Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah menjadi wabah di


dunia. Pertama kali muncul di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019.
Setelah itu, dalam beberapa minggu, virus ini menyebar ke seluruh bagian
negara Cina dan dalam kurun waktu 1 bulan menyebar ke negara lainnya,
termasuk Italia, Amerika Serikat, dan Jerman. Penyakit ini menjadi masalah
“Kegawat-daruratan Kesehatan Masyarakat Internasional” Public Health
Emergency of International Concern (Word Health Organization, 2020).

Di Indonesia, gelombang pertama infeksi Covid-19 terjadi pada Januari


dan Februari 2020. Maksimal kasus harian Covid-19 saat itu sebanyak 14.528
kasus pada 30 Januari 2020. Kemudian, pada Juni-Juli 2021, corona versi
Delta Virus tersebut menyebabkan gelombang kedua infeksi Covid-19 di
Indonesia. Gelombang kedua penyakit Covid-19 mencapai puncaknya pada 15
Juli 2021, dengan 56.757 kasus baru infeksi virus corona. Bentuk Omicron dari
virus corona telah memicu gelombang ketiga serangan Covid-19 di Indonesia.
Sejauh ini penambahan kasus Covid-19 terbesar terjadi pada 17 Februari 2022
sebanyak 63.956 kasus (Kemenkes RI, 2022). Pada Sabtu 5 Februari 2022,
Dinas Kesehatan Tangerang melaporkan jumlah infeksi aktif Covid-19 di
wilayahnya mencapai 930 kasus setiap harinya. Jumlah ini meningkat dari 600
orang pada Jumat 20 Februari 2022. Sekitar 250 orang telah dikarantina, 300
orang telah dipulangkan untuk mengisolasi diri, dan lainnya dirawat di rumah
sakit rujukan (Dinkes Tangerang, 2022).

Tingkat morbiditas dan mortalitas pasien covid berhubungan dengan derajat


keparahan penyakit (ada tidaknya komorbid). Jumlah mortalitas mencapai 5,41%
tetapi jumlah kasus berat mencapai 23,80%. Derajat penyakit yang parah (kasus
berat atau gagal nafas merupakan penyebab peningkatan jumlah morbiditas dan
mortalitas. Jika derajat keparahan oksigenasi tidak ditanggulangi, maka pasien
akan jatuh ke derajat berat, kritis, sepsis dan syok sepsis. Sehingga meningkatkan
kebutuhan alat bantu oksigen High Flow Nasal Canul (HFNC) dan perawatan
Intensif Unit Care (ICU). Sebagian besar pasien dengan Covid-19 menunjukkan
gejala ringan sampai sedang, namun sekitar 15% berkembang menjadi pneumonia
berat dan sekitar 5% akhirnya mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS) , syok septik dan/atau gagal organ multipel. Klasifikasi kasus ringan,
seperti timbul gejala demam, gangguan pernapasan atas, sesak napas dan diare
bahkan tanpa gejala. Kasus berat, meliputi pneumonia, gagal organ multipel dan
kematian (Word Health Organization, 2020).

Karena masih banyak masyarakat yang meremehkan virus corona dan tidak
mengikuti persyaratan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah, risiko
penularan Covid-19 terus meningkat. Untuk itu, tidak hanya diwajibkan
melakukan pelaksanaan prosedur kesehatan, tetapi juga melakukan intervensi
tambahan yang efektif, seperti upaya vaksinasi Covid-19 sedini mungkin guna
mencegah penyebaran Covid-19 (Kemenkes RI Dirjen P2P, 2020). Vaksin tidak
hanya melindungi mereka yang telah divaksinasi, tetapi juga seluruh masyarakat
dengan mencegah penyebaran penyakit. Pengembangan vaksin sangat penting
untuk menghasilkan vaksinasi yang aman dan efisien karena dapat mencegah dan
menghentikan penyebaran penyakit di masa depan. Apalagi saat virus menyebar
dengan cepat oleh karna itu vaksin yang dapat digunakan dalam jangka cepat
diperlukan untuk mengurangi keparahan penyakit (Sari, 2020).

Pemerintah sudah berupaya dengan maksimal untuk mengatasi tantangan-


tantangan selama masa pandemi Covid-19. Diketahui bahwa Presiden Republik
Indonesia (RI) membentuk tim nasional untuk mempercepat pengembangan
vaksin Covid-19. Keputusan Presiden No. 18/2020 yang dikeluarkan pada 3
September 2020 mengatur pembentukan tim pengembangan vaksin Covid-19 di
bawah pengawasan Menteri Perekonomian. Selain itu, Departemen Riset dan
Teknologi bertanggung jawab untuk melaporkan kepada Presiden tentang
pekerjaan sehari-hari tim. Pada 6 Oktober 2020, Presiden menandatangani dan
mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang pengadaan vaksin dan
implementasi rencana vaksin dalam menanggapi pandemi Covid-19. Perpres
menetapkan bahwa pemerintah akan mempersiapkan pengadaan dan distribusi
vaksin, serta pelaksanaan vaksin (Kemenkes RI, 2020).

Vaksin Covid-19 harus segera dilakukan karena penundaan peluncuran


vaksin satu minggu saja akan mengakibatkan jutaan kematian (Kaur, 2020).
Vaksin Covid-19 merupakan salah satu terobosan pemerintah dalam melawan
dan menangani Covid-19 di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Tujuan dari
vaksin Covid-19 adalah untuk mencegah penyebaran Covid-19, mengurangi
kesakitan dan kematian terkait Covid-19, mencapai kekebalan, dan melindungi
masyarakat dari Covid-19. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak
kelompok masyarakat yang terus menentang vaksinasi tersebut. Ada berbagai
alasan mengapa beberapa masyarakat menentang adanya vaksinasi, mulai dari
masalah kesehatan hingga keyakinan agama atau kepercayaan (Kemenkes RI,
2020).

Secara umum, ada tiga jenis sikap terhadap vaksinasi di antara kelompok
masyarakat yaitu kelompok vaksinasi, kelompok ragu atau suspek vaksin dan
kelompok penolakan (Heryana, 2020). Ketika vaksin tersedia secara luas,
keraguan mengenai efektivitas dan potensi keamanannya muncul. Keraguan
vaksin dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, penyedia, sikap dan keyakinan
vaksinasi, serta masalah organisasi, politik, budaya atau sejarah yang lebih luas
(MacDonald et al, 2015). Persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, menurut
Krech dan Crutchfield dalam Rakhmat (2007) diantaranya faktor fungsional atau
personal, struktural dan situasional. Usia, jenis kelamin, kebutuhan, pengetahuan,
pendidikan, pekerjaan, uang, masa kerja, motivasi, kepribadian, dan posisi sosial
merupakan faktor fungsional atau personal. Lingkungan, latar belakang budaya,
dan agama merupakan pengaruh dari faktor struktural, Sedangkan faktor
situasional meliputi petunjuk proksemik dan kinesik.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Rt.003/Rw.05
Desa Kampung Besar, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang dari 10
responden melalui wawancara diantaranya 7 responden mereka mengatakan tidak
setuju dengan vaksin Covid-19 karna masih ragu disebabkan banyak terdapat
isu-isu yang mempengaruhi tentang informasi vaksin Covid-19 seperti faktor
kehalalan, efektivitas dan manfaat serta keamanan vaksin Covid-19 dan 3
responden lainnya setuju dengan vaksin dan sudah divaksin. Oleh karena itu
persepsi yang berbeda-beda pada mayarakat di Teluknaga Kabupatern Tangerang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Karna masih banyaknya masyarakat
yang belum divaksin dengan persepsi yang berbeda-beda tersebut maka peneliti
tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai apa saja faktor-faktor yang
berhubungan dengan persepsi masyakarat terhadap vaksin Covid-19 di wilayah
Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat
terhadap vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten
Tangerang Tahun 2022”.

1.3 Pertanyaan Peneliti


1) Adakah hubungan antara usia dengan persepsi masyarakat terhadap
vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang
Tahun 2022 ?
2) Adakah hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi masyarakat
terhadap vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten
Tangerang Tahun 2022 ?
3) Adakah hubungan antara pendidikan dengan persepsi masyarakat
terhadap vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten
Tangerang Tahun 2022 ?
4) Adakah hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat
terhadap vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten
Tangerang Tahun 2022 ?
5) Adakah hubungan antara perkerjaan dengan persepsi masyarakat
terhadap vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten
Tangerang Tahun 2022 ?
6) Adakah hubungan antara status pernikahan dengan persepsi masyarakat
terhadap vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten
Tangerang Tahun 2022?
7) Adakah hubungan antara status ekonomi dengan persepsi masyarakat
terhadap vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten
Tangerang Tahun 2022 ?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19 di
wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.

1.4.2 Tujuan Khusus


1) Mengetahui hubungan antara usia dengan persepsi masyarakat
terhadap vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga
Kabupaten Tangerang Tahun 2022.
2) Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi
masyarakat terhadap vaksin Covid-19 di di wilayah Kecamatan
Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.
3) Mengetahui hubungan antara pendidikan dengan persepsi
masyarakat terhadap Vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan
Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.
4) Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan persepsi
masyarakat terhadap Vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan
Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.
5) Mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan persepsi
masyarakat terhadap Vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan
Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.
6) Mengetahui hubungan antara status pernikahan dengan persepsi
masyarakat terhadap Vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan
Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.
7) Mengetahui hubungan antara status ekonomi dengan persepsi
masyarakat terhadap Vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan
Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.

1.5 Manfaat Peneliti


1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian serta
masukan dalam menambah informasi bagi masyarakat tentang
pentingnya vaksin Covid-19.

1.5.2 Manfaat Praktis


a) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan pada masyarakat semakin baik
persepsi masyarakat tentang vaksin covid-19 maka semakin baik
pula penerimaan terhadap vaksin Covid-19.

b) Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadi pengalaman langsung bagi peneliti
dalam pembuatan kuesioner serta terjun langsung dilapangan untuk
mengetahui lebih dalam persepsi masyarakat terhadap vaksin
Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang
Tahun 2022.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Covid-19

2.1.1 Definisi Covid-19


Corona Virus Disease (Covid-19) adalah penyakit infeksi pernapasan yang
sangat menular yang menyebabkan gangguan fungsi pernapasan. Covid-19
disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang juga dapat menyebabkan pneumonia
Covid-19 dengan gejala seperti demam, sesak napas, gejala pernapasan akut,
hipoksemia berat dengan keluhan paru normal, hampir tidak mungkin terjadi
pada sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). ), dan beberapa pneumonia
yang tidak memerlukan terapi oksigen tanpa adanya pneumonia berat
(hipoksemia). Masalah oksigenasi (oxygenous-primary impairment) merupakan
masalah yang menonjol pada pasien Covid-19, dimulai dengan penurunan kadar
oksigen (SpO2 93%) dan peningkatan frekuensi pernapasan (RR > 30 x/menit).
Infeksi virus SAR-CoV-2, yang menyerang paru-paru dan menyebabkan
pneumonia sehingga terjadi gangguan oksigenasi. Tingkat kematian adalah
5,41%, tetapi kasus yang parah menncapai total 23,80%. Tingkat derajat
penyakit yang parah (kasus berat /gagal pernapasan) menyebabkan
kematian.Jika gangguan oksigenasi dibiarkan tanpa penatalaksanaan yang baik
akan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan akut berat/ARDS, sepsis
dan syok sepsis. Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) merupakan
komplikasi utama Covid-19 yang terjadi pada 20-40% pasien (Word Health
Organization, 2020).

2.1.2 Gejala Klinis Covid-19


Gejala awal biasanya ringan dan berkembang seiring waktu. Beberapa
orang yang terinfeksi tidak menunjukkan tanda atau gejala dan tampak sehat.
Demam, kelelahan, dan batuk kering adalah gejala Covid-19 yang paling umum.
Beberapa pasien mungkin akan mengalami nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit
kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan penciuman, dan
ruam. Menurut data dari negara-negara yang terkena awal pandemi, 40% kasus
akan berkembang menjadi penyakit ringan, 40% akan berkembang menjadi
penyakit sedang, seperti pneumonia, 15% akan berkembang menjadi penyakit
parah dan 5% kasus akan menjadi kritis. Pasien dengan keluhan ringan
mengatakan mereka merasa lebih baik dan sembuh setelah seminggu. Dalam
kasus yang parah yaitu perkembangan Sindrom gangguan pernapasan akut
(ARDS), sepsis, dan syok septik, serta kegagalan organ multipel, termasuk
gagal ginjal atau gagal jantung akut, dapat mengakibatkan kematian. Lansia
dan mereka dengan masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya seperti
tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan paru-paru, diabetes, dan kanker akan
memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit serius (Kementerian Kesehatan RI,
2020).
2.1.3 Patogenesis Covid-19
Infeksi Covid-19 menyebabkan jumlah sel darah putih yang lebih besar,
pola pernapasan yang tidak normal, dan peningkatan kadar sitokin proinflamasi
plasma pada pasien. Menurut laporan kasus Covid-19 pasien yang terinfeksi
mengalami demam 5 hari, batuk, suara napas yang keras di kedua paru-paru,
dan suhu tubuh 39°C. Dalam tes rantai polimerase positif secara real-time pada
dahak pasien mengkonfirmasi pasien terinfeksi (Rothan, 2020).

Infeksi Covid-19 menyebabkan pneumonia berat, RNAemia, dan cedera


jantung akut karena Covid-19 merupakan virus yang menyerang sistem
pernapasan. Kadar sitokin dan kemokin dalam darah pasien Covid-19 (Rothan,
2020).

2.1.4 Gambaran Klinis


Demam, mialgia, batuk kering, sesak napas, kelelahan, dan bukti radiografi
ground glass opacity (GGO) dengan penguatan bilateral terkait dengan
Pneumonia Atipikal meruapakan gambaran gejala klinis khas SARS-CoV2 atau
Covid-19. Pada radiografi dada, 25% pasien memiliki infiltrat paru unilateral,
sedangkan 75% pasien memiliki infiltrat paru bilateral. Covid-19 dengan gagal
napas memiliki tingkat kegagalan yang sangat tinggi dengan kondisi memburuk
atau tidak membaik. Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) yang
mempengaruhi 20-41% pasien yang sakit kritis, merupakan komplikasi utama
dari Covid-19. Intubasi dan pernapasan mekanis diperlukan untuk pengobatan
ARDS, yang mengharuskan masuk ke unit perawatan intensif (ICU) dan
meningkatkan mortalitas. Pneumonia berat pada orang dengan gejala pneumonia
(demam, batuk, dispnea). Pneumonia berat pada pasien dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, dispnea, takipnea) Demam atau infeksi saluran
pernapasan ditambah 1 dari berikut ini:
 Laju pernapasan >30 x/menit
 Distres pernapasan berat
 SpO2≤ 93% udara ruang
(Huang et al, 2020).
2.1.5 Klasifikasi Pasien Covid-19
Menurut Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
Revisi V (2020), klasifikasi pasien Covid-19 dibagi menjadi 8 bagian yaitu
sebagai berikut:

a. Kasus Suspek
1) Seseorang yang memiliki salah satu dari kondisi berikut ini
dianggap sebagai kasus suspek yaitu orang yang menderita Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang pernah pergi atau tinggal di
negara/wilayah yang dilaporkan telah terjadi penularan lokal di
Indonesia dalam 14 hari terakhir sebelum timbulnya gejala.
2) Seseorang yang pernah kontak dengan riwayat kasus terkonfirmasi
Covid-19 dalam 14 hari terakhir sebelum timbulnya gejala dan
sedang mengalami gejala atau tanda ISPA.
3) Pasien ISPA berat atau pneumonia berat harus dirawat di rumah
sakit untuk mendapatkan pengobatan, yang harus berdasarkan bukti
klinis.
b. Kasus Probable
Kasus dengan dugaan ARDS berat atau kematian karena gejala klinis
Covid-19 yang meyakinkan tetapi hasil uji laboratorium Rt-PCR tidak
memungkinkan atau tidak ada.
c. Kasus Konfirmasi
Kasus terverifikasi atau seseorang yang hasil pemeriksaan laboratorium
RTPCR virus Covid-19 positif. Ada dua jenis kasus konfirmasi.yaitu :
1. Gejala kasus yang dikonfirmasi (dengan gejala / sympromatic)
2. Kasus terkonfirmasi asimtomatik (tidak bergejala)
d. Kontak erat
Orang yang mungkin telah melakukan kontak dengan kasus
terkonfirmasi atau suspek Covid-19. Berikut ini adalah contoh catatan
riwayat kontak yang mencurigakan :
1) Dalam radius 1 meter dan dalam waktu 15 menit atau lebih, kontak
tatap muka dengan kasus yang mungkin atau yang dikonfirmasi.
2) Kontak fisik langsung yang dilakukan dalam kurun waktu singkat
(seperti berjabat tangan, meremas tangan)
3) Orang yang melakukan tindakan perawatan pada kasus yang telah
terkonfirmasi positif Covid-19 tanpa menggunakan standar alat
perlindungan diri (APD).
e. Pelaku Perjalanan
Seseorang yang pernah melakukan riwayat perjalanan dalam waktu 14
hari terakhir dari dalam negeri maupun luar negeri .
f. Discarded
Jika terpenuhi, itu adalah salah satu dari kondisi berikut:
1) Pasien yang telah dicurigai dan pada tes RT-PCR selama 2 hari
berturut-turut hasil pada tes tersebut negatif (interval> 24 jam).
2) Seseorang yang telah berstatus kontak langsung dan telah
meyelesaikan 14 hari masa karatina .
g. Selesai Isolasi
Isolasi akan selesai jika salah satu dari kondisi berikut terpenuhi:
1) Tidak ada kasus yang dikonfirmasi tanpa gejala.
2) Demam dan gejala pernapasan memudar setelah tiga hari, dan
kasus/gejala dengan tes RT-PCR negatif dua kali lebih mungkin
untuk diverifikasi sebagai kasus yang dikonfirmasi. Kemungkinan
kasus tanpa RT-PCR tindak lanjut/simptomatik (gejala) kasus
diverifikasi adalah 10 hari setelah awal gejala, ditambah setidaknya
3 hari setelah timbulnya demam dan gejala pernapasan.
h. Kematian
Kasus Covid-19 yang sedang dipantau telah terbukti atau berpotensi
mengakibatkan kematian akibat Covid-19.
(Kementerian Kesehatan RI, 2020).
2.2 Vaksinasi Covid-19
2.2.1 Definisi Vaksin
Vaksin berawal dari kata Latin "vaccine" yang mengacu pada bakteri yang
disebut Variolae vaccinae yang awalnya digunakan untuk mencegah efek cacar
atau cacar pada manusia pada tahun 1798. Semua preparasi biologis dan sintesis
bahan menggunakan organisme hidup yang meningkatkan kekebalan terhadap
penyakit, mencegah (prophylactic vaccines) atau perawatan penyakit yang
disebut dengan vaksin (therapeutic vaccines). Lebih dari sebelumnya, vaksinasi
adalah strategi yang aman dan efisien untuk mencegah penyakit dan
menyelamatkan nyawa. Setidaknya 20 penyakit saat ini dilindungi oleh vaksin,
termasuk difteri, tetanus, pertusis, influenza, dan campak. Setiap tahun, vaksin
ini membantu menyelamatkan nyawa hingga 3 juta orang. (Word Health
Organization, 2020).

Pengembangan vaksin Covid-19 dibuat untuk memerangi wabah SARS-


CoV-2 yang bertujuan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait
Covid-19. Sejumlah kandidat vaksin telah ditemukan dan penelitian untuk
pengembangan vaksin sedang dilakukan dengan menggunakan vaksin berbasis
asam nukleat, protein subunit, virus hidup yang dilemahkan, virus inaktif, dan
vektor virus lainnya (Sunita, 2020).

Vaksin Covid-19 adalah produk biologis yang terdiri dari antigen yang
ketika diberikan kepada manusia menyebabkan mereka memperoleh secara aktif
kekebalan terhadap penyakit tertentu. Vaksin untuk pencegahan infeksi SARS-
CoV-2 sedang dikembangkan oleh sejumlah negara, termasuk Indonesia, pada
berbagai platform, antara lain vaksin virus yang dilemahkan, vaksin hidup yang
dilemahkan, vaksin vektor virus, dan vaksin asam nukleat, seperti virus.
Vaksinasi (vaksin mirip virus) dan vaksin subunit protein adalah dua jenis
vaksin. Tujuan pengembangan vaksin adalah untuk menghentikan penyebaran
Covid-19, meminimalkan kesakitan dan kematian terkait Covid-19, memperoleh
kekebalan kelompok masyarakat dan melindungi masyarakat dari Covid-19
sehingga bisa tetap menjaga produktivitas sosial dan ekonomi pada masyarakat
(Kemenkes RI Dirjen P2P, 2020). Menurut Menteri Kesehatan, vaksin Covid-19
memiliki tiga keunggulan termasuk memperkuat kekebalan setiap orang yang
divaksinasi langsung, jika jumlah penduduk yang sudah divaksinasi besar maka
sistem kekebalan penduduk tersebut akan melindungi mereka yang belum
divaksinasi atau yang belum menjadi populasi target vaksin (Winanto, 2020).

2.2.2 Tujuan Vaksinasi Covid-19


Kajian ITAGI (2020) dalam Grand Design / Roadmap Pelaksanaan
vaksin Covid-19 merumuskan tujuan dilakukan vaksinasi Covid-19 (Kemenkes
RI, 2021).

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian terkait


Covid-19
b. Untuk mencegah dan menjaga kesehatan dan kekbalan masyarakat (herd
imunity)
c. Memperkuat sistem kesehatan dengan keseluruhan
d. Mempertahankan produktifitas serta meminimalisirkan dampak
penurunan sosial dan ekonomi.

2.2.3 Jenis-Jenis Vaksin Covid-19


Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto (2021), menyatakan bahwa
pemerintah telah menetapkan ada enam jenis vaksinasi Covid-19 yang akan
digunakan di Indonesia, antara lain::

1) Vaksin Merah Putih


BUMN PT Bio Farma (Persero) dan Lembaga Eijkman bekerjasama
mengembangkan vaksin merah putih. Vaksinasi merah putih diharapkan
selesai pada akhir tahun 2021, menurut pemerintah. Bio Farma juga
bekerja sama dengan Sinovac Biotech, produsen vaksin asal China.
2) Astra Zeneca
Menurut uji AstraZeneca dan Oxford University, aktivitas efiesiensi
pembuatan vaksin terhadap virus corona memasuki jumlah 70%. Saat ini,
tes sedang dilakukan pada total 20.000 orang. Diperkirakan bahwa vaksin
AstraZeneca akan mudah didistribusikan, karena penyimpanannya tidak
perlu terpapar suhu yang sangat rendah atau dingin.
3) China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm)
Perusahaan Grup Farmasi Nasional China. Terlepas dari kenyataan
bahwa fase akhir pengujian belum selesai, China telah memvaksinasi
sekitar 1 juta orang di bawah izin penggunaan darurat. Sebelum terobosan
yang sebenarnya, Sinopharm hanya digunakan oleh pejabat Cina,
karyawan perjalanan, dan pelajar. Uni Emirat Arab menjadi pemerintah
pertama di luar China yang menyetujui penggunaan vaksin pada September
2020.
4) Moderna
Moderna menyatakan memiliki tingkat produksi vaksin efektif 94,5 %.
Moderna mengaku telah mengajukan permohonan kepada badan regulasi
di Amerika Serikat dan Eropa untuk penggunaan darurat vaksin Covid-19
pada akhir November lalu. Moderna berpikir bahwa vaksinnya memenuhi
pedoman penggunaan darurat Badan Pengawas Obat dan Makanan AS
(FDA).
5) Pfizer Inc and BioNTech
Di Amerika Serikat dan Eropa, Pfizer Vaccines dan BioNTech telah
mendorong BPOM untuk segera menggunakan vaksin virus corona
mereka. Mereka menyatakan bahwa 95 persen vaksinasi efektif melawan
virus corona dalam eksperimen terbaru, yang berlangsung pada 18
November 2020, dan tidak ada risiko keamanan.
6) Sinovac Biotech Ltd
CoronaVac saat ini sedang melalui studi fase 3. Di Brasil, Indonesia,
dan Bangladesh, Sinovac sedang menguji vaksin mereka. Antibodi yang
dihasilkan oleh vaksin tersebut dapat menetralkan 10 jenis Sars-coV-2,
menurut data awal percobaan pada monyet yang diterbitkan dalam jurnal
Science (Kemenkes RI, 2021).
2.2.4 Efek Samping Vaksin Covid-19
Secara umum, efek samping dapat bervariasi, biasanya ringan dan
sementara, tidak selalu terjadi, dan tergantung pada kondisi tubuh. Efek
samping ringan contohnya demam, nyeri otot, atau ruam di tempat suntikan
adalah suatu hal yang wajar tetapi masih harus dipantau.
Hal ini dapat dikenali sejak awal pengembangan dan pengujian vaksin,
sehingga memungkinkan untuk dipelajari lebih lanjut bahwa manfaat vaksin
jauh lebih besar dari pada risiko infeksi jika tidak divaksinasi (Kemenkes RI,
2021).
2.2.5 Keamanan Vaksin Covid-19
Pemerintah membuat kemajuan pesat dalam mengembangkan vaksinasi
untuk memerangi Covid-19. Namun, karena keamanan dan keefektifan adalah
hal yang terpenting, maka itu semua dilakukan dengan hati-hati dan presisi
dengan perencanaan yang matang. Keamanan dan efektivitas vaksin selalu
menjadi prioritas utama, bahkan dalam situasi yang mengancam jiwa. Unsur
keamanan vaksin yang telah dibuktikan melalui beberapa fase uji klinis adalah
tepat dan sesuai dengan prinsip ilmiah dan norma medis. Proses penelitian
vaksin masih memiliki banyak tahapan yang harus dilalui sebelum dapat
digunakan secara internasional, antara lain:

a) Tahap praklinik
b) Tahap klinis (fase 1-3)
c) Penetapan penggunaan vaksin.
Vaksinasi Covid-19 hanya diberikan oleh pemerintah jika telah terbukti
aman dalam uji klinis dan telah mendapatkan Emergency Use Authorization
(EUA) dari BPOM. Pengembangan vaksin yang rata-rata memakan waktu 10-20
tahun, kini bisa selesai dalam 1 hingga 3 tahun. Kandidat vaksin harus melalui
semua fase praklinis, uji klinis tahap 1, 2, dan 3dan penetapan penggunaan
vaksin, meskipun prosesnya dipercepat. Vaksin yang akan tersedia untuk
masyarakat umum telah menyelesaikan uji klinis fase 3 yang menilai keamanan
dan kemanjuran vaksin. Vaksin dengan tingkat efikasi 50-70 persen dan
kekebalan terhadap penyakit setidaknya selama 12-18 bulan akan dinyatakan
layak digunakan di seluruh dunia (Kemenkes RI, 2021).

2.3 Persepsi Masyarakat terhadap Vaksin Covid-19


2.3.1 Pengertian Persepsi
Setiap orang memiliki persepsi sendiri terhadap sesuatu yang dipikirkan,
dilihat, dan dirasakan. Hal ini juga menyiratkan bahwa persepsi seseorang
mempengaruhi apa yang dia lakukan untuk memenuhi berbagai kepentingan,
baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, maupun lingkungan masyarakat
tempat dia berinteraksi. Meskipun objek yang dilihat adalah sama, namun
persepsi terbentuk dari konkritisasi pikiran, yang selanjutnya menimbulkan
pengertian atau gagasan yang berbeda dari setiap orang (Safitri, 2015).

Individu telah mengakui persepsi ialah suatu proses internal untuk


memilih, myeleksi, mengelola dan mengatur rangsangan atau stimuli yang
berasal dari luar. Hal ini dikumpulkan olen panca indera seseorang, lalu
secara alami perasaan dan pikiran individu akan memberikan makna dari
rangsangan yang ada. Persepsi secara sederhana adalah proses individu
memahami interaksi atau kontak dengan lingkungan di sekitarnya. (Sunaryo,
2013).

Seleksi yaitu proses penyaringan rangsangan eksternal atau dari lauar


oleh indera yang intensitas dan jenisnya bisa banyak atau sedikit dan
interpretasi yaitu proses pengorganisasian informasi sehingga memiliki
makna bagi seseorang hal tersebut adalah tiga komponen utama dari proses
persepsi. Interpretasi dan persepsi tersebut kemudian diterjemahkan ke
dalam perilaku sebagai reaksi atau tingkah laku. Tujuan dari proses persepsi
adalah untuk memilih, menginterpretasikan, dan membulatkan suatu
infromasi yang telah masuk (Sobur, 2013).
Pengertian persepsi masyarakat adalah tanggapan atau pengetahuan
lingkungan dari sekelompok orang yang berinteraksi satu sama lain karena
memiliki nilai, norma, metode, dan tata cara yang sama dalam bentuk suatu
sistem adat istiadat yang berkesinambungan dan terikat oleh suatu identitas
bersama yang bersumber dari interpretasi data indera (Raden, 2019).

Persepsi masyarakat terhadap Covid-19 cukup memprihatinkan.Oleh


karena itu, pemerintah mengeluarkan himbauan pencegahan Covid-19.
Terlihat dari opini publik yang positif, dan kesadaran masyarakat akan
bahaya penyakit Covid-19, serta rencana kesehatan pencegahan Covid-19
(Aulia, 2020).

Menurut Kementerian Kesehatan masyarakat sudah mengetahui banyak


tentang rencana pemerintah untuk melakukan vaksinasi terhadap Covid-19.
Temuan survei tingkat penerimaan vaksin Covid-19 pada Oktober 2020
menunjukkan masyarakat menerima vaksinasi Covid-19 64,8 % dan menolak
segala macam vaksin 7,6 % (Kemenkes RI, 2021).

2.3.2 Macam-Macam Persepsi


Menurut sunaryo (2013) Persepsi dibedakan menjadi dua macam, yaitu
Eksternal Perseption dan Self Perseption yaitu :

a) Eksternal Perseption yaitu Persepsi yang terjadi sebagai akibat adanya


rangsangan dari luar diri orang tersebut.
b) Self Perseption, yaitu suatu persepsi akibat rangsangan dari dalam individu
tersebut. Kesimpulan obyek tersebut adalah diri sendiri (Sunaryo, 2013).

2.3.3 Proses Terjadinya Persepsi


Proses terjadinya persepsi dari adanya suatu objek yang menimbulkan suatu
rangsangan dimana suatu rangsangan tersebut (stimulus) berhubungan dengan
indera. Saraf sensorik membawa rangsangan yang diterima oleh organ indera ke
otak. Lalu ada proses di otak yang bertindak sebagai pusat kesadaran,
memungkinkan orang untuk menyadari apa yang mereka lihat, dengar, dan
rasakan. Individu mungkin merespon dalam berbagai cara sebagai akibat dari
persepsi mereka (Walgito, 2013).
Menurut (Twentinio, 2013) seseorang dapat mengalami persepsi yang
berbeda atas objek yang sama karena terdapat tiga proses persepsi yaitu sebagai
berikut :
a. Perhatian Selektif
Setiap hari seseorang yang dihadapkan pada banyak rangsangan.
b. Distorsi Selektif
Kecenderungan untuk menafsirkan suatu informasi dengan cara yang
menegaskan asumsi atau praduga.
c. Ingatan Selektif
Orang akan banyak melupakan apa yang mereka pelajari, tetapi karena
ingatan selektif, mereka akan mempertahankan suatu hal-hal baik.
2.3.4 Syarat Terjadi Persepsi
Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu terjadinya stimulasi alat
indera dan ditafsirkan :
1. Objek yang diamati menghasilkan sensasi yang diterima oleh indera atau
reseptor. Rangsangan dapat berasal dari luar individu yang mempersepsikan,
tetapi dapat juga berasal dari dalam diri individu yang mengenai saraf
penerima yang berfungsi sebagai reseptor.
2. Sistem saraf, dan organ indera juga dikenal sebagai reseptor ialah organ
sensorik yang menerima stimulus. Selain itu, saraf sensorik harus hadir
sebagai sarana untuk mentransmisikan rangsangan yang diterima oleh
reseptor ke sistem saraf pusat, khususnya otak, yang berfungsi sebagai pusat
kesadaran.
3. Memperhatikan atau menyadari ialah perhatian yang diperlukan untuk
mewujudkan atau membuat suatu persepsi hal tersebut merupakan langkah
awal dalam proses membuat suatu persepsi. (Walgito, 2010).
2.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengarahui Persepsi
Persepsi seseorang tidak terjadi begitu saja, tentu ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya. David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977) dalam
(Shambodo, 2020) beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
diantaranya faktor fungsional dan faktor struktural :
a. Faktor Fungsional
Faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi disebut kerangka
rujukan (frame of reference). Faktor fungsional berasal dari kebutuhan,
pengalaman masa lalu dan hal – hal lain yang termasuk di dalam faktor -
faktor personal. Faktor personal terdiri dari usia, jenis kelamin,
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, status ekonomi :
 Usia
Persepsi dan pemikiran seseorang dipengaruhi oleh usianya. Daya
tangkap dan pemikiran individu akan berkembang seiring
bertambahnya usia yang menghasilkan pengetahuan yang lebih tinggi.
Anak-anak (5-11 tahun), remaja (12-17 tahun), dewasa (18-45 tahun),
dan orang tua (46-65 tahun) merupakan empat kelompok umur yang
diklasifikasikan manusia (Muchammad, 2017).
 Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah pembedaan antara laki-laki dan perempuan
dalam hal peran tugas, fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku, yang
ditentukan oleh nilai-nilai sosial, budaya, dan adat istiadat kelompok
masyarakat hal tersebut dapat berubah dari waktu ke waktun dan
tempat. Nilai-nilai sosial, budaya, dan adat istiadat kelompok
masyarakat menentukan tanggung jawab dan perilaku, yang mungkin
berubah seiring waktu dan sesuai dengan kondisi setempat (Puspita,
2013).
 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
mengalami suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indera
manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Banyak pengetahuan manusia diterima melalui mata dan
telinga(Notoatmodjo, 2014).
Menurut beberapa penmberitaan terhadap vaksin Covid-19
terdapat isu-isu negatif seperti hal nya vaksin dianggap tidak halal,
diragukan keamanan nya dan efektivitas.Proses penyebaran
infoRmasi begitu luas yang disebarkan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab yang mengakibatkan masyarakat memandang
negatif. Oleh karna itu masyarakat sangat perlu pengetahun dan
pemahanan yang baik dan efektif terlebih tentang vaksin Covid-19
(Nurislaminingsih R, 2020).
 Pendidikan
Pendidikan, terutama pendidikan formal adalah kegiatan proses
dalam hidup bermasyarakat dan berbangsa yang teramat
penting.Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan bermasyarakat
dan berbangsa akan sangat baik dan besar pengaruhnya bilamana
sumber manusia telah terdidik sebagai hasil dari pendidikan
(Soeprapto, 2013).
 Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas, adalah aktivitas terpenting yang
dilakukan manusia. Dalam arti sempit, istilah "kerja" mengacu pada
tindakan atau aktivitas apa pun yang menghasilkan uang bagi
seseorang.
 Status Pernikahan
Belum menikah/menikah, cerai/duda/duda, dan
menikah/duda/duda merupakan contoh status perkawinan
(Sarkenas, 2012).
Orang yang sudah menikah dan bekeluarga cenderung
mengikuti tanggapan yang dituturkan keluarga seperti hal nya
tentang vaksin Covid-19 (Reiter, 2020).
 Status Ekonomi
Status ekonomi seseorang merupakan salah satu faktor
penting yang mempengaruhi penerimaaan terhadap vaksin Covid-
19, orang dengan status ekonomi yang menengah dan tinggi
bersedia untuk di vaksin. Namun, pada orang dengan status
ekonomi rendah masih ragu-ragu contohnya seperti
mempermasalahkan soal biaya. Oleh karena itu Pemerintah atau
Instansi yang berwenang di Bidang Kesehatan Masyarakat untuk
melaksanakan kampanye vaksin Covid-19 gratis khususnya untuk
masyarakat dengan status ekonomi rendah (García, 2020).
b. Faktor Struktural
Faktor struktural adalah faktor eksternal atau di luar idividu seperti
lingkungan, latar belakang budaya, dan agama yang memiliki dampak
signifikan terhadap bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu.
Manusia biasanya mempertimbangkan rangsangan dalam konteks, dalam
hal struktur mereka, oleh karena itu mereka mencoba untuk membedakan
organisasi dalam serangkaian rangsangan. Struktur ini dibuat dengan
mengelompokkan item berdasarkan kedekatan atau kesamaannya. Menurut
prinsip kedekatan, rangsangan yang dekat satu sama lain dianggap sebagai
kelompok. Dari prisnip ini berasal muncul keempat perseps. Objek atau
peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau mirip satu sama lain
lebih mungkin untuk dilihat sebagai bagian dari struktur tersebut
diantaranya :
1. Lingkungan
Menggambarkan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan,
yaitu sebagai proses di mana orang mengatur dan menafsirkan persepsi
pada indera mereka untuk memahami lingkungan mereka.
2. Latar Belakang Budaya
Kebudayaan di mana seseorang hidup dan dibesarkan memiliki
dampak yang signifikan terhadap bagaimana sikap orang itu
terbentuk.Disadari atau tidak budaya telah menorehkan arah sikap
seseorang terhadap berbagai tantangan atau masalah yang dialaminya
(Raden, 2020).
3. Agama
Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (keyakinan)
dan peribadahan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta peraturan yang
mengatur tentang interaksi manusia dan lingkungannya (KBBI, 2020).

2.1 Penelitian Terdahulu


Tabel Penelitian Tedahulu
Persepsi Masyarakat Terhadap Vaksin Covid-19
No Nama Judul Variabel Peneliti Hasil Peneliti
Peneliti Peneliti
1 Zisi Lioni Persepsi Variabel Dari penelitian ini terdapat hasil
Argista Masyarakat Independen: bahwa menunjukkan bahwa dari 440
2021 Terhadap Pendidikan, Umur, responden terdapat 277 responden
Vaksin Jenis Kelamin (63%) memiliki persepsi yang positif
Covid-19 di Agama/Kepercayaan. terhadap vaksin covid-19 dan 163
Sumatera Budaya. Status responden (37%) memiliki persepsi
Selatan Pernikahan yang negatif terhadap vaksin covid-
Pengetahuan. 19. Pendidikan,Umur, Jenis Kelamin
Pekerjaan, Status Agama/ Kepercayaan. Budaya. Status
Ekonomi, Riwayat Pernikahan Pengetahuan. Pekerjaan,
Penyakit Tidak Status Ekonomi, Riwayat Penyakit
Menular, Riwayat Tidak Menular, Riwayat Covid-19.
Covid-19. Keamanan Pengetahuan mempengaruhi persepsi
Vaksin Kesedian masyarakat terhadap vaksin covid-19,
untuk divaksin oleh karena itu diperlukannya untuk
memberikan informasi secara
Variabel Dependen: menyuluruh dan merata pada semua
Persepsi Masyarakat masyarakat tentang kegunaan,
pada keamanan vaksin covid-19 dan
Vaksin Covid-19 semua informasi ter-update mengenai
vaksin covid-19.
2 Denny Faktor- Independen; Hasil Penelitian ini aktor resiko dari
Wulandari faktor yang Umur, Jenis kelamin, persepsi tenaga kesehatan terhadap
2020 berhubungan Pengetahuan, Masa vaksin COVID-19 adalah usia, jenis
dengan Kerja kelamin, dan pengetahuan.
persepsi Diharapkan instansi terkait lebih
tenaga Dependen : Persepsi banyak memberikan pelatihan,
kesehatan Masyarakat pada pemahaman serta peran aktif dari
terhadap vaksin Covid-19 masing-masing tenaga kesehatan
vaksin supaya persepsi yang negatif pada
Covid-19 di tenaga kesehatan dapat dihilangkan
Puskesmas mengingat saat ini dukungan vaksin
X tahun dari tenaga kesehatan sangat
2020 dibutuhkan pada era pandemic.

2.1 Kerangka Teori

Covid-19

Vaksin Covid-19

Stimulus
Faktor
Fungsional/Personal Respon/Reaksi
1) Usia
2) Jenis Kelamin
3) Pendidikan
Persepsi Masyarakat
4) Pengetahuan
terhadap vaksin Covid-
5) Pekerjaan
19
6) Status
pernikahan
7) Status
Ekonomi
Faktor Struktural

1) Lingkungan
2) Latar Budaya
3) Agama

Keterangan :
= Yang di telilti
= Yang tidak di teliti

Bagan 2.5 Kerangka Teori


Sumber : (Kemenkes RI, 2021 ; David Krech dan Crutchfield dalam
Shambodo, 2020 ; Walgito, 2013)
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah uraian dan visualisasi tentang hubungan atau kaitan
antara konsep satu dengan konsep lainnya atau antara variable satu dengan variable
lainnya sesuai dengan masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2018). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independen) yaitu usia, jenis kelamin,
pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, status pernikahan status ekonomi dan yang
menjadi variabel terikat (dependen), yaitu Persepsi masyarakat terhadap vaksin
Covid-19. Variabel tersebut dapat digambarkan bagan kerangka konsep penelitian
sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Usia
2. Jenis kelamin Persepsi Masyarakat
3. Pendidikan terhadap vaksin
4. Pengetahuan Covid-19
5. Pekerjaan
6. Status pernikahan
7. Status Ekonomi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara. Hipotesis dibuat sebagai pernyataan tentatif


antara satu, dua variabel atau lebih (Donsu, 2016). Hal ini digambarkan sebagai
sementara karena informasi yang diberikan semata-mata didasarkan pada teori yang
relevan. Sementara tidak berdasarkan fakta-fakta empiris yang dikumpulkan melalui
pengumpulan data (Sugiyono, 2014).
3.2.1 Hipotesis Statistik (Ha)
1. Ada hubungan antara usia dengan persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19
di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi masyarakat terhadap vaksin
Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.
3. Ada hubungan antara pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap vaksin
Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.
4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat terhadap vaksin
Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.
5. Ada hubungan antara pekerjaan dengan persepsi masyarakat terhadap vaksin
Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.
6. Ada hubungan antara status pernikahan dengan persepsi masyarakat terhadap
vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun
2022.
7. Ada hubungan antara status ekonomi dengan persepsi masyarakat terhadap vaksin
Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.

3.2.2 Hipotesis Nihil (Ho)


1. Tidak ada hubungan antara usia dengan persepsi masyarakat terhadap vaksin
Covid-19 . di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2022.
2. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi masyarakat terhadap
vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun
2022.
3. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap
vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun
2022.
4. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat terhadap
vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun
2022.
5. Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan persepsi masyarakat terhadap
vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun
2022.
6. Tidak ada hubungan antara status pernikahan dengan persepsi masyarakat
terhadap vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten
Tangerang Tahun 2022.
7. Tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan persepsi masyarakat terhadap
vaksin Covid-19 di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun
2022.

3.3. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat & Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Varibel
Independen
1. Usia Lama hidup Alat : Kuesioner 1. Dewasa Ordinal
yang dilalui Cara Ukur : (18-40
responden Menyebar
Tahun)
dihitung sejak Kuesioner
tahun lahir 2. Lansia
sampai (41-59
dilakukan Tahun)
pengisian
kuesioner.
2 Jenis Pembagian jenis Alat : Kuesioner 1. Laki-Laki Nominal
kelamin seksual yang Cara Ukur : 2. Perempuan
ditentukansecar Menyebar
a biologis & Kuesioner
anatomis.
3 Pendidikan Tingkat Alat : Kuesioner 1. Rendah (Tidak Ordinal
pendidikan Cara Ukur : sekolah, SD,
formal Menyebar SMP).
seseorang Kuesioner
dalam 2. Tinggi (SMA,
mengembangka PT/Akademi)
n sesuatu atau
informasi agar
menjadi lebih
baik.
4. Pengetahuan Tingkat Alat : Kuesioner Pengukuran Ordinal
pengetahuan Cara Ukur : menggunakan
dan pemahaman Menyebar skala Guttman
responden Kuesioner dengan penilaian
vaskin Covid- Benar (1) dan
19 Salah (0)
diaktegorikan
menjadi :
a. Baik (76-
100%)
b. Cukup (56-
75%)
c. Kurang
(<56%)

5 Pekerjaan Suatu aktivitas Alat : Kuesioner 1. Bekerja Ordinal


yang dilakukan Cara Ukur : 2. Tidak
oleh manusia Menyebar Bekerja
untuk Kuesioner
menghasilkan
uang.
6 Status Status Alat : Kuesioner 1. Menikah Ordinal
Pernikahan pernikahan Cara Ukur :
dikategorikan Menyebar 2. Belum
dalam bentuk Kuesioner Menikah
hidup bersama
pasangan dan
tidak bersama
pasangan/
belum menikah

7 Status Status ekonomi Alat : Kuesioner 1. Rendah = Ordinal


Ekonomi dilihat dari Cara Ukur : Penghasilan
penghasilan Menyebar <
perbulan yang Kuesioner.
Rp.4.230.792
didapatkan Pendapatan
dalam keluarga. masyarakat ,65 perbulan
ditentukan
bedasarkan UMR 2. Tinggi =
Kabupaten Penghasilan
Tangerang sesuai ≥
Surat Edaran Rp.4.230.792
Nomor ,65 perbulan
561/Kep.272.-
Huk/2020. Maka
besaran upah
minimun
Kabupaten
Tangerang sebesar
Rp.4.230.792,65
Variabel
Dependen

1. Persepsi Penilaian atau Alat : Kuesioner Persepsi Ordinal


Masyarakat persepsi Cara Ukur : responden
terhadap masyarakat Menyebar terhadap vaksin
vaksin terhadap vaksin Kuesioner Covid-19 yaitu :
Covid-19 Covid-19 yang  Sangat
meliputi :
Setuju (4)
1) Efektivitas
vaksin  Setuju (3)
Covid-19  Tidak
2) Keamanan setuju
vaksin (2)
Covid-19  Sangat
Tidak
Setuju (1)

BAB IV
METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu bagan dalam penelitian yang dimana dapat
dirangkap dengan sedemikian rupa, agar peneliti dapat memperoleh jawaban atas
pertanyaan penelitian (Kartika, 2017).
Metode penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dimana rancangan
ini mempelajari hubungan antar variabel dengan dengan observasi atau pengumpulan
datanya hanya dilakukan sekaligus atau dalam satu waktu (point time approach), yang
maksudnya adalah pengambilan data pada subjek penelitian diobservasi dan dilakukan
sekali saja dalam satu waktu secara bersamaan tanpa dilakukan evaluasi ulang pada
setiap variabelnya dan tidak memerlukan waktu yang lama (Notoatmodjo, 2012).
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rt.003/ Rw.05 Desa Kampung Besar, Kecamatan


Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-
Juli 2022.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari sampel di dalam penelitian yang akan
dilakukan. Populasi penelitian ini adalah masyarakat di Rt.003/Rw.05 Desa
Kampung Besar, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang yang jumlahnya
adalah 172 orang.
4.3.2 Sampel
Cara pemilihan sampel menggunakan metode total sampling yaitu seluruh
masyarakat di Rt.003/Rw.05 Desa Kampung Besar, Kecamatan Teluknaga,
Kabupaten Tangerang.
1) Kriteria Inklusi
a. Dewasa(18-40 Tahun)
Lansia(41-59 Tahun)
b. Masyarakat di Rt.003/Rw.05 Desa Kampung Besar, Kecamatan
Teluknaga, Kabupaten Tangerang yang sudah atau belum melakukan
vaksin Covid-19.
c. Berkenan menjadi responden dalam penelitian.
2) Kriteria Eklusi
a. Masyarakat yang berumur kurang dari >18 tahun
b. Responden yang sedang mengalami penyakit kronis
c. Responden yang tidak bias baca dan tulis

4.4 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

4.4.1 Instrumen Penelitian


(Notoatmodjo, 2012) menyatakan bahwa instrumen penelitian merupakan
fasilitas atau alat yang digunakan dalam pengumpulan data.
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar
kuesioner. Kuesioner adalah suatu aturan dalam akumulasi data menggunakan
angket atau lembar kuesioner berisi sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada
responden (Hidayat , 2017).
Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, status ekonomi, pengetahuan
dan persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19.
1. Variabel Independen
Kuesioner variabel independen meliputi nama, usia, jenis kelamin,
pendidikan, status pernikahan, status ekonomi dan pengetahuan.
a) Usia
Variabel ini untuk mengetahui usia masyarakat di Rt.003/Rw.05
Desa Kampung Besar, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang.
Pengumpulan data variabel usia menggunakan kuesioner yang
berisikan pertanyaan mengenai usia responden pada saat penelitian
berlangsung dengan 2 kategori. Pengkategoriannya sebagai berikut :
1. Dewasa (18-41 Tahun )
2. Lansia (41- 59 Tahun )

b) Jenis Kelamin
Variabel ini untuk mengetahui jenis kelamin masyarakat di
Rt.003/Rw.05 Desa Kampung Besar, Kecamatan Teluknaga,
Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data variabel jenis kelamin
menggunakan lembar kuisioner yang diwakili dengan 1 butir
pertanyaan mengenai jenis kelamin sampel pada saat penelitian
berlangsung. Pengkategoriannya sebagai berikut:

1. Laki-Laki
2. Perempuan
c) Pendidikan
Variabel ini untuk mengetahui pendidikan masyarakat di
Rt.003/Rw.05 Desa Kampung Besar, Kecamatan Teluknaga,
Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data variabel pendidikan
menggunakan lembar kuisioner yang diwakili dengan 1 butir
pertanyaan mengenai jenis pendidikan sampel pada saat penelitian
berlangsung. Pengkategoriannya sebagai berikut:

1. Rendah (Tidak sekolah, SD, SMP)

2. Tinggi (SMA, PT/Akademi)


d) Status pernikahan
Variabel ini untuk mengetahui status pernikahan masyarakat di
Rt.003/Rw.05 Desa Kampung Besar, Kecamatan Teluknaga,
Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data variabel status pernikahan
menggunakan lembar kuisioner yang diwakili dengan 1 butir
pertanyaan mengenai status pernikahan sampel pada saat penelitian
berlangsung. Pengkategoriannya sebagai berikut:
1. Menikah

2. Belum menikah
e) Status ekonomi
Variabel ini untuk mengetahui status ekonomi yaitu pendapatan
masyarakat di Rt.003/Rw.05 Desa Kampung Besar, Kecamatan
Teluknaga, Kabupaten Tangerang ditentukan bedasarkan UMR
Kabupaten Tangerang sesuai Surat Edaran Nomor
561/Kep.272.-Huk/2020. Pengumpulan data variabel status ekonomi
menggunakan lembar kuisioner yang diwakili dengan 1 butir
pertanyaan mengenai status ekonomi sampel pada saat penelitian
berlangsung. Pengkategoriannya sebagai berikut:

1. Rendah Penghasilan < Rp.4.230.792,65 perbulan

2. Tinggi Penghasilan ≥ Rp.4.230.792,65 perbulan


f) Pengetahuan
Kuesioner bagian pengetahuan masyarakat terhadap vaksin Covid-
19 berbentuk pertanyaan pilihan ganda sebanyak 20 pertanyaan yang
dikategorikan menjadi baik (76% -100%), cukup (56% - 75%) dan
kurang (<56%) dengan penilaian salah (0) dan benar (1).
2. Kuesioner Variabel Dependen
Kuesioner Dependen meliputi tentang persepsi masyarakat terhadap
vaksin Covid-19. Untuk mengukur tentang Persepsi Masyarakat terhadap
vaksin Covid-19 menggunakan Skala Likert kuesioner yang terdiri dari 10
pertanyaan dikategorikan menjadi positif dan negatif. Untuk penilaian di
kategorikan :
a. Sangat setuju (4)
b. Setuju (3)
c. Kurang setuju (2)
d. Tidak setuju (1)
4.4.2 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu rangkaian kegiatan penelitian yang
mencakup data yang dikumpulkan untuk menjawab masalah pada penelitian,
cara pengumpulan data dan alat pengumpulan data, data yang dikumpulkan
mencakup pada variabel independen dan variabel dependen terikat.
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membagikan kuesioner
yang kemudian di isi oleh responden sendiri. Pengumpulan data dalam
penelitian mengacu pada tahap yang ditetapkan dalam prosedur penelitian,
sebagai berikut :
1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin surat pendahuluan kepada
sekolah tinggi ilmu kesehatan (STIKes) YATSI Tangerang.
2. Peneliti mengajukan surat penelitian dilokasi penelitian yang akan
dilaksanakan di Rt.003/Rw.05 Desa Kampung Besar Kecamatan
Telukanaga Kabupaten Tangerang.
3. Peneliti mendapatkan balasan tentang perizinan penelitian di Rt.003/Rw.05
Desa Kampung Besar Kecamatan Telukanaga Kabupaten Tangerang..
4. Peneliti mengajukan surat permohonan izin surat penelitian kepada sekolah
tinggi ilmu kesehatan (STIKes) YATSI Tangerang

5. Peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian yang dilakukan kepada


responden untuk diminta kesediaanya dapat mengisi kuesioner dengan
lengkap, peneliti mengenalkan diri dan menjelaskan infromed consent
bahwa dapat menjaga kerahasiaan data kepada calon responden mengenai
penelitian yang dilakukan.
6. Pada saat pengisian kuesioner diharapkan peneliti berada di samping
responden, apabila responden tidak mengerti dalam pertanyaan diharapkan
peneliti dapat menjelaskannya.
7. Setelah pengumpulan data cukup, peneliti menginformasikan bahwa proses
pengumpulan data dalam penelitian ini selesai dan masuk pada tahap
editing, coding,processing dan cleaning.
4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.5.1 Uji Validitas

Uji validitas ialah suatu indeks yang dapat menunjukkan alat ukur
tersebut benar - benar mengukur apa yang diukur. Keusioner pada penelitian
ini terdiri dari 20 pertanyaan untuk aspek pengetahuan dan 10 pertanyaan
untuk aspek persepsi. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi
Pearson, kemudian skor yang didapat tersebut dari setiap pertanyaan akan
dikorelasikan dengan skor total untuk setiap variabel. Setelah semua korelasi
dari setiap pertanyaan dengan skor diperoleh, maka nilai-nilai tersebut akan
dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah responden
sebesar 20 orang ialah 0.442. Sehingga jika nilai dari koefisien korelasi
Pearson dari suatu pertanyaan itu berada di atas nilai . r tabel tersebut, maka
pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Hasil uji validitas pada instrumen
persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19 didapatkan 10 pertanyaan
dinyatakan valid karna hasil dari total korelasi berada diatas nilai r. Hasil uji
validitas pada instrumen pengetahuan masyarakat trhadap vaksin Covid-19
didapatkan 20 pertanyaan valid dengan hasil total kolerasi person berada diatas
nilai r.

4.5.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabiliatas adalaha suatu angka indeks yang menunjukkan


konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Untuk
menghitung reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Croanbach
Alpha. Instrumen untuk mengukur masing-masing variabel dikatakan
reliable jika memiliki Croanbach Alpha lebih besar dari 0.60. Pada uji
reliabilitas persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19 didapatkan nilai
Cronbach Alpha sebesar 0,823. Pada uji reliabilitas pengetahuan masyarakat
terhadap vaksin Covid-19 didapatkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,893.
Kesimpulannya kuesioner persepsi dan pengetahuan masyarakat terhadap
vaksin Covid-19 reliabel untuk digunakan.
4.6 Pengolahan dan Analisa Data

4.6.1 Pengolahan Data


Pengolahan data merupakan salah satu dari sebagian rangkaian dalam
kegiatan penelitian setelah pengumpulan data. Pengolahan data pada penelitian
ini menggunakan cara elektronik (program SPSS). Sehingga ketika
menganalisis penelitian mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya
(Hastono, 2016). Tahap-tahap pengolahan data sebagai berikut :
1) Editing
Proses memeriksa kembali suatu analisi pada kuesioner atau formulir
untuk melihat jawaban yang terdapat apakah sudah jelas, saling
berhubungan, lengkap, dan konsisten. Peneliti akan memeriksa kembali
tanggapan responden pada lembar kuesioner untuk memastikan tidak ada
data yang hilang atau tidak jelas.
2) Coding
Coding merupakan tindakan mengubah bentuk suatu tulisan menjadi
data dengan berbentuk angka atau bilangan. Pada penelitian ini data yang
dikumpulkan dari hasil kuesioner yang sudah diisi, akan dikategorikan
seperti: pengetahuan diberi kode 1 dan persepsi diberi kode 2.
3) Processing
Adalah proses memasukan data dari kuesioner kedalam program
komputer (SPSS for windows).

4) Cleaning
Pembersihan data atau cleaing ialah suatu kegiatan pemeriksaan ulang
kembali untuk data yang sudah di input pada komputer, apakah ada
kesalahan atau tidak.
4.6.2 Analisa Data
Data yang sudah dikumpulkan menggunakan kuesioner, akan diproses dan
diuji untuk mengetahui Faktor-Faktor yang berhubungan dengan persepsi
masyarakat terhadap vaksin Covid-19 di Rt.003/Rw.05 Desa Kampung Besar,
Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Analisa data yang dipakai pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Analisa Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi
frekuensi dan besarnya proporsi dari variable dependen dan variable
independen yang disajikan secara deskriptif. Adapun variabel yang akan
dianalisis menggunakan analisis univariat adalah Persepsi Masyarakat,
Usia, Jenis kelamin, Pendidikan, Pengetahuan, Pekerjaan, Status
Pernikahan, Status Ekonomi di Rt.003/Rw.05 Desa Kampung Besar,
Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang.

2) Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen (Usia,
Jenis Kelamin, Pengetahuan, Pekerjaan, Pendidikan, Status Pernikahan dan
Status Ekonomi) dengan variabel dependen (Persepsi Masyarakat terhadap
Vaksin Covid-19). Interpretasi nilai P-value dengan CI 95% (α = 5%) , jika
P-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya jika P-value ≤ 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan antara kedua
variabel.

Syarat menggunakan uji chi square adalah variabel yang diteliti yaitu
kategorik dengan kategorik, dan table 2x2 dengan tidak boleh ada sel yang
mempunyai nilai harapan (expected) kurang dari 5, lebih dari 20% dari
jumlah sel. Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi maka gunakan uji
alternatif, yaitu uji fisher exact. Hasil uji dikatakan ada hubungan yang
bermakna bila nilai P-value ≤ α (P- value ≤ 0,05) dan hasil uji dikatakan
tidak ada hubungan yang bermakna secara statistic apabila nilai Pvalue > α
(Pvalue > 0,05.

Selanjutnya dilakukan analisis Prevalence Ratio untuk melihat


kekuatan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen,
maka dilihat dari nilai Prevalence Ratio dengan interpretasi sebagai
berikut :

1. Nilai prevalence ratio (PR) = 1, maka tidak ada hubungan antara


variabel independen dengan variable dependen
2. Nilai prevalence ratio (PR) < 1, maka variable independen
merupakan mengurangi kejadian terhadap variabel dependen
3. Nilai prevalence ratio (PR) > 1, maka variable independen
merupakan faktor resiko dari variable dependen.
4.7 Etika Penelitian

(Notoatmodjo, 2018b) menyatakan bahwa, etika penelitian yang harus diperhatikan


dalam penelitian adalah meliputi :
1) Menghormati hak dan martabat manusia (respect for human dignity)
Dalam hal ini peneliti perlu memperhatikan wewenang dari pada subjek
penelitian, untuk mendapatkan berbagai informasi tentang tujuan peneliti dalam
melakukan penelitian tersebut.
2) Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and
confidentiality)
Peneliti dilarang mempublikasikan atau menyebarkan informasi tentang
kerahasiaan data yang dimiliki oleh peneliti.
3) Keadilan dan inklusivitas/keterbukan (respect for justice an inclusiveness)
Peneliti harus melindungi prinsip keterbukaan dan adil dengan menerapkan
kejujuran, keterbukaan serta kehati-hatian dalam melakukan penelitian.
4) Memperhitungkan kerugian dan manfaat yang ditimbulkan (balancing harms and
benefits)
Didalam penelitian diharapakan terdapat banyak benefit yang dapat diperoleh
masyarakat, khususnya responden. Peneliti harus menekan kesusahan seminimalisir
untuk responden.
4.8 Keterbatasan Penelitian

Peneliatian ini tidak lepas tentunya dari ketebatasan, adapun keterbatasan yang ada
dipenelitian ini :

1. Kesediaan responden meluangkan waktu untuk berpatisipasi dalam penelitian


2. Dalam proses pengambilan data, informasi yang diberikan kepada reponden melalui
kuesioner terkadang tidak menunjukkan pendapat responden yang sebenarnya, hal ini
terjadi karena kadang perbedaan pemikiran, anggapan, dan pemahaman yang
berbeda masing – masing individu yang dapat dipengaruhi oleh faktor kejujuran
dalam pengisian pendapat responden dalam kuesionernya.
3. Faktor – faktor persepsi yang diteliti pada responden pada penelitian adalah faktor
fungsional. Variabel yang digunakan dalam penelitian masih terbatas

Anda mungkin juga menyukai