluar fisik manusia dan gejala-
gejala yang dialami manusia.
• Metafisika mempelajari siapa manusia, apa
tujuannya, dari mana asal manusia, dan untuk
apa hidup di dunia ini.
• Jadi metafisika mempelajari manusia jauh
melampaui ruang dan waktu.
• Begitu juga pembahasan tentang kosmos maupun
Tuhan, yang dipelajari adalah hakikatnya, di luar
dunia fenomenal (dunia gejala).
b. Asumsi
Ilmu mengemukakan beberapa asumsi mengenai objek
empiris.
Ilmu menganggap bahwa objek-objek empiris yang menjadi
bidang penelaahannya mempunyai sifat keragaman,
memperlihatkan sifat berulang dan semuanya jalin-
menjalin secara teratur.
Sesuatu peristiwa tidaklah terjadi secara kebetulan namun
tiap peristiwa mempunyai pola tetap yang teratur.
Bahwa hujan diawali dengan awan tebal dan langit
mendung, hal ini bukanlah merupakan suatu kebetulan
tetapi memang polanya sudah demikian.
Kejadian ini akan berulang dengan pola yang sama.
Alam merupakan suatu sistem yang teratur yang tunduk
kepada hukum-hukum tertentu
• Determinisme merupakan asumsi ilmu yang ketiga.
• Kita menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu
kejadian yang bersifat kebetulan.
• Tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat
tetap dengan urut-urutan kejadian yang sama.
• Namun seperti juga dengan asumsi kelestarian, ilmu
tidak menuntut adanya hubungan sebab akibat yang
mutlak sehingga suatu kejadian tertentu harus selalu
diikuti oleh suatu kejadian yang lain.
• Ilmu tidak mengemukakan bahwa X selalu
mengakibatkan Y, melainkan mengatakan X mempunyai
kemungkinan (peluang) yang besar untuk
mengakibatkan terjadinya Y.
• Determinisme dalam pengertian ilmu mempunyai
konotasi yang bersifat peluang (probabilistik)
c. Peluang
• Salah satu referensi dalam mencari kebenaran,
manusia berpaling kepada ilmu.
• Hal ini dikarenakan ciri-ciri dari ilmu tersebut
yang dalam proses pembentukannya sangat ketat
dengan alatnya berupa metode ilmiah.
• Hanya saja terkadang kepercayaan manusia akan
sesuatu itu terlalu tinggi sehingga seolah-olah
apa yang telah dinyatakan oleh ilmu akan bersih
dari kekeliruan atau kesalahan.
• hal yang perlu disadari bahwa “…ilmu tidak
pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk
mendapatkan pengetahuan yang bersifat
mutlak” (Jujun : 79).
• Oleh karena itu manusia yang mempercayai ilmu
tidak akan sepenuhnya menumpukan
kepercayaannya terhadap apa yang dinyatakan
oleh ilmu tersebut.
• Seseorang yang mengenal dengan baik hakikat
ilmu akan lebih mempercayai pernyataan “ 80%
anda akan sembuh jika meminum obat ini”
daripada pernyataan “yakinlah bahwa anda pasti
sembuh setelah meminum obat ini”.
• Hal ini menyadarkan kita bahwa suatu ilmu
menawarkan kepada kita suatu jawaban yang berupa
peluang.
• Yang didalamnya selain terdapat kemungkinan
bernilai benar juga mengandung kemungkinan yang
bernilai salah.
• Nilai kebenarannya pun tergantung dari prosentase
kebenaran yang dikandung ilmu tersebut.
• Sehingga ini akan menuntun kita kepada seberapa
besar kepercayaan kita akan kita tumpukan pada
jawaban yang diberikan oleh ilmu tersebut.
• Determinisme dalam pengertian ilmu mempunyai
konotasi yang bersifat peluang (probabilistik).
• Statistika merupakan metode yang menyatakan
hubungan probabilistik antara gejala-gejala dalam
penelaahan keilmuan.
• Sesuai dengan peranannya dalam kegiatan ilmu,
maka dasar statistika adalah teori peluang.
• Statistika mempunyai peranan yang menentukan
dalam persyaratan-persyaratan keilmuan sesuai
dengan asumsi ilmu tentang alam.
• Tanpa statistika hakikat ilmu akan sangat
berlainan.
EPISTIMOLOGI
• Epistemology berasal dari kata Yunani
episteme dan logos.
• Episteme : pengetahuan atau kebenaran, dan
logos : pikiran, kata atau teori.
• Epistemology secara etimologi (sebab-sebab)
berarti teori pengetahuan yang benar dan
lazimnya hanya disebut teori pengetahuan
atau theory of knowledge.
• Epistemologi adalah bagian dari filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya pengetahuan,
asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat,
metode dan keshahihan pengetahuan.
• Objek material epistemologypengetahuan
• Objek formalnyahakikat pengetahuan itu.
• Epistemologiarti pengetahuan, terjadinya
pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan dan asal-
usul pengetahuan.
ASPEK EPISTEMOLOGI
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan atau kajian
tentang justifikasi kebenaran pengetahuan atau
kepercayaan.
Untuk menemukan kebenaran dilakukan sebagai berikut
[AR Lacey] :
1. Menemukan kebenaran dari masalah
2. Pengamatan dan teori untuk menemukan kebenaran
3. Pengamatan dan eksperimen untuk menemukan
kebenaran
4. Falsification atau operasionalism (experimental
opetarion, operation research)
5. Konfirmasi kemungkinan untuk menemukan kebenaran
6. Metode hipotetico – deduktif
7. Induksi dan presupposisi/teori untuk menemukan
kebenaran fakta
Lanjutan . . .
Untuk memperoleh kebenaran, perlu dipelajari teori-teori
kebenaran. Beberapa alat/tools untuk memperoleh atau
mengukur kebenaran ilmu pengetahuan adalah sbb. :
Rationalism; Penalaran manusia yang merupakan alat
utama untuk mencari kebenaran
Empirism; alat untuk mencari kebenaran dengan
mengandalkan pengalaman indera sebagai pemegang
peranan utama
Logical Positivism; Menggunakan logika untuk
menumbuhkan kesimpulan yang positif benar
Pragmatism; Nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran
yang disepakati adalah kegunaannya untuk
menyelesaikan masalah-masalah praktis.